EPILEPSI
Oleh :
10542 0531 13
Pembimbing :
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Epilepsi adalah gangguan otak yang ditandai oleh
1
1. Minimal terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2
B. EPIDEMIOLOGI.
Prevalensi epilepsi di negara berkembang ditemukan
lebih tinggi dari pada negara maju. Dilaporkan prevalensi di
negara maju berkisar antara 4–7/1000 orang dan 5–74/1000
orang di negara sedang berkembang. Daerah pedalaman
memiliki angka prevalensi lebih tinggi dibendingkan daerah
perkotaan yaitu 15,4/1000 (4,8 – 49,6) di pedalaman dan
10,3 (2,8-37,7) di perkotaan.
C. LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan :-
2
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Sileo 1
Tanggal Pemeriksaan : 12 Januari 2020
Oleh Coass : Andi FaradipaM., S.Ked.
Tanggal MRS : 12 Januari 2020
Rumah Sakit : RS. SYEKH YUSUF
No. CM : 46.60.57
2. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Kejang
• Riwayat DM (-)
• Riwayat TB (-)
3
3. Riwayat pengobatan: menerima pengobatan namun putus obat
4. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis :
Kesadaran : GCS E4M6V5 (Compos mentis)
Tekanan darah : 100 / 70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,7oC
Anemia : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
2. Status Internus :
Toraks : Paru dan Jantung dalam batas normal
Abdomen : Peristaltik (+). Normal, Nyeri tekan (-)
3. Status Psikiatri :
- Perasaan hati : Dalam batas normal
- Perasaan berfikir : Dalam batas normal
- Kecerdasan : Dalam batas normal
- Memori : Baik
- Psikomotor : Tenang
4. Status Neurologis :
a. GCS : E4M6V5
b. Kepala :
- Bentuk : Normocephal
- Penonjolan : (-)
- Posisi : (-)
- Pulsasi : (-)
c. Leher :
- Sikap : Dalam batas normal
- Pergerakan : Dalam batas normal
- Kaku kuduk : (-)
4
d. Urat saraf cranial (Nervus Kranialis)
1) Nervus I (Nervus Olfaktorius) : Dalam batas normal
2) Nervus II (Nervus Optikus) :
- Ketajaman Penglihatan : dbn / dbn
- Lapangan Penglihatan : dbn / dbn
- Melihat Warna : dbn / dbn
- Funduskopi : dbn / dbn
3) Nervus III, IV, VI (Nervus Okulomotorius, Trokhlearis,
Abdusens) :
Celah kelopak mata : Kanan Kiri
Ptosis : (-) (-)
Exoftalmus : (-) (-)
Nistagmus : (-) (-)
Pupil :
Bentuk/ukuran : Bulat Bulat
Isokor/anisokor : Isokor Isokor
RL/RCL : (+) (+)
Refleks konsensuil : (+) (+)
Refleks akomodasi : (+) (+)
Gerakan Bola mata
Paresis : (–) (–)
4) Nervus V (Nervus Trigeminus) :
Sensibilitas wajah : Dalam batas normal
Menggigit : Dalam batas normal
Mengunyah : Dalam batas normal
Refleks masseter : Dalam batas normal
Refleks kornea : Dalam batas normal
5) Nervus VII (Nervus Fasialis) :
Mengerutkan dahi : Dalam batas normal
Menutup mata : Dalam batas normal
5
Gerakan mimik : Dalam batas normal
Bersiul : Dalam batas normal
Pengecap 2/3 lidah depan : Dalam batas normal
6) Nervus VIII (Nervus Vertibulokokhlearis) :
Suara berbisik : Tidak dievaluasi
Tes Rinne : TDE
Tes Weber : TDE
7) Nervus XII (Nervus Glossofaringeus) :
Pengecap 1/3 lidah belakang : Dalam batas normal
Sensibilitas faring : Dalam batas normal
8) Nervus X (Nervus Vagus) :
Arkus faring : Dalam batas normal
Berbicara : Dalam batas normal
Menelan : Dalam batas normal
Nadi : Reguler
9) Nervus XI (Nervus Aksesorius) :
Memalingkan kepala : Dalam batas normal
Mengangkat dagu : Dalam batas normal
10) Nervus XII (Nervus Hipoglossus) :
Pergerakan lidah : Dalam batas normal
Tremor lidah : (-)
Atrofi lidah : (-)
Fasikulasi : (-)
Artikulasi : Dalam batas normal
e. Badan dan Anggota Gerak
1) Badan
Bentuk kolumna vertebralis :Dalam batas normal
Pergerakan kolumna vertebralis:Tidak dievaluasi
Refleks kulit perut atas :dalam batas normal/dalam
batas normal
6
Refleks kulit perut tengah :dalam batas normal/dalam
batas normal
Refleks kulit perut bawah :dalam batas normal
Refleks kremaster :tidak dievaluasi
Sensibilitas
- Taktil : Dalam batas normal
- Nyeri : Dalam batas normal
- Suhu : Dalam batas normal
2) Anggota Gerak
Motorik :
P ↓ N K 4 4 T ↓ N
↓ ↓ 3 3 ↓ ↓
Refleks Fisiologik :
Biseps : (+) / (+)
Triseps: (+) / (+)
Radius : tidak dievaluasi
Ulna : tidak dievaluasi
KPR : (+) / (+)
APR : (+) / (+)
Refleks Patologik :
Hoffman – Tromner : (+) / (+)
Babinski : (+) / (+)
Chaddock : tidak dievaluasi
Gordon : tidak dievaluasi
Schaefer : tidak dievaluasi
Oppenheim : tidak dievaluasi
Klonus : (-) / (-)
Tes Laseque : (-) / (-)
7
Tes Patrick : (-) / (-)
Tes Kontra-Patrick : (-) / (-)
Tes Kernig : (-) / (-)
Sensorik :
Sup(D)Sup(S) Inf(D) Inf(S)
8
Kalkulasi : Dalam batas normal
g. Pemeriksaan Khusus
(Dix-Hallpike)
Tidak dalam evaluasi.( Pasien tidak sanggup melakukannya)
6. PLANNING
1. Terapi :
Non Farmakologi
Tirah baring
Farmakologi
IVFD Dextrose 16 tpm
Depakote 250 mg 2×1
Kutoin 2×1
B6 1×1
Piracetam 3gr/8 jam/iv
Diazepam 1 amp/iv (bila kejang )
Paracetamo 3×1
Asam folat 1×1
Curcuma 2×1
Pemeriksaan Penunjang :
a) Ct-Scan kepala : Brain edema
tak tampak hematom,infark atau SOL
b) Pemeriksaan Labolatorium
Hasil Pemeriksaan Labolatorium :
o WBC : 7,3×10’3/uL
9
o Glukosa sewaktu : 67 mg/dl (70-200 mg/dl)
o SGOT : 15 U/L (L : <37 P : <31 u/l )
o SGPT : 14 U/L (L : <42 P : <32 u/l)
o Kreatinin : 0.4 mg/dl (L : 0.7 – 1.3 P : 0.6 – 1.1 mg/dl)
o Na : 147 mmol/L (136-145 200 mmol/L)
o K: 4,4 mmol/L (3,5-5,1 mmol/L)
o Cl: 108 mmol/L (98-106 mmol/L)
7. PROGNOSIS
1. Qua ad vitam : Dubia ad bonam
2. Qua ad sanationem : Dubia ad bonam
8. Follow Up
O:
TD = 90/60 mmHg
RR = 20 x/menit
N = 80x/menit
S = 36.7oC
GCS=E4V5M6
10
FKL : respon melambat
Motorik:
P K
N N 5 5
N N 5 5
T
N N
N N
Rf Rp
+2 +2 + +
+2 +2 + +
Sensorik: Normal
Otonom:
BAK : lancar
BAB : belum hari ini
11
P K
N N 5 5
N N 5 5
T
N N
N N
Rf Rp
N N + +
N N + +
Sensorik: Normal
Otonom:
BAK ; lancar
BAK : lancar
A: Epilepsi
O: B6 1×1
12
T
N N
N N
Rf Rp
N N + +
N N + +
Sensorik: Normal
Otonom:
BAK : lancar
BAB: lancar
A: Epilepsi
31/12/19 S: kejang (-), nyeri kepala dan Aff infuse Depakote 250 mg
nyeri punggung berkurang . mual 2×1
(-),muntah (-). Ketoin 2×1
B6 1×1
O:
TD = 90/60 mmHg Asam folat 1×1
13
Rf Rp
N N + +
N N + +
Sensorik: Normal
Otonom:
BAK : Lancar
BAB : lancar
A: Epilepsi
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis
yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami epilepsi.
Pasien dibawa ke RS dengan keluhan utama, yaitu kejang tanpa
didahului demam. Sesuai definisi epilepsi adalah kelainan otak yang ditandai
dengan kecenderungan untuk menimbulkan bangkitan epileptik yang terus
menerus dengan konsekuensi neurobiologis,kogitif,psikologis dan sosial.
Epilepsi pada pasien ini dicurigai bersifat simtomatis dikarenakan
adanya gambaran brain edema pada hasil ct scan kepala.kejang yag dirasakan
pasien terjadi 2-3 kali serangan.
Pada pasien ini,kejang mrupakan tipe kejang umum atau tonic
seizure ,dimana awalnya dimulai dengan kehilangan kesadaran dan disusul
dengan gejala motorik secara bilateral ,dapat berupa ekstensi tonik dari semua
ektremitas selama beberapa menit. Pada pasien diawali dengan 3 kali serangan
selama kurang lebih 5 menit, lalu terjadi lagi serangan dengan durasi 10 menit
dan saat kejang seluruh tubuh.
14
Penyebab epilepsi ada idiopatik,kriptogenik, dan simtomatis yang
disesuaikan akibat kejang yang dialami. Etiologi idiopatik . diagnosa tersebut
menurut teori sudah benar. Serangan kejang tonik klonik sering dijumpai
biasanya pada saat terjaga dan pagi hari. Pasien mengalami kejang biasanya
pada saat terjaga.
Untuk memastikan penyebab epilepsi, mencari tau riwayat akibat
epilepsi seperti trauma,kongenital,genetik dan adapun yang tidak diketahui
penyebabnya serta tanpa perdarahan.
Pada pasien kejang yang masih belum diketahui riwayat sebelumnya
beberapa pemeriksaan penunjang dapat membantu konfirmasi diagnosa jenis
apakah kejang tersebut. Beberapa pemeriksaannya dapat dilakukan
pemeriksaan GDS,elektrolit, CT Scan kepala, dan EEG. Pada pasien ini sudah
dilakukan pemeriksaan GDS dan CT Scan kepala.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
15
Epilepsi merupakan penyakit saraf yang ditandai
KLASIFIKASI EPILEPSI
16
Epilepsi dapat diklasifikasikan menurut tipe bangkitan
1. Bangkitan parsial
2. Bangkitan umum
epileptikus)1,2
17
Tahun 2017, ILAE memperbaharui klasifikasi dan
18
B. EPIDEMIOLOGI
19
di atas 50 tahun. Pada orang yang berusia >50 tahun,
B. ETIOLOGI
sebagai berikut:2,6
dengan usia.
ensefalopati difus.
20
Faktor risiko epilepsi antara lain asfiksia
epilepsi.3
C. PATOFISIOLOGI
21
masing. Aktivitas tersebut akan menyebabkan terjadinya
22
Dalam keadaan normal, lalu-lintas impuls antar neuron
neurotransmitter
23
Lokasi yang berbeda dari kelompok neuron yang ikut
tempat di otak.
24
abnormal impuls epileptik. Sehingga dapat disimpulkan
neuron.
timbul.
25
Serangan epilepsi dimulai dengan meluasnya
D. MANIFESTASI KLINIS
26
Bangkitan umum terjadi pada seluruh area otak. Kesadaran
non-REM.1
27
2. TONIK
3. KLONIK
lambat.1
4. MIOKLONIK
28
mengantuk jika beberapa episode terjadi dalam periode
5. ATONIK
29
tiba-tiba. Penderita akan segera kembali sadar dan
7. ABSANS ATIPIKAL
E. DIAGNOSIS
30
1. Terdapat dua kejadian kejang tanpa provokasi yang
1. Anamnesis2,7
pascabangkitan:
awal bangkitan?
31
o Bagaimana pola/ bentuk bangkitan, mulai dari
sebelumnya
antara bangkitan.
32
d. Terapi epilepsi sebelumnya dan respon terhadap OAE
sebelumnya
o Dosis OAE
o Jadwal minumOAE
- Trauma kepala
- Tanda-tanda infeksi
33
- Kelainan congenital
- Tanda-tanda keganasan.
Pemeriksaan neurologis8
lokalisasi, seperti:
- Paresis Todd
- Afasia pascaiktal
3. Pemeriksaan Penunjang
34
kemungkinan adanya kelainan genetik atau metabolik.
delta.
(sinkron).
35
serangan. Rekaman video EEG memperlihatkan
sclerosiss.
36
metabolik dan perubahan aliran darah regional di otak
d. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan hematologis
37
- Awal pengobatan sebagai salah satu acuan dalam
OAE.
F. DIAGNOSIS BANDING
G. PENATALAKSANAAN
38
Tujuan tatalaksana dari epilepsy adalah bebas kejang
bebas kejang.1
OAE.
stress, dll)
epilepsi.
39
- Bangkitan tidak terkontrol dengan dosis efektif
40
- Dijumpai fokus epilepsi yang jelas pada EEG
ensafalitis herpes.
farmnakokinetik antar-OAE
penyandang
41
- Gunakan titrasi dengan dosis terkecil dan rumatan
karakteristik penyandang.
Non Medikamentosa
1. Pembedahan Epilepsi
lobus frontal.
3. Diet ketogenik
42
dengan tinggi lemak, rendah protein, dan rendah
karbohidrat.
H. EDUKASI
menjalani pengobatan
I. PROGNOSIS
kehidupan sehari-hari.
43
memiliki tingkat kematian yg lebih tinggi daripada populasi
umum.
44
DAFTAR PUSTAKA
1. 1. Octaviana F, Budikayanti A, Wiratman W, Indrawati LA,
Syeban Z. Dalam : Aninditha T, Wiratman W (editor).Buku
Ajar Neurologi. Buku 1. Jakarta: Departemen Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2015. Hal 75-97.
45