Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN EVIDENCE BASED CLINICAL PRACTICE (EBCP)

TERAPI MUSIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN HIPERTENSI

DI RUMAH SAKIT SILOAM KEBUN JERUK

Di Susun Oleh :

Nalita Filya Lawalata (01503210168)


Olivia Esther Pollatu (01503210069)
Priskila Krismonica (01503210068)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

TANGERANG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia atau menua merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan


perubahan kumulatif, yang merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh (Kholifah, 2016). World Heath
Organizatio (WHO), mengklasifikasikan lanjut usia meliputi usia pertengahan (middle age)
45-59 tahun, lanjut usia (eldery) 60-74 tahun, lanjut usia (old) 75-90 tahun) serta usia sangat
tua (very old) lebih dari 90 tahun (Lee et al., 2018). Teori penuaan menjelaskan bahwa
radikal bebas dapat membantu mempercepat proses penuaan. Hal ini mengakibatkan lansia
lebih berisiko mengalami masalah kesehatan dari anak muda (Damanik, 2019). Selain itu,
perubahan dan penurunan fungsi tubuh pada lansia dan riwayat kesehatan masa lalu memiliki
pengaruh penting pada fungsi fisik mereka. Oleh karena hal tersebut pada lansia sering terjadi
beberapa penyakit degeneratif salah satunya adalah hipertensi (Kholifah, 2016)..

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang mengakibatkan kondisi


komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal (Kemenkes, 2018).
World health organization mengestimasikan saat ini prevalensi hipertensi secara global
sebesar 22% dari total penduduk dunia. Berdasarkan data Riskesdas (2018), total penduduk
Indonesia yang mengalami hipertensi sebanyak 34,11%. Selain itu, provinsi DKI Jakarta
menempati urutan Sembilan terbesar prevalensi hipertensi di Indonesia sebanyak 33,43%
sedangkan berdasarkan kategori umur 55,2%-69,5% lansia mengalami hipertensi.

Adapun upaya pengendalian hipertensi telah dilakukan, hal ini bertujuan untuk
mencegah dan menurunkan probabilitas kesakitan, komplikasi dan kematian. Upaya tersebut
dilakukan dalam dua cara yaitu pendekatan farmakologis dan non farmakologis (Kemennkes,
2020). Salah satu cara non farmakologis untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi dengan menggunakan terapi musik. Terapi musik digunakan untuk membantu
mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitas fisik, memberi pengaruh positif terhadap
kondisi suasana hati dan emosi serta mempengaruhi sistem saraf parasimpatis yang
memberikan efek relaksasi (Fatakh, Rusyani, & Hermawati, 2018)

Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang efektivitas terapi musik
terhadap hipertensi pada lansia, seperti yang dilakukan oleh Kholifah & Sutanta (2021),
tentang “Pengaruh Terapi Musik Instrumental Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia
Hipertensi” terhadap 30 responden lansia di Panti Wredha Budhi Dharma Umbulharjo
Yogyakarta, hasilnya didapatkan bahwa 28 responden lansia mengalami penurunan tekanan
darah dari kisaran tekanan darah sistolik 140-180mmHg dan diastolik 90-100 mmHg.
Penelitian lain dilakukan oleh Istiqomah & Soesanto (2018), tentang “Relaksasi dan Terapi
Musik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang
Gading Semarang” yang dilakukan kepada 21 responden lansia di Unit Rehabilitasi Sosial
Pucang Gading Semarang. Sebanyak 21 responden lansia, didapatkan hasil bahwa ada
perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah antara kelompok intervensi relaksasi dan
terapi musik selama 15 menit dengan nilai penuruanan sebesar 22 mmHg dan kelompok
intervensi relaksasi dan terapi musik selama 30 menit dengan nilai penurunaan sebesar 20
mmHg, sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perubahan.

Bersadarkan pengkajian di Siloam Hospital Kebon Jeruk, terdapat enam orang lansia
yang mengalami hipertensi, lansia tersebut memilki kategori hipertensi tingkat satu (tekanan
diastolic 140-159 mmHg) sampai tingkat dua (tekanan diastolic ≥160 mmhg). Adapun terapi
yang dilakukan adalah farmakologis berdasarkan resep dokter penanggung jawab pasien
sehingga berdasarkan data tersebut, praktikan tertarik untuk melakukan terai non
farmakologis untuk melihat efektivitas terapi musik pada pasien dengan hipertensi di salah
satu ruangan rawat inap Siloam Hospital Kebon Jeruk.

1.2 Rumusan Masalah

Lansia lebih berisiko mengalami masalah kesehatan dari usia lainnya karena terjadi
perubahan dan penurunan fungsi tubuh. Oleh karena hal tersebut pada lansia sering terjadi
beberapa penyakit degeneratif salah satunya adalah hipertensi. Hipertensi mengakibatkan
kondisi komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal. adapun upaya
pengendalian hipertensi telah dilakukan, hal ini bertujuan untuk mencegah dan menurunkan
probabilitas kesakitan, komplikasi dan kematian. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
dengan pendekatan secara non farmakologis, salah satunya terapi musik yang memiliki
dampak terhadap penurunan tekanan darah ada lansia. Bersarkan uraian tersebut, praktikan
tertarik untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia di salah satu ruangan rawat inap Siloaam Hospital Kebon Jeruk.
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh terapi musik pada lansia dengan hipertensi di Siloam


Hospital Kebon Jeruk

1.3.2 Tujuan Khusus

Evidence Based Clinical Practice (EBCP) dilakukan untuk menganalisa pengaruh


dari terapi musik pada pasien lansia dengan hipertensi di Siloam Hospital Kebon
Jeruk

1.4 Manfaat EBCP

a) Bagi Institusi Rumah Sakit EBCP ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
terkait pelaksanaan intervensi terapi musik pada pasien lansia dengan hipertensi di
Rumah Sakit.
b) Bagi Institusi Pendidikan EBCP ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi
untuk menambah pengetahuan dalam keperawatan dalam melaksanakan terapi musik
pada lansia dengan Hipertensi.
BAB II

DESIGN EVIDENCE BASED PRACTICE

2.1 Metode Penulisan

Metode penulisan yang diterapkan dalam laporan Evidence Based Clinical Practice
mengenai terapi musik untuk hipertensi pada lansia, dengan membandingkan hasil penelitian
terkini dan hasil pengimplementasian yang dilakukan pada pasien lansia dengan hipertensi di
Siloam Hospital Kebon Jeruk.

2.2 Strategi Pengumpulan data

Strategi pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mencari serta membaca

jurnal-jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian untuk menghasilkan satu tulisan

mengenai satu topik atau isu tertentu. Penulis mencari data/ jurnal melalui database online

seperti Google Scholar mengenai efektivitas terapi musik untuk hipertensi pada lansia.

Peneliti kemudian mencari data dari ruang rawat inap tempat peneliti berdinas dan

terdapat 6 lansia dengan hipertensi tetapi hanya 3 pasien yang dilakukan praktik tentang

terapi musik karena 3 lainnya sudah pulang. Selanjutnya peneliti mengaplikasikan terapi

musik pada 3 pasien lansia dengan hipertensi di ruangan Sinai yang dilakukan selama 2 hari

pada setiap pasien (sekitar 15-30 menit). Setelah peneliti meminta persetujuan pasien, peneliti

melakukan implementasi terapi tersebut dengan dengan memeriksakan tekanan darah pasien

sebelum dan sesudah tindakan. Kemudian, peneliti menyusun hasil implementasi dalam

bentuk laporan Evidence Based Clinical Practice.

2.3 Etika

Prinsip yang diterapkan dalam melakukan implementasi Evidence Based Clinical

Practice menurut Utami, (2016) yaitu:

1) Autonomy
Prinsip menghormati otonomi klien, dimana klien dan keluarga bebas dan berhak
untuk memilih, memutuskan, bahkan menolak apa yang akan dilakukan perawat
terhadapnya.
2) Beneficence
Setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat harus memiliki manfaat kepada
klien maupun keluarga klien.
3) fidelity
Perawat dalam memberikan pelayanan harus setia kepada klien serta memiliki
komitmen dalam memberikan pelayanan dengan baik.
4) Non-Maleficence
Tindakan perawat harus sesuai prosedur agar tidak terjadi kesalahan maupun
kelalaian yang dapat merugikan klien maupun keluarga.
5) Veracity
Perawat diwajibkan berkata jujur dan jelas terhadap apa yang akan dilakukannya
kepada klien maupun keluarga klien.
6) Confidentiality
Perawat harus menjaga rahasia setiap klien, baik pada saat klien masih hidup
maupun sudah meninggal.
7) Accountability
Perawat harus bertanggungjawab mengenai tindakan yang dilakukan terhadap
klien maupun keluarga.
8) Justice
Tindakan perawat dalam memberikan pelayanan dilarang membeda-bedakan
antara klien satu dengan klien lainnya.
2.4 Pelaksanaan Evidence Based Practice

Artikel/ Jurnal Tujuan Jenis Penelitian Metode Hasil

Penulis dan Tahun: Mengetahui pengaruh Pre Eksperimen dengan Populasi penelitian ini Hasil uji Wilcoxon menunjukkan
Kholifah & Sutanta terapi musik One Group Pretest-Postest berjumlah 52 lansia, sampel bahwa nilai Z hitung sebesar -6,174
(2021) instrumental terhadap lansia berjumlah 30 orang dengan p value 0,000 < α = 0,05. Hasil
Judul: tekanan darah pada metode pengambilan sampel ini menunjukkan bahwa p-value <
“Pengaruh Terapi lansia hipertensi di menggunakan metode 0,05 (0,000 < 0,05) maka disimpulkan
Musik Instrumental Panti Werdha Budhi purposive sampling. bahwa H0 ditolak, sehingga Hα
Terhadap Tekanan Dharma Umbulharjo diterima artinya terdapat pengaruh
Darah Pada Lansia Yogyakarta terapi musik instrumental terhadap
Hipertensi” tekanan darah pada lansia hipertensi di
Panti Wredha Budhi Dharma
Yogyakarta.

Penulis dan tahun: Untuk menganalisis Jenis penelitian Sampel penelitian ini Hasil penelitian tersebut ada
Istiqomah & pengaruh relaksasi dan menggunakan desain pre sebanyak 21 responden yang perbedaan tekanan darah sebelum dan
Soesanto (2018) terapi musik terhadap and post with control dibagi menjadi 3 kelompok sesudah antara kelompok intervensi
Judul: tekanan darah pada yaitu kelompok pertema relaksasi dan terapi musik selama 15
“Relaksasi dan hipertensi lansia di Unit diberikan intervensi dan menit dengan nilai penuruanan sebesar
Terapi Musik Rehabilitasi Sosial relaksasi dan terapi musik 22 mmHg dan kelompok intervensi
terhadap Tekanan Pucang Gading selama 15 menit, kelompok relaksasi dan terapi musik selama 30
Darah pada Semarang kedua diberikan intervensi menit dengan nilai penurunaan sebesar
Hipertensi Lansia di relaksasi dan terapi musik 20 mmHg, sedangkan pada kelompok
Unit Rehabilitasi selama 30 menit dan kontrol tidak terdapat perubahan
Sosial Pucang kelompok ketiga kontrol yaitu
Gading Semarang” tanpa diberikan intervensi.
Metode pengambilan sampel
dengan teknik purposive
random sampling
Penulis dan tahun: Penelitian ini bertujuan Penelitian pra-eksperiment Sampel dalam penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan bahwa
F, Nur, Rusyani & untuk mengetahui design dengan adalah lansia di Posyandu sebelum dilakukan pemberian terapi
Hermawati (2019) pengaruh terapi musik menggunakan desain one Desa Waleng jumlah sampel musik klasik mayoritas tekanan darah
Judul: klasik terhadap group pretest-posttest penelitian 30 lansia. Analisis pada lansia dalam kategori hipertensi
“Pengaruh Terapi penurunan tekanan data diuji menggunakan Uji ringan sebanyak 23 responden (76,6%)
Musik Klasik darah pada lansia di Wilcoxonp=0,000(p<0,05). dan tekanan darah setelah dilakukan
Terhadap Penurunan Posyandu lansia Desa pemberian terapi musik klasik
Tekanan Darah Pada Waleng Girimarto menurun menjadi kategori normal
Lansia di Posyandu Wonogiri. tinggi sebanyak 20 responden
Lansia Desa Waleng (66,7%). Terdapat pengaruh terapi
Girimarto musik klasik terhadap penurunan
Wonogiri” tekanan darah pada lansia di Posyandu
lansia Desa Waleng Girimarto
Wonogiri.

Penulis dan tahun: Mengetahui pengaruh Pre eksperimental dengan Jumlah sampel adalah 13 Rata-rata tekanan darah diastolik
Supriadi, Hutabarat terapi musik tradisional rancangan one group pre- responden. Teknik sebelum dilakukan terapi musik
& Monica (2015) kecapi suling Sunda test and post-test design pengambilan sampel secara tradisional kecapi suling Sunda yaitu
Judul: terhadap tekanan darah non-probability sampling 82.92 mmHg sedangkan rata-rata
“Pengaruh Terapi pada lansia dengan dengan teknik purposive diastolik setelah dilakukan terapi
Musik Tradisional hipertensi di PSTW sampling. Analisis data musik tradisional yaitu 72.69 mmHg
Kecapi Suling Budi Pertiwi Bandung dilakukan dengan dua tahap dan didapatkan nilai p value 0.001.
Sunda Terhadap yaitu univariat dan bivariat dari kedua p value dapat di simpulkan
Tekanan Darah Pada (uji t-dependent) bahwa ada perbedaan rata-rata tekanan
Lansia Dengan darah sistolik dan diastolik pada lansia
Hipertensi” dengan hipertensi sebelum dan setelah
diberikan terapi musik tradisional
kecapi suling Sunda.Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa terdapat
pengaruh antara terapi musik
tradisional kecapi dan suling sunda
terhadap penurunan tekanan darah.
BAB III

LAPORAN EVIDENCE BASED CLINICAL PRACTICE

3.1 Kajian Literatur

Kholifah & Sutanta (2021), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Terapi
Musik Instrumental Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi”. Penelitian ini
dilakukan kepada 30 responden lansia di Panti Wredha Budhi Dharma Umbulharjo
Yogyakarta yang mengalami hipertensi dan bersedia menjadi responden dalam penelitian
ini, hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa 28 responden lansia mengalami penurunan
tekanan darah dari kisaran tekanan darah sistolik 140-180mmHg dan diastolik 90-100
mmHg sedangkan hasil tekanan darah pasa 2 lansia lainya setelah dilakukan intervensi
tetap dan tidak mengalami perubahan, hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas lansia
hipertensi pada kelompok intervensi di Panti Wredha Budhi Dharma Umbulharjo
Yogyakarta setelah melakukan terapi musik instrumental mengalami penurunan tekanan
darah.Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa nilai Z hitung sebesar -6,174 dengan p value
0,000 < α = 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa p-value < 0,05 (0,000 < 0,05) maka
disimpulkan bahwa H0 ditolak, sehingga Hα diterima artinya terdapat pengaruh terapi
musik instrumental terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di Panti Wredha Budhi
Dharma Yogyakarta.

Penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah & Soesanto (2018), dengan judul
“Relaksasi dan Terapi Musik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Lansia di Unit
Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang” yang dilakukan kepada 21 responden lansia
di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. Sebanyak 21 responden lansia
tersebut dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: kelompok intervensi 15 menit, kelompok
intervensi 30 menit, dan kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi. Setelah dilakukan
intervensi didapatkan hasil penelitian nilai rata-rata kelompok intervensi relaksasi dan
terapi musik selama 15 menit tekanan darah sistolik sebelum yaitu 161 mmHg dan sistolik
sesudah 138 mmHg, sedangakan pada kelompok intervensi relaksasidan terapi musik
selama 30 menit nilai rata-rata sistolik sebelum yaitu 160 mmHg dan sistolik sesudah yaitu
139 mmHg serta pada kelompok kontrol nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dan
sesudah yaitu 153 mmHg.nilai rata-rata tekanan darah diastolik sebelum pada kelompok
intervensi relaksasi dan terapi musik selama 15 menit yaitu 92 mmHg dan nilai diastolik
sesudah yaitu 82 mmHg, sedangkan kelompok intervensi relaksasi dan terapi musik selama
30 menit nilai rata-rata tekanan darah diastolik sebelum yaitu 92 mmHg dan diastolik
sesudah yaitu 84 mmHg. Nilai rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah pada
kelompok kontrol yaitu 92 mmHg.Hasil analisis uji Kruskal Wallis, didapatkan nilai P
value 0.001 < α (0.05), maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh relaksasi dan terapi
musik terhadap tekanan darah pada hipertensi lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang
Gading Semarang. Hasil penelitian tersebut ada perbedaan tekanan darah sebelum dan
sesudah antara kelompok intervensi relaksasi dan terapi musik selama 15 menit dengan
nilai penuruanan sebesar 22 mmHg dan kelompok intervensi relaksasi dan terapi musik
selama 30 menit dengan nilai penurunaan sebesar 20 mmHg, sedangkan pada kelompok
kontrol tidak terdapat perubahan.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh F, Nur, Rusyani & Hermawati (2019)
dengan judul “Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Lansia di Posyandu Lansia Desa Waleng Girimarto Wonogiri” menunjukkan bahwa ada
penurunan tekanan darah responden pada saat pre test mayoritas responden memiliki
kategori hipertensi ringan kemudian diberikan terapi musik klasik mozart selama 30 menit
hasil yang didapatkan adalah selisih rata-rata tekanan darah yang diukur dari pre test
sampai post test yaitu dengan p=0,000 (p<0,05) yang artinya terjadi perbedaan yang
signifikan tekanan darah sebelum dan setelah intervensi. Jadi dapat dikatakan bahwa
penelitian ini menunjukkan intervensi pemberian terapi musik Mozart dapat menurunkan
tekanan darah, hal ini dibuktikan bahwa jika di bandingkan selisih rata-rata penurunan
tekanan darah terjadi perubahan yang signifikan. Penelitian ini dilakukan kepada 30 orang
lansia di Posyandu Lansia Desa Waleng Girimarto Wonogiri, sebelum dilakukan intervensi
diddaptkan data sebanyak 23 lansia mengalami hipertesni ringan, 5 mengalami hipertensi
sedang dan 2 mengalami hipertensi berat. Sesudah diberikan terapi musik klasik (Mozart)
(post test) didapatkan hasil dengan tekanan darah sistolik menurun sebanyak 29 orang
lansia.Ini terlihat lansia merasa nyaman dan rileks saat diberikan terapi musik klasik
Mozart. Beberapa penelitian mendapatkan musik akan membuat tubuh menjadi rileks, yang
secara fisiologis manifestasinya dapat dilihat dari perubahan denyut jantung, tekanan darah
dan tingkat kecemasan seseorang.

Penelitian yang dilakukan oleh Supriadi, Hutabarat & Monica (2015), dengan judul
“Pengaruh Terapi Musik Tradisional Kecapi Suling Sunda Terhadap Tekanan Darah Pada
Lansia Dengan Hipertensi” yang dilakukan kepada 13 responden di di PSTW Budi Pertiwi
Bandung dan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan yaitu lansia
dengan hipertensi primer, lansia dengan pendengaran normal yang diuji dengan garpu tala
(rinne dan weber test), lansia yang tidak merokok, lansia yang tidak obesitas (ditentukan
dengan menghitung BMI). Hasil penelitian didapatkan ratarata tekanan darah sistolik
sebelum diberikan terapi musik tradisional kecapi suling Sunda yaitu 152.69 mmHg
sedangkan rata-rata tekanan darah sistolik setelah diberikan terapi musik tradisional kecapi
suling Sunda yaitu 129.54 mmHg dan didapatkannilai p value 0.0001. Rata-rata tekanan
darah diastolik sebelum dilakukan terapi musik tradisional kecapi suling Sunda yaitu 82.92
mmHg sedangkan rata-rata diastolik setelah dilakukan terapi musik tradisional yaitu 72.69
mmHg dan didapatkan nilai p value 0.001. dari kedua p value dapat di simpulkan bahwa
ada perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia dengan hipertensi
sebelum dan setelah diberikan terapi musik tradisional kecapi suling Sunda. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara terapi musik tradisional kecapi dan
suling sunda terhadap penurunan tekanan darah.

3.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan saat melakukan penelitian ini adalah lamanya keadaan lingkungan


sekitar pasien yang tidak kondusif seperti disatu ruangan terdapat dua sampai tiga pasien
yang sedang menonton TV dan melakukan aktivitas yang dapat membuat pasien
terdistraksi ketika mendengar instrumen musik.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Tindakan

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan memberikan terapi farmakologi


dan non-farmakologi. Terapi farmakologi dapat berupaantihipertensi, penghambat enzim
renin (renin inhibitors), angiotensin converting enzyme inhibitor, antagonis reseptor
angiotensin II dan bloker. Sedangkan penanganan non farmakologi hipertensi yang dapat
dilakukan antara lain yaitu: mengurangi asupan garam, mengurangi kelebihan berat badan
(obesitas), membatasi konsumsi alkohol, olahraga, relaksasi otot progresif, terapi musik dll
(Istiqomah & Soesanto, 2018). Terapi musik merupakan salah satu terapi non-farmakologi
dalam penatalaksanaan hipertensi, terapi musik merupakan terapi yang membantu
mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitas fisik, memberi pengaruh positif terhadap
kondisi suasana hati dan emosi, sedangkan efek fisiologis dapat mengakibatkan energi otot
meningkat atau menurun.timbulnya efek pada nadi menjadi teratur, sehingga tekanan darah
lebih stabil (Kholifah & Sutanta,2021).

Kriteria inklusi merupakan kriteria yang ditetapkan penulis untuk Menseleksi


populasi agar bisa menjadi sampel (Notoatmodjo, 2010). Adapun Kriteria inklusi yang
akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a) Pasien yang dirawat di ruangan Sinai SHKJ dengan kesadaran compos mentis

b) Pasien yang berumur lebih dari 60 tahun

c) Pasien yang bersedia menjadi responden dalam pelaksanaan intervensi.

d) Pasien dengan tekanan darah sistolik >140mmHg

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri populasi yang tidak bisa diteliti atau tidak Dapat
diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Adapun kriteria Eksklusi dalam penelitian
ini yaitu:

a) Pasien yang dirawat disinai dengan tekanan darah sistolik < 140 mmHg
b) Pasien dengan penurunan Kesadaran

c) Pasien yang berumur < 60 tahun

d) Pasien lansia yang tidak bersedia menjadi responden dalam pelaksanaan intervensi

Peneliti mengaplikasikan terapi musik pada tiga orang pasien lansia di ruangan Sinai kamar
4207-1, 4212-2 dan 4102-1 Siloam Hospital Kebon Jeruk dengan diagnosa pasien masing-
masing meliputi:

4207-1: Ny. L dengan HT, Gastritis

4212-2: Tn. J dengan HT, DM tipe II, post op fraktur femuralis

4202-1: Ny. K dengan HT, Fraktur

Implementasi terapi musik ini dilakukan selama 2 hari pada setiap pasien, pada fase
awal peneliti melakukan pengkajian dengan menanyakan keluhan pasien saat ini kemudian
peneliti melakukan kontrak waktu dan menjelaskan tujuan dari dilakukannya terapi musik
ini untuk membuat pasien merasa rilexsehingga dapat menurunkan tekanan darah serta
menjelaskan bahwa tindakan yang diberikan kepada pasien tidak memiliki efek samping
yang berbahaya pada pasien. Setelah itu peneliti menjelaskan dan mengedukasi pasien
mengenai prosedur tindakan terapi musik tersebut.

Setelah peneliti meminta persetujuan pasien, memberikan infromasi dan melakukan


edukasi mengenai terapi musik dan pasien menyetujui tindakan tersebut diimplementasikan
kepada dirinya peneliti melakukan terapi tersebut dengan dengan memeriksakan tekanan
darah pasien didapatkan hasil:

Inisial Pasien Jenis Usia TD Hari ke-1 TD Hari ke-2


kelamin

Tn. J Laki-laki 71 156/90 mmHg 149/88 mmHg

Ny. L Perempuan 62 168/92 mmHg 164/88 mmHg

Ny.K Laki-laki 74 160/90 mmHg 160/84 mmHg


Setelah didapatkan hasil dari tekanan darah pasien peneliti memulai memberikan
terapi musik dengan memutarkan instrument musik klasik beralunan lembut melalui
handphone pasien ataupun handphone peneliti selama 30 menit. Pada 5 menit pertama
peneliti mendampingi pasien kemudia meminta bantuan dari keluarga pasien untuk
mendampingi pasien. Kemudian peneliti akan melakukan evaluasi terhadap respon pasien
dan melakukan pengukuran tekanan darah kembali setelah diberikan intervensi terapi
musik untuk melihat perubahan ataupun dampak dari intervensi tersebut.

4.2 Hasil Pelaksanaan Evidence Based Clinical Practice

Setelah 30 menit pemberian intervensi terapi musik kepada pasien, peneliti


melakukan evaluasi dengan melihat respon pasien apakah ada keluhan dan pada pasien
ketiga responden mengatakan bahwa dirinya merasa lebih tenang dan rileks. Dari hasil
pengukuran tekanan darah kembali didapatkan hasil:

Inisial Pasien Jenis kelamin Usia TD Hari ke-1 TD Hari ke-2

Tn. J Laki-laki 71 140/80 mmHg 129/88 mmHg

Ny. L Perempuan 62 130/84 mmHg 120/80 mmHg

Tn. K Laki-laki 74 150/80 mmHg 140/82 mmHg

4.3 Pembahasan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di ruangan Sinai Siloam hospital Kebon Jeruk
mengenai pengaruh terapi musik pada pasien lansia dengan hipertensi diketahui bahwa
responden mayoritas memiliki jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak dua orang (66.6%).
Lansia yang dilakukan intervensi memiliki rentang usia 62 -74 tahun, berdasarkan WHO
dalam Lee et. al, 2018 rentang usia ini masuk dalam kategori lansia (elderly). Dari hasil
yang didapatkan 100% lansia yang dilakukan intervensi mengalami penurunan tekanan
darah sistolik dan diastolik dari 156/90 mmHg menjadi 140/80 mmHg, 168/92 mmHg
menjadi 130/84 mmHg, 160/90 mmHg menjadi 150/80 mmHg. Pada hari kedua
pelaksanaan intervensi terapi musik kepada responden, tekanan darah sistolik dan diastolik
dari 149/88 menjadi 129/88, dari 164/88 mmHg menjadi 120/80 mmHg dan 160/90 mmHg
menjadi 140/82 mmHg.

Adapun sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu Hasil
dari penelitian yang dilakukan oleh F, Nur, Rusyani & Hermawati (2019) dengan judul
“Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia di
Posyandu Lansia Desa Waleng Girimarto Wonogiri” menunjukkan bahwa ada penurunan
tekanan darah responden pada saat pre test mayoritas responden memiliki kategori
hipertensi ringan kemudian diberikan terapi musik klasik mozart selama 30 menit sebanyak
23 lansia mengalami hipertesni ringan, 5 mengalami hipertensi sedang dan 2 mengalami
hipertensi berat dikarenakan musik akan membuat tubuh menjadi rileks, yang secara
fisiologis manifestasinya dapat dilihat dari perubahan denyut jantung, tekanan darah dan
tingkat kecemasan seseorang. Selain itu Penelitian yang dilakukan oleh Supriadi, Hutabarat
& Monica (2015), tentang “Pengaruh Terapi Musik Tradisional Kecapi Suling Sunda
Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi” didapatkan rata-rata tekanan
darah diastolik sebelum dilakukan terapi musik tradisional kecapi suling Sunda yaitu 82.92
mmHg sedangkan rata-rata diastolik setelah dilakukan terapi musik tradisional yaitu 72.69
mmHg. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi musik berpengaruh
menurunkan tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi pada ruangan Sinai Siloam
Hospital Kebon Jeruk rentang penurunan tekanan darah diastolic 10-44 mmHg.

Menurut Kholifah dan Sutanta (2021), terapi Musik ini diharapkan dapat membantu
untuk mengurangi kecemasan, mengungkapkan perasaan, membantu rehabilitas fisik,
menimbulkan dampak positif terhadap kondisi suasana hati dan menurunkan emosi.
Dampak efek fisiologis dapat mengakibatkan energi otot meningkat atau menurun,
sirkulasi darah nadi pada menjadi teratur, tekanan darah lebih stabil. Terapi musik ini dapat
meningkatkan respon parasimpatis, aktivitas tubuh atau relaksasi lebih banyak turun maka
aktivitas metabolik juga turun, sehingga memiliki dampak terhadap fungsi jantung, tekanan
darah, dan pernafasan, sedangkan stimulasi saraf simpatis dapat meningkatkan aktivitas
tubuh, Kondisi ini akan meningkatkan rasa nyaman dan adaptasi fisiologis pada individu
(Aswad & Luawo, 2020)
Pada penelitian kali ini kami melakukan implementasi kepada tiga pasien lansia
yang mengkonsumsi obat hipertensi namun terdapat pengaruh yang cukup signifikan
terhadap penurunan tekanan darah ketiga sampel lansia ini setelah dilakukan intervensi
terapi musik ini. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Kholifah dan Sutanta (2021),
penderita hipertensi yang sedang minum obat hipertensi bila dilakukan dengan
mendengarkan musik instrumen selama 30 menit per hari menunjukkan penurunan tekanan
darah yang bermakna dibandingkan dengan mengandalkan obat antihipertensi saja. Maka
dari itu dengan terapi musik ini dapat membantu menurunkan tekanan darah pasien untuk
mendapatkan hasil yang lebih bermakna bagi pasien.

Pada penelitian ini kami tidak membahas mengenai perbandingan antara tingkat
efektivitas terapi musik daripada efektivitas penggunaan obat dalam penurunan tekanan
darah pada pasien lansia. Namun kami memperhatikan jarak waktu paruh dan waktu
puncak dari obat yang diberikan kepada pasien kami sebelum melakukan implementasi,
sehingga diharapkan hasil yang didapatkan tidak bias.
BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 3 responden di ruangan rawat inap
Sinai, Siloam Hospital Kebon Jeruk, maka dapat disimpulkan bahwa:

a) Teridentifikasi responden memiliki rentang usia 62-74 tahun

b) Teridentifikasi sebagian besar responden memiliki jenis kelamin laki-laki yaitu


dua orang (66,6%)
c) Diketahui bahwa terapi musik dapat mempengaruhi tekanan darah
pada pasien lansia dengan hipertensi dengan rentang penurunan tekanan
darah diastolic yaitu 10-44 mmHg

5.2 Saran

Saran dari peneliti untuk ruangan, profesi perawat, dan peneliti selanjutnya adalah:

a) Kepada Ruangan, diharapkan penelitian dari ebp yang dilakukan dapat dijadikan
sebagai masukan dan dapat juga diterapkan sebagai upaya peningkatan mutu dan
kualitas pelayanan melalui terapi non-farmakologis
b) Kepada Profesi Perawat, diharapkan bisa menjadi referensi untuk dilakukan
kepada pasien bahwa terapi musik dapat menurunkan tekanan darah
c) Untuk penelitian selanjutnya dapat mengkaji faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan terapi seperti lingkungan pasien, kebisingan dan faktor lainnya agar
hasil yang didapatkan akurat.
REFERENSI

Aswad, Y & Luawo,H.(2020).EFEKTIFITAS TERAPI SLOW DEEP BREATHING DAN


MUSIK RELAKSASI TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA
HIPERTENSI.Jambura journal of health search and research 2 (2), 59-64. Retrieved
from https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjhsr/article/view/6939
Damanik, S. M. (2019). Modul Bahan Ajar Keperawatan Gerontik. Diakses pada
http://repository.uki.ac.id/2742/1/ModulBahanAjarKeperawatanGerontik.pdf
Fatakh, M. N., Rusyani, Y., & Hermawati, E. (2018). Pengaruh Terapi Musik Klasik
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di Posyandu Lansia Desa Waleng
Girimarto Wonogiri. Stikes Dutagama Klaten, 10(2), 1-9. https://www.e-
journal.stikesdutagama.ac.id/index.php/e-journal/article/view/424
Ismarina, D., Herliawati, H., & Muharyani, P. W. (2015). Perbandingan Perubahan Tekanan
Darah Lansia Penderita Hipertensi Setelah Dilakukan Terapi Musik Klasik dan
Relaksasi Autogenik di Wilayah Kerja Puskesmas Pembina Palembang. Jurnal
Keperawatan Sriwijaya, 2(2), 124-129.
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jk_sriwijaya/article/view/2362
Istiqomah, I. (2018, November). Relaksasi dan Terapi Musik terhadap Tekanan Darah pada
Hipertensi Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. In Prosiding
Seminar Nasional Mahasiswa Unimus (Vol. 1).
https://prosiding.unimus.ac.id/index.php/mahasiswa/article/view/102
Kholifah, N., & Sutanta, S. (2021). Pengaruh Terapi Musik Instrumental Terhadap Tekanan
Darah Pada Lansia Hipertensi. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan, 14(1), 27-34.
https://journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/view/11628
Kholifah. S.N. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta:Kemenkes RI. Diakses pada
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-
Gerontik-Komprehensif.pdf
Lee, S. B., Oh, J. H., Park, J. H., Choi, S. P., & Wee, J. H. (2018). Differences in youngest-
old, middle-old, and oldest-old patients who visit the emergency department. Clinical
and Experimental Emergency Medicine, 5(4), 249. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc6301865/
Nasrullah, D. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Diakses pada
https://r2kn.litbang.kemkes.go.id/handle/123456789/73793
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Infodatin Hipertensi. (2020)
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
hipertensi-si-pembunuh-senyap.pdf
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2018.
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-
2018_1274.pdf
Supriadi, D., Hutabarat, E., & Monica, V. (2015). Pengaruh terapi musik tradisional kecapi
suling sunda terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Jurnal Skolastik
Keperawatan, 1(2), 29-35.https://jurnal.unai.edu/index.php/jsk/article/view/80
LAPORAN EVIDENCE BASED CLINICAL PRACTICE (EBCP)
TERAPI MUSIK KLASIK PADA PASIEN HIPERTENSI
DI RUMAH SAKIT SILOAM KEBON JERUK

OLEH PEMBI MBI N G

Nalita Filya Lawalata (01503210168) Ibu Maria Christina


Olivia Esther Pollatu (01503210069)
Priskila Krismonica (01503210068)
Menua merupakan proses yang Hipertensi merupakan penyakit tidak
berangsur-angsur mengakibatkan menular yang mengakibatkan kondisi
perubahan serta menurunnya daya komplikasi seperti stroke, penyakit
tahan tubuh dalam menghadapi jantung koroner, dan gagal ginjal
rangsangan dari dalam dan luar tubuh (Kemenkes, 2018)
LATAR BELAKANG

(Kholifah, 2016).

140-159 ≥160
<120 120-139

PRE HIPERTENSI HIIPERTENSI


NORMAL HIPERTENSI TINGKAT 1 TINGKAT 2

Klasifikasi Lansia Menurut WHO

Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, Lanjut usia (old) 75-90 tahun
Lanjut usia (eldery) 60-74 tahun, Usia sangat tua (very old) ≥ 90 tahun

(Qoyyimah & Rohmawati, 2017)


FENOMENA
&
PENELITIAN
Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan LAIN
didapatkan hasil:

• Kholifah & Sutanta (2021), tentang “Pengaruh Terapi • Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh F, Nur,
Musik Instrumental Terhadap Tekanan Darah Pada Rusyani & Hermawati (2019) dengan judul
Lansia Hipertensi” terhadap 30 responden lansia di “Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap
Panti Wredha Budhi Dharma Umbulharjo Yogyakarta, Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia di
hasilnya didapatkan bahwa 28 responden lansia Posyandu Lansia Desa Waleng Girimarto
mengalami penurunan tekanan darah dari kisaran Wonogiri” menunjukkan bahwa ada penurunan
tekanan darah sistolik 140-180mmHg dan diastolik 90- tekanan darah pada responden. Penelitian ini
100 mmHg. dilakukan kepada 30 orang lansia di Posyandu
• Istiqomah & Soesanto (2018), tentang “Relaksasi dan Lansia Desa Waleng Girimarto Wonogiri, sebelum
Terapi Musik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi dilakukan intervensi diddaptkan data sebanyak 23
Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading lansia mengalami hipertesni ringan, 5 mengalami
Semarang” kepada 21 responden lansia, didapatkan hipertensi sedang dan 2 mengalami hipertensi
hasil bahwa ada perbedaan tekanan darah sebelum dan berat. Sesudah diberikan terapi musik klasik
sesudah antara kelompok intervensi relaksasi dan terapi (Mozart) (posttest) didapatkan hasil dengan
musik selama 15 menit dengan nilai penuruanan tekanan darah sistolik menurun sebanyak 29 orang
sebesar 22 mmHg dan kelompok intervensi relaksasi lansia.Ini terlihat lansia merasa nyaman dan rileks
dan terapi musik selama 30 menit dengan nilai saat diberikan terapi musik klasik Mozart.
penurunaan sebesar 20 mmHg, sedangkan pada
kelompok kontrol tidak terdapat perubahan.
FENOMENA
&
PENELITIAN
LAIN • Berdasarkan data riskesdas (2018), total
• Penelitian yang dilakukan oleh Supriadi, Hutabarat &
Monica (2015), dengan judul “Pengaruh Terapi Musik penduduk indonesia yang mengalami
Tradisional Kecapi Suling Sunda Terhadap Tekanan hipertensi sebanyak 34.11%
Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi” yang dilakukan • Provinsi DKI jakarta urutan sembilan
kepada 13 responden di di PSTW Budi Pertiwi terbesar prevalensi hipertensi di
Bandung didapati hasil penelitian yaitu: rata-rata
tekanan darah diastolik sebelum dilakukan terapi musik
indonesia sebanyak 33,43%
tradisional kecapi suling Sunda yaitu 82.92 mmHg • Berdasarkan kategori umur 55.2%-69.5%
sedangkan rata-rata diastolik setelah dilakukan terapi lansia mengalami hipertensi.
musik tradisional yaitu 72.69 mmHg dan didapatkan
nilai p value 0.001. dari kedua p value dapat di Data yang di dapatkan dari Rawat Inap
simpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata tekanan Sinai Siloam Hospital Kebon Jeruk:
darah sistolik dan diastolik pada lansia dengan • Terdapat enam orang lansia yang
hipertensi sebelum dan setelah diberikan terapi musik mengalami hipertensi,
tradisional kecapi suling Sunda.Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara terapi
• Lansia kategori hipertensi tingkat satu
music tradisional kecapi dan suling sunda terhadap (tekanan darah sistolik 140-159 mmhg)
penurunan tekanan darah. sampai tingkat dua (tekanan darah sistolik
≥160 mmhg)
Bagaimana pengaruh terapi musik
terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia di ruangan Sinai Siloam
Hospital Kebon Jeruk
TUJUAN UMUM

Mengetahui pengaruh terapi musik pada lansia dengan


hipertensi di Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk

TUJUAN KHUSUS

Evidence Based Clinical Practice (EBCP) dilakukan untuk menganalisa


pengaruh dari terapi musik pada pasien lansia dengan hipertensi di
Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk
KRITERIA INKLUSI DAN EKSLUSI
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

✓ Pasien lansia berusia diatas 60 tahun ✓ Pasien yang berusia < 60 tahun
✓ Pasien dengan kesadaran penuh (compos ✓ Pasien dengan penurunan kesadaran
mentis) ✓ Pasien lansia yang tidak memiliki
✓ Pasien lansia dengan hipertensi (tekanan hipertensi (Tekanan sistolik <140
sistolik > 140 mmHg mmHg)
✓ Pasien lansia yang bersedia menjadi ✓ Pasien lansia yang tidak bersedia
responden EBCP menjadi responden EBCP
Metode pelaksanaan
Metode SAMPEL TEMPAT DAN
Setelah didapatkan hasil dari tekanan darah pasien WAKTU
peneliti memulai memberikan terapi musik dengan Lansia SHKJ
Tn. J Ruang rawat Inap Sinai
memutarkan instrument musik klasik beralunan lembut Ny. L SHKJ pada 28 Februari
melalui handphone pasien ataupun handphone peneliti Tn. K 2022 - 2 Maret 2022
selama 30 menit. Pada 5 menit pertama peneliti
mendampingi pasien kemudian meminta bantuan dari
keluarga pasien untuk mendampingi pasien. Kemudian
peneliti akan melakukan evaluasi terhadap respon
pasien dan melakukan pengukuran tekanan darah
kembali setelah diberikan intervensi terapi musik untuk
melihat perubahan ataupun dampak dari intervensi
tersebut.
HASIL PENELITIAN

Nama Jenis Umur Diagnosa Sebelum intervensi Sesudah intervensi


pasien Kelamin Hari -1 Hari ke-2 Hari -1 Hari ke-2
Tn. J Laki-laki 71 HT, DM tipe 156/90 149/88 129/88
140/80
mmHg
II, post op mmHg mmHg
fraktur
femoralis
Ny. L Perempuan 62 HT, Gastritis 168/92 164/88 120/80
130/84
mmHg
mmHg mmHg
mmHg

Tn. K Laki-laki 74 HT, Fraktur 160/90 160/84 140/82


150/80
mmHg
mmHg mmHg
mmHg
Distribusi Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Intervensi

180

160
TEKANAN DARAH SISTOLIK
140

120

100 Tn. J
Ny. L
80 Tn K

60

40

20

0
Sebelum Intervensi H-1 Sebelum Intervensi H-2 Setelah Intervensi H-1 Setelah Intervensi H-2
PEMBAHASAN

❖ Dari hasil penelitian yang dilakukan di ruangan Sinai Siloam hospital Kebon Jeruk mengenai
pengaruh terapi musik pada pasien lansia dengan hipertensi diketahui bahwa responden mayoritas
memiliki jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak dua orang (66.6%). Lansia yang dilakukan intervensi
memiliki rentang usia 62 -74 tahun, berdasarkan WHO dalam Lee et. al, 2018 rentang usia ini masuk
dalam kategori lansia (elderly).
❖ Setelah 30 menit pemberian intervensi terapi musik kepada pasien, peneliti melakukan evaluasi
dengan melihat respon pasien apakah ada keluhan dan pada pasien ketiga responden mengatakan
bahwa dirinya merasa lebih tenang dan rileks
❖ Dari hasil yang didapatkan 100% lansia yang dilakukan intervensi mengalami penurunan tekanan
darah sistolik dan diastolic ketika dilakukan terapi musik selama 30 menit dengan hasil Tn. J 156/90
mmHg → 140/80 mmHg, Ny. L 168/92 mmHg → 130/84 mmHg, Tn. K 160/90 mmHg → 150/80
mmHg.
❖ Pada hari kedua pelaksanaan intervensi tekanan darah diastolik mengalami penurunan dari 149/88
mmHg → 129/88 mmHg, Ny L 164/88 mmHg → 120/80 mmHg serta Tn. K 160/84 mmHg →
140/82 mmHg.
KESIMPULAN

1 Teridentifikasi responden memiliki rentang usia 62-


74 tahun

2 Teridentifikasi sebagian besar responden memiliki


jenis kelamin laki-laki yaitu dua orang (66,6%)

3 Diketahui bahwa terapi music dapat mempengaruhi


tekanan darah pada pasien lansia dengan hipertensi
dengan rentang penurunan tekanan darah sistolik
yaitu 10-44 mmHg
SARAN
1 Kepada Ruangan, diharapkan penelitian dari ebp yang dilakukan dapat
dijadikan sebagai masukan dan dapat juga diterapkan sebagai upaya
peningkatan mutu dan kualitas pelayanan melalui terapi non-
farmakologis

2 Kepada Profesi Perawat, diharapkan bisa menjadi referensi untuk


dilakukan kepada pasien bahwa terapi musik dapat menurunkan
tekanan darah

3 Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat mengkaji


faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan terapi seperti
lingkungan pasien, kebisingan dan faktor lainnya agar hasil
yang didapatkan akurat.
REFERENSI
Damanik, S. M. (2019). Modul Bahan Ajar Keperawatan Gerontik. Diakses pada
http://repository.uki.ac.id/2742/1/ModulBahanAjarKeperawatanGerontik.pdf
Fatakh, M. N., Rusyani, Y., & Hermawati, E. (2018). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di
Posyandu Lansia Desa Waleng Girimarto Wonogiri. Stikes Dutagama Klaten, 10(2), 1-9. https://www.e-
journal.stikesdutagama.ac.id/index.php/e-journal/article/view/424
Ismarina, D., Herliawati, H., & Muharyani, P. W. (2015). Perbandingan Perubahan Tekanan Darah Lansia Penderita Hipertensi Setelah Dilakukan
Terapi Musik Klasik dan Relaksasi Autogenik di Wilayah Kerja Puskesmas Pembina Palembang. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 2(2), 124-
129. https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jk_sriwijaya/article/view/2362
Istiqomah, I. (2018, November). Relaksasi dan Terapi Musik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang
Gading Semarang. In Prosiding Seminar Nasional Mahasiswa Unimus (Vol. 1).
https://prosiding.unimus.ac.id/index.php/mahasiswa/article/view/102
Kholifah, N., & Sutanta, S. (2021). Pengaruh Terapi Musik Instrumental Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi. Jurnal Berita Ilmu
Keperawatan, 14(1), 27-34. https://journals.ums.ac.id/index.php/BIK/article/view/11628
Kholifah. S.N. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta:Kemenkes RI. Diakses pada http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Keperawatan-Gerontik-Komprehensif.pdf
Lee, S. B., Oh, J. H., Park, J. H., Choi, S. P., & Wee, J. H. (2018). Differences in youngest-old, middle-old, and oldest-old patients who visit the
emergency department. Clinical and Experimental Emergency Medicine, 5(4), 249. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc6301865/
Nasrullah, D. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Diakses pada https://r2kn.litbang.kemkes.go.id/handle/123456789/73793
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Infodatin Hipertensi. (2020)
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-hipertensi-si-pembunuh-senyap.pdf
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf
Supriadi, D., Hutabarat, E., & Monica, V. (2015). Pengaruh terapi musik tradisional kecapi suling sunda terhadap tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi. Jurnal Skolastik Keperawatan, 1(2), 29-35.https://jurnal.unai.edu/index.php/jsk/article/view/80

Anda mungkin juga menyukai