Anda di halaman 1dari 62

FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN JULI 2019

INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN MANAJEMEN LAKTASI

OLEH:
Nurul Aifaa Nazihah Binti Mohd Zin
C014172165

RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Andi Rahmayanti

SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Rudy B. Leonardy, Sp.OG (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Nurul Aifaa Nazihah Binti Mohd Zin


NIM : C014172165
Judul kasus dan referat : Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Dan Manajemen Laktasi

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Departemen


Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Juli 2019

Pembimbing Supervisor Pembimbing Residen

dr. Rudy B. Leonardy, Sp.OG (K) dr. Andi Rahmayanti

Mengetahui,
Koordinator Pendidikan Mahasiswa
Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Dr. dr. Elizabeth C. Jusuf, Sp.OG(K)

ii
SURAT KETERANGAN PEMBACAAN REFERAT

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Nurul Aifaa Nazihah Binti Mohd Zin


NIM : C014172165

Benar telah membacakan referat dengan judul “Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Dan
Manajemen Laktasi” pada:

Hari/tanggal :
Tempat :
Konsulen :
Minggu dibacakan :
Nilai :

Dengan ini dibuat untuk digunakan sebaik-baiknya dan digunakan sebagaimana


mestinya.

Makassar, Juli 2019


Pembimbing Supervisor Pembimbing Residen

dr. Rudy B. Leonardy, Sp.OG (K) dr. Andi Rahmayanti

iii
DAFTAR HADIR PEMBACAAN REFARAT

Nama : Nurul Aifaa Nazihah Binti Mohd Zin


NIM : C014 172165
Hari/Tanggal :
Judul Refarat : Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Dan Manajemen Laktasi
Tempat :

No. Nama Minggu Tanda Tangan

Pembimbing Supervisor Pembimbing Residen

dr. Rudy B. Leonardy, Sp.OG (K) dr. Andi Rahmayanti

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................................... ii


SURAT KETERANGAN PEMBACAAN REFERAT ........................................................... iii
DAFTAR HADIR PEMBACAAN REFARAT ....................................................................... iv
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................v
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................................................1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................................3
A. Anatomi glandula mammae ...............................................................................................3
B. Fisiologi Laktasi ............................................................. Error! Bookmark not defined.
C. Perubahan Komposisi ASI ...............................................................................................12
D.Faktor Produksi ASI .........................................................................................................14
E. IMD ..................................................................................................................................19
1. Manfaat IMD ...............................................................................................................20
2.Tahapan Bayi Saat IMD ................................................................................................21
3.Tatalaksana IMD............................................................................................................22
4 Kontraindikasi IMD .......................................................................................................27
5. Penghambat IMD ..........................................................................................................29
F.Manajemen Laktasi ........................................................... Error! Bookmark not defined.
1. Manfaat Laktasi .............................................................................................................34
2.Teknik Menyusui Yang Benar .......................................................................................36
3. Posisi Menyusui ............................................................................................................43
4.Faktor Penghambat Menyusui .......................................................................................52
Daftar Pustaka ..........................................................................................................................54

v
BAB 1

PENDAHULUAN

Pembangunan nasional pada dasarnya adalah membangun manusia

Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Sumber

daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan syarat mutlak terwujudnya

pembangunan nasional di segala bidang. Status gizi menjadi salah satu faktor

yang sangat berperan penting pada kualitas SDM terutama yang terkait dengan

kecerdasan, produktivitas dan kreativitas. Masalah gizi pada dasarnya merupakan

masalah kesehatan yang penanggulangannya tidak dapat hanya dilakukan dengan

pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja karena penyebabnya yang

multifaktor. Gizi pada masa anak perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh

terhadap tumbuh kembang bahkan sejak masih dalam kandungan sekalipun, gizi

memegang peranan penting. Apabila ibu hamil mendapat makanan yang adekuat,

maka bayi yang dikandungnya akan lahir dengan berat lahir normal. Sedangkan

ibu yang kurang gizi, akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah. Nutrisi

terpenting yang diperoleh pertama kali saat bayi lahir adalah ASI. ASI merupakan

makanan paling ideal baik secara fisiologis maupun biologis yang harus diberikan

kepada bayi di awal kehidupannya. Hal ini dikarenakan selain mengandung nilai

gizi yang cukup tinggi, ASI juga mengandung zat kekebalan tubuh yang akan

melindungi dari berbagai jenis penyakit yang dapat menghambat petumbuhan

bayi tersebut. Pemberian ASI dimulai sejak bayi dilahirkan selama 6 bulan, tanpa

menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. (Aisyah

dkk, 2015)

1
Masalah gizi kurang menjadi salah satu masalah gizi yang belum

terselesaikan di Indonesia. Meskipun begitu, prevalensi gizi kurang telah turun

dari 31% pada tahun 1989 menjadi 17,9% pada tahun 2010. Sementara itu,

prevalensi masalah gizi lebih yang tidak hanya dialami anak-anak namun juga

pada dewasa meningkat hampir satu persen tiap tahunnya. Prevalensi gizi lebih

pada anak-anak dan dewasa, masing-masing 14,4% pada tahun 2007 dan 21,7%

pada tahun 2010. (Menkes RI,2012)

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Kelenjar Mammae

Payudara (buah dada) atau kelenjar mammae adalah salah satu organ reproduksi

pada wanita yang berfungsi mengeluarkan air susu. Payudara terdiri dari lobules-

lobulus yaitu kelenjar yang menghasilkan ASI, tubulus atau duktus yang

menghantarkan ASI dari kelenjar sampai pada puting susu (nipple). Kelenjar

Mammae terletak pada hermithoraks kanan dan kiri dengan batas-batas yang

tampak dari sebagai berikut:

- Batas Superior : iga II atau III

- Batas Inferior : iga VI atau VII

- Batas Medial : pinggir sternum

- Batas Lateral : garis aksillars anterior

Gambar 1. Kelenjar Mamma

3
Pada kelenjar mammae terdapat tiga bagian utama, yaitu :

1. Korpus

 Mengandung alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu.

Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma,

sel otot polos dan pembuluh darah

 Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus

 Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20

lobus pada tiap payudara. ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam

saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung

membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus)

2. Areola

Terdapat sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar

melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar.

Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot

polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar. Kulit

pada areola juga banyak mengandung pigmen, tetapi berbeda

dengan kulit puting susu, ia kadang-kadang mengandung folikel

rambut. Kelenjar sebaseanya biasanya terlihat sebagai nodulus

kecil pada permukaan areola dan disebut kelenjar Montgomery.

Kelenjar ini mengeluarkan cairan berminyak yang melindungi kulit

puting dan areola selama menyusui, dan menghasilkan aroma

individual ibu yang menarik bayinya ke payudara. Saluran di

4
bawah areola terisi dengan susu dan menjadi lebih lebar saat

menyusui, ketika refleks oksitosin aktif.

3. Papilla.

Kulit papilla banyak mengandung pigmen tetapi tidak berambut.

Papilla dermis banyak mengandung kelenjar sabasea

Kelenjar mammae dibagi menjadi empat kuadran yaitu kuadran supero

lateral, kuadran supero medial, kuadran infero lateral, dan kuadran infro

medial. Kuadran superolateral ini mengandung masa jaringan kelenjar mammae

yang lebih banyak atau langsung di belakang areola dan sering menjadi tempat

neoplasia. Pada kuadran superomedia atas dan lateral bawah, jaringan kelenjarnya

lebih sedikit jumlahnya, dan yang paling minimal adalah yang di kuadran medial

bawah.

Jaringan kelenjar terdiri dari 15-25 lobus yang tersebar radier mengelilingi

papilla. Tiap-tiap segmen mempunyai satu aliran yang akan berdilatasi,

sesampainya di belakang areola. Pada retro areolar ini, duktus yang berdilatasi itu,

menjadi lembut, kecuali saat dan selama ibu menyusui, duktus ini akan

mengalami distensi. Masing-masiang duktus ini tak berisi, dan mempunyai satu

bukaan ke arah puting (duktus eksretorius). Tiap lobus dibagi menjadi 50-57

lobulus, yang bermuara ke dalam suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam

duktus askretorius lobulus itu. Setiap lobulus terdiri atas sekelompok alveolus

yang bermuara ke dalam laktiferus (saluran air susu) yang bergabung dengan

duktus-duktus lainnya, untuk membentuk saluran yang lebih besar dan berakhir ke

5
dalam saluran sekretorik. Ketika saluran-saluran ini mendekati puting, saluran-

saluran ini akan membesar, untuk menjadi tempat penampungan air susu (yang

disebut sinus laktiferus), kemudian saluran-saluran tersebut menyempit lagi dan

menembus puting dan bermuara di atas permukaannya.

