Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan
karuniaNya, saya dapat menyelesaikan Referat dengan judul Air Susu Ibu. Referat ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak di
RSUD Kota Semarang.
Saya menyadari bahwa Referat ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat dr. Lilia Dewiyanti Sp.A, dr. Slamet Widi Sp.A, dr. Zuhriah Hidajati Sp.A, dan
dr. Hartono Sp.A atas keluangan waktu dan bimbingannya dalam cara menyusun Referat yang
baik dan benar dan pengetahuan yang telah diberikan kepada saya selama saya menjalani
Kepaniteraan klinik di bagian Anak RSUD Kota Semarang.
Saya menyadari bahwa dalam kurangnya pengetahuan dan pengalaman, waktu yang
terbatas untuk pengumpulan data dan penulisan, referat ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, saya sangat terbuka untuk menerima segala kritik dan saran yang membangun.
Akhirnya semoga Referat ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan setiap pembaca pada
umumnya.

Semarang, Oktober 2014

Penulis

LEMBAR PENGESAHAN

Nama Penulis

: Felix Hariyanto Salim

Universitas

: Tarumanagara

NIM

: 406138062

Judul Referat : Air Susu Ibu


Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing dr. Lilia Dwiyanti, Sp.A
Pada November 2014.

Semarang, November 2014

Dr. Lilia Dwiyanti, Sp.A

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Lembar Pengesahan

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

BAB II Anatomi, Fisiologi, dan Mekanisme Laktasi


II.1. Anatomi Payudara Manusia

II.2. Fisiologi Laktasi

II.3. Langkah Menyusui

10

II.4. Memerah ASI

13

BAB III ASI


III.1. Definisi

15

III.2. Komposisi dan Jenis ASI

15

III.3. Volume ASI

19

III.4. Keunggulan ASI

19

BAB IV Perlukah Penghentian Pemberian ASI pada Bayi


IV.1. Penyakit pada Ibu

24

IV.2. Kehamilan baru

26

IV.3. Pengobatan pada Ibu

26

IV.4. Penyakit pada Bayi

29

BAB V Kesimpulan

31

Daftar Pustaka

33

BAB I
PENDAHULUAN

Proses menyusu yang sering disebut dengan Laktasi merupakan proses alami yang sangat
kompleks yang sesungguhnya sudah disiapkan secara bertahap pada diri seorang wanita sesuai
dengan proses pertumbuhan dan perkembangan sejak awal. Untuk mempertahankan
kelangsungan hidup keturunannya maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena
ASI adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Pemberian ASI merupakan cara pemberian makanan alami dan terbaik bagi bayi dan anak balita,
baik dalam situasi normal terlebih dalam situasi darurat. Pemberian hanya ASI saja, segera
setelah bayi lahir sampai umur 6 bulan tanpa makanan atau cairan lain termasuk air putih,
kecuali obat dan vitamin disebut ASI eksklusif. Pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai bayi
berumur 24 bulan.1
Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan
perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6
bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang
disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru,
serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kehamilan.2
Selama bertahun-tahun, terlalu banyak ibu telah secara keliru diminta untuk berhenti menyusui
hanya karena mereka mengonsumsi obat-obatan tertentu. Keputusan untuk terus menyusui ketika
ibu berada dalam masa pengobatan, misalnya, seringkali lebih dipengaruhi oleh kekhawatiran
akan masuknya zat kimia/obat di dalam ASI. Padahal, seharusnya ada pertimbangan risiko tidak
menyusui, bagi ibu, bayi dan keluarga. Ada begitu banyak risiko tidak menyusui, jadi pertanyaan
yang mendasar sesungguhnya adalah: Apakah masuknya sejumlah kecil obat ke dalam ASI
membuat menyusui menjadi lebih berbahaya dibandingkan susu formula? Jawabannya hampir
selalu tidak. ASI dengan hanya sedikit obat hampir selalu lebih aman. Dengan kata lain, berhatihati melanjutkan menyusui, bukan berhenti. Pertimbangan yang sama perlu dilakukan ketika ibu
maupun bayinya sakit.3
4

Perlu diingat bahwa menghentikan proses menyusui selama satu minggu dapat mengakibatkan
penyapihan permanen karena bayi mungkin tidak mau menyusu langsung lagi pada payudara
ibu. Di sisi lain, perlu dipertimbangkan juga bahwa beberapa bayi mungkin menolak minum dari
botol, sehingga saran untuk berhenti menyusui bukan saja tidak tepat, tapi seringkali juga tidak
praktis. Di atas itu semua, mudah menyarankan ibu untuk memerah ASI-nya sementara bayi
tidak menyusu, tapi hal ini tidak selalu mudah dalam prakteknya dan ibu dapat mengalami
pembengkakan payudara yang menyakitkan.3
1.2. Epidemiologi
Berdasarkan data The World Health Tahun 2005, angka kematian balita adalah 46 per 1000
kelahiran. Di negara berkembang sekitar 48% kematian bayi pada usia dibawah 2 bulan. Hal
ini disebabkan karena bayi tidak disusui secara eksklusif. UNICEF menyebutkan pada bukti
ilmiah yang dikeluarkan oleh jurnal Paediatrics pada Tahun 2006, terungkap data bahwa bayi
yang diberi susu formula memiliki kemungkinan meninggal dunia pada bulan pertama
kelahirannya dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dari pada bayi yang disusui oleh ibunya
secara eksklusif. Banyaknya kasus kurang gizi atau penyakit lain pada anak-anak berusia
dibawah 2 tahun yang sempat melanda beberapa wilayah Indonesia dapat diminimalisasi
melalui pemberian ASI secara eksklusif. Karena itu, sudah sewajarnya ASI eksklusif dijadikan
prioritas program dinegara berkembang ini5.

