Pendahuluan • Gangguan disosiasi (konversi) adalah hilangnya integrasi normal antara memori masa lalu, kesadaran identitas dan sensasi langsung, serta kontrol gerak tubuh. • Kelainan yang lebih kronis, seperti paralisis dan anestesia, bisa timbul kalau onsetnya berhubungan dengan masalah yang tidak bisa diselesaikan dan kesulitan interpersonal. Pendahuluan • Gejala kelainan sering mewakili konsep pasien tentang timbulnya penyakit. • Pemeriksaan medis tidak menunjukkan kelainan fisik atau neurologis, karena hilangnya fungsi tubuh merupakan ekspresi konflik atau kebutuhan emosi. • Kelompok ini hanya melibatkan kelainan fungsi fisik yang biasanya di bawah kontrol normal.1 Pendahuluan • Pada gangguan disosiatif terdapat satu atau lebih gangguan fungsi mental, seperti memori, identitas, persepsi, kesadaran atau perilaku motorik. • Gangguan ini dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap, bersifat sementara atau kronik. Munculnya tanda dan gejala pada gangguan ini sering disebabkan oleh trauma pshicologic.
• Gejala gangguan disosiasi yang
paling sering muncul adalah paralisis, buta, dan mutisme. Pendahuluan • Gangguan disosiasi sering kali berkaitan dengan gangguan kepribadian pasif-agresif, dependen, antisosial, dan histrionic. • Gejala depresi dan cemas sering menyertai gejala gangguan disosiasi, dan pasien-pasien ini beresiko tinggi mengalami bunuh diri. • Gejala gangguan disosiasi dapat di bagi menjadi gejala sensorik, gejala motorik, gejala bangkitan, dan gejala klinis lainnya2 Pendahuluan • Hampir semua gejala awal dari pasien dengan gangguan disosiasi membaik dalam waktu beberapa hari sampai kurang dari sebulan. Untuk itu diperlukan penatalaksanaan yang efektif dalam mengobati pasien dengan gangguan disosiasi. • Gangguan Disosiasi dibedakan atas 4 macam : • Amnesia disosiatif • Fugue Disosiatif • Gangguan Identitas Disosiatif • Gangguan Depersonalisasi Epidemiologi • Gangguan disosiasi lebih umum terjadi pada abad ke-19 daripada sekarang dan terlihat terutama pada wanita. • Pada abad ke-20, gejala disosiasi saat ini biasanya muncul pada pasien di bagian nonpsikiatrik, seperti di bagian neurologi, bangsal medis dan UGD. • Gangguan disosiasi tidak termasuk dalam gangguan jiwa yang umum terjadi, tapi juga tidak jarang. Epidemiologi • Beberapa studi epidemiologi telah dilakukan. Beberapa memperkirakan angka kejadiannya hanya 1 dari 10000 dalam populasi, tetapi proporsi ini jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan dalam populasi psikiatri. • Ada peningkatan dari kasus yang telah dilaporkan, yang berkontribusi terhadap peningkatan kewaspadaan dalam diagnosis diantara profesional kesehatan mental, untuk menentukan kriteria spesifik dan untuk mencegah misdiagnosis DID sebagai schizofrenia atau gangguan personaliti borderline.3 Epidemiologi • Rasio wanita dibanding pria 2:1 sampai 10:1. • Pada anak-anak, anak perempuan juga lebih tinggi angka kejadiannya dibandingkan anak laki- laki. • Pria dengan gangguan ini sering kali mengalami kecelakaan kerja atau kecelakaan militer. • Awitan gangguan disosiasi dapat terjadi kapanpun, dari usia kanak-kanak sampai usia tua, namun yang tersering pada remaja dan dewasa muda. Epidemiologi • Gangguan ini juga banyak terjadi pada populasi pedesaan, individu dengan strata pendidikan yang rendah, tingkat kecerdasan rendah, kelompok sosio-ekonomi rendah, dan anggota militer uang pernah terpapar dengan situasi peperangan. • Gangguan ini sering berkomorbiditas dengan gangguan depresi, gangguan cemas, skizofrenia, dan frekuensinya meningkat pada keluarga yang anggotanya menderita