Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

POPULASI TUMBUHAN ENDEMIK PAPUA

Disusun oleh:
Hariyadi Eko Prasetyo (201859001)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
BAB III PENUTUP.................................................................................................7
3.1 Kesimpulan................................................................................................7
3.2 Saran..........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah tentang ‘POPULASI TUMBUHAN ENDEMIK PAPUA’ ini
dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah ini agar dapat menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Manokwari, 19 Februari 2021

Penyusun

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekologi merupakan cabang ilmu dalam biologi yang mempelajari tentang


hubungan makhluk hidup dengan habibatnya. Pada dasarnya mkahluk hidup
bergantung pada makhluk hidup lainnya ataupun dengan habitatnya.
Tanaman Sarang semut (Myrmecodia pendans) merupakan tanaman yang
berkhasiat dan merupakan salah satu tanaman yang digunakan sebagai bahan baku
obat karena mengandung flavonoid, tanin dan polifenol. Spesifikasi tanaman
sarang memiliki ujung batangnya menggelembung (hypocotyl), berbentuk bulat
saat muda, menjadi lonjong memendek atau memanjang setelah tua. Dari
bentuknya, masyarakat mengira batang menggelembung itu sebagai umbi. Bagian
luar tanaman ini diselubungi duri yang melindunginya dari pemangsa herbivora,
yang menarik di dalamnya terdapat banyak rongga yang saling terhubung.
Rongga-rongga ini dijadikan rumah oleh kawanan semut sehingga tanaman ini
disebut sarang semut.
Tumbuhan sarang semut mempunyai klasifikasi taksonominya sebagai berikut
(Ahkam, 2006) :
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Myrmecodia
Spesies : Myrmecodia pendans l.

Sarang semut merupakan salah satu tumbuhan epifit dari Family


(Rubiaceae), yang dapat dikatakan bersifat epifit karena menempel pada
tumbuhan lain, tetapi tidak hidup secara parasit pada inangnya. (Subroto dan
Saputro, 2006).

1
Sarang semut sangat dikenal oleh masyarakat asli Papua sebagai tanaman
yang ampuh untuk beberapa jenis penyakit. Hasilnya, secara empiris, air rebusan
(dekoktum) ekstrak Sarang Semut dipercaya dapat mengobati berbagai macam
penyakit seperti jantung, tumor, kanker, wasir, TBC, rematik, maag, asam urat,
stroke, gangguan fungsi ginjal dan prostat. Selain itu, air rebusan ekstrak Sarang
Semut juga dipercaya dapat meningkatkan produksi air susu (ASI), meningkatkan
gairah seksual, memperlancar haid dan dapat mengatasi keputihan (Subroto &
Hendro, 2008)
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Aspek Ekologi pada Tumbuhan Sarang Semut (Myrmecodia


pendans)?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Bagaimana Aspek Ekologi pada Tumbuhan Sarang Semut (Myrmecodia


pendans)

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aspek Ekologi dan Budaya


Secara ekologi, tumbuhan sarang semut tersebar di hutan bakau dan
pohon-pohon di pinggir pantai hingga ketinggian 2.400 m di atas
permukaan laut (dpl). Tumbuhan sarang semut jarang ditemukan di hutan
tropis dataran rendah, tetapi lebih banyak ditemukan di hutan dan daerah
pertanian terbuka dengan ketinggian sekitar 600 m dpl (Ahkam & Hendro,
2006).

Gambar 2.1 Tanaman sarang semut (Plantamor, 2011).

Sarang semut merupakan salah satu tumbuhan epifit dari famili Rubiaccea
yang dapat berasosiasi dengan semut. Tumbuhan ini menempel pada tumbuhan
lain tapi tidak hidup sebagai parasit.

Khusus di provinsi Papua, ditemukan terutama di daerah Pegunungan


Tengah, yaitu di hutan belantara Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Tolikora,
Kabupaten Pegunungan Bintang, dan Kabupaten Paniai. Keanekaragaman
terbesar dari sarang semut ditemukan di pulau Papua dimana spesies dataran
tingginya adalah lokal spesifik. Selain itu sarang semut juga ditemukan di
Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Sumatra, dan Ambon dengan varietas yang berbeda.

Di habitat aslinya, sarang semut dihuni oleh beragam jenis semut. Namun
satu tumbuhan sarang semut hanya dihuni oleh satu jenis semut. Dalam umbi

3
sarang semut juga ditemukan dua spesies jamur. Jenis semut yang paling serimg
dijumpai adalah Ochetellus sp.

Sarang semut adalah tanaman menyerbuk sendiri berbunga putih, buahnya


yang matang akan berwarna merah dan oranye. Dalam satu buah umumnya
menghasilkan dua biji. Biji memiliki lapisan endosperm dan berukuran sangat
kecil. Di tempat yang sesuai biji-biji tersebut akan tumbuh. Secara alami biji akan
keluar dari ketiak daun. Biji dapat disemaikan dalam bentuk biji segar apabila biji
tersebut telah kering dan tua tidak akan berkecambah. Biji tersebut dapat
berkecambah dengan baik pada media sabut kelapa yang lembab.

Setelah biji berkecambah, batang bagian bawah atau hipokotil akan


membengkak dengan cepat. Setelah beberapa bulan kemudian, dalam beatang
yang membengkak akan terbentuk lubang-lubang. Dalam pemeliharaan kecambah
yang sangat perlu diperhatikan adalah intensitas cahaya yang cukup. Kekurangan
cahaya akan mengakibatkan kcambah tumbuh memanjang dan bagian umbi
menciut.

Sarang semut sampai saat ini belum di budidayakan secara komersial


sebagian besar masih di ambil dihutan-hutan yang banyak tumbuh pada pohon
inang. Sarang semut memungkinkan untuk dibudidayakan. Namun informasi dan
budidayanya masih belum banyak dilaporkan.

Saat ini sarang semut telah berhasil diperbanyak menggunakan teknik kultur
jaringan. Pengembangbiakan masal melalui kultur jaringan tak mempengaruhi
kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam tanaman. Persyaratan tumbuh
seperti dalam budidaya dikondisikan harus seperti habitat aslinya keadaan suhu,
iklim, intensitas cahaya dan nutrisi. Dengan cara pengembangan seperti itu, maka
perburuan sarang semut di hutan-hutan dapat dikurangi.

Sarang semut termasuk tanaman sukulen, yaitu tanaman yang dapat


menyimpan air dalam jaringannya dan mempunyai penampakan berdaging,
sehingga toleran terhadap kekeringan. Penyiraman tidak perlu dilakukan terlalu
sering, cukup setiap malam atau dua hari sekali pada saat media tumbuh telah
kering. Bila terlalu sering disiram akan membuat media tumbuh terlalu basah dan

4
akan lama kelamaan akan menyebabkan terjadinya pembusukan jaringan tanaman
yang dapat mengakibatkan tanaman mati.

Pemupukan perlu dilakukan setiap 2 minggu atau 3 minggu sekali, terutama


menggunakan pupuk organik seperti kompos. Apabila terlalu banyak dan terlalu
sering menyebabkan tanaman mati. Sebenarnya pada habitat liarnya, tanaman
sarang semut memperoleh pupuk dari serpihan bahan organik (debris) atau
sampah semut yang menghuninya.