BAB II
ANATOMI, FISIOLOGI, DAN MEKANISME LAKTASI
5

II.1. Anatomi Payudara Manusia

Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan VI. Secara horisontal terletak mulai dari
pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Secara anatomis dari luar payudara manusia
terdiri dari: korpus mammae, areola mammae dan papilla mammae.
Korpus mammae terdiri dari jaringan parenkim dan stroma. Jaringan parenkim terdiri dari:
duktus, lobulus dan alveolus. Jaringan stroma terdiri dari jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh
darah, saraf dan getah bening.
Payudara manusia tebagi kurang lebih 10-15 lobus yang melingkar keluar dimulai dari papilla
mammae dan terdiri dari sekelompok kelenjar yang memproduksi air susu. Masing-masing
kelompok mempunyai saluran sendiri (duktus laktiferus), yang kemudian mengumpul di dekat
papila mammae. Pada ujung papilla mammae berkumpul sekitar 15-20 duktus kecil yang
terbuka.
Daerah yang hiperpigmentasi di sekitar papilla mammae disebut areola mammae. Papilla
mammae terdiri dari jaringan erektil yang akan terangsang dengan aktivitas menyusu, seksual
dan rangsangan dingin. Di dalam payudara terdapat bangunan yang disebut alveolus, yang
merupakan tempat air susu diproduksi. Dari alveolus ini ASI disalurkan ke dalam saluran kecil
(duktulus), beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus). Di
6

dalam areola, saluran yang besar ini memusat ke dalam puting susu menjadi sinus dan bermuara
keluar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran, terdapat otot polos yang bila berkontraksi
akan memompa ASI keluar.

II.2. Fisiologi Laktasi


Laktasi atau menyusui merupakan proses integral dari daur reproduksi dan mempunyai dua
pengertian yaitu: produksi dan pengeluaran ASI. Keduanya harus sama baiknya. Secara alamiah
akibat pengaruh hormon maka akan terjadi perubahan secara bertahap sesuai umur dan kondisi
yaitu terdiri dari proses:
1.Mammogenesis: yaitu pembentukan kelenjar payudara
2.Galaktogenesis: yaitu proses pembentukan atau produksi ASI
3.Galaktopoesis : yaitu proses mempertahankan produksi ASI

1. Pembentukan kelenjar payudara dimulai dari sebelum pubertas, saat pubertas, masa siklus
menstruasi, dan masa kehamilan
7

Pada masa kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktulus yang baru, percabangan dan
lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon yang ikut
membantu mempercepat pertumbuhannya adalah prolaktin, laktogen plasenta, korionik
gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratiroid dan hormon pertumbuhan. Pada
usia 3 bulan kehamilan prolaktin dari adenohipofise (hipofise anterior) mulai merangsang
kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini
pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan progesteron, tetapi jumlah prolaktin
meningkat, hanya aktivitasnya dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.
Setelah bayi lahir estrogen dan progesteron akan menurun drastis dan prolaktin akan meningkat.
Oxytosin (hipofise posterior) meningkat, bila ada rangsang isap maka sel mioepitelium
berkontraksi.
2. Pembentukan air susu
Pada seorang ibu menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing berperan sebagai
pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu reflek Prolaktin dan refleks Oxytosin atau Let
Down Reflex .

3. Pemeliharaan pengeluaran air susu

Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur kadar prolaktin dan
oksitosin dalam darah. Hormon-hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran permulaan dan
pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui. Proses menyusui memerlukan pembuatan
dan pengeluaran air susu dari alveoli ke sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan akan
mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan terlambatnya proses
menyusui.
Berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi misalnya bila kekuatan isapan kurang, frekuensi
isapan yang kurang dan singkatnya waktu menyusui ini berarti pelepasan prolaktin dari hipofise
berkurang, sehingga pembuatan air susu berkurang, karena diperlukan kadar prolaktin yang
cukup untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama kelahiran
Pengeluaran prolaktin dihambat oleh beberapa faktor yang penghambat, yang belum jelas
bahannya, namun beberapa bahan seperti dopamin, serotonin, katekolamin, dihubungkan ada
sangkut pautnya dengan pengeluaran prolaktin.
Oksitosin bekerja pada sel-sel moepitelium pada alveoli kelenjar mammae. Hormon ini berfungsi
memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI
dipompa keluar. Makin sering menyusui, pengosongan alveolus dan saluran semakin baik
sehingga kemungkinan terjadinya bendungan susu semakin kecil dan menyusui akan semakin
lacar.
Pada bayi yang sehat ada 3 reflek intrinsik yang diperlukan untuk berhasilnya menyusui yaitu:
1.

Refleks mencari (Rooting reflex)

Sentuhan pada bibir, bayi membuka mulut dan menangkap puting susu.
2.

Reflek menghisap (Sucking reflex)

3.

Refleks menelan (Swallowing reflex)

II.4. Langkah Menyusui


9

Puting dalam mulut bayi: langit-langit/

palatum molle tersentuh, bayi mengisap.

Areola masuk, lidah menekan sinus

laktiferus, ASI terperas keluar.

Langkah-langkah memberi ASI yang baik:


A.
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Posisi badan ibu dan badan bayi10.


Ibu berbaring atau duduk dengan santai
Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.
Badan bayi menghadap kebadan ibu.
Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu.
Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.
Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan leher

dan lengan bayi.


7)
Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan
ibu6.
B.
1)

Posisi mulut bayi dan puting susu ibu10.


Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang dibawah (bentuk C)

atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah (bentuk gunting),
dibelakang areola.
2)
Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting refleks)
3)
Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah kebawah.
4)
Dengan cepat dekatkan bayi kepayudara ibu dengan cara menekan bahu belakang bayi
bukan bagian belakang kepala.
5)
Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan dengan hidung bayi.
6)
Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit-langit mulut bayi.
7)
Usahakan sebagian areola masuk ke mulut bayi, sehingga puting susu berada diantara
pertemuan palatum durum dan palatum molle.
8)
Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerah sehingga
ASI akan keluar dari sinus lactiferous
9)
Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu
dipegang atau disangga lagi.
10)
Beberapa ibu sering meletakkan jarinya di antara payudara dan hidung bayi dengan
maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah
dijauhkan daripayudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
11)
Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-elus bayi

10

Tanda bila bayi telah tercukupi kebutuhan ASI hariannya:


11

Berat badannya selalu bertambah


Menghabiskan minimal enam popok basah tiap harinya
Buang air besar secara rutin
Warna air seninya kuning jernih dan baunya tidak menyengat
Konsistensi kotoran lunak dan tidak kering
Sering tertidur setelah menyusui
Terlihat aktif dan responsif terhadap lingkungan di luar waktu tidur
Suhu tubuh bayi tidak meningkat
II.5. Memerah ASI
ASI peras tak bisa menggantikan tindakan menyusui itu sendiri. Seperti diketahui, tindakan
menyusui punya banyak pengaruh untuk pertumbuhan mental dan fisik bayi. Itu sebab, ASI peras
hanya dianjurkan bagi bayi-bayi yang ibunya bekerja. Bila ibu tak bekerja atau si bayi bisa
dibawa ke tempat di mana ibunya berada, harus diusahakan breast feeding atau menyusui
langsung, bukan ASI peras
Ibu harus memulai membiasakan bayi diberi ASI perahan dengan sendok, bukan botol susu,
apabila bayi masih terlalu kecil. Memang di hari-hari pertama pemberian susu perah dengan
sendok, bayi mungkin menolaknya. Ia bahkan bisa cemas dan gelisah. Namun, janganlah
khawatir, 3 atau 4 hari setelahnya bayi akan terbiasa.
Memerah ASI dengan Pompa
Adapun cara menabung ASI peras, yang paling baik dan efektif dengan menggunakan alat
pompa ASI elektrik. Hanya saja, harganya relatif mahal. Lagi pula, masih ada cara lain yang
lebih terjangkau, yaitu piston atau pompa berbentuk suntikan. Prinsip kerja alat ini memang
seperti suntikan, hingga memiliki keunggulan, yaitu setiap jaringan pompa mudah sekali
dibersihkan dan tekanannya bisa diatur.
12

Ironisnya, pompa-pompa yang ada di Indonesia jarang sekali berbentuk suntikan, lebih banyak
berbentuk squeeze and bulb. Padahal, harga kedua pompa tersebut relatif sama. Namun bentuk
squeeze and bulb tak pernah dianjurkan banyak ahli ASI. Soalnya, pompa seperti ini sulit
dibersihkan bagian bulb-nya (bagian belakang yang bentuknya menyerupai bohlam) karena
terbuat dari karet hingga tak bisa disterilisasi. Selain itu, tekanannya tak bisa diatur, hingga tak
bisa sama/rata.
Memerah ASI dengan Tangan
Memerah ASI bukanlah hal yang sulit, bahkan tidak selalu membutuhkan alat khusus atau pompa
ASI. Cukup dengan pijitan dua jari sendiri, ASI bisa keluar lancar. Memang membutuhkan
waktu, yakni masing-masing payudara 15 menit.
Tentu saja ada yang lebih murah ketimbang pompa-pompa ASI tadi, yaitu memerah dengan jari.
Cara back to nature ini amat sederhana dan tak perlu biaya. Namun agar hasil perahannya
memuaskan, kita perlu mengenal sedikit anatomi payudara.
Payudara terdiri tiga komponen yang prinsipil, yaitu pabrik (di daerah dada berwarna putih),
saluran, dan gudang (di daerah warna cokelat atau areola) ASI. Ketiganya seperti bejana
berhubungan. ASI diproduksi di pabriknya yang berbentuk seperti kumpulan buah anggur.
Setiap pabrik ASI dilalui otot-otot. Bila otot-otot ini mengkerut, ia akan memompa ASI ke
salurannya menuju gudang. Agar pabrik memproduksi ASI lagi, syarat utamanya ASI di
gudang harus habis lebih dulu. Bila gudang kosong, barulah pabrik akan mengisinya
kembali, begitu seterusnya. Waktu yang dibutuhkan pun tak sampai setengah jam, tapi susu yang
terkumpul bisa mencapi 500 cc.
Jadi, pada prinsipnya kita harus bisa mengeluarkan ASI yang ada di gudang. Caranya,
tempatkan tangan kita di salah satu payudara, tepatnya di tepi areola. Posisi ibu jari terletak
berlawanan dengan jari telunjuk. Tekan tangan ke arah dada, lalu dengan lembut tekan ibu jari
dan telunjuk bersamaan. Pertahankan agar jari tetap di tepi areola, jangan sampai menggeser ke
puting. Ulangi secara teratur untuk memulai aliran susu. Putar perlahan jari di sekeliling
payudara agar seluruh saluran susu dapat tertekan. Ulangi pada sisi payudara lain, dan jika
diperlukan, pijat payudara di antara waktu-waktu pemerasan. Ulangi pada payudara pertama,
13

kemudian lakukan lagi pada payudara kedua. Letakan cangkir bermulut lebar yang sudah
disterilkan di bawah payudara yang diperas.

BAB III
ASI

III.1. Definisi5
ASI adalah adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam
anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu yang berguna sebagai makanan bayinya.
Sedangkan ASI eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan ASI saja sampai umur 6
bulan tanpa makanan minuman lain selain obat (jika sakit). Asi merupakan makanan terbaik dan
telah memenuhi kebutuhan bayi usia 0 sampai 6 bulan hingga 100%. ASI mengandung protein,
lemak, vitamin, mineral, air, dan enzim yang sangat dibutuhkan oleh tubuh sehingga ASI dapat
mengurangi resiko berbagai jenis kekurangan gizi. Selain itu, ASI juga mengandung semua jenis
asam lemak yang penting bagi pertumbuhan otak, mata dan pembuluh darah yang sehat, zat besi
yang dapat mencegah bayi dari anemia, dan kolostrum yang kaya antibodi.