gangguan depresi.3 Definisi • Gangguan disosiasi(konversi)menurut PPDGJ- III adalah adanya kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal dibawah kendali kesadaran antara ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan penginderaan segera (awareness of indentity and immediate sensations), dan kontrol terhadap gerakan tubuh.3 Definisi • Menurut DSM-5 didefinisikan sebagai suatu gangguan yang ditandai oleh adanya satu atau lebih gejala neurologis (ex : paralisis, kebutaan, dan parastesia) yang tidak dapat dijelaskan oleh gangguan neurologis atau medis yang diketahui. • Di samping itu, diagnosis mengharuskan bahwa faktor psikologis berhubungan dengan awal munculnya gejala.4 Patofisiologi • Gangguan disosiasi hampir selalu berhubungan dengan trauma berat berkali-kali dari orang terpercaya atau organisasi yang berlangsung dari waktu ke waktu dan menyebabkan pengalaman menjadi korban ketidakpedulian orang lain. • Seperti anak lainnya, anak-anak yang mengalami trauma berkali-kali membuat bayangan teman bermain atau pelindungnya, tetapi orang-orang yang memiliki kecenderungan ke arah gangguan disosiatif yang bisa membawa figur dalam berbagai bentuk tersebut ke kehidupan dewasa. • Sekitar 90% orang yang didiagnosa sebagai ganggan disosiasi adalah perempuan.12 Patofisiologi • Istilah konversi (disosiasi) menyiratkan etiologi karena berasal dari hipotesis mekanisme mengubah konflik psikologis menjadi gejala somatik, sering secara simbolis (misalnya, merepresi kemarahan diubah menjadi kelumpuhan untuk lengan yang dapat digunakan untuk menyerang). • Sejumlah faktor psikologis telah dianggap sebagai bagian dari proses etiologi tersebut, tapi bukti keterlibatan mereka sangat minim. Patofisiologi • Secara teoritis, kecemasan berkurang dengan menyembunyikan masalah internal atau mengeluarkannya dengan ekspresi simbolik dari sebuah keinginan tak sadar sebagai gejala konversi (gain primer). • Namun, individu dengan gejala konversi aktif sering terus menunjukkan kecemasan, terutama pada tes psikologi. symbolism jarang ditemui, dan evaluasi melibatkan penilaian yang sangat inferensial dan unreliable. Interpretasi berlebihan pada simbolisme seseorang gangguan medis yng tak diketahui dapat berkontribusi untuk misdiagnosis.12 Patofisiologi • Gejala disosiasi bisa muncul dalam peristiwa dramatis atau histrionik. • Gejala juga dapat muncul akibat distress dengan kondisi kesehatannya. • Orang-orang dengan gangguan disosiasi mungkin sering memiliki riwayat pelecehan seksual. Jika tidak berhubungan, banyak faktor psikososial lain yang diutarakan sebagai predisposisi ke gangguan disosiasi. Patofisiologi • Sedikit di antaranya memiliki atar belakang masalah daerah yang sedang kisruh dan masalah pekerjaan. • Ada data yang menunjukkan adanya konstribusi genetika. • Gejala konversi seri muncul pada seseorang yang memiliki hubungan dengan orang dengan keluhan yang sama.12 Gejala klinis • Gejala gangguan disosiasi yang paling sering muncul adalah paralisis, buta, dan mutisme. • Gangguan disosiasi sering kali berkaitan dengan gangguan kepribadian pasif-agresif, dependen, antisosial, dan histrionic. • Gejala depresi dan cemas sering menyertai gejala gangguan disosiasi, dan pasien-pasien ini beresiko tinggi mengalami bunuh diri. • Gejala gangguan disosiasi dapat di bagi menjadi gejala sensorik, gejala motorik, gejala bangkitan, dan gejala klinis lainnya. Gejala klinis • Gejala sensorik meliputi timbulnya keadaan anestesi dan parestesi, terutama pada ekstremitas tetapi distribusinya tidak sesuai dengan penyakit saraf pusat maupun saraf