Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN PERAN PERAWAT DENGAN KETEPATAN

WAKTU TANGGAP PENANGANAN KASUS


GAWAT DARURAT DI INSTALASI
GAWAT DARURAT (IGD)

DI SUSUN OLEH:

TRI DESFIRA RAHMADANI

NIM: PO7120318027

PRODI DIV KEPERAWATAN TINGKAT 4A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi waktu tanggap (response time) petugas kesehatan terutama

perawat dituntut untuk dapat segera memberikan penanganan yang cepat, tepat dan

holistik. Penanganan tersebut dapat dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi

dengan petugas kesehatan lainnya atau sesuai dengan peranannya masing –

masing. Peran perawat yang dapat dilakukan meliputi care giver,client

advocate,counsellor, educator, collaborator, coordinator dan counsultan. Oleh

karena itu, penanganan pasien sesuai prioritas dan adanya peran perawat dalam

response time dapat menjadi bagian tolak ukur terhadap mutu pelayanan kesehatan

yang selanjutnya memberikan umpan balik yaitu adanya kepuasan pelanggan

(Kusniawati, 2019).

Peran perawat sebagai care giver atau pemberi asuhan keperawatan yaitu

Perawat memberikan asuhan keperawatan profesional kepada pasien meliputi

pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi hingga evaluasi. Selain itu, perawat

melakukan observasi yang kontinu terhadap kondisi pasien, melakukan

pendidikan kesehatan, memberikan informasi yang terkait dengan kebutuhan

2
pasien sehingga masalah pasien dapat teratasi. Menjaga keamanan dan

kenyamanan pasien ditujukan agar pasien terbebas dari jatuh dan pasien merasa

aman serta nyaman sehingga dapat mendukung proses penanganan pasien hal ini

sesuai dengan fungsi independen perawat yaitu merupakan fungsi mandiri dan

tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya

dilakukan secara mandiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan

untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia (Ruly Ambar Sekar, 2014).

Contoh faktor yang menghambat perawat dalam melakukan ketepatan

waktu tanggap penanganan yaitu kasus cedera kepala di instalasi gawat darurat,

yaitu kendala pelayanan, kendala pelayanan yang sering terjadi adalah kurangnya

pendidikan, kurangnya kedisiplinan SDM, tidak ada penanggung jawab pasien,

pasien melebihi kapasitas, keterbatasan sarana dan prasarana(Ruly Ambar Sekar,

2014)

Instalasi gawat darurat sebagai gerbangutama penanganan kasus gawat

darurat serta kasus lainnya di rumah sakit memegang peranan penting dalam upaya

penyelamatan hidup klien. Pelayanan pasien gawat darurat merupakan pelayanan

yang memerlukan pelayanan segera, yaitu cepat, tepat, dan cermat untuk

mencegah kematian dan kecacatan (time saving is life saving) bahwa waktu adalah

nyawa. Fenomena yang kita perhatikan selama ini di ruang instalasi gawat darurat

yaitu kurangnya mutu pelayanan yang baik terhadap pasien dalam hal mendapat

tanggapan khususnya pelayanan di rumah sakit daerah. Salah satu indikator mutu

3
pelayanan berupa respon time (waktu tanggap) yang kurang dari 5 menit, dimana

merupakan indikator proses untuk mencapai indikator hasil yaitu kelangsungan

hidup (Depkes RI, 2009).

Wilde (2009) telah membuktikan secarajelas tentang pentingnya waktu

tanggap (respon time) bahkan pada pasien selain penderita penyakit

jantung.Mekanisme respon time,disamping menentukan keluasanrusaknya organ-

organ dalam, juga dapat mengurangi beban pembiayaan. Kecepatan dan ketepatan

pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke IGD memerlukan standar

sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu

penanganan gawat darurat dengan respon time yang cepat dan penanganan

yangtepat(Rahmawat, 2017).