14

III.2. Komposisi dan Jenis ASI1


Tahapan produksi ASI adalah Kolostrum, ASI Transisi dan ASI Matur. Kolostrum adalah ASI
yang berwarna kekuning-kuningan atau jernih dan lebih kental, dan hanya diproduksi pada harihari pertama bayi lahir.
Setiap kali menyusui, ASI yang dihasilkan mempunyai macam atau jenis yang berbeda yaitu
sebagai berikut:
Foremilk: adalah ASI yang encer yang diproduksi pada awal proses menyusui dengan kadar air
tinggi dan mengandung banyak protein, laktosa serta nutrisi lainnya tetapi rendah lemak;
Hindmilk: adalah ASI mengandung tinggi lemak yang memberikan banyak zat tenaga/energi
dan diproduksi menjelang akhir proses menyusui.
Oleh karena itu sebaiknya menyusui dilakukan sampai bayi terpuaskan (kenyang), sehingga
terpenuhi semua kebutuhan gizinya. Lebih sering bayi menghisap, lebih banyak ASI yang
diproduksi. Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI berkurang.
Mekanisme ini disebut mekanisme supply and demand. Sedangkan komposisi nilai gizi ASI
dan kolostrum secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
12.

Zat-zat Gizi
Energi
Protein
Kasein
Laktosa
Lemak
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin B2
Vitamin B12
Kalsium
Zat besi (Fe)
Fosfor

Satuan
Kkal
G
Mg
G
G
Ug
Ug
Ug
Mg
Mg
Mg
Mg

Kolostrum
58.0
2.3
140.0
5.3
2.9
151.0
1.9
30.0
0.05
39.0
70.0
14.0

ASI
70
0.9
187.0
7.3
4.2
75.0
14.0
40.0
0.1
35.0
100.0
15.0

Tabel 1. Komposisi Kolostrum dan ASI (setiap 100 ml)


Sumber: Food and Nutrition Board, National Research Council Washington DC, 1980

15

16

Menurut (Arifin, 2004), berdasarkan waktu diproduksi ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang
mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus.
Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat. Komposisi
colostrum dari hari ke hari dapat berubah, dan merupakan cairan kental yang berwarna kekuningkuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Mature. ASI juga merupakan suatu laxantif yang ideal
untuk membersihkan meconeum dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima
makanan selanjutnya. Dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein, pada
colostrum protein yang utama adalah globulin. Lebih banyak mengandung protein, antibodi
17

dibandingkan ASI Mature. Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan
ASI Mature. Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml
colostrum. Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi
atau lebih rendah. Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak. PH lebih alkalis. Lemaknya
lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di bandingkan ASI Mature. Terdapat trypsin
inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna, yang akan
menambah kadar antibodi pada bayi. Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi) Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi
ASI Mature. Disekresi dari hari ke 4 hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang
berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 ke 5. Kadar protein
semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi serta volume semakin
meningkat.
3. Air Susu Matur merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan
komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5
ASI komposisinya baru konstan. ASI matur ini juga merupakan makanan yang dianggap aman
bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satusatunya yang diberikan selama 6 bulan pertamabagi bayi. Air susu matur merupakan cairan putih
kekuning-kuningan, karena mengandung casein, riboflavin dan karotin.Tidak menggumpal bila
dipanaskan.Volume: 300 850 ml/24 jam. Terdapat anti microbacterial factor, yaitu: Antibodi
terhadap bakteri dan virus, Enzim (lysozime, lactoperoxidase), Protein (lactoferrin, B 12 Binding
Protein), Faktor resisten terhadap staphylococcus, Complement ( C3 dan C4).

III.3. Volume ASI1


Pada bulan-bulan terahir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada payudara ibu hamil.
Setelah persalinan apabila bayi mulai mengisap payudara, maka produksi ASI bertambah secara
cepat. Dalam kondisi normal ASI diproduksi sebanyak 10-100 cc pada hari-hari pertama.
Produksi ASI menjadi konstan setelah hari ke 10 sampai ke 14. Bayi yang sehat selanjutnya
mengkonsumsi sebanyak 700-800 cc ASI perhari, namun kadang-kadang ada yang
mengkonsumsi kurang dari 600 cc atau bahkan hampir 1 liter perhari dan tetap menunjukkan
tingkat pertumbuhan yang sama. Keadaan kurang gizi tingkat berat pada ibu, baik pada waktu
18

hamil maupun menyusui dapat mempengaruhi volume ASI. Produksi ASI pada ibu kurang gizi
menjadi lebih sedikit jumlahnya, yaitu hanya berkisar antara 500-700 cc pada 6 bulan pertama
usia bayi, 400-600 cc pada 6 bulan kedua dan 300-500 cc pada tahun kedua usia anak.

III.4. Keunggulan ASI1


Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi, aspek
imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek penundaan
kehamilan6.
1. Aspek Gizi.
1.

Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai

penyakit infeksi terutama diare.


2.

Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari

pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh
karena itu kolostrum walau sedikit tetap harus diberikan pada bayi.
3.

Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan

lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
4.

Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam

kehijauan.
Komposisi ASI
ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzimenzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan bayi/anak.
Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan Casein
yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan ASI
dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65 : 35. Komposisi
ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai
perbandingan Whey : Casein 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap.
19

Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI


Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai
neurotransmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang
menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai
panjang (PUFA) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA
dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak.
Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya
(precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).
Dalam susu formula yang diperkaya AA dan DHA tidak disertai dengan kandungan enzim lipase
untuk mencernanya. Oleh karena itu seberapa banyaknya minum susu formula tidak akan
seefektif kandungan AA dan DHA pada ASI.
2. Aspek Imunologik
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
Immunoglobulin A (Ig A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori IgA
tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran
pencernaan.
Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat

zat

besi di saluran pencernaan agar tidak dapat digunakan untuk metabolism bakteri pathogen.
Lysosim, enzym yang penghancur dinding sel melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan
salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per cc. Terdiri dari 3
macam yaitu: Bronchus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut
Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pencernaan, dan Mammary Asociated
Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan
bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna

untuk

menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.

20

3. Aspek Psikologik
Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI
yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap
bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan
meningkatkan produksi ASI.
Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada
kesatuan ibu-bayi tersebut.
Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai
rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena
bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal
sejak bayi masih dalam rahim.
4. Aspek Kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan system
saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih
tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada
usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
5.

Aspek Neurologis

Dengan menghisap payudara, koordinasi saraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi
pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6. Aspek Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan

bayi

sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga
untuk membeli susu formula dan peralatannya.
7. Aspek Penundaan Kehamilan

21

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ASI


Faktor penyebab berkurangnya ASI:
a.
Faktor Menyusui
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi, menjadwal
pemberian ASI, bayi diberi minum dari botol atau dot sebelum ASI keluar, kesalahan pada posisi
dan perlekatan bayi pada saat menyusui .
b.

Faktor Psikologi Ibu

Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak
mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umunya produksi ASI akan
berkurang. Stress, khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada periode menyusui sangat
berperan dalam mensukseskan pemberian ASI ekslusif. Peran keluarga dalam
meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.
c.

Faktor Bayi

Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi misalnya bayi sakit, prematur,
dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu tidak memberikan ASI-nya dan
menyebabkan produksi ASI makin akan berkurang.
d.

Faktor Fisik Ibu

Ibu sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang
mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok atau
ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI.
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat
digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode
Amenorea Laktasi (MAL).

22

23

BAB IV
PERLUKAH PENGHENTIAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI?

IV.1. Penyakit pada Ibu3,6


Hanya sedikit jenis penyakit pada ibu yang mengharuskan ibu berhenti menyusui. 3,6 Hal tersebut
sesuai untuk berbagai infeksi yang diderita ibu, dan infeksi adalah jenis penyakit yang paling
umum, yang biasanya digunakan sebagai alasan dalam menyarankan seorang ibu untuk berhenti
menyusui.3 Sebagian besar infeksi disebabkan oleh virus, dan sebagian besar infeksi virus justru
tingkat penularannya paling tinggi, bahkan sebelum ibu mengetahui bahwa ia sedang sakit. 3
Ketika ibu demam (atau hidung meler, diare, batuk, ruam, muntah, dll), ibu kemungkinan sudah
menularkan infeksi tersebut kepada bayinya. 3,6 Bagaimanapun juga, menyusui justru melindungi
bayi melawan infeksi tersebut, dan ibu harus melanjutkan menyusui, dengan tujuan untuk
melindungi bayinya, karena ASI ibu mengandung antibodi untuk melawan penyakit itu sendiri
selama ibu sakit.6 Jika si bayi sampai tertular sakit, bayi akan lebih ringan sakitnya daripada jika
ibu berhenti menyusui.3 Namun, banyak juga para ibu dikejutkan karena mendapati bayi mereka
tidak tertular sama sekali.3 Hal tersebut dikarenakan bayi yang disusui terus akan tetap
terlindungi.3,6
Satu-satunya pengecualian adalah infeksi virus HIV pada ibu.3,6 Sampai ada informasi lebih
lanjut, nampaknya ibu yang positif terjangkit virus HIV sebaiknya tidak menyusui, setidaknya
dalam situasi dimana resiko konsumsi susu formula dapat diterima dengan baik 3. Bahkan,
informasi terkini menunjukkan bahwa menyusui bayi secara ekslusif dapat melindungi bayi dari
virus HIV daripada bayi yang meminum susu formula. 3 Resiko penularan yang tertinggi adalah
pada bayi yang mengkonsumsi ASI dan susu formula pada saat yang bersamaan. Hal ini masih
perlu konfirmasi lebih lanjut.3
Ibu yang terjangkit Tuberkulosis tetap dapat menyusui bayinya dengan syarat memakai masker,
mendapat pengobatan anti tuberculosis, serta bayinya diberi profilaksis INH 6 bulan. Demikian
ibu dengan Hepatitis B positif dapat menyusui bayinya asal tidak ada luka pada payudara, serta
bayi tetap diberikan vaksin Hep B sesuai jadwal.7
24

Antibodi di dalam ASI3


Beberapa ibu menderita penyakit yang disebut autoimun seperti idiopathic thrombocytopenic
purpura, autoimmune thyroid disease, autoimmune hemolytic anemia, dan masih banyak lagi.
Ciri-ciri dari penyakit-penyakit ini adalah antibodi yang diproduksi oleh tubuh ibu bekerja
melawan sel-sel yang ada di dalam tubuhnya sendiri. Banyak ibu yang disarankan untuk berhenti
menyusui karena antibodi ini bisa masuk ke ASI dan dapat menyebabkan bayinya sakit. Hal ini
tidaklah masuk akal, dan ibu sebaiknya tetap menyusui. Antibodi pada ASI adalah secretory IgA.
Penyakit autoimun tidak disebabkan oleh secretory IgA. Walaupun ada yang disebabkan oleh
secretory IgA, tubuh bayi tidak akan menyerap secretory IgA.
Masalah pada payudara3,6,7

Mastitis (infeksi pada payudara) bukanlah alasan untuk berhenti menyusui. Faktanya,

payudara akan sembuh lebih cepat jika ibu tetap menyusui pada bagian yang terinfeksi. 3

Abses pada payudara bukanlah alasan untuk berhenti menyusui, bahkan pada bagian

yang terinfeksi. Walaupun melakukan tindakan pembedahan lebih sulit pada payudara ibu
menyusui, namun tindakan pembedahan dan proses paska melahirkan juga tidak menjadi lebih
mudah jika ibu berhenti menyusui karena ASI tetap diproduksi selama berminggu-minggu
setelah berhenti menyusui. Bahkan, pembengkakan setelah tindakan pembedahan hanya akan
membuat keadaan semakin buruk. Pastikan bahwa dokter bedah tidak melakukan insisi pada
garis areola (garis antara bagian berawarna gelap dan terang pada payudara). Insisi seperti itu
dapat mengakibatkan turunnya pasokan ASI.3,6 Tindakan insisi yang menyerupai jari-jari roda
sepeda (puting menjadi pusat dari roda) akan mengurangi kerusakan jaringan penghasil ASI.3,6
Saat ini, abses pada payudara tidak selalu memerlukan tindakan pembedahan. Aspirasi
menggunakan jarum secara berulang, atau penempatan kateter untuk mengeringkan abses
ditambah dengan antibiotik seringkali cukup untuk menghindari tindakan pembedahan.3

Tindakan pembedahan apapun tidak mengharuskan ibu berhenti menyusui. Jika ibu

memerlukan tindakan pembedahan sekarang, pastikan irisan tidak dibuat di sekeliling areola. 3,6
Ibu bisa menyusui setelah tindakan pembedahan selesai, segera, setelah ibu bangun dan ingin
melakukannya. Jika untuk alasan tertentu ibu harus berhenti menyusui pada payudara yang sakit,
25

jangan berhenti menyusui pada payudara yang satunya. Beberapa dokter bedah tidak mengetahui
bahwa ibu bisa mengeringkan hanya salah satu payudara. Ibu tidak perlu berhenti menyusui
karena mendapat bius total. Ibu dapat menyusui segera setelah bangun dan ingin
melakukannya.3

Mammogram lebih sulit dibaca jika ibu sedang meyusui, tapi tetap bisa berguna. Sekali

lagi, berapa lama seorang ibu harus menunggu hingga payudaranya tidak lagi menghasilkan
ASI? Tentu lama sekali dan hal tersebut tidak relevan jika harus menghentikan ASI dengan alas
an agar ASI tidak diproduksi sementara, karena nyatanya ASI akan selalu diproduksi walau tidak
dikeluarkan. Evaluasi terhadap sebuah benjolan membutuhkan lebih dari sekedar riwayat dan,
pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara lain selain mammogram (contohnya : USG,
biopsi dengan menggunakan jarum).3,7
IV.2. Kehamilan baru3,6,7
Tidak ada bukti bahwa menyusui di kala hamil dapat membahayakan Ibu, atau janin yang ada di
dalam kandungan, atau anak yang sedang disusui. Jika Ibu ingin berhenti, lakukan secara
perlahan; karena kehamilan memang berhubungan dengan berkurangnya pasokan ASI dan bayi
mungkin akan berhenti sendiri.
IV.3. Pengobatan pada Ibu8
Obat-obatan umumnya terserap di dalam ASI, namun dalam jumlah yang sangat sedikit.
Walaupun ada sebagian obat yang dapat menimbulkan efek samping bagi bayi meskipun dalam
dosis yang sangat rendah, namun kasus seperti ini sangat jarang. Ibu menyusui yang diberitahu
untuk berhenti menyusui karena obat-obatan tertentu sebaiknya bertanya pada dokter untuk
memastikan hal ini.
Mengapa sebagian besar obat hanya terserap/terbawa dalam kadar yang sangat rendah dalam
ASI? Karena apa yang masuk/terserap di dalam ASI sangat tergantung pada kadar yang terbawa
di dalam darah ibu, dan hal ini biasanya terukur dalam mikro- atau bahkan nano-gram per
mililiter (sepersejuta atau sepersemilyar dari satu gram). Lebih jauh lagi, tidak seluruh obat yang
ada di dalam darah ibu akan masuk/terserap di dalam ASI. Hanya obat-obatan yang tidak terikat
26

dengan protein dalam darah ibu yang dapat terserap oleh ASI. Banyak obat yang hampir
seluruhnya terikat dengan protein dalam darah ibu. Dengan demikian, bayi tidak mendapat
jumlah obat yang sama dengan yang dikonsumsi ibu, tapi hampir selalu, jauh lebih sedikit.

Kebanyakan Obat Aman Jika:


-Obat tersebut lazim diresepkan bagi bayi. Jumlah yang akan diterima bayi melalui ASI jauh
lebih sedikit dibandingkan yang akan dia dapatkan jika diberikan secara langsung.
-Obat tersebut dianggap aman dikonsumsi selama kehamilan. Hal ini tidak selalu benar,
mengingat selama kehamilan tubuh ibu akan membantu bayi mengeluarkan obat. Oleh karena
itu secara teori, akumulasi obat yang mengkhawatirkan dapat terjadi saat menyusui walau tidak
terjadi selama kehamilan (meskipun hal ini jarang terjadi).
-Obat tersebut tidak diserap dalam perut atau pencernaan. Ini terutama pada obat yang
diberikan melalu suntikan. Contohnya adalah gentamicin (dan obat lain dalam golongan
antibiotik ini), heparin, interferon, anastesi lokal, omeprazole. Omeprazole (Losec, prilosec)
cukup menarik karena obat ini hancur dengan sangat cepat di dalam perut
-Obat tersebut tidak dikeluarkan melalui ASI. Sebagian obat molekulnya terlalu besar untuk
bisa masuk ke dalam ASI. Contohnya, heparin, interferon, insulin, infliximab (Remicade),
etanercept (Enbrel).
Beberapa Obat-Obatan yang Dinyatakan Aman untuk Dikonsumsi Selama Menyusui
Acetaminophen (Tylenol, Tempra), alkohol (dalam jumlah yang wajar), aspirin (dalam dosis
wajar, untuk jangka waktu pendek). Sebagian besar obat-obatan antiepilepsi, obat-obatan
antihipertensi,

tetracycline,

kodein,

obat-obatan

antiinflamasi

nonsteroid

(misalnya

ibuprofen), prednisone,
thyroxin,propylthiourocil (PTU), warfarin,antidepresantrcyclic, sentraline (Zoloft), paroxetine
(Paxil), antidepresan lainnya, metronidazole (Flagyl), omperazole (Losec), Nix, Kwellada.

27

Walaupun secara umum aman, fluoxetine (Prozac) memiliki daya tahan yang sangat panjang
(tinggal di dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama). Oleh karena itu, bayi yang dilahirkan
dari ibu yang mengonsumsi obat ini selama kehamilan, akan memiliki sejumlah besar obat ini
dalam tubuhnya, dan jumlah yang sedikit sekalipun yang ditambahkan saat menyusu akan
mengakibatkan akumulasi yang signifikan dan efek samping. Hal ini jarang, namun pernah
terjadi.
Obat-obatan yang digunakan pada kulit, dihirup (misalnya obat asma) atau dioleskan pada mata
atau hidung, hampir selalu aman untuk ibu menyusui. Obat untuk anestesi lokal atau regional
tidak akan terserap pencernaan bayi dan aman. Obat untuk anestesi umum akan terserap di dalam
ASI dalam jumlah yang sangat sedikit (seperti semua obat) dan sangat tidak mungkin
menimbulkan efek samping pada bayi. Obat ini umumnya memiliki masa tinggal yang sangat
pendek dalam tubuh dan hilang dengan sangat cepat dari tubuh. Ibu dapat kembali menyusui
segera setelah sadar dan nyaman untuk menyusui.
Imunisasi yang diberikan kepada ibu tidak membuatnya harus berhenti menyusui. Sebaliknya,
imunisasi akan membantu bayi mengembangkan imunitas dari imunisasi tersebut, jika ada yang
masuk ke dalam ASI. Kenyataannya, umumnya tidak ada yang masuk ke dalam ASI, kecuali,
mungkin sebagian pada imunisasi virus hidup, seperti campak Jerman. Dan hal ini adalah baik,
tidak buruk.
Rontgen dan Pemindaian (scan). Rontgen yang biasa tidak harus mengganggu proses
menyusui bahkan jika digunakan dengan bahan yang kontras (misalnya, intravenous pyelogram).
Alasannya adalah material tersebut tidak akan terserap di dalam ASI, dan meskipun terserap
tidak akan mungkin terserap oleh tubuh bayi. Hal ini berlaku juga untuk CT scan dan MRI scan.
Jika ibu memutuskan bahwa menghentikan menyusui sementara waktu adalah saran yang baik
untuk diikuti, maka perahlah ASI beberapa hari sebelumnya dan ASI ini dapat diberikan pada
bayi melalui gelas selama beberapa hari kemudian. Pelacak radioaktif yang ada dalam ASI akan
meluruh dan radiasi akan hilang dalam 5 masa half life. Jadi, bahkan untuk I yang digunakan
dalam rontgen tiroid (lihat bawah), radiaktifitas dari iodin akan hilang dalam 5 masa half life,
sehingga ASI dapat digunakan dalam 6 atau 8 minggu (half life I berkisar 8 hari). Hanya
28

kadang-kadang saja rontgen radioaktif begitu mendesak sehingga tidak bisa ditunda selama
beberapa hari.
Rontgen tiroid berbeda. Radioaktif Iodine (I131) akan terkonsentrasi dalam ASI dan dapat
tercerna oleh bayi dan akan menuju tiroidnya dimana ia akan tinggal disana untuk jangka waktu
lama. Hal ini jelas perlu menjadi perhatian. Jadi, apakah ibu harus berhenti menyusui? Jawabnya
tentu saja tidak, karena seringkali tes tersebut tidak perlu dilakukan sama sekali. Membedakan
tiroiditis paska melahirkan dengan penyakit Graves (alasan paling umum untuk melakukan
rontgen pada ibu menyusui) tidak memerlukan rontgen tiroid. Jika rontgen harus dilakukan,
dimungkinkan melakukan rontgen tiroid I yang hanya memerlukan waktu 12 sampai 24 jam
bagi ibu untuk berhenti menyusui, tergantung dari dosis yang diberikan atau technetium. Jangan
lupa untuk memerah ASI sebelumnya agar bayi tetap dapat mengonsumsi ASI daripada susu
formula.
IV.4. Penyakit pada Bayi 3,6,7
Sangat jarang kegiatan menyusui harus dihentikan pada bayi yang sedang sakit. Dengan
menyusui, ibu mampu menyamankan anak yang sedang sakit, dan dengan menyusu, anak
mampu menyamankan ibunya.3

Diare dan muntah. Infeksi usus jarang dialami oleh bayi yang disusui secara eksklusif.

(Meskipun BAB yang sering adalah sangat umum dan normal pada bayi yang disusui secara
eksklusif). Perawatan yang paling baik dalam kondisi ini adalah dengan cara menyusuinya terus.
Bayi akan lebih cepat membaik jika tetap disusui. Pada sebagian besar kasus, bayi akan membaik
dengan hanya menyusu dan tidak membutuhkan cairan tambahan seperti oralit kecuali pada
kasus-kasus khusus.3

Penyakit pada saluran pernapasan. Ada mitos medis bahwa susu sebaiknya tidak

diberikan pada anak-anak yang menderita infeksi saluran pernapasan. Entah benar atau tidak hal
tersebut pada susu, yang jelas hal ini tidak berlaku untuk ASI.3

Kuning. Sangat umum terjadi pada bayi yang menyusu secara eksklusif mengalami

kuning, bahkan sampai usia 3 bulan, walaupun biasanya warna kuning pada kulit nyaris tidak
29

terlihat. Jika menyusui berlangsung baik, penyakit kuning tidak mengharuskan ibu untuk
berhenti menyusui. Memperbaiki proses menyusui akan menyelesaikan masalah, sedangkan
berhenti menyusui walaupun hanya untuk jangka waktu yang pendek justru bisa menghentikan
proses menyusui selamanya.

Bayi dengan bibir sumbing dan / atau celah langit-langit tetap dapat menyusu. Beberapa

melakukannya dengan sangat baik. Posisi kepala agak tegak dan leher agak flexi akan
membantu. Tapi banyak bayi dengan celah langit-langit memang mengalami kesulitan untuk
melekat. Tidak diragukan, bagaimanapun, bahwa jika menyusu tidak dicoba, bayi tidak akan
pernah menyusu. Kemampuan bayi untuk menyusu tidak selalu tergantung pada seberapa
parah/besar celah tersebut. Menyusu harus dimulai, sebanyak mungkin, menggunakan prinsipprinsip menyusui yang tepat.6 Jika botol yang diberikan, hal itu akan melemahkan kemampuan
bayi untuk menyusu. Jika bayi perlu diberi minum, tetapi tidak dapat melekat, cangkir bisa dan
harus digunakan daripada botol. Memberi minum dengan jari kadang-kadang berhasil pada bayi
dengan bibir sumbing / celah langit-langit, tapi tidak selalu.7

30

BAB V
KESIMPULAN

Untuk menghasilkan bayi sehat dan cerdas maka ASI diberikan sampai bayi berumur 6 bulan
secara eksklusif. Hal lain yang mendukung keberhasilan pemberian ASI adalah cara menyusui
dengan posisi dan situasi yang menyenangkan, kondisi ibu yang sehat, dan dukungan dari
keluarga serta lingkungan. Pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai umur 2 tahun dengan tujuan
mempererat hubungan batin antara ibu dan anak
Sebaiknya bayi tidak berhenti menyusui dalam setiap keadaan, kecuali pada ibu dengan HIV.
Dari sisi ibu yang sakit menyusui justru melindungi bayi melawan infeksi yang diderita oleh ibu
karena ASI ibu mengandung antibodi untuk melawan penyakit itu sendiri selama ibu sakit.6 Ibu
yang memiliki penyakit autoimun juga demikian, karena sebagian besar antibodi pada ASI
adalah secretory IgA, sedangkan tubuh bayi tidak akan menyerap secretory IgA.
Begitu pula dengan ibu yang sedang menjalani pengobatan Obat-obatan umumnya terserap di
dalam ASI, namun dalam jumlah yang sangat sedikit. Walaupun ada sebagian obat yang dapat
menimbulkan efek samping bagi bayi meskipun dalam dosis yang sangat rendah, Namun kasus
seperti ini sangat jarang.
Rontgen yang biasa tidak harus mengganggu proses menyusui bahkan jika digunakan dengan
bahan yang kontras (misalnya, intravenous pyelogram). Alasannya adalah material tersebut tidak
akan terserap di dalam ASI, dan meskipun terserap tidak akan mungkin terserap oleh tubuh bayi.
Hal yang sama berlaku utntuk penggunaan CT Scan dan MRI. Untuk pemindaian yang
menggunakan bahan radioaktif, diperlukan waktu beberapa saat sampai masa half life nya hilang
baru ibu bisa menyusui kembali, atau keadaan itu disiasati dengan memeras ASI terlebih dahulu
sebelum ibu melakukan pemindaian.
Imunisasi yang diberikan kepada ibu tidak membuatnya harus berhenti menyusui, hal yang sama
juga bila ibu sedang mengalami kehamilan yang baru karena menyusui tidak akan memberikan
pengaruh buruk kepada ibu, janin, dan bayinya.
31

Pada bayi yang sakit, menyusui tetap tidak boleh dihentikan karena dengan menyusui umumnya
keadaan bayi akan membaik, tentunya dengan proses dan prinsip menyusui yang benar, termasuk
dalam keadaan ini adalah diare dan muntah, penyakit saluran pernapasan, kuning serta bibir
sumbing dan bayi dengan celah langit-langit.

32

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman, Richard E, et al. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarta: EGC, 2000.
2. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Pedoman Pemberian Makanan Bayi dan Anak Dalam
Situasi Darurat.2007.
3. Kari IK. Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi. Dalam: ASI Petunjuk
4. Linkages. Pemberian ASI Eksklusif atau ASI saja: Satu-Satunya Sumber Cairan Yang
Dibutuhkan Bayi Usia Dini. Oktober 2002.
5. Munasir Z, Nia K. Air Susu Ibu dan Kekebalan Tubuh. Dalam: Bedah ASI. Editor :
Badriul Hegar, Rulina Suradi, Aryono Hendarto, I Gusti Ayu Pratiwi. Jakarta: IDAI,
2009:78.
6. Newman J. Breastfeeding and Illness. International Breastfeeding Centre; 2009.
7. Rahayu T. Managemen Laktasi. [cited 21 October 2011]. Available at:
fik.unissula.ac.id/download/managemenlaktasi.ppt
8. Sherwood L. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC, 2001
9. Suraatmaja S. Aspek Gizi Air Susu Ibu. Dalam: ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan.
Editor: Soetjiningsih. Jakarta: EGC, 1997;2:16.
10. U.S. Department of Health and Human Services Office on Womens Health (OWH).
January 2011.

33

Anda mungkin juga menyukai