Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH ANTARA LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN TERJADINYA

VERTIGO PERIFER
RATNA PURWATININGSIH
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vertigo merupakan masalah kesehatan yang nyata pada masyarakat.

Pasien mangalami kesulitan dalam mengungkapkan timbulnya gejala. Dokter

umum dan spesialis yang memeriksa seringkali memiliki pengetahuan yang

terbatas mengenai sistem vestibuler, disamping itu tidak ada pemeriksaan

laboratorium yang tersedia untuk mendiagnosis vertigo (Kentala, 2003). Pasien

vertigo mengeluhkan berbagai macam gejala meliputi mual, instabilitas postural,

pandangan kabur, dan diorientasi. Gejala-gejala ini menimbulkan berbagai macam

problem emosional dan fisik seperti emosional, kecemasan, dan ketidakmampuan

melakukan aktivitas sehari-hari. Gangguan sistem vestibuler mempengaruhi

kesehatan dan berhubungan dengan kualitas hidup. Pasien vertigo bisa

menghindari kegiatan fisik dan stres psikologi dan menarik diri dari aktifitas

sosial, hal tersebut berhubungan dengan depresi yang mempengaruhi

pengendalian diri(Strosser et al., 2000). Penyebab vertigo meliputi vestibuler

perifer (berasal dari sistim saraf perifer), vestibuler sentral dan kondisi lain (Sura

et al., 2010).

Vertigo perifer didefinisikan sebagai sensasi berputar dengan provokasi

perubahan posisi disertai mual, muntah dan gangguan keseimbangan. Benign

Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) dikonfirmasi dengan pemeriksaan Dix

Hallpike, sedangkan Meniere disease selain pusing berputar, juga disertai adanya

tinitus, dan kehilangan pendengaran (Von Brevern et al., 2007). Lima belas persen

1
PENGARUH ANTARA LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN TERJADINYA
VERTIGO PERIFER 2
RATNA PURWATININGSIH
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

diantara pasien yang dikonsulkan ke spesialis saraf adalah vertigo (Joesoef, 2002).

Dizziness dan vertigo menempati urutan ketiga tersering yang disampaikan pasien

di IRD (Koelliker et al., 2001). Di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, pasien vertigo

yang datang ke poliklinik saraf selama tahun 2004, sekitar 4,9% dari 13.355

kunjungan (Muzayyin et al., 2005). Vertigo mengenai semua golongan umur,

insidensi 25% pada pasien usia lebih dari 25 tahun, dan 40% pada pasien usia

lebih dari 40 tahun, dizziness dilaporkan sekitar 30% pada populasi berusia lebih

dari 65 tahun (Kwong et al., 2005).

Prevalensi vertigo tergantung faktor usia (Davis et al., 2003).Kelainan

vestibuler perifer yang sering adalahBPPV, vestibular neuritis, Meniere”s disease

dan vestibulopati. Insidensi vertigo perifer di malaysia berkisar 38-64,7% ( Yeow

et.al., 2012).Studi yang dilakukan oleh Shami et al. (2011) terhadap 124 pasien di

rumah sakit King Abdul aziz Riyadh, menunjukkan bahwa vertigo perifer

didapatkan sebanyak 73,4%, sedangkan vertigo sentral didapatkan 15,3% dan

9,7% tidak diketahui etiologinya.Penelitian vertigo dari 12 klinik rawat jalan

menunjukkan 50% pasien mengalami vestibulopati perifer seperti BPPV,

vestibuler neuritis, atau penyakit Meniere, dan penyakit serebrovaskuler mencapai

19% (Delaney, 2003).Sampai saat ini, mekanisme yang mendasari penyakit ini

belum jelas. Sunami et al.(2005) melaporkan adanya korelasi yang signifikan

antara rekurensi BPPV dengan penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup,

seperti hipertensi dan hiperlipidemia (Wadaet al., 2008).Sunami et al. (2005)

melaporkan adanya hubungan yang signifikan antara rekurensi BPPV dengan

hipertensi dan hiperlipidemia. Wada et al. (2005) juga melaporkan adanya


PENGARUH ANTARA LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN TERJADINYA
VERTIGO PERIFER 3
RATNA PURWATININGSIH
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

hubungan yang signifikan antara lama kesembuhan BPPV dengan riwayat

hipertensi dan hiperlipidemi.Beberapa faktor yang berhubungan dengan BPPV

yang sudah dilaporkan diantaranya umur, jenis kelamin wanita, penyakit telinga,

trauma kepala, migren, diabetes dan osteoporosis (Cohen et al., 2004). Cukup

banyak penyebab vertigo, baik vertigo tipe perifer maupun tipe sentral. Kelainan

anatomi dan atau fisiologi vertigo terletak pada alat keseimbangan tubuh,

penyebabnya dapat meliputi degenerasi, vaskuler, tumor, infeksi, inflamasi,

kongenital, dan trauma (Sturzenegger, 1994).

Indonesia saat ini menempati posisi keempat dari jumlah pasien DM di

seluruh dunia, diperkirakan jumlah kasus DM mencapai 8,4 juta pasien dan akan

meningkat menjadi 21,3 juta pasien pada tahun 2030. Diperkirakan prevalensi

DM di Indonesia mencapai 1,2% hingga 2,3% berusia diatas 15 tahun (Wild et al.,

2004). Diabetes melitus adalah salah satu faktor risiko terpenting untuk penyakit

serebrovaskuler (Gillian et al., 1996). Penyebab utama kematian dan besarnya

persentasi morbiditas pada pasien diabetes (tipe 1 atau tipe 2) adalah penyakit

pembuluh darah. Diabetes tipe 2 mengenai pembuluh darah kecil

(microangiopathy) atau pembuluh darah besar (macroangiopathy). Penyakit

pembuluh darah kecil ditandai dengan retinopati, neuropati, dan nefropati,

sementara makroangiopati pada diabetes dimanifestasikan dengan kecepatan

terjadinya aterosklerosis, yang mengenai organ-organ vital (jantung dan

otak)(Calles-Escando, 2001). Meskipun prevalensi kerusakan vestibular belum

jelas. Studi terbaru menunjukkan bahwa sekitar 60% pasien diabetes melitus baik

tipe 1 atau tipe 2 memiliki kelainan vestibuler(Renaud, 2009).


PENGARUH ANTARA LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN TERJADINYA
VERTIGO PERIFER 4
RATNA PURWATININGSIH
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Penelitian yang dilakukan Agrawal et al. (2009) terhadap lebih dari 21.000

orang, melaporkan prevalensi disfungsi vestibuler 35,4%, akan meningkat sesuai

umur dan meningkat pada penduduk dengan diabetes. Studi morfologi

menunjukkan bahwa perubahan mikrovaskuler akan mempengaruhi metabolisme

cairan di dalam telinga bagian dalam, sehingga memicu lepasnya otolit pada orang

dengan diabetes (Myers et al., 1987).Jika kelainan telinga dalam dikarenakan

rusaknya mikrosirkulasi, maka disfungsi dari epitel sensoris akan terjadi, sehingga

pelepasan otolit dari membran otolit akan meningkat dan absorbsi dari otolith

menjadi terganggu. Lepasnya otolit ini dapat menyebabkan BPPV (Wada et al.,

2008).

Penelitian yang dilakukan Agrawal et al. (2009) terhadap lebih dari 21.000

orang, melaporkan prevalensi disfungsi vestibuler 35,4%, akan meningkat sesuai

umur dan meningkat pada penduduk dengan diabetes. Studi morfologi

menunjukkan bahwa perubahan mikrovaskuler akan mempengaruhi metabolisme

cairan di dalam telinga bagian dalam, sehingga memicu lepasnya otolit pada orang

dengan diabetes (Myers et al., 1987). Penelitian yang dilakukan oleh Yoda et al.

(2011) melaporkan bahwa DM tipe II dapat menyebabkan otolith mudah terlepas

di kanalis semisirkularis. Pasien dengan DM tipe II lebih sering menderita BPPV,

tetapi hal ini tidak berhubungan dengan durasi penyakit.

Pasien dengan kelainan metabolisme dapat menimbulkan gejala dan

simptom auditori dan vestibuler. Telinga dalam sensitif terhadap gangguan

metabolisme glukosa dan level insulin; gejala yang paling sering muncul adalah

vertigo, gangguan pendengaran, tinitus dan telinga penuh. Stria vaskuler


PENGARUH ANTARA LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN TERJADINYA
VERTIGO PERIFER 5
RATNA PURWATININGSIH
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

tergantung dari konsentrasi glukosa darah, sehingga perubahan glukosa darah

dapat menyebabkan kelainan pendengaran dan keseimbangan (Klagenberg, 2007).

Sejumlah kelainan metabolisme glukosa mempengaruhi fungsi telinga

dalam. Kelainan yang melibatkan metabolisme karbohidrat paling sering

menyebabkan gangguan vestibuler dan auditori, dan paling sering adalah kasus

yang disebabkan kelainan metabolisme glukosa. Pasien biasanya mengeluhkan

vertigo, rasa seperti melayang, tinitus, lemas, berkeringat dan gemetar.

Hipoglikemia, hiperglikemia dan perubahan level insulin yang ringan cukup

menyebabkan gangguan pada labirin. Gangguan metabolik merupakan faktor

penyebab mayor pada disfungsi vestibuler atau faktor yang memperburuk

kelainan vestibuler yang sudah ada (Serra et al., 2009).Vertigo atau dizziness

yang terjadi pada pasien DM yang berhubungan dengan disfungsi dari vestibuler

(Zhang, 2008).

Prevalensi otolit pada kanal semisirkularis lateral dan posterior secara

signifikan lebih tinggi pada DM tipe 1 dibanding orang normal. Prevalensi dari

otolit ini berhubungan dengan lama DM dan umur. DM tipe 1 berhubungan

dengan deposit bebas yang mengapung di kanalis semisirkularis. Pasien DM tipe

1 dengan durasi penyakit yang lebih lama meningkatkan probabilitas terjadinya

benign paroksismal positional vertigo (Yoda et al., 2011). Prevalensi neuropati

diabetik sangat berhubungan dengan lama menderita DM, usia, status jender, dan

pengendalian metabolik, dan didapatkan pada 20,8% (19,1-22,5%) pasien lama

DM kurang dari 5 tahun dan 36,8% (34,9-38,7%) pasien lama menderita DM

lebih dari 10 tahun (Young et al., 1993).


PENGARUH ANTARA LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN TERJADINYA
VERTIGO PERIFER 6
RATNA PURWATININGSIH
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Kelompok pasien diabetes dengan durasi lebih dari sama dengan 5 tahun

lebih sering mengalami aterosklerosis dibandingkan dengan durasi kurang dari 5

tahun (71,4% vs. 34,0%). Selain itu, durasi DM juga bisa untuk memprediksi

proses perkembangan ateriosklerosis pada pembuluh darah serebral(Dikanovic et

al., 2005).

Beberapa faktor yang berhubungan dengan BPPV telah dilaporkan,

termasuk usia lanjut, status jenderperempuan, penyakit telinga yang lain, trauma

kepala, migren, diabetes dan osteoporosis (Cohen, 2004). Partikel kecil yang

mungkin menyebabkan BPPV masuk ke kanalis semisirkularis memicu aliran

endolimfe karena perubahan partikel karena posisi kepala.Pada penelitian yang

dilakukan oleh Yoda et al. (2011), melaporkan bahwa terdapat prevalensi yang

lebih tinggi adanya otolit pada pasien dengan DM tipe II dibandingkan populasi

normal. Kelainan vestibuler pada pasien diabetes muda berhubungan secara

langsung dengan durasi sakit dan pengendalian faktor metabolik yang jelek.

Kelainan sistim vestibuler perifer pada pasien diabetes lebih sering muncul pada

penderita DM dengan durasi penyakit lebih dari5 tahun atau lebih dibandingkan

yang kurang dari 5 tahun(Abdel, 2011).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang yang telah diuraikan di atas terdapat

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1) Vertigo perifer merupakan keluhan yang sering yang membawa pasien

datang ke dokter.
PENGARUH ANTARA LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN TERJADINYA
VERTIGO PERIFER 7
RATNA PURWATININGSIH
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2) Komplikasi DM tipe 2 baik mikroangiopati maupun makroangiopati bisa

menyebabkan keluhan vertigo baik perifer..

3) Pengaruh lama menderita DM terhadap vertigo perifer masih belum jelas.

4) Penelitian tentang pengaruh antara lama menderita DM tipe 2 dengan

vertigo periferbelum pernah dilakukan di Yogyakarta.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas timbul pertanyaan penelitian, yaitu

apakah pasien yang lebih lama menderita DM tipe II mempunyai risiko lebih

besar untuk timbulnya vertigo perifer.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara lama menderita

DM tipe 2 dengan terjadinya vertigo perifer.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui gejala komplikasi

mikroangiopati maupun makroangiopati dalam hal ini vertigo perifer sehingga

penatalaksanaan dan pencegahan bisa lebih tepat dan spesifik, dan juga bisa untuk

mulai melakukan pencegahan dan pelacakan lebih lanjut dari komplikasi DM tipe

2 yang lain dan diharapkan dapat menambah pengetahuan tenaga kesehatan dan

masyarakat tentang pengaruh lama menderita DM terhadap kejadian vertigo

perifer

F. Keaslian Penelitian

Setelah dilakukan penelusuran terhadap hasil penelitian-penelitian

terdahulu, belum didapatkan kesimpulan yang dapat menghubungkan antara lama


PENGARUH ANTARA LAMA MENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN TERJADINYA
VERTIGO PERIFER 8
RATNA PURWATININGSIH
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

menderita DM tipe 2vertigo perifer dengan terjadinya vertigo perifer. Penelitian

ini belum pernah dilakukan di Yogyakarta. Penelitian sebelumnya tercantum pada

tabel 1.

Tabel 1. Penelitian vertigo dan DM sebelumnya

Peneliti,Judul Metode Hasil


Renaud et al., 2009. Neuro-otologic Cross sectional Pasien dengan DM tipe 2 lebih sering
symptoms in patients with type 2 diabetes mngeluhkan gejala dizziness (49%).
mellitus
Rigon et al., 2007. Otoneurologic Clinical DM tipe 1 dapat mempengaruhi organ
findings in type 1 Diabetes mellitus prospektive organ vestibuler.
patients.
Santos dan Bittar, 2012. Vertigo and Retrospektif Prevalensi dizziness pada kelainan
metabolic disorder metabolik lebih tinggi
Fonseca et al., 2006. Correlation between Studi kasus kontrol Dizziness nerupakan indikator
dizziness and impaired glucose perubahan metabolisme glukosa pada
metabolism. respon vectoelectronystagmography.
Penelitian ini Studi kasus kontrol Menilai pengaruh lama DM terhadap
vertigo perifer

Anda mungkin juga menyukai