Di antara kelenjar laktiferus dan fasia pektrolis, juga di antara kulit dan

kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut, ada

jaringan ikat yang disebut Ligamentum Cooper yang merupakan tonjolan jaringan

payudara, yang bersatu dengan lapisan luar fasia superfisialis yang berfungsi

sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk payudara. (Allen, 2016)

Gambar 2. Gambaran

Mammae pada potongan

transversal

6
B. Fisiologi Laktasi

Tahapan laktogenesis terdiri dari mammogenesis, laktogenesis I,

laktogenesisi II, galaktopoises dan involution. Mammogenesis yaitu pembentukan

kelenjar payudara yang sudah terbentuk saat ibu hamil trimester III. Pada masa ini

ditandai pembesaran payudara, disebabkan proliferasi duktus laktiferus,

peningkatan yang jelas dari duktus yang baru, percabangan dan lobus yang

dipengaruhi oleh hormon plasenta dan korpus luteum. Pada masa ini pengeluaran

kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan progesterone. (Amalina, 2016)

Selama kehamilan, wanita akan mengalami pembesaran payudara, warna kulit di

area payudara menjadi lebih gelap, pembuluh darah vena disekitar payudara

tampak menonjol, dan ukuran areola menjadi lebih lebar. Kadar prolaktin saat

kehamilan ini sangat tinggi karena menjelang minggu kelima kehamilan, tingkat

prolaktin yang bersirkulasi mulai meningkat, akhirnya meningkat menjadi sekitar

10-20 kali konsentrasi pra-kehamilan.sehingga terjadilah produksi ASI. Selama

kehamilan, prolaktin dan hormon-hormon lain mempersiapkan payudara secara

anatomis untuk mengeluarkan susu. Namun, estrogen, progesteron, dan hormon

plasenta lainnya menghambat sintesis susu yang dimediasi prolaktin selama

kehamilan. Tidak sampai plasenta dikeluarkan sehingga hambatan ini diangkat

dan produksi susu dimulai. (BC Campus, 2019)

Pada masa kehamilan ini nutrisi, konsumsi suplemen vitamin dan

psikologis mempengaruhi tahapan awal laktogenesis yaitu proses pembentukan

atau produksi Air Susu Ibu. (Amalina, 2016) Setelah melahirkan, tahapan

7
laktogenesis berkembang menjadi laktogenesis I. Produksi ASI yang sudah

dimulai saat kehamilan bergerak melalui membrana sel dan masuk ke duktus. Air

susu ini dapat mengalir dengan bantuan hormon oksitosin yang mulai muncul

setelah terlepasnya plasenta. Tingkat prolaktin awalnya turun tajam, tetapi

dipulihkan selama lonjakan 1 jam selama setiap pemberian susu untuk

merangsang produksi susu untuk pemberian berikutnya. Dengan setiap lonjakan

prolaktin, estrogen dan progesteron juga sedikit meningkat. (BC Campus, 2019)

Ketika bayi menyusu, serabut saraf sensorik di areola memicu refleks

neuroendokrin yang menghasilkan sekresi susu dari laktosit ke dalam alveoli.

Hipofisis posterior melepaskan oksitosin, yang menstimulasi sel-sel mioepitel

untuk memeras susu dari alveoli sehingga dapat mengalir ke saluran laktiferosa,

berkumpul di sinus laktiferosa, dan keluar melalui pori-pori puting. Dibutuhkan

kurang dari 1 menit dari saat bayi mulai menyusu (periode laten) sampai ASI

dikeluarkan (let-down). Gambar 3 merangkum loop umpan balik positif dari

refleks let-down. (BC Campus, 2019)

8
Gambar 3. Refleks Let-Down. Lingkaran umpan balik positif memastikan

produksi ASI berlanjut selama bayi terus menyusui.

Laktogenesis I ini berlansung setelah proses persalinan sampai hari ke

dua yang memproduksi kolostrum. Setelah memproduksi kolostrum, tahapan

selanjutnya adalah laktogenesis II yang terjadi pada hari ke 3 sampai hari ke 8.

Pada masa ini ASI mulai lancar karena penurunan cepat hormon progesterone dan

9
meningkatnya hormon oksitosin. Kelelahan, mobilisasi yang kurang dan adanya

afterpain dapat mempengaruhi sekresi hormon oksitosin. Ibu memerlukan

intervensi yang dapat merangsang produksi hormon oksitosin. (Amalina, 2016)

Sintesis susu yang dimediasi prolaktin berubah seiring waktu. Pengeluaran ASI

yang sering dengan menyusui (atau memompa) akan mempertahankan kadar

prolaktin yang bersirkulasi tinggi selama beberapa bulan. Namun, bahkan dengan

menyusui terus, prolaktin awal akan menurun dari waktu ke tingkat sebelum

kehamilan. Selain prolaktin dan oksitosin, hormon pertumbuhan, kortisol, hormon

paratiroid, dan insulin berkontribusi terhadap laktasi, sebagian dengan

memfasilitasi transportasi asam amino ibu, asam lemak, glukosa, dan kalsium ke

ASI. (BC Campus, 2019)

Produksi ASI juga dikontrol di payudara oleh zat yang disebut

penghambat umpan balik laktasi, atau FIL (feedback inhibitor of lactation), yang

terdapat dalam ASI.(Wilde dkk, 1995). Terkadang satu payudara berhenti

membuat ASI sementara payudara lainnya berlanjut, misalnya jika bayi menyusu

hanya pada satu sisi. Ini karena kontrol lokal terhadap produksi susu secara

independen di dalam setiap payudara. Jika ASI tidak dikeluarkan, inhibitor

mengumpulkan dan menghentikan sel dari mensekresi lagi, membantu melindungi

payudara dari efek berbahaya karena terlalu penuh. Jika ASI dikeluarkan,

inhibitor juga dikeluarkan, dan sekresi dilanjutkan. Jika bayi tidak bisa menyusu,

maka ASI harus dikeluarkan dengan ekspresi.

FIL memungkinkan jumlah ASI yang diproduksi ditentukan oleh berapa

banyak yang dibutuhkan bayi, dan oleh karena itu seberapa banyak kebutuhan

10
bayi. Mekanisme ini sangat penting untuk peraturan dekat yang sedang

berlangsung setelah laktasi didirikan. Pada tahap ini, prolaktin diperlukan untuk

memungkinkan sekresi susu terjadi, tetapi tidak mengontrol jumlah susu yang

diproduksi. (Nyqvist dkk, 1999)

Refleks bayi penting untuk pemberian ASI yang tepat. Refleks utama

adalah rooting, menyusu dan menelan. Ketika sesuatu menyentuh bibir atau pipi

bayi, bayi itu berbalik untuk menemukan rangsangan, dan membuka mulutnya,

meletakkan lidahnya ke bawah dan ke depan. Ini adalah refleks rooting dan ada

pada sekitar minggu ke-32 kehamilan. Ketika sesuatu menyentuh langit-langit

bayi, ia mulai mengisapnya. Ini adalah refleks mengisap. Ketika mulut bayi penuh

dengan susu, dia menelan. Ini adalah refleks menelan. Bayi prematur dapat

memegang puting susu dari usia kehamilan sekitar 28 minggu, dan mereka dapat

menyusu dan mengeluarkan susu dari sekitar 31 minggu. Koordinasi menyusui,

menelan dan bernapas muncul antara 32 dan 35 minggu kehamilan. Bayi hanya

bisa menyusu dalam waktu singkat pada usia itu, tetapi mereka dapat mengambil

makanan tambahan dengan cangkir. Mayoritas bayi dapat menyusui sepenuhnya

pada usia kehamilan 36 minggu. (Nyqvist dkk, 1999)

Ketika mendukung seorang ibu dan bayi untuk memulai dan menetapkan

pemberian ASI eksklusif, penting untuk mengetahui tentang refleks ini, karena

tingkat kedewasaan mereka akan memandu apakah bayi dapat menyusui secara

langsung atau sementara membutuhkan metode pemberian makan lain.

Dua faktor yang mempengaruhi pemeliharaan laktasi adalah rangsangan

dan pengosongan payudara secara sempurna :

11
a. Rangsangan, yaitu sebagai respon dari pengisapan yang memacu pembentukan

air susu yang lebih banyak. Dan apabila bayi tidak dapat menyusu sejak awal

maka ibu dapat mmemeras air susu dari payudaranya dengan tangan atau

menggunakan pompa payudara. Akan tetapi, pengisapan oleh bayi akan

memberikan rangsangan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kedua cara

tersebut (Saleha, 2009).

b. Pengosongan sempurna payudara Bayi sebaiknya mengosongkan payudara

sebelum diberikan payudara yang lain. Apabila payudara tidak mengosongkan

yang kedua, maka pada pemberian air susu yang berikutnya payudara kedua ini

yang diberikan pertama kali. Apabila diinginkan agar bayi benar-benar puas

(kenyang), maka bayi perlu diberikan air susu pertama (fore-milk) dan air susu

kedua (hind-milk) untuk sekali minum. Hal ini hanya dapat dicapai dengan

pengosongan sempurna pada satu payudara (Saleha, 2009).

C. Perubahan Komposisi ASI


Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, alveoli membengkak dengan

kolostrum, zat kental, kekuningan yang tinggi protein tetapi mengandung lebih

sedikit lemak dan glukosa daripada ASI dewasa (Tabel 1). Sebelum melahirkan,

beberapa wanita mengalami kebocoran kolostrum dari puting susu. Sebaliknya,

ASI dewasa tidak bocor selama kehamilan dan tidak dikeluarkan sampai beberapa

hari setelah melahirkan.(BC Campus, 2019)

12
Tabel 1 Komposisi Colostrum Manusia, ASI Matang, dan Susu Sapi (g / L) 6

Kolostrum ASI Susu sapi

manusia

Total protein 23 11 31

Imunoglobulin 19 0,1 1

Lemak 30 45 38

Laktosa 57 71 47

Kalsium 0,5 0,3 1,4

Fosfor 0,16 0,14 0,90

Sodium 0,50 0,15 0,41

Kolostrum dikeluarkan selama 48-72 jam pertama pascapersalinan.

Hanya sedikit volume kolostrum yang diproduksi — kira-kira 3 ons dalam

periode 24 jam — tetapi itu cukup untuk bayi baru lahir dalam beberapa hari

pertama kehidupan. Kolostrum kaya dengan imunoglobulin, yang memberikan

kekebalan saluran pencernaan, dan juga kekebalan sistemik karena bayi baru lahir

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tidak steril. Setelah sekitar hari ketiga

pascapersalinan, ibu mengeluarkan ASI peralihan yang mewakili perantara antara

ASI matang dan kolostrum. Ini diikuti oleh susu matang dari sekitar postpartum

hari 10 (lihat Tabel 1). Seperti yang dapat Anda lihat di tabel terlampir, ASI

bukan pengganti ASI. Ini mengandung lebih sedikit laktosa, lebih sedikit lemak,

dan lebih banyak protein dan mineral. Selain itu, protein dalam susu sapi sulit

13
bagi sistem pencernaan bayi yang belum matang untuk melakukan metabolisme

dan penyerapan. (BC Campus, 2019)

Beberapa minggu pertama menyusui mungkin melibatkan kebocoran,

rasa sakit, dan periode pembengkakan ASI saat hubungan antara pasokan susu dan

permintaan bayi menjadi mapan. Setelah periode ini selesai, ibu akan

menghasilkan sekitar 1,5 liter susu per hari untuk satu bayi, dan lebih banyak lagi

jika ia memiliki anak kembar atau kembar tiga. Saat bayi mengalami

pertumbuhan, pasokan susu terus-menerus menyesuaikan diri untuk

mengakomodasi perubahan permintaan. Seorang wanita dapat terus menyusui

selama bertahun-tahun, tetapi begitu menyusui dihentikan selama sekitar 1

minggu, susu yang tersisa akan diserap kembali; dalam banyak kasus, tidak akan

diproduksi lagi, bahkan jika menyusu atau memompa dilanjutkan. (BC Campus,

2019)

Susu matang berubah dari awal hingga akhir menyusui. Susu awal,

disebut foremilk, berair, tembus cahaya, dan kaya akan laktosa dan protein.

Tujuannya adalah untuk menghilangkan dahaga bayi. Hindmilk dikirim menjelang

akhir menyusui. Ini buram, lembut, dan kaya lemak, dan berfungsi untuk

memuaskan nafsu makan bayi. (NCBI, 2009)

Selama hari-hari pertama kehidupan bayi baru lahir, penting bagi

meconium untuk dikeluarkan dari usus dan agar bilirubin tetap rendah dalam

sirkulasi. Ingat bahwa bilirubin, produk pemecahan eritrosit, diproses oleh hati

dan dikeluarkan dalam empedu. Memasuki saluran pencernaan dan keluar dari

tubuh di bangku. ASI memiliki sifat pencahar yang membantu mengeluarkan

14
mekonium dari usus dan membersihkan bilirubin melalui ekskresi empedu.

Konsentrasi bilirubin yang tinggi dalam darah menyebabkan penyakit kuning.

Beberapa derajat ikterus normal pada bayi baru lahir, tetapi kadar bilirubin yang

tinggi — yang bersifat neurotoksik — dapat menyebabkan kerusakan otak. Bayi

baru lahir, yang belum memiliki sawar darah-otak yang berfungsi penuh, sangat

rentan terhadap bilirubin yang bersirkulasi dalam darah. Memang,

hiperbilirubinemia, suatu tingkat bilirubin sirkulasi yang tinggi, adalah kondisi

yang paling umum yang memerlukan perhatian medis pada bayi baru lahir. Bayi

baru lahir dengan hiperbilirubinemia diobati dengan fototerapi karena sinar UV

membantu memecah bilirubin dengan cepat.(BC Campus, 2019)

D Faktor- faktor yang mempengaruhi produksi ASI

1) Status Kesehatan Ibu

Kondisi fisik yang sehat akan menunjang kepada produksi ASI yang optimal baik

kualiti maupun kuantiti. Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi

sehingga mempengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI.

Kekhawatiran dan rasa stres menyebabkan terjadinya pelepasan adrenalin yang

menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah pada alveolus. Akibatnya terjadi

hambatan dari let down reflex sehingga air susu tidak mengalir dan mengalami

bendungan ASI. Hormon prolaktin dan oksitosin berperan untuk memproduksi serta

menjaga persediaan ASI. Prolaktin merupakan hormon terpenting untuk

kelangsungan dan kecukupan pengeluaran ASI. Tinggi rendahnya kadar prolaktin

15
dipengaruhi oleh kondisi ibu seperti tingkat kebugaran, keadaan stress, jumlah jam

tidur, dan gairah seksual

Untuk menyiapkan kondisi psikologis ibu diperlukan dukungan dari keluarga dan

suami. Keterlibatan suami memberi dukungan moral dan emosional dalam

pemberian ASI. Hal tersebut akan mendorong refleks kimiawi tubuh untuk terus

memproduksi ASI sehingga bayi mendapatkan ASI dalam jumlah yang cukup.

(Enok, 2010)

2) Nutrisi dan asupan cairan

Jumlah dan kualitas ASI dipengaruhi oleh nutrisi dan masukan cairan ibu. Selama

menyusui ibu memerlukan banyak karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan

mineral. Jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan oleh ibu menyusui pada enam

bulan pertama adalah 700 kalori per hari. Untuk menjaga produksi ASI dibutuhkan

juga asupan cairan yang memadai. Kebutuhan air ibu menyusui 8-12 gelas (2-3

liter) per hari. Makanan yang dimakan oleh ibu tidak secara langsung

mempengaruhi jumlah dan kualitas ASI. Dalam tubuh ibu terdapat berbagai zat

makanan yang diperlukan untuk produksi ASI. Akan tetapi apabila ibu kekurangan

nutrisi dalam jangka waktu yang cukup lama maka produksi ASI akan berkurang

dan akhirnya terhenti.

3) Pemakaian Kontrasepsi

Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin juga berkaitan

dengan penurunan volume dan durasi ASI. Jika pil hanya mengandung progestin

maka tidak ada dampak terhadap volume ASI. Berdasarkan hal ini, WHO

16
merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil

kontrasepsi. Ibu yang menyusui baiknya memperhatikan penggunaan alat

kontrasepsi karena pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat mempengaruhi

produksi ASI. Contohnya penggunaan kontrasepsi kombinasi oral

(esterogenprogestin) akan menghambat produksi ASI.

4) Hubungan Perawatan Payudara dengan Kecukupan ASI

Merawat payudara yang baik selama masa kehamilan maupun setelah bersalin akan

memperlancar keluarnya ASI. Dampak tidak melakukan perawatan payudara antara

lain: ASI tidak lancar, puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit mengisap,

produksi ASI sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi bayi. Perawatan payudara

sangat penting untuk produksi ASI, karena kegiatan perawatan payudara berguna

untuk meningkatkan produksi ASI ,dapat melenturkan dan menguatkan puting susu

sehingga memudahkan bayi untuk menyusu pada ibu. Kebiasaan ibu yang baik

dalam melakukan perawatan payudara akan memberikan dampak yang baik

terhadap kelancaran ASI. Sebaliknya ibu yang tidak melakukan perawatan

payudara akan memberikan dampak yang buruk terhadap kecukupan ASI untuk

bayinya.

5) Anatomis Buah Dada

Bentuk puting tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi. Pada ujung puting susu

terdapat 15-20 muara lobus (duktus laktiferus), sedangkan areola mengandung

sejumlah kelenjar lemak. Kelenjar lemak merupakan kelenjar Montgomery yang

berfungsi sebagai kelenjar minyak yang mengeluarkan cairan agar puting tetap

17
lunak dan lentur. Di bawah areola saluran yang besar melebar, disebut sinus

laktiferus. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran, terdapat otot polos

yang bila berkontraksi memompa ASI keluar. Bila payudara terlalu penuh hingga

mengeras, puting susu akan melesak masuk sehingga bayi tidak dapat mengisap

secara benar. Ibu harus menyusui bayinya sesering mungkin atau tanpa

menetapkan jadwal khusus sehingga dapat mencegah terjadinya pembengkakan

payudara. Bentuk puting inverted dan flat pula menyebabkan kesulitan untuk bayi

menghisap sehingga prolaktin tidak dapat dilepaskan.(Enok, 2010)

6) Faktor Istirahat dengan Kecukupan ASI

Menurut kajian oleh Indrawara, ibu menyusui perlu istirahat cukup untuk menekan

stress yang akan menghambat produksi ASI. Relaks dan percaya diri akan

melancarkan produksi ASI. Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI yaitu

status pekerjaan. Ibu yang tidak bekerja mempunyai waktu yang banyak untuk

beristirahat, sehingga ibu tidak terlalu capek dan akan mempengaruhi pada

pengeluaran hormon oksitosin dan prolaktin. (Enok, 2010)

7) Frekuensi Isapan dengan Kecukupan ASI

Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuroendokrin. Rangsangan sentuhan pada

payudara sehingga semakin sering bayi menyusu semakin banyak prolaktin yang

diproduksi sehingga makin banyak produksi ASI. Kemampuan isapan dan menelan

dapat merangsang produksi ASI sehingga membantu bayi mendapatkan ASI yang

cukup.

18
8) Obat-obatan

Pemakaian obat-obatan selama masa laktasi harus terukur dan hati-hati. Obat yang

dikonsumsi ibu dapat diekskresikan dalam cairan ASI, meskipun yang akan

termakan oleh bayi hanya 0,001-0,5% dari dosis obat yang dimakan ibu. Obat-

obatan yang merupakan kontraindikasi selama menyusui seperti :antineoplastik &

antimetabolit, bromokriptin, kloramfenikol, simetidin, klemastin, ergotamin, etil

biskoumasetat, metimazol, isotretinoin. Sedangkan obat obatan yang diperboleh

untuk ibu menyusui adalah seperti asetaminofen, asiklovir, laksatif, diuretic,

ibuprofen, antikoagulan, antikonvulsan, antihistamin, kortison vaksin dan vitamin

yang merupakan obat obatan dengan penggunaan jangka pendek.

9) Gaya Hidup

Pada ibu yang merokok, asap rokok menghambat kerja prolaktin dan oksitosin

sehingga mengganggu produksi ASI. Menurut kajian dalam waktu tiga bulan

berat badan bayi yang menyusu dari ibu yang merokok tidak meningkat dengan

optimal. Pada ibu yang mengonsumsi alkohol, etanol yang terkandung bisa

menghambat kerja oksitosin.(Enok, 2010)

19
E. IMD

Inisiasi Menyusu Dini atau Permulaan Menyusu Dini adalah bayi

mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia juga

seperti mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri asalkan

dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera

setelah lahir. Cara melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the breast

crawl atau merangkak mencari payudara sendiri. Pada hari pertama sebenarnya

bayi belum memerlukan cairan atau makanan, tetapi pada usia 30 menit harus di

susukan pada ibunya, bukan untuk pemberian nutrisi tetapi untuk belajar

menyusu atau membiasakan menghisap puting susu dan juga guna

mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi ASI. Apabila bayi tidak menghisap

puting susu pada setengah jam setelah persalinan, Prolaktin (hormon pembuat

ASI) akan turun dan sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru akan keluar

pada hari ketiga atau lebih dan memperlambat pengeluaran kolostrum.

(Hilmy,2015)

Inisiasi menyusu dini berperan dalam pencapaian tujuan Millenium

Development Goals (MDGS), khususnya pada tujuan keempat, yakni membantu

mengurangi angka kematian bayi. Menurut The World Health Report pada 2005,

angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup.

Berdasarkan penelitian WHO pada 2000 di enam negara berkembang yakni Brazil,

Ghana, India, Oman Norwegia dan Amerika Serikat, resiko kematian bayi antara 9-

12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia

dibawah dua bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48%. Sekitar 40%

20
kematian balita terjadi di usia bayi baru lahir (di bawah satu bulan). Jika bayi

menyusu sejak dini, maka akan mengurangi 22% kematian bayi 28 hari. Hal ini

berarti inisiasi menyusu dini mampu mengurangi 8,8% angka kematian balita.

(Roesli,2008)

1. Manfaat IMD

Manfaat Inisiasi menyusu dini bagi bayi adalah: memenuhi kebutuhan

nutrisi bayi karena ASI merupakan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang

optimal; memberi kekebalan pasif kepada bayi melalui kolostrum sebagai imunisasi

pertama bagi bayi; meningkatkan kecerdasan; membantu bayi mengkoordinasikan

hisap, telan dan nafas; meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi; mencegah

kehilangan panas; serta merangsang kolostrum segera keluar. Sedangkan manfaat

inisiasi menyusu dini bagi ibu adalah: merangsang produksi oksitosin dan prolaktin;

meningkatkan keberhasilan produksi ASI; dan meningkatkan jalinan kasih sayang

ibu dan bayi.

Manfaat kontak kulit antara ibu dan bayi adalah dada ibu mampu

menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara

sehingga akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypothermia), baik ibu

maupun bayi akan merasa lebih tenang, pernapasan dan detak jantung bayi lebih

stabil dan bayi akan jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi. Saat

merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya melalui

jilatan dan menelan bakteri menguntungkan dikulit ibu sehingga bakteri ini akan

21
berkembang biak membentuk koloni disusu dan kulit bayi, menyaingi bakteri yang

merugikan.

Bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi akan lebih baik karena

pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga dan setelah itu bayi akan tidur

dalam waktu yang lama; makanan yang diperoleh bayi dari ASI sangat diperlukan

bagi pertumbuhan bayi dan kemungkinan bayi menderita alergi dapat dihindari

lebih awal; bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusu

eksklusif dan lebih lama disusui, hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan

bayi di puting susu ibu dan sekitarnya, emutan dan jilatan bayi pada puting ibu

merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Bayi mendapat ASI / kolostrum yang

pertama kali keluar, cairan ini kaya akan zat yang meningkatkan daya tahan tubuh,

penting untuk ketahanan infeksi, penting untuk pertumbuhan, bahkan kelangsungan

hidup bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi usus bayi yang

masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus. (Roesli, 2008)

2. Tahapan Perilaku Bayi Saat Inisiasi Menyusu Dini

Saat inisiasi menyusu dini, dimana bayi baru lahir langsung dikeringkan, diletakkan

di perut ibu (kontak kulit) kemudian dibiarkan setidaknya satu jam/sampai bayi

berhasil menyusu, semua bayi akan mengalami beberapa tahapan perilaku (pre-

feeding behaviour). Perilaku bayi saat inisiasi menyusu dini terdiri dari 5 tahap.

(Roesli, 2008)

1) Dalam 30 menit pertama yang dikenali dengan stadium istirahat atau diam dan

siaga. Bayi diam tidak bergerak sesekali matanya terbuka lebar melhat ibunya.

22
Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan

dalam kandungan ke keadaan diluar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang)

ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal ini meningkatkan

kemampuan menyususi dan mendidik bayinya.

2) Antara 30 – 40 menit dimana bayi mulai mengeluarkan suara, gerakan mulut

seperti mau minum, mencium dan menjilat tangan.. Bayi mencium dan merasakan

cairan ketuban yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang

dikeluarkan dari payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk

payudara puting susu ibu.

3) Pengeluaran air liur. Saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi

mengeluarkan air liurnya. Bayi mulai mencari arah ke payudara yang mengeluarkan

cairan dengan bau yang sama dengan bau ditangannya.

4) Bayi mulai bergerak kearah payudara ibu, dengan kaki menekan perut ibu.

menoleh kekanan dan kekiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan

sekitarnya dengan tangannya yang mungil. Sesekali bayi akan menjilat kulit ibunya

yang mengandung bakteri baik yang bagus untuk sistem pencernaan bayi.

5) Bayi mulai menemukan puting ibu, menjilat, mengulum dan membuka mulut

lebar sehingga melekat dengan baik. (Saleha, 2009)

23
3. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini

i Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Secara Umum.

Pelaksanaan inisiasi menyusu dini dimulai dengan memberitahu ibu dan

keluarga tentang asuhan yang akan diberikan, suami atau keluarga dianjurkan untuk

mendampingi ibu saat persalinan, biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang

diinginkan (normal, dengan posisi jongkok atau melahirkan di dalam air) dan

hindari penggunaan obat kimiawi saat persalinan dapat diganti dengan cara non-

kimiawi (pijat, aroma terapi, gerakan atau hypnobirthing).

Setelah bayi lahir, keringkan seluruh badan dan kepala bayi (kecuali kedua tangan)

secepatnya, biarkan lemak putih (vernix) karena dapat menyamankan kulit bayi.

Lakukan pemotongan dan pengikatan talipusat kemudian tengkurapkan bayi di

dada atau perut ibu dan biarkan kulit bayi melekat diperut ibu, posisi kontak kulit

dengan kulit ini dipertahankan minimal satu jam atau setelah menyusu awal selesai.

Selimuti ibu dan bayi, jika perlu gunakan topi bayi. Biarkan bayi mencari sendiri

puting ibu, ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak boleh

memaksakan bayi ke puting susu. Hal ini dapat berlangsung selama beberapa menit

atau satu jam, bahkan lebih.

Selanjutnya, anjurkan suami/keluarga untuk mendukung ibu dan membantu ibu

untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu, karena

dukungan ini akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi

kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia

telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting

payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan

24
kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama. Kesempatan kontak kulit dengan

kulit juga dianjurkan pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi

caesar.

Bayi hanya boleh dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah

satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan

vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda. Rawat gabung ibu dan bayi dalam

satu kamar selama satu jam, bayi tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan

ibu. Hindari pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI

keluar). (Roesli, 2008)

ii Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Pada Operasi Caesar

Usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar pasti tidak dapat dilakukan

pada persalinan operasi caesar. Namun, jika diberikan anastesi spinal atau epidural,

ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera memberi respon pada bayi. Bayi

dapat segera diposisikan sehingga terjadi kontak kulit ibu dan kulit bayi. Usahakan

menyusu pertama dilakukan dikamar operasi. Jika keadaan ibu dan bayi belum

memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada kesempatan yang tercepat. Jika

dilakukan anestesi umum, kontak dapat terjadi diruang pulih saat ibu sudah dapat

merespon walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius. (Roesli,

2008)

Inisiasi menyusu dini tetap dapat dilakukan pada persalinan caesar, namun perlu

dukungan ekstra, yaitu harus ada tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif.

Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20-50 oC, sediakan selimut untuk menutupi

25
punggung bayi dan badan ibu, siapkan topi bayi untuk mengurangi hilangnya panas

dari kepala bayi. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang

bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.

Biarkan bayi dalam posisi sulit, bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama

satu jam.

Jika inisiasi menyusu dini belum terjadi di kamar bersalin atau kamar operasi, atau

bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakkan didada ibu, ketika

dipindahkan kekamar perawatan ibu atau kamar pulih. (Kristiyanasari W, 2011)

Inisiasi Menyusu Dini Yang Kurang Tepat

Menurut Roesli , praktek inisiasi menyusu dini selama ini kurang tepat, dimana

penanganan bayi baru lahir sebagai berikut: begitu lahir bayi diletakkan diperut ibu

yang sudah dialasi kain kering; bayi segera dikeringkan dengan kain kering, tali

pusat dipotong lalu diikat; karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong)

dengan selimut bayi, kemudian diletakkan didada ibu (tidak terjadi kontak kulit

antara bayi dan ibu). Bayi dibiarkan didada ibu (bonding) untuk beberapa lama (10-

15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum. Selanjutnya

diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting ibu ke mulut

bayi; setelah itu bayi dibawa ke kamar transisi, atau kamar pemulihan (recovery

room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin

K dan diberi tetes mata. (Roesli, 2008)

26
Inisiasi Menyusu Dini Yang Dianjurkan

Keberhasilan inisiasi menyusu dini, sangat tergantung pada petugas kesehatan yang

menanganinya. Karena petugaslah yang akan membimbing ibu dan bayi melakukan

langkah-langkah yang tepat. Untuk itu, Roesli menganjurkan petugas melakukan

langkah –langkah sebagai berikut: begitu lahir bayi diletakkan diperut ibu yang

sudah dialasi kain kering; keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala

secepatnya, kecuali kedua tangannya; vernix (zat lemak putih) yang melekat

ditubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan, karena zat ini membuat nyaman kulit

bayi; tali pusat dipotong lalu diikat; tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan

didada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Jika perlu, bayi diberi

topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya. (Roesli,2008)

4. Kontra Indikasi Inisiasi Menyusu Dini.

Ada beberapa kondisi yang tidak memungkinkan untuk pelaksanaan inisiasi

menyusu dini, baik kondisi ibu maupun kondisi bayi. Namun biasanya kondisi

seperti ini hanya ditemui di Rumah Sakit karena kondisi ini merupakan kondisi

kegawatdaruratan yang penanganan persalinannya pun hanya dapat dilakukan oleh

dokter-dokter yang ahli dibidangnya. (Roesli,2008)

i Kontra Indikasi Pada Ibu.

 Ibu dengan fungsi kardio respiratorik yang tidak baik, penyakit jantung

klasifikasi II

27
Dianjurkan untuk sementara tidak menyusu sampai keadaan jantung cukup baik.

Bagi pasien jantung klasifikasi III tidak dibenarkan untuk menyusu. Penilaian

akan hal ini harus dilakukan dengan hati-hati. Jika penyakit jantungnya

tergolong berat, tak dianjurkan memberi ASI. Mekanisme oksitosin dapat

merangsang otot polos. Sementara organ jantung bekerja dibawah pengaruh otot

polos. Jadi, menyusu dapat memunculkan kontraksi karena kelenjar tersebut

terpacu hingga kerja jantung jadi lebih keras sehingga bisa timbul gagal jantung.

 Ibu dengan eklamsia dan pre-eklamsia berat.

Keadaan ibu biasanya tidak baik dan dipengaruhi obat-obatan untuk mengatasi

penyakit. Biasanya menyebabkan kesadaran menurun sehingga ibu belum sadar

betul. Tidak diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan pada bayi. Sebaiknya

pemberian ASI dihentikan meski tetap perlu dimonitor kadar gula darahnya.

Konsultasikan pada dokter mengenai boleh-tidaknya pemberian ASI pada bayi

dengan mempertimbangkan kondisi ibu serta jenis obat-obatan yang dikonsumsi.

 Ibu dengan penyakit infeksi akut dan aktif.

Bahaya penularan pada bayi sangat dikhawatirkan. Tuberkulosis paru yang aktif

dan terbuka merupakan kontra indikasi mutlak. Namun, pengidap tuberkulosis

aktif tetap boleh menyusu karena kuman penyakit ini tak akan menular lewat

ASI, agar tak menyebarkan kuman ke bayi selama menyusu, ibu harus

menggunakan masker. Tentu saja ibu harus menjalani pengobatan secara tuntas.

Pada sepsis keadaan ibu biasanya buruk dan tidak akan mampu menyusu.

Banyak perdebatan mengenai penyakit infeksi apakah dibenarkan menyusu atau

tidak. Ibu yang positif mengidap AIDS belum tentu bayinya juga positif AIDS.

28
Itu sebabnya ibu yang mengidap AIDS, sama sekali tak boleh memberi ASI pada

bayi.

 Ibu dengan karsinoma payudara

IMD harus dicegah karena bisa mempersulit penilaian penyakitnya. Apabila

menyusu, ditakutkan adanya sel - sel karsinoma yang terminum si bayi. Kalau

semasa menyusu ibu ternyata harus menjalani pengobatan kanker, disarankan

menghentikan pemberian ASI. Obat-obatan antikanker yang dikonsumsi, bersifat

sitostatik yang prinsipnya mematikan sel. Jika obat-obatan ini sampai terserap

ASI lalu diminumkan ke bayi, dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan sel-sel

bayi.

 Ibu dengan gangguan psikologi.

Keadaan jiwa si ibu tidak dapat dikontrol bila menderita psikosis. Meskipun

pada dasarnya ibu sayang pada bayinya, tetapi selalu ada kemungkinan penderita

psikosis membuat cedera pada bayinya.

 Ibu dengan gangguan hormon.

Bila ibu menyusu mengalami gangguan hormon dan sedang menjalani

pengobatan dengan mengonsumsi obat-obatan hormon, sebaiknya pemberian

ASI dihentikan. Dikhawatirkan obat yang menekan kelenjar tiroid ini akan

masuk ke ASI lalu membuat kelenjar tiroid bayi jadi terganggu.

 Ibu dengan hepatitis.

Bila ibu terkena hepatitis selama hamil, biasanya kelak begitu bayi lahir akan

ada pemeriksaan khusus yang ditangani dokter anak. Bayi akan diberi antibodi

untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya agar tidak terkena penyakit yang

29
sama. Sedangkan untuk ibunya akan ada pemeriksaan laboratorium tertentu

berdasarkan hasil konsultasi dokter penyakit dalam. Dari hasil pemeriksaan

tersebut baru bisa ditentukan, boleh-tidaknya ibu memberi ASI. Bila hepatitisnya

tergolong parah, umumnya tidak dibolehkan memberi ASI karena dikhawatirkan

bisa menularkan pada si bayi.

ii Kontra Indikasi Pada Bayi

 Bayi kejang.

Kejang - kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi tidak

memungkinkan untuk menyusu. Ada bahaya aspirasi, bila kejang timbul saat

bayi menyusu. Kesadaran bayi yang menurun juga tidak memungkinkan bayi

untuk menyusu.

 Bayi dengan sakit berat.

Bayi dengan penyakit jantung atau paru-paru atau penyakit lain yang

memerlukan perawatan intensif tidak memungkinkan untuk menyusu, namun

setelah keadaan membaik tentu dapat disusui. Misalnya bayi dengan kelainan

lahir dengan Berat Badan Lahir Sangat Rendah (Very Low Birth Weight) .

Refleks menghisap dan refleks lain pada BBLSR belum baik sehingga tidak

memungkinkan untuk menyusu.

 Bayi dengan cacat bawaan.

Diperlukan persiapan mental si ibu untuk menerima keadaan bahwa bayinya

cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa si bayi merupakan kontra indikasi

30
mutlak. Cacat ringan seperti labioskhisis, palatoskisis bahkan labiopalatoskisis

masih memungkinkan untuk menyusu.

5. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Berikut merupakan pendapat di masyarakat dan penghambat IMD.

 Bayi kedinginan

Bergman pernah menjelaskan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan satu derajat

lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang

diletakkan didada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun satu derajat dan

jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat dua derajat untuk

menghangatkan bayi. (Bergman dkk, 2012)

 Suntikan vitamin K dan tetes mata harus segera diberikan setelah lahir.

Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy

Breastfeeding Medicine, tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya

selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

 Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur.

Hakikatnya, menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas

badan bayi. Selain itu kesempatan vernix meresap, melunakkan dan melindungi

kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan

dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.

 Bayi masih kurang siaga

Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu bayi

tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang di asup ibu,

31
kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih

untuk bonding.

 Kolostrum tidak baik dan berbahaya untuk bayi.

Hal ini tidak benar, kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi.

Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir,

kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.

Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga

diperlukan cairan lain/cairan pre-laktal adalah tidak benar. Kolostrum cukup

dijadikan makanan pertama bayi baru lahir.

 Ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya

Hal ini tidak benar, seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya

segera setelah lahir karena keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta

saat bayi menyusu dini boleh membantu menenangkan ibu.

 Ibu harus dijahit.

Sebenarnya tidak masalah, kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area

payudara sedangkan yang dijahit adalah bagian bawah perut ibu.

 Tenaga kesehatan kurang tersedia untuk menemani ibu.

Hal tidak jadi masalah, karena saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat

melanjutkan tugasnya, bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan

ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada

ibu.

32
 Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.

Hal ini juga tidak masalah, karena dengan bayi di dada ibu, ibu dapat

dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi

untuk meneruskan usahanya mencari payudara dan menyusu dini.

F. Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk

membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini

dilakukan terhadap ibu dalam 3 tahap, yaitu pada masa kehamilan (antenatal),

sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada

masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal). Laktasi

adalah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu ibu harus sudah siap

baik secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi cukup sehat

menyusu. Produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI 500 –

800 ml/hari (3000 ml/hari) (Rukiyah dkk, 2011).

Periode dalam manajemen laktasi

a. Pada masa kehamilan (antenatal)

Hal-hal yang perlu dilakukan pada masa kehamilan :

1) Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi tentang keunggulan

ASi, manfaat menyusui bagi ibu dan bayi, serta dampak negative

pemberian susu formula.

33
2) Ibu memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan, kondisi puting

payudara dan memantau kenaikan berat badan saat hamil.

3) Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan

hingga ibu siap untuk menyusui, ini bermaksut agar ibu mampu

memproduksi dan memberikan ASI yang mencukupi kebutuhan bayi.

4) Ibu senantiasa mencari informasi tentang gisi dan makanan tambahan

sejak kehamilan trimester ke-2. Makanan tambahan saat hamil

sebanyak 1 1/3 kali dari makanan yang dikonsumsi sebelum hamil.

b. Pada masa segera setelah melahirkan

Hal yang dilakukan segera setelah melahirkan :

1) Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi

agar mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai meyusui

bayi. Karena pada saat ini bayi dalam keadaan paling peka terhadap

rangsangan, selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu secara alamiah

2) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam

waktu 2 minggu setelah melahirkan

3) Bayi harus disusui dengan cara yang benar, baik posisi maupun cara

perlekatan bayi pada payudara ibu

c. Masa menyusui (Postnatal)

Hal yang harus diperhatikan dalam manajemen laktasi setelah melahirkan :

34
1) Bayi hanya diberi ASI saja (Secara ekslusif) selama 6 bulan pertama

usia bayi

2) Meyusui tanpa dijadwal atau setiap bayi meminta (on demand)

3) Bila bayi terpaksa dipisah dari ibukarena indikasi medik, bayi arus tetap

mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan

produksi ASI tetap lancar

4) Mempertahankan kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui sehari-

hari. Ibu menyusui harus makan 1 ½ kali lebih banyak dari biasanya

dan minum minimal 10 gelas air per hari

5) Cukup istirahat, menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan

kelelahan fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat

6) Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak

mau menyusu, puting lecet, dll)

1 Manfaat menyusui

Jika seorang ibu memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayinya, hal ini dapat

menguntungkan baik bagi bayinya maupun ibu, antara lain:

i Manfaat ASI bagi bayi:

1) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan

pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.

2) Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti

kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit.

35
3) Melindungi anak dari serangan alergi.

4) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak

sehingga bayi lebih pandai.

5) Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian berbicara.

6) Membantu pembentukan rahang yang bagus.

7) Menunjang perkembangan motorik sehiingga bayi akan cepat bias

berjalan. (Roesli, 2008)

ii. Manfaat ASI bagi ibu:

1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.

2) Mengurangi terjadinya anemia

3) Menjarangkan kehamilan

4) Mengecilkan rahim

5) Ibu lebih cepat mengalami penurunan berat badan

6) Mengurangi kemungkinan menderita kanker

7) Lebih ekonomis dan murah

8) Tidak merepotkan dan hemat waktu

9) Lebih praktis dan portable

10) Memberi kepuasan bagi ibu tersendiri (Roesli, 2008)

36
iii. Manfaat ASI bagi Lingkungan:

1) Mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di dunia

2) Tidak menambah polusi udara karena pabrik-pabrik yang mengeluarkan

asap

iv. Manfaat ASI bagi Negara:

1) Penghemat devisa untuk membeli susu formula dan perlengkapan

menyusui

2) Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah muntah, mencret

dan sakit saluran nafas

3) Penghematan obat-obatan,tenaga dan sarana kesehatan

4) Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas

untuk membangun negara

v. Manfaat ASI bagi keluarga

1) Aspek ekonomi: ASi tidak perlu dibeli dan membuat bayi jarang sakit

sehingga dapat mengurangi biaya berobat

2) Aspek psikologis: menjarangkan kelahiran,dan mendekatkan hubungan

bayi dengan keluarga

3) Aspek kemudahan : Sangat praktis sehingga dapat di berikan dimana saja

dan kapan saja dan tidak merepotkan orang lain

37
3. Teknik menyusui yang benar

Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi menghisap

air susu. Petugas kesehatan perlu memberikan bimbingan pada ibu dalam

minggu pertama setelah persalinan (nifas) tentang cara-cara menyusui yang

sebenarnya agar tidak menimbulkan masalah yaitu dengan langkah-langkah

berikut ini:

a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit demi sedikit kemudian

dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini bermanfaat

sebagai desinfektan san menjaga kelembaban puting susu

b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara

1) Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih santai lebih baik

menggunakan kursi yang lebih rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan

punggung ibu bersandar pada sandaran kursi

2) Bayi dipegang satu lengan, kepala bayi terletak pasa lengkung siku ibu

dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah

dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu

3) Posisi tangan bayi diletakkan dibelakang ibu dan yang satu di depan

4) Perut bayi menempel pada perut ibu, kepala bayi menghadap payudara

(tidak hanya membelokkan kepala bayi)

5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

6) Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang

c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang

dibawah. Jangan menekan puting susu atau areolanya saja.

38
Gambar 4 .Cara meletakkan bayi Gambar 5 .Cara memegang payudara

d. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara:

1) Menyentuh pipi dengan puting susu atau,

2) Menyentuh sisi mulut bayi

Gambar 6. Cara merangsang mulut bayi

e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke

payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi:

1) Usahakan sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi sehingga

puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI

keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola

2) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga

lagi. -

39
Gambar 7. Teknik menyusui yang benar

f. Melepas isapan bayi Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa

kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas

isapan bayi:

1) jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi;

2) dagu ditekan ke bawah

g. Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang

dihisap terakhir)

h. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada

puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya

i. Menyendawakan bayi. Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan

udara dari lambung supaya bayi tidak muntah (gumoh-Jawa) setelah menyusui.

Ketika menyusui bayi ikut menelan udara yang dapat membuat perutnya penuh

dan tidak enak sebelum ia menyelesaikan minumnya. Menyendawakan bayi

sangat penting dan merupakan bagian dari proses menyusui. Lakukan setidaknya

setidaknya setelah lima menit bayi menyusui atau paling sedikit saat bayi

40
berpindah payudara. Ada tiga cara umum menyendawakan bayi : 1) gendong

bayi dengan kuat di pundak, wajah bayi menghadap ke belakang, beri dukungan

dengan satu tangan pada bokongnya, tepuk atau usap punggungnya dengan

tangan lain; 2) telungkupkan bayi di pangkuan, lambungnya berada di salah satu

kaki, kepalanya menyandar di salah satu kaki lainnya. Satu tangan memegangi

tubuhnya dengan kuat, satu tangan lain menepuk atau mengusap punggungnya

sampai bersendawa; 3) dudukkan bayi di pangkuan, kepalanya menyandar ke

depan, dadanya ditahan dengan satu tangan. Pastikan kepalanya tidak

mendongak ke belakang. Tepuk atau gosok punggungnya.

Gambar 8. Teknik menyendawakan bayi

41
4. Perbedaan tanda-tanda pemberian ASI yang efektif dan pemberian ASI

yang mengalami kesulitan.

Tanda-tanda pemberian ASI Tanda-tanda adanya kesulitan

baik

Body Ibu santai & nyaman Bahu tegang, condong kearah

Position bayi

Badan bayi dekat, menghadap Badan bayi jauh dari badan ibu

payudara

Kepala bayi menyentuh Leher bayi berpaling

payudara

Dagu bayi menyentuh Dagu tidak menyentuh payudara

payudara (belakang bayi (hanya bahu atau kepala yang

ditopang) ditopang)

Response Bayi menyentuh payudara Tidak ada respon terhadap

ketika ia lapar (bayi mencari payudara (tidak ada penelusuran)

payudara)

Bayi mencari payudara dengan Bayi tidak berminat untuk

lidah menyusu

Bayi tenang dan siap pada Bayi gelisah atau menangis

payudara

Emotional Pelukan yang mantap dan Pelukan tidak mantap dan gugup

Bonding percaya diri

42
Perhatian terhadap muka dari Tidak ada kontak mata ibu-bayi

si ibu

Banyak sentuhan belaian dari Sedikit sentuhan atau

ibu menggoyang atau mendorong

bayi

Anatomy Payudara lembek setelah Payudara bengkak

menyusui

Puting menonjol keluar, Puting rata atau masuk ke dalam

memanjang

Kulit tampak sehat Fisura atau kemerahan pada kulit

Payudara tampak membulat Payudara tampak meregang atau

sewaktu menyusui tertarik

Suckling Mulut terbuka lebar Mulut tidak terbuka lebar,

mengarah ke depan

Bibir berputar keluar Bibir bawah beputar ke dalam

Lidah berlekuk sekitar Lidah bayi tidak tampak

payudara

Pipi membulat Pipi tegang dan tertarik kedalam

Lebih banyak areola di atas Lebih banyak areola dibawah

mulut bayi mulut bayi

43
Mengisap pelan dan dalam, Dapat mengisap cepat, Dapat

diselingi istirahat, Dapat mendengar kecapan atau klikan

melihat atau mendengar

tegukannya

Time Bayi melepaskan payudara Ibu melepaskan bayi dari

payudara

Gambar 9. Perbedaan antara perlekatan baik dan buruk

44
5. Posisi Menyusui

Agar proses menyusui berjalan dengan lancar, maka seorang ibu

harus mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari

payudara ibu ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi

posisi menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat . Posisi yang

nyaman untuk menyusui sangat penting. Ada banyak cara untuk memposisikan

diri dan bayi selama proses menyusui berlangsung . Lecet pada puting susu dan

payudara merupakan kondisi tidak normal dalam menyusui tetapi penyebab lecet

yang paling umum adalah posisi perlekatan yang tidak benar pada payudara.

Posisi ibu harus adekuat di atas kursi atau tempat tidur. Tidak ada satu posisi pun

yang paling benar dalam menyusui. Posisi menggendong, menggendong

menyilang dan football sering kali bermanfaat bagi ibu baru. Akan tetapi tidak

perlu menyesuaikan posisi jika ibu dan bayi nyaman dan jika transfer air susu

adekuat. Ada beberapa posisi menyusui yaitu posisi berdiri, posisi rebahan,

posisi duduk, posisi menggendong, posisi menggendong menyilang (transisi),

posisi football (mengepit) dan posisi berbaring miring.

a. Posisi berdiri

Gambar 10. Posisi menyusui dengan berdiri

45
Bila ingin menyusui dengan posisi berdiri diusahakan bayi merasa nyaman

saat menyusu. Adapun cara menyusui dengan posisi berdiri :

1) Bayi digendong dengan kain atau alat penggendong bayi

2) Saat menyusui sebaiknya tetap disangga dengan lengan ibu agar bayi merasa

tenang dan tidak terputus saat menyusu

3) Lekatkan badan bayi ke dada ibu dengan meletakkan tangan bayi di belakang

atau samping ibu agar tubuh ibu tidak terganjal saat menyusu. (Perinasia, 2004)

b. Posisi rebahan

Gambar 11. Posisi menyusui dengan rebahan

Posisi menyusui dengan rebahan dapat dilakukan dengan cara

1) Ibu dapat duduk di atas tempat tidur dan punggung bersandar pada sandaran

tempat tidur atau dapat diganjal dengan bantal

2) Kedua kaki ibu berada lurus di atas tempat tidur

3) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara

4) Ibu menyangga bayi secara merata dari kepala, bahu hingga pantatnya

46
5) Posisikan paha ibu turut membantu menyangga tubuh bayi, namun kalau

kurang dapat ditambah dengan bantal

c. Posisi duduk

Gambar 12. Posisi menyusui dengan duduk

Posisi menyusui dengan duduk dapat dilakukan dengan posisi santai dan tegak

menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung

ibu bersandar pada sandaran kursi. Adapun cara menyusui dengan posisi duduk

yaitu

1) Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas

pangkuan ibu

2) Bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan

bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau

bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu

3) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan

4) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara

5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus .

47
d. Posisi Madonna (menggendong) / The Cradle Hold

Gambar 13. Posisi menyusui menggendong/mendekap

Posisi ini disebut juga dengan posisi menyusui klasik. Posisi ini sangat baik

untuk bayi yang baru lahir secara persalinan normal. Adapun cara menyusui bayi

dengan posisi Madonna (menggendong):

1) Peluk bayi dan kepala bayi pada lekuk siku tangan

2) Jika bayi menyusu pada payudara kanan, letakkan kepalanya pada lekuk siku

tangan kanan dan bokongnya pada telapak tangan kanan

3) Arahkan badan bayi sedemikian rupa sehingga kuping bayi berada pada satu

garis lurus dengan tangan bayi yang ada di atas (berbaring menyamping dengan

muka, perut dan lutut menempel pada dada dan perut ibu)

4) Tangan bayi yang lain (yang ada dibawah tubuhnya) dibiarkan seolah-olah

merangkul badan ibu sehingga mempermudah mulut bayi mencapai payudara

5) Tangan kiri ibu memegang payudaranya jika diperlukan . (Perinasia, 2004)

48
e. Posisi menggendong menyilang/transisi (The Cross Cradle Hold)

Gambar 14. Posisi menyusui menggendong menyilang/transisi

Posisi ini dapat dipilih bila bayi memiliki kesulitan menempelkan mulutnya ke

puting susu karena payudara ibu yang besar sementara mulut bayi kecil. Posisi

ini juga baik untuk bayi yang sedang sakit. Cara menyusui bayi dengan posisi

menggendong menyilang

1) Pada posisi ini tidak menyangga kepala bayi dengan lekuk siku, melainkan

dengan telapak tangan

2) Jika menyusui pada payudara kanan maka menggunakan tangan kiri untuk

memegang bayi

3) Peluk bayi sehingga kepala, dada dan perut bayi menghadap ibu

4) Lalu arahkan mulutnya ke puting susu dengan ibu jari dan tangan ibu

dibelakang kepala dan bawah telinga bayi (Musbikin, 2005); 5) ibu

menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan .

49
f. Posisi football atau mengepit

Gambar 15. Posisi menyusui mengepit

Posisi ini dapat dipilih jika ibu menjalani operasi caesar (untuk menghindari bayi

berbaring di atas perut). Selain itu posisi ini juga bisa digunakan jika bayi lahir

kecil atau memiliki kesulitan dalam menyusu, puting susu ibu datar (flat nipple)

atau ibu mempunyai bayi kembar . Adapun cara menyusui bayi dengan posisi

football atau mengepit

1) Telapak tangan menyangga kepala bayi sementara tubuhnya diselipkan

dibawah tangan ibu seperti memegang bola atau tas tangan

2) Jika menyusui dengan payudara kanan meka memegangnya dengan tangan

kanan, demikian pula sebaliknya

3) Arahkan mulutnya ke puting susu, mula-mula dagunya (tindakan ini harus

dilakukan dengan hati-hati, jika ibu mendorong bayinya dengan keras kearah

payudara, bayi akan menolak menggerakkan kepalanya/melawan tangan ibu),

4) Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi dan ia menggunakan tangan

sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

50
g. Posisi berbaring miring (Reclining Position)

Gambar 16 .Posisi menyusui berbaring miring

Posisi ini baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasakan

lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang melahirkan

melalui operasi caesar. Yang harus diwaspadai dari teknik ini adalah

pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. Oleh karena

itu harus didampingi oleh orang lain ketika menyusui . Pada posisi ini kesukaran

perlekatan yang lazim apabila berbaring adalah bila bayi terlalu tinggi dan

kepala bayi harus mengarah ke depan untuk mencapai puting. Menyusui

berbaring miring juga berguna pada ibu ingin tidur sehingga ia dapat menyusui

tanpa bangun . Adapun cara menyusui dengan posisi berbaring miring

1) Posisi ini dilakukan sambil berbaring ditempat tidur

2)Mintalah bantuan pasangan untuk meletakkan bantal dibawah kepala dan

bahu, serta diantara lutut. Hal ini akan membuat punggung dan panggul pada

posisi yang lurus

3) Muka ibu dan bayi tidur berhadapan dan bantu menempelkan mulutnya ke

puting susu

51
4) Jika perlu letakkan bantal kecil atau lipatan selimut dibawah kepala bayi agar

bayi tidak perlu menegangkan lehernya untuk mencapai puting dan ibu tidak

perlu membungkukan badan ke arah bayinya, sehingga tidak cepat lelah.

1. Posisi menyusui dengan kondisi khusus

Ada posisi menyusui secara khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu

seperti menyusui pasca operasi caesar, menyusui pada bayi kembar dan meyusui

dengan ASI yang berlimpah (penuh) .

Gambar 17. Posisi double football atau mengepit

Posisi football atau mengepit sama dengan ibu yang melahirkan melalui seksio

caesaria, posisi football juga tepat untuk bayi kembar, di mana kedua bayi

disusui bersamaan kiri dan kanan, dengan cara:

1)Kedua tangan ibu memeluk masing-masing satu kepala bayi, seperti

memegang bola

2) Letakkan tepat di bawah payudara ibu

3) Posisi kaki boleh dibiarkan menjuntai keluar

52
4) Untuk memudahkan, kedua bayi dapat diletakkan pada satu bidang datar yang

memiliki ketinggian kurang lebih sepinggang ibu

5) Dengan demikian, ibu cukup menopang kepala kedua bayi kembarnya saja

6) Cara lain adalah dengan meletakkan bantal di atas pangkuan ibu . gambar :

posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan (Perinasia, 2004)

c. Posisi menyusui dengan ASI berlimpah

Pada ibu-ibu yang memiliki ASI berlimpah dan memancar (penuh) dan alirannya

deras, terdapat posisi khusus untuk menghindari agar bayi tidak tersedak dengan

cara: ibu tidur telentang lurus, sementara bayi di atas perut ibu dalam posisi

berbaring lurus dengan kepala menghadap ke payudara, atau bayi di

tengkurapkan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi. Dengan

posisi ini maka bayi tidak akan tesedak .

Gambar 18. Posisi menyusui dengan ASI berlimpah

Semua posisi menyusui tersebut dapat dicoba sehingga dapat menemukan posisi

yang paling nyaman sesuai kondisi ibu dan bayi. Namun dianjurkan untuk

berganti-ganti posisi secara teratur. Setiap posisi menyusui akan menekan bagian

yang berbeda pada payudara (bagian payudara yang lebih mendapatkan perahan

53
adalah yang terdapat antara bibir dan lidah). Tindakan berganti-ganti posisi ini

dapat mengosongkan semua sinus. Menurut Bobak, 2004 mengatakan bahwa

posisi menyusui menggendong (Madonna) sangat efektif dilakukan bagi ibu

baru. Dan untuk saat ini, posisi menyusui yang paling baik yaitu dengan posisi

duduk. Selain posisi menyusui, bra dan pakaian yang dirancang khusus dapat

juga meningkatkan kenyamanan ibu saat menyusui. (Perinasia, 2004)

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terhambatnya Menyusui

Proses menyusui dapat terhambat karena dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai

berikut

1) Bayi yang lahir prematur refleksnya mungkin belum berkembang baik

2) Perawatan medis bagi ibu atau bayi setelah kelahiran yang dapat menunda

saat mulai menyusui

3) Beberapa obat penghilang rasa sakit yang digunakan saat melahirkan bisa

membuat bayi mengantuk dan tidak responsive

4) Kurangnya bantuan agar posisi bayi terasa nyaman membuat menyusui

kurang menyenangkan

5) Hanya sedikit ibu yang pernah melihat bayi disusui, sehingga mereka kurang

memahami posisi terbaik untuk menyusui secara efektif

6) Menyusui yang dianggap sulit dan sikap negatif ini dapat menghilangkan rasa

percaya diri seorang ibu

7) Kurangnya informasi yang baik dan konsisten mengenai menyusui bisa

membuat seorang ibu kebingungan

54
8) Kurangnya dorongan dan dukungan membuat seorang ibu kehilangan

keberanian

9) Praktek di Rumah Sakit yang secara efektif tidak mendukung kondisi untuk

menyusui (seperti memisahkan ibu dengan bayinya)

10) Gagasan tentang perawatan bayi yang merupakan pekerjaan rutin mungkin

bertentangan dengan program menyusui (Nurhaedar, 2011)

55
DAFTAR PUSTAKA

1. Aisyah N, Selfi RR, Yusri DJ.(2015). Hubungan status gizi bayi dengan
pemberian asi ekslusif, tingkat pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga di
wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir. Padang: Universitas Andalas . Tersedia
dari URL: HYPERLINK http://jurnal.fk.unand.ac.id [diunduh 16 Juni 2019].

2, Amalina TS, Hari K. (2016). Pemberian jintan hitam (nigella sativa) dalam
peningkatan kadar hormon produksi asi (prolaktin dan oksitosin) serta jumlah
neutrofil neonatus dari ibu post seksio sesaria di Yogyakarta. Indonesia: Jurnal
Permata Indonesia. Halaman 1-14

3. BC Campus. (2019). Anatomy and physiology of human lactation. Canada:


Pressbook Tersedia dari: URL: HYPERLINK
https://opentextbc.ca/anatomyandphysiology/ chapter/28-6-lactation/ [diunduh
pada 16 Juni 2019].

4. Bergman N, Moore ER, Anderson GC. (2012) Early Skin-to-skin Contact for
Mothers and Their Healthy Newborn Infants. Cochrane Database of Systematic
Reviews. Issue 5.

5. Enok N.(2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan produksi air susu ibu
pada pasien post sesaria di kota dan wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. halaman 33-35

6. Gabriel A. (2016). Breast anatomy. California: Loma Linda University School.


Tersedia dari URL: http://reference.medscape.com [diunduh 16 Juni 2019]

.7. Hilmy DW, Pertiwi F. (2015). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap
Kejadian Hipotermia Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Sumbersari Kabupaten
Jember. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.
Halaman 35

56
8. Kristiyanasari, W. (2011). ASI, menyusui & sadari. Yogyakarta: Nuha Medika.

9. Menkes RI. (2012). Tiga kelompok permasalahan gizi di Indonesia. Indonesia:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tersedia dari URL: HYPERLINK
http://depkes.go.id [diunduh 16 Juni 2019].

10. NCBI Bookshelf.(2009). The physiological basis of breastfeeding.US:WHO.


Tersedia dari: URL: HYPERLINK
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK148970/ [diunduh pada 18 Juni 2019].

11. Nurhaeddar, (2011). ASI Eksklusif. Makassar: Fakultas Kedokteran


Universitas Hasanuddin

12. Nyqvist KH, Sjoden PO, Ewald U.(1999). The development of preterm
infants' breastfeeding behaviour. Canada: Early Human Development. Halaman
247–264. Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://PubMed [diunduh pada 18
Juni 2019].

13. Perinasia. (2004). Manajemen Laktasi; Menuju Persalinan Aman dan Sehat.
Edisi 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

14. Roesli, Utami. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta :
Pustaka Bunda. Halaman 3-37

15. Saleha, Siti. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika. Halaman 54 -56

16. Wilde CJ, Prentice A, Peaker M. (1995). Breastfeeding: matching supply and
demand in human lactation. US: Proceedings of the Nutrition Society. Halaman
401–406. Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://PubMed [diunduh pada 17
Juni 2019].

57

Anda mungkin juga menyukai