PAPER
OLEH :
FAJAR RAMADHAN
180301007
AGROTEKNOLOGI
HAMA PENYAKIT TANAMAN 2018
FAKULTAS PERTANIAN
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa berkat
waktunya.
Adapun judul dari Paper ini adalah “Hama-hama pada tanaman terong
(Solanum melongena L.)” yang merupakan salah satu sayarat untuk dapat
memenuhi komponen penilaian pada mata kuliah Hama dan Penyakit Tanaman
Amelia Zulianti Siregar, M.Si., M.Sc,. Ph.D. selaku dosen mata kuliah Hama
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Paper ini
Penulis
DAFTAR ISI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
merupakan salah satu dari sepuluh tanaman sayuran penting di dunia. Luas areal
tanaman terong lebih dari 2 jutaha dengan produksi 33 juta ton. Negara China
seperempat terong dunia; India,Mesir, Turki, Irak dan Philipina juga termasuk
negara penghasil terong. Benua Asia tercatat sebagai daerah terluas (94%)
dariluasan areal terong di dunia, dan kira-kira 92% penghasil terongdi dunia
(FAO 2007).
India dan Indochina merupakan daerah pusat asal usul terong. Terong
mudah beradaptasi pada keadaan curah hujan dan temperatur tinggi serta
merupakan salah satu tanaman yang dapat berproduksi tinggi pada lingkungan
basah dan panas (Hanson et al. 2006). Tanaman terong mengandung nutrisi
seperti serat, asam askorbit, Vitamin K, Vitamin B6, asam pantotenik, potasium,
besi, mangan, posfor dan tembaga (Usda2009). Nutrisi yang terdapat pada terong
tropis adalah serangan hama dan tungau. Hama utama terong diantaranya adalah
penggerek pucuk dan buah terong,wereng daun, kutu putih (whitefly), thrips,
melepuh, tungau merah dan penyakit daun. Untuk melindungi tanaman terong
para petani masih bertumpu pada penggunaan pestisida, misalnya di Philipina
petani terong menggunakan pestisida selama satu musim dapat mencapai 56 kali
Tujuan Penulisan
Kegunaan Penulisan
memnuhi komponen penilaian di mata kuliah hama dan penyakit hortikultura dan
pangan.
HAMA PADA TANAMAN TERONG (Solanum melongena L.)
Kingdom : Animalia
Divisi : Arthropoda
Ordo : Lepidoptera
Famili : Crambidae
Genus : Leucinodes
merupakan salah satu hama penting yang merusak tanaman terong di Asia
Tenggara. Hama ini ditemukan juga didaerah tropik seperti di Asia dan Afrika
serta dapat menurunkan hasil panen hingga mencapai 70%.Oleh karena itupetani
Biologi
dibawah permukaan daun, pucuk, kelopak bunga, atau dekat pangkal buah. Setiap
serangga betina dapat meletakkan telur kira-kira 250 butir. Telur yangbaru
diletakkan berwarna agak putih susu, kemudian berubah menjadi merah sebelum
Larva: Larva yang baru menetas berwarna putih susu sampai agak
kemerahan dengan kepala berwarna coklat muda dan agak kehitaman (Gambar 2).
Larva instarter akhir panjangnya kira-kira 16-23 mm. Larva biasanya mempunyai
berlangsung selama dua minggu pada musim panas dan tiga minggu pada musim
dingin.
Pupa: Larva instar terakhir akan membentuk pupa pada bagian tanaman
atau pada pangkal batang dekat dari permukaan tanah. Pupa akan membentuk
benang sutera (Gambar 3), dan berwarna coklat gelap. Pupa berukuran 13 mm.
kecoklatan atau bintik hitam pada pagian dorsal dari thorak dan abdomen
(Gambar 4). Sayap berwarna putih dengan sedikit warna merah muda atau biru
dan pada sayap luarterdapat bintik berwarna merah. Ukuran abdomen serangga
minggu dan biasanya serangga betina agak lebih panjang umurnya dibandingkan
Gejala Serangan
2003). Setelah menetas, larva segera mulai menggerek titik tumbuhatau masuk
melalui kuncup bunga atau buah. Selama awal fase vegetatif dari tanaman,
serangga ini memakan pucuk (tunas) yang masih muda. Larva setelah masuk ke
pucuk dengan cara menggerek buah dan segera menutup lubang masuk dengan
kotoran serta membuat terowongan di dalam pucuk atau buah kemudian memakan
bagian dalam buah atau pucuk. Serangga ini juga mengisi bekas terowongan yang
digerek dengan kotorannya. Akibatnya tanaman pucuk muda akan menjadi layu
tanaman.
dibandingkan dengan kuncup bunga atau bunga pada saat tanaman berbuah.
Kerusakan pada buah dari permukaan luar akan terlihat padabekas lobang
gerakan, yang sering ditutupi olehbekas kotorannya. Larva memakan bagian buah
buah yang terserang tidak layak untuk dikonsumsi dan dijual di pasar.
Pengendalian
hama penggerek ini. Teknologi pengendalian hama seraca terpadu lebih sesuai
yang sudah mengering. Jika benih tanaman terong dibibitkan di areal yang
Pilihlah varietas tanaman terong yang tahan atau agak tahan yang tersedia
Purple Long, Pusa Purple Cluster, Pusa Purple Round, H-128, H-129,
Aushey, Thorn Pendy, Black Pendy, H-165, H-407, Dorley, PPC- 17-4,
telah dilaporkan tahan dan toleran (Parker etal. 1995; Alam et al. 2003;
Klasifikasi ulat grayak (S. litura F.) menurut Boror et al. (1981) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Kelas : Insekta
Filum : Arthropoda
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Spesies : Spodoptera litura F.
yang banyak menyerang tanaman pangan (kacang tanah, kubis, tomat, tembakau,
kentang, kedelai) dan tanaman herba (Higuchi et al., 1994). Spodoptera litura
kedelai lebih dari 80% (Marwoto, 2007). Pada fase vegetatif, larva S. litura
memakan daun tanaman yang muda sehingga yang tertinggal hanya epidermis
atas dan tulang-tulang daun. Mendekati instar akhir, larva telah memasuki masa
pembentukan pupa dimana pergerakannya menjadi lamban dan daya makan larva
Biologi
kalung atau bulan sabit berwarna hitam pada segmen abdomen yang keempat dan
kesepuluh. Pada sisi lateral dan dorsal terdapat garis kuning. Ulat yang baru
menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklat-coklatan
lain secara bergerombol dalam jumlah besar. Warna dan perilaku ulat instar
terakhir mirip ulat tanah, perbedaan hanya pada tanda bulan sabit, berwarna hijau
pucuk tanaman dan membuat lubang gerekan pada daun kemudian masuk ke
dalam kapiler daun. Stadium larva berkisar 9-14 hari. Larva instar akhir bergerak
dan menjatuhkan diri ke tanah dan setelah berada di dalam tanah larva tersebut
memasuki pra pupa dan kemudian berubah menjadi pupa (Kalshoven 1981).
Pupa S. litura berwarna cokelat muda dan pada saat akan menjadi imago
dna bertipe obtek, pupa berada di dalam tanah dengan kedalaman ± 1 cm,
dan sering dijumpai pada pangkal batang, terlindung di bawah daun kering atau di
bawah partikel tanah. Pupa berkisar 5-8 hari bergantung pada ketinggian tempat di
24-30 mm. Sayap depan berwarna putih keabu-abuan, pada bagian tengah sayap
depan terdapat tiga pasang bintik-bintik yang berwarna perak. Sayap belakang
berwarna putih dan pada bagian tepi berwarna cokelat gelap (Kalshoven 1981).
Gejala Serangan
oleh larva, dimana setelah telur menetas menghasilkan larva instar 1 yang
daun, namun apabila terjadi ledakan populasi larva juga memakan buah dan
bunga.
Pengendalian
tanaman awal dan tanaman akhir tidak lebih dari 10 hari, c) Penanaman
tanaman perangkap imago dan telur S. litura menggunakan MLG 3023.
dan ulat stadia 4-6 yang terletak pada permukaan bawah daun pada bagian
atas tanaman.
satu virus yang dapat menyerang ulat grayak. Bakteri Bacillis thurngiensis
Kingdom : Metazoa
Phylum :Arthropoda
Subphylum :Uniramia
Class :Insecta
Order :Hemiptera
Suborder :Sternorrhyncha
Superfamily :Aleyrodoidea
Family :Aleyrodidae
Genus :Bemisia
Kutu kebul (kutu putih) terdistribusi luas didaerah tropik dan subtropik
dengan cepat. Hama ini aktif pada sianghari dan pada malam hari berada dibawah
permukaan daun.
Biologi
dekat venasi daun. Hama ini lebih menyukai permukaan daun yang banyak
mm, bebentuk seperti buah pir,dan diletakkan dibawah permukaan daun secara
vertical melalui pedicel. Telur yang baru diletakkan berwarna putih dan kemudian
berubah menjadi kecoklatan. Telur tidak mudah dilihat dengan mata telanjang dan
hanya dapat dilihat dibawah mikroskop atau kaca pembesar. Fase telur
berlangsung kirakira tiga sampai lima hari pada musim panas dan 5 sampai 33
permukaan daun ke lokasi yang sesuai untuk diamakan. Nimfa stadia ini disebut
mempunyai antene, mata dan tiga pasang kaki yang sudah berkembang dengan
Nimfa instar kedua dan ketiga tidak mempunyai kaki dan tidak bergerak
selama stadia ini. Stadia nimfa terakhir mempunyai mata yang berwarna merah.
Stadia ini kadang kadang mirip dengan puparium walaupun pada serangga
Hemiptera merah tidak mempunyai stadia pupa yang nyata (metamorphosis tidak
sempurna). Lamanya periode nimfa berkisar antara 9 sampai 14 hari pada musim
panas dan 17sampai 73 hari (David 2001). Serangga dewasa keluar daripuparia
melalui celah berbentuk huruf T, dan berada disamping bekas kerabang kulit pupa
atau eksuvi.
ngengat. Serangga dewasa diselimuti oleh lapisan lilin yang bertepung dan
Baik nimfa maupun serangga dewasa mengisap cairan tanaman dan mengurangi
vigor tanaman. Pada saat serangan berat daun berubah menjadi kuning dan
kemudian gugur. Jika populasihama ini tinggi (Gambar 15) maka akan terlihat
embun tepung yang berasal dari sekresi serangga. Embun tepung merupakan
tempat yang baik untuk berkembangnya jamur jelaga pada daun tanaman sehingga
Pengendalian
kanopi tanaman.
tempatpembibitan.
terhadap pestisida
dalam dua subordo, yaitu Terebrantia dan Tubulifera yang terdiri atas lima famili.
Sementara itu, klasifikasi terbaru menurut Mound dan Morris (2007), membagi
Siklus hidup thrips terdiri atas telur, dua instar nimfa yang aktif, prapupa
belum bersayap disebut nimfa; instar ketiga disebut prapupa dan instar keempat
disebut pupa dan tahapan selanjutnya adalah imago. Thrips berkembang biak
partenogenesis terbagi menjadi dua tipe yang berbeda, yaitu arrhenotoky dan
terjadi apabila imago betina yang tidak dibuahi menghasilkan keturunan yang
Siklus hidup thrips diawali dengan peletakan telur oleh imago betina.
silindris, permukaannya mulus, halus, dan berwarna putih pucat atau kuning,
sedangkan telur Tubulifera berbentuk oval, kadang simetris, dan sering memiliki
cangkang, serta berwarna merah muda, kuning atau gelap dengan garis pentagonal
atau heksagonal (Lewis, 1973). Setiap imago betina memiliki kemampuan bertelur
yang berbeda tergantung pada spesies dan kualitas makanan yang tersedia, tetapi
pada umumnya berkisar antara 30 sampai 80 butir telur (Lewis 1973; Lewis
1997).
Telur. Thrips biasanya meletakkan telur pada tanaman muda, berumur 10-
15 hari. Telur diletakkan satu per satu pada jaringan daun muda bagian bawah.
Telur berbentuk oval, berwarna putih keruh saat akan menetas. Jumlah telur yang
tepatnya bergantung pada suhu lingkungan, dimana semakin tinggi suhu akan
Nimfa. Nimfa akan terbentuk setelah telur menetas, nimfa instar pertama
keluar berwarna putih transparan dengan mata berwarna merah, mempunyai tiga
pasang kaki dan berukuran 0,50 mm. Fase instar pertama berlangsung 2-3 hari.
Setelah mengalami ganti kulit, nimfa instar kedua muncul dengan warna kuning
tua keruh yang lama kelamaan menjadi agak kecoklatan, berukuran sekitar 0,80
Prapupa. Nimfa instar akhir akan berganti kulit dan akhirnya muncul
sempurna dan gerakannya tidak aktif (Indiati, 2004). Prapupa memiliki kerangka
sayap yang pendek sebatas toraks dan antena tegak ke atas. Pada proses
selanjutnya kerangka sayap menjadi sempurna, tetapi bulu sayap yang berupa
rumbai-rumbai belum terbentuk. Fase prapupa berlangsung selama 1,5 – 2,5 hari.
Warna prapupa akan berubah menjadi cokelat muda dengan beberapa garis
melintang bewarna cokelat tua saat akan memasuki fase pupa (Lewis, 1973).
selama 2,0 - 3,5 hari. Fase pupa berlangsung pada bagian tanaman atau jatuh ke
tanah (Ananthakrishnan, 1993). Pada saat ganti kulit yang terakhir, muncul imago
posterior dengan ukuran tubuh lebih kecil serta warna yang lebih pucat jika
dibandingkan dengan imago betina (Dibiyantoro, 1998). Pada fase imago, semua
organ telah terbentuk sempurna dan serangga siap bertelur. Imago paling banyak
ditemukan pada bagian dalam bunga dan daun. Lama hidup imago dapat
mencapai 30 hari. Pada kondisi yang optimum, daur hidup memerlukan waktu 15
Gejala Serangan
cabai, semangka, melon, labu besar, labu siam,gambas dan lain-lain. Jenis ini
dikenal dengan nama thripsmelon sebab lebih menyukai memakan tanaman labu-
thrips menyerang daun maka bekas makan pada daun berwarna keperakan
terutama di sepanjang vena dan tulang daun kemudian daun mengeriting dan
dapat menyebabkan tanaman mati. Jika serangan berat maka daun akan berwarna
kuning atau coklat kemudian daun bagian bawah akan mengering. Buah yang
Pengendalian
Menochillus sexmaculatus
famili Aphididae, genus Aphis, dan spesies Aphis gossypii. Secara umum kutu
daun berukuran antara 1-6 mm, memiliki tubuh lunak, berbentuk seperti buah pir,
generasi berlangsung selama 6-8 hari pada suhu 250C dan 3 minggu pada suhu
150C. Bentuk kutu ada yang bersayap, dan ada yang tidak bersayap, seksual atau
berpindah tempat untuk menghasilkan kutu-kutu baru yang belum dewasa dan
Gejala kerusakan
mempunyai tipe mulut menusuk dan mengisap. Serangga ini mengisap cairan
tanaman dan ditemukan dalam jumlah yang banyak pada pucuk yang masih lunak
menguning.
Kerusakan berat oleh Aphid akan menyebabkan daun muda mengeriting
dan menjadi cacat. Sama seperti kutu kebul, Aphid juga menghasilkan embun
tepung dan merupakan tempat yang baik untuk berkembangnya embun jelaga.
Pengendalian
Tanamlah bibit tanaman terong di dalam rumah kasa (50–64 mesh), rumah
sereh, naungan atau rumah plastik untuk menghindari dari serangan Aphid.
Gambar 21: Kerusakan tanaman dan embun madu yang tertinggal pada
permukaan mulsa yang disebabkan oleh Aphis gossypi
KESIMPULAN
Tenggara.
- Serangga kutu aphid ini mengisap cairan tanaman dan ditemukan dalam
permukaandaun.
DAFTAR PUSTAKA
Alam SN, Hossain MI, Rouf FMA, Jhala RC, Patel MG, Rath LK, SenguptaA,
Baral K, Shylesha AN, Satpathy S, Shivalingaswamy TM, Cork A,Talekar
NS. 2006. Implementation and promotion of an IPM strategyfor control of
eggplant fruit and shoot borer in South Asia. TechnicalBulletin No.
36.AVRDC publication number 06-672.AVRDC –The World Vegetable
Center, Shanhua, Taiwan.74 p.
Alam SN, Dutta NK, Ziaur Rahman AKM, Sarker MA. 2006a. Annualm Report
2005-2006.Division of Entomology, BARIJoydebpur, Gazipur, 86 pp.
Alam SN, Rashid MA, Rouf FMA, Jhala RC, Patel JR, Satpathy
S,Shivalingaswamy TM, Rai S, Wahundeniya I, Cork A, Ammaranan
C,Talekar NS. 2003. Development of an integrated pest
managementstrategy for eggplant fruit and shoot borer in South Asia,
TechnicalBulletin TB28, AVRDC – The World Vegetable Center,
Shanhua,Taiwan. 66 p.
Anupam V, Raychaudhuri SP, Chenulu VV, Singh S, Ghosh SK, PrakashN. 1975.
Yellows type of diseases in India: Eggplant littleleaf. Proceedings of
Indian National Science Academy B(Biological Sciences) 41(4): 355-361.
Hanson PM, Yang RY, Tsou SCS, Ledesma D, Engle L,Lee TC. 2006. Diversity
in eggplant(Solanum melongena) for superoxidescavenging activity, total
phenolics, and ascorbic acid.Journal of Food Composition and
Analysis19(6-7): 594-600.
Hazarika LK, Puzari KC, Wahab S. 2001. Biological control oftea pests. In:
Upadhyay RK, Mukerji KG, Chamola BP (eds.),Biocontrol potential and
its exploitation in sustainableagriculture: Insect pests. Springer: USA. p.
159–180.
Ho CC. 2000. Spider-mite problems and control in Taiwan. Experimentaland
Applied Acarology 24: 453-462.
Orden MEM, Patricio MG, Canoy VV. 1994. Extent of pesticide use invegetable
production in Nueva Ecija: Empirical evidence and policyimplications.
Research and Development Highlights 1994, CentralLuzon State
University, Republic of the Philippines. p. 196-213.
Parker BL, Talekar NS, Skinner M. 1995. Field guide: Insect pests of selected
vegetables in tropical and subtropical Asia. Asian VegetableResearch and
Development Center, Shanhua, Tainan, Taiwan, ROC.Publication no. 94-
427. 170 p.
Rashid MA, Rahman MA, Ahmad S, Alam SN, Rezaul Karim ANM, LutherG,
Miller S. 2003. Varietal screening of eggplant for resistance tobacterial
wilt, fruit and shoot borer, jassid and root-knot.Tenth Annual Report, IPM
CRSP, Virginia Tech. USA, p. 125-128.