2.2 Aspek Ekologi Berdasarkan Penelitian di Taman Wisata Gunung Meja


Berdasarkan hasil penelitian tumbuhan sarang semut yang ditemukan dalam
hutan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Meja adalah jenis Myrmecodia
cf.schlechteri. Umumnya tumbuhan ini tumbuh pada batang utama dan dahan,
hal ini diduga karena adanya penyebaran benih oleh air, angin dan hewan.
Sehingga benih dari jenis ini dapat tertahan pada batang dan dahan serta tumbuh
dan berkembang, serta adanya bantuan sinar matahari yang mampu menembus ke
bagian batang dan dahan (Rumaterai, 2016). Disamping itu tumbuhan ini
memilki akar tunggang yang pada saat menempel pada batang kayu yang keras
dapat dengan mudah menempel dan berkembang serta dengan mendapatkan sinar
matahari. Dari hasil pada Garcinia picrorhiza, Sterculia penelitian yang
dilakukan pada kawasan marcophylla, Intsia bijuga, Pometia Taman Wisata
Alam (TWA) Gunung Meja, corecea, dan Antiaris toxicaria. Penyebaran sarang
semut pada zona batang utama dan percabangan mengindikasikan bahwa cahaya
merupakan faktor pembatas bagi penyebaran tumbuhan tersebut. Hal ini juga
menunjukan bahwa sarang semut merupakan jenis tumbuhan yang mampu
tumbuh dengan bantuan sinar matahari yang cukup.

5
A B C

Gambar 3. Pertumbuhan Sarang Semut pada Pohon Inang Garcinia picorrhiza (a)
dan Sterculia macrophylla (b), Pometia coreacea (c)
Berdasarkan zonasi pertumbuhan dan penyebaran sarang semut pada batang
tumbuhan inang yang terdapat di Kawasan Hutan Taman Wisata Alam (TWA)
Gunung Meja, maka tumbuhan ini banyak tumbuh pada zonasi 2 dan zonasi 3.
Hal yang sama juga ditemukan oleh Rumaterai (2016), yang menyatakan bahwa
sarang semut banyak ditemukan pada daerah zonasi 2 dan 3. Sedang pada zonasi
1, 4 dan 5 jenis sarang semut tidak ditemukan.
Berdasarkan data yang ditemukan dilapangan dari ke 5 (lima) jenis pohon
yang menjadi inang sarang semut Myrmecodia cf.schlechteri tersebut, terdapat
juga tumbuhan lain yang tumbuh bersama-sama pada inang tersebut seperti
tumbuhan; angrek, paku-pakuan dan liana. Seperti pada jalur 4 petak ukur 1 untuk
pohon inang Pometia coreacea, ditemukan tumbuhan angrek (Grammatophyllum
speciosa ) yang tumbuh bersama sarang semut (Gambar 4).
Jumlah jenis tumbuhan berkayu lainnya yang tumbuh bersama pohon inang
sarang semut dalam petak pengamatan adalah sebanyak 59 jenis, dimana jenis
dominan yang ditemukan dalam lokasi pengamatan adalah Palaquium
amboinensis dan Pometia coreacea yaitu masing-masing sebanyak 21 individu
dan 19 individu. Keragaman jenis dalam satu lokasi juga merupakan faktor
pendukung dalam pertumbuhan dan perkembangan jenis lain (Siburian et al,
2017)

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara ekologi, tumbuhan sarang semut tersebar di hutan bakau dan
pohon-pohon di pinggir pantai hingga ketinggian 2.400 m di atas
permukaan laut (dpl). Tumbuhan sarang semut jarang ditemukan di hutan
tropis dataran rendah, tetapi lebih banyak ditemukan di hutan dan daerah
pertanian terbuka dengan ketinggian sekitar 600 m dpl (Ahkam & Hendro,
2006).

3.2 Saran
Tiada kesempurnaan di dunia ini, kami sangat mengharapkan kritik maupun
saran dari makalah ini tujuannya hanyalah demi kesempurnaan. Dan semoga
makalah yang telah kami susun bermanfaat bagi kita semua, Amien.

7
DAFTAR PUSTAKA

Siburian, Rima Herlina. dkk. 2018. Ekologi Tempat Tumbuh Sarang Semut
Pada Taman Wisata Alam Gunung Meja Manokwari
https://www.researchgate.net/330476765_EKOLOGI_TEMPAT_TU
MBUHAN_SARANG_SEMUT_PADA_TAMAN_WISATA_ALAM
GUNUNG_MEJA_MANOKWARI (diakses pada 19 Februari 2021).

http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/dbsebun/asset_dbsebun/Penerbitan
-20160922088057.pdf (diakses pada 19 Februari 2021)

Anda mungkin juga menyukai