tepi. • Gejala khas misalnya : sock and glove anesthesia. • Gejala gangguan disosiasi dapat melibatkan organ sensorik khusus dan menimbulkan ketulian, kebutaan, dan penglihatan terowongan (tunnel vision). • Gejalanya dapat unilateral maupun bilateral, namun evaluasi neurologis tidak menunjukkan kelainan apapun. Gejala klinis • Gejala motorik terdiri atas gerak yang abnormal, gangguan gaya berjalan, kelemahan dan paralisis. • Kadang-kadang terdapat tremor, gerakan tik, dan menghentak-hentak. gangguan gaya berjalan pada gangguan disosiasi adalah astasia-abasia, yaitu gerak batang tubuh berupa ataksia hebat, kasar, tak beraturan dan disertai dengan sentakan-sentakan dan disertai dengan gerakan lengan seperti membanting dan melambai. • Gangguan motorik yang sering terjadi adalah paralisis dan paresis yang unilateral maupun bilateral. • Meskipun demikian, tidak ditemukan adanya kelainan pada otot, reflex tetap normal, serta tidak terdapat fasikulasi maupun atrofi otot 2,11. Gejala klinis • Gejala bangkitan atau pseudoseizure merupakan gejala yang mungkin didapat pada gangguan disosiasi. • Dokter yang merawat mungkin akan menemui kesulitan membandingkan pseudoseizure dengan bangkitan yang sebenarnya.5 • Pada gangguan Disosiatif kemampuan kendali dibawah kesadaran dan kendali selektif tersebut terganggu sampai taraf yang dapat berlangsung dari hari ke hari atau bahkan jam ke jam.2 • Tidak adanya gangguan fisik merupakan fitur diagnostik yang penting. Individu dengan gangguan disosiasi sering memiliki tanda-tanda fisik tetapi tidak memiliki tanda-tanda neurologis yang mendukung gejalanya.5 Gejala klinis Beberapa gejala psikologis berhubungan dengan gangguan disosiasi, antara lain2,5: 1. Keuntungan Primer: Pasien memperoleh keuntungan primer dengan mempertahankan konflik internal diluar kesadarannya. Gejala memiliki nilai simbolik, yang mencerminkan konflik psikologis dibawah sadar. 2. Keuntungan sekunder: Pasien akan memperoleh keuntungan nyata dengan menjadi sakit, misalnya dibebaskan dari kewajiban dalam situasi kehidupan yang sulit, mendapat dukungan dan bimbingan yang dalam situasi normal tidak akan didapatkan, dapat mengontrol perilaku orang lain. 3. La belle indifference adalah sikap angkuh yang tak sesuai terhadap gejala serius yang dialaminya. Pasien tampaknya tak peduli dengan hendaya berat yang dialaminya. Ada atau tidaknya La belle indifference bukan dasar penilaian yang akurat untuk menehakkan gangguan disosiasi. Klasifikasi Gangguan Disosiasi Berdasarkan PPDGJ-III • F.44.0 Amnesia Disosiatif F.44.1 Fugue Disosiatif F.44.2 Stupor Disosiatif F44.3 Gangguan Trans dan Kesurupan F44.4 Gangguan motorik Disosiatif • F.44.5 Konvulsi Dsosiatif F.44.6 Anestesia dan Kehilangan Sensorik Disosiatif F44.7 Gangguan Disosiatif (konversi) campuran F44.8 Gangguan Disosiatif (konversi) lainnya F44.9 Gangguan Disosiatif (konversi) YTT Klasifikasi Gangguan Disosiasi Menurut DSM-V5: • Specify symptom type: • (F44.4) With weakness or paralysis • (F44.4) With abnormal movement (e.g., tremor, dystonie movement, myoclonus, gait disorder) • (F44.4) With swallowing symptoms • (F44.4) With speech symptom (e.g., dysphonia, slurred speech) • (F44.5) With attacks or seizures • (F44.6) With anesthesia or sensory loss • (F44.6) With special sensory symptom (e.g., visual, olfactory, or hearing disturbance) • (F44.7) With mixed symptom Klasifikasi Gangguan Disosiasi Menurut DSM-V • Specify if: • Acute episode; Symptoms present for less than 6 months. • Persistent: Symptoms occurring for 6 months or more. • Specify if: • With psyctiological stressor (specify stