DI SUSUN OLEH:
B. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya , penyakit ini dapat dibagikan dalam 2 kelompok :
1. Eritrodarma eksfoliativa primer
Penyebabnya tidak diketahui. Termasuk dalam golongan ini eritroderma iksioformis
konginetalis dan eritroderma eksfoliativa neonatorum(5–0 % ).
D. PATOFISIOLOGI
Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan startum korneum ( lapisan kulit yang paling
luar) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler. Pada eritrodema terjadi eritrema
dan skuma (pelepasan lapisan dari permukaan kulit) sel-sel dalam lapisan basal kulit
membagi diri terlalu cepat dan sel-sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke
permukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik/plak jaringan epidermis yang profus.
Mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non imunologik dan imunologik
imunologik, alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang sudah tersensitasi
dengan obat tersebut. Obat dengan berat molekul yang rendah awalnya berperan sebagai
antigen yang tidak lengkap ( hapten ). Obat / metaboliknya yang berupa hapten ini harus
berkojugasi dahulu dengan protein misalnya jaringan , serum / protein dari membran sel
untuk membentuk antigen obat dengan berat molekul yang tinggi dapat berfungsi langsung
E. MANIFESTASSI KLINIS
Eritroderma akibat alergi obat , biasanya secara sistemik. Biasanya timbul secara akut
dalam waktu 10 hari. Lesi awal berupa eritema menyeluruh , sedangkan skuama baru
Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit yang tersering addalah psoriasis dan
Ditemukan eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis dapat ditemukan
kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninngi daripada sekitarnya dengan skuama
Usia pasien antara 4 -20 minggu keadaan umum baik biasanya tanpa keluhan. Kelainan
ditemukan adanya penyakit pada alat dalam , infeksi dalam dan infeksi fokal. ( Arif
- Abses - Limfadenopati
- Furunkulosis - Hepatomegali
- Konjungtivitis - Rinitis
- Stomatitis - Kolitis
- Bronkitis
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah didapatkan albumin serum yang rendah dan peningkatan
gammaglobulin, ketidakseimbangan elektrolit, protein fase akut meningkat, leukositosis,
maupun anemia ringan
2. Histopatologi
Pada kebanyakan penderita dengan eritroderma histopatologi dapat membantu
mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan 50% kasus, biopsi kulit
dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi, tergantung berat dan durasi proses
inflamasi. Pada tahap akut, spongiosis dan parakeratosis menonjol, terjadi edema. Pada
stadium kronis, akantosis dan perpanjangan rete ridge lebih dominan.
3. Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi semakin pleomorfik, dan
mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik, seperti bandlike limfoid infiltrate
di dermis-epidermis, dengan sel cerebriform mononuclear atipikal dan Pautrier’s
microabscesses. Pada penderita dengan Sindrom Sezary ditemukan limfosit atipik yang
disebut sel Sezary. Biopsi pada kulit juga memberi kelainan yang agak khas, yakni
terdapat infiltrat pada dermis bagian atas dan terdapatnya sel Sezary. Disebut sindrom
Sezary, jika jumlah sel Sezary yang beredar 1000/mm3 atau lebih atau melebihi 10% sel-
sel yang beredar. Bila jumlah sel tersebut di bawah 1000/mm 3 dinamai sindrom pre-
Sezary.
4. Pemeriksaan immunofenotipe infiltrate limfoid juga mungkin sulit menyelesaikan
permasalahan karena pemeriksaan ini umumnya memperlihatkan gambaran sel T matang
pada eritroderma jinak maupun ganas. Pada psoriasis papilomatosis dan gambaran
clubbing lapisan papiler dapat terlihat, dan pada pemfigus foliaseus, akantosis superfisial
juga ditemukan. Pada eritroderma ikhtisioform dan ptiriasis rubra pilaris, biopsi diulang
dari tempat-tempat yang dipilih dengan cermat dapat memperlihatkan gambaran khasnya.
(Djuanda, Adhi, 2007).
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pada eritroderma golongan I, obat tersangka sebagai kausanya segera dihentikan.
Umumnya pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan I, yang
disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, dodsis prednisone 4 x 10 mg. penyembuhan
terjadi cepat, umumnya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.
2. Pada golongan II akibat perluasan penyakit kulit juga diberikan kortikosteroid. Dosis
mula prednisone 4 x 10 mg sampai 15 mg sehari. Jika setelah beberapa hari tidak tampak
perbaikan, dosis dapat dinaikkan. Setelah tampak perbaikan, dosis diturunkan perlahan-
lahan. Jika eritroderma terjadi akibat pengobatan dengan ter pada psoriasis, makan obat
tersebut harus dihentikan. Eritroderma karena psoriasis dapat pula diobati dengan
asetretin. Lama penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa minggu hingga
beberapa bulan, jadi tidak secepat seperti golongan I.
3. Pada pengobatan dengan kortikosteroid jangka lama (long term), yakni jika melebihi 1
bulan lebih baik digunakan metilprednisolon darpiada prednison dengan dosis ekuivalen
karena efeknya lebih sedikit.
4. Pengobatan penyakit Leiner dengan kortikosteroid memberi hasil yang baik. Dosis
prednisone 3 x 1-2 mg sehari. Pada sindrom Sezary pengobatan terdiri atas kortikosteroid
(prednisone 30 mg sehari) atau metilprednisolon ekuivalen dengan sitostatik, biasanya
digunakan klorambusil dengan dosis 2-6 mg sehari.
5. Pada eritroderma kronis diberikan pula diet tinggi protein, karena terlepasnya skuama
mengakibatkan kehilangan protein. Kelainan kulit perlu pula diolesi emolien untuk
mengurangi radiasi akibat vasodilatasi oleh eritema misalnya dengan salep lanolin 10%
atau krim urea 10%
(Djuanda, Adhi, 2007).
I. PENGKAJIAN FOKUS
Pengkajian keperawatan yang berkelanjutan dilaksanakan untuk mendeteksi infeksi. Kulit
yang mengalami disrupsi , eritamatosus serta basah amat rentan terhadap infeksi dan dapat
menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme pathogen yang akan memperberat inflamasi
antibiotik , yang diresepkan dokter jika terdapat infeksi , dipilih berdasarkan hasil kultur dan
sensitivitas.
I. BIODATA
a. Jenis Kelamin
Biasnya laki – lak 2 -3 kali lebih banyak dari perempuan.
b. Riwayat Kesehatan
J. Riwayat penyakit dahulu ( RPM )
Meluasnya dermatosis keseluruh tubuh dapat terjadi pada klien planus , psoriasis ,
pitiasis rubra pilaris , pemfigus foliaseus , dermatitis. Seboroik dan dermatosiss atopik
, limfoblastoma.
K. Riwayat Penyakit Sekarang
Mengigil panas , lemah , toksisitas berat dan pembentukan skuama kulit.