World Health Organization [WHO] (2012) terdapat beberapa penyakit

yang dianggap penyakit gawat darurat dan penyumbang kematian terbanyak di

dunia diantaranya adalah penyakit jantung iskemik 7,4 juta (13,2%); stroke 76,7

juta (11,9 %); penyakit paru obstruktif kronik 3,1 juta jiwa (5,6 %); infeksi

pernafasaan bawah, 3,1 juta (5,5 %); dan kanker 1,6 juta (2,9 %). Kasus cedera

atau kecelakaan memberikan angka kematian mencapai 1,2 juta. Banyaknya

pasien dengan kasus gawat darurat yang masuk ke rumah sakit yang memerlukan

pertolongan dengan segera agar tidak terjadinya kecacatan dan kematian

(Keputusan Menteri Kesehatan, 2009).

4
Kegawatan daruratan dari penyakit tersebut menjadi masalah seluruh dunia

termasuk di Negara-negara ASEAN (Association of Southeast). PTM

regionalASEAN atau ASEANForum On Non Communicable Diseases (NCD)

(2015) adalah pertemuan antara anggota negara ASEAN untuk membahas masalah

kesehatan yang ada di ASEAN terutama masalah penyakit-penyakit tidak menular

yang termasuk kedalam penyakit gawat darurat. Indonesia adalah negara bagian

ASEAN yang memliki banyak sekali kunjungan pasien ke instalasi gawat darurat.

Data kunjungan tahun 2007 mencapai 4.402.205 pasien (13,3 %) dari total seluruh

kunjungan di RSU(Rumah Sakit Umum) dengan jumlah kunjungan 12% dari

kunjungan IGD (Instalasi Gawat Darurat) berasal dari rujukan dengan jumlah

Rumah Sakit Umum 1.033 unit dari 1.319 unit Rumah Sakit yang ada. Jumlah

yang signifikan ini kemudian memerlukan perhatian yang cukup besar dengan

pelayanan pasien gawat darurat(Azhar, 2017).

Berdasarkan beberapa hasil penelitian masih tedapat keterlambatan waktu

tanggap di beberapa RS. Penelitian yang dilakukan oleh Maatilu (2014) tentang

faktorfaktor yang berhubungan dengan response time pada penanganan pasien

gawat darurat di IGD RSUP PROF. Dr. R. D. Kandou Manado bahwa hasil

penelitian didapatkan response time perawat dalam penanganan kasus gawat

darurat rata-rata lambat (>5menit). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh

Noor (2009) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi response time pada

penanganan pasien IGD RSUP persahabatan bahwa hasil penelitiannya didapatkan

5
waktu tanggap 7.45 menit. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Achmad

(2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan lama waktu tanggap

perawat pada penanganan asma di IGD RSUD Panembahan Senopati Bantul

bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat mempunyai waktu tanggap

cepat (5 menit) sebanyak 8 orang (40%). Hasil penelitian diatas, menunjukkan

adanya keterlambatan waktu tanggap perawat yaitu lebih dari 5 menit,

menunjukkan belum terpenuhinya standar IGD sesuai Keputusan Menteri

Kesehatan tahun 2009.

Maatilu (2014) dalam penelitiannya membuktikan waktu tanggap perawat

pada penanganan pasien gawat darurat yang memanjang dapat menurunkan usaha

penyelamatan pasien dan terjadinya perburukan kondisi pasien. Jika waktu

tanggap lambat akan berdambak pada kondisi pasien seperti rusaknya organ-organ

dalam atau komplikasi, kecacatan bahkan kematian, dan apabila waktu tanggap

cepat maka akan berdampak positif yaitu mengurangi beban pembiayaan, tidak

terjadi komplikasi dan berkurangnya angka mortalitas dan morbiditas (Sutrisno,

2018).

Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan kesimpulan yaitu masih

banyaknya perawat yang memiliki waktu tanggap lebih dari 5 menit hal ini

menunjukkan belum terpenuhinya standar IGD sesuai Keputusan Menteri

Kesehatan tahun 2009, sehingga membuat peneliti tertarik melakukan penelitian

6
dengan judul “ Hubungan Peran Perawat Dengan ketepatan Waktu anggap

Penanganan Kasus Gawat Darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut “apakah terdapat hubungan antara peran

perawat terhadap ketepatan waktu tanggap penanganan kasus gawat darurat di

instalasi gawat darurat?’’

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan peran perawat

sebagai pemberi asuhan keperawatan dengan ketepatan waktu tanggap

penanganan kasus gawat darurat di instalasi gawat darurat (IGD).

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan informasi dan

landasan teori peran perawat dalam ketepatan waktu tanggap penanganan

kasus gawat darurat.

2. Manfaat praktis

Sebagai acuan untuk mahasiswa memberikan pemahanam tentang peran

perawat dalam ketepatan waktu tanggap penanganan kasus gawat darurat.

3. Manfaat pada peneliti

7
a. Pengalaman yang berharga bagi penulis dalam memperluas wawasan dan

pengetahuan dalam bidang peneliti dan sehubungan dengan judul hasil

penelitian ini.

b. Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu

metodologi penelitian dan semoga bisa bermanfaat bagi yang memerlukan

terutama mahasiswa keperawatan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Azhar. (2017). Respon Time (Waktu Tanggap) Perawat Dalam Penanganan Kegawatdaruratan
Di Instalasi Gawat Darurat Rsu Pku Muhammadiyah Di Kabupaten Kebumen Skripsi. A
Psicanalise Dos Contos de Fadas. Tradução Arlene Caetano, 466.

Istizhada, A. E. N. (2019). Gambaran respon time dan lama triage di instalasi gawat darurat

rumah sakit Baladhika Husada Jember. Skripsi, 1, 119.

https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/91067

Kusniawati. (2019). Hubungan Peran Perawat Dalam Response Time Dengan Tingkat Kepuasan
Pelanggan Di Igd Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang. Jurnal Medikes (Media
Informasi Kesehatan), 6(2), 225–238. https://doi.org/10.36743/medikes.v6i2.163

Murni. (2020). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Waktu Gawat Darurat Rumah Sakit
Grandmed. Jurnal Keperawatan Dan Fisioterapi, 2(2), 172–180.

Nursalam. (2020). Penulis Literature Review Dan Systematic Review Pada Pendidikan
Kesehatan (Contoh).

Pitang Yuliani. (2016) Pengaruh Peran Perawat Sebagai Care Giver Terhadap Length Of Stay
(LOS) Di IGD RSUD Dr.T.C. Hillers Maumere Dengan Pelaksanaan Triage Sebagai
Variabel Moderasi https://issn.org//20886012.

Rahmawat. (2017). Respon Time Petugas Igd Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji
Makassar. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong, 12, 466.

Ruly Ambar Sekar. (2014). (PERAN PERAWAT TERHADAP KETEPATAN WAKTU TANGGAP
PENANGANAN KASUS CEDERA KEPALADI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD Dr.
MOEWARDI SURAKARTA, 69(2013), 49–53.

Salsha, A. (2020). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan terhadap


pelaksanaan triage di IGD. https://osf.io/8hwzb/download/?format=pdf

9
Sumartawan, N. A. (2019). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN BANTUAN HIDUP
DASAR TERHADAP PENGETAHUAN SISWA DALAM MEMBERIKAN PERTOLONGAN
KEGAWATDARURATAN.

Sutrisno, E. (2018). Hubungan Ketetapan Waktu Tanggap Perawat dengan Keberhasilan


Penanganan Kasus Cedera Kepala Di Instalansi gawat Darurat RSUD Panembahan
Bantul. 1–18.

Syafridayani, F. (2019). “Kinerja Perawat Dalam Penerapan Asuhan Keperawatan Kepada


Pasien.” https://doi.org/10.31219/osf.io/g9zps

Undang- Undang RI. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014
Tentang Keperawatan Dengan. 10, 2–4.

Wahyudi, I. (2020). Pengalaman Perawat Menjalani Peran Dan Fungsi Perawat Di Puskesmas
Kabupaten Garut. Jurnal Sahabat Keperawatan, 2(01), 36–43.
https://doi.org/10.32938/jsk.v2i01.459

Wirentanus, L. (2019). Peran Dan Wewenang Perawat Dalam Menjalankan Tugasnya


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan. Media
Keadilan: Jurnal Ilmu Hukum, 10(2), 148. https://doi.org/10.31764/jmk.v10i2.2013

10

Anda mungkin juga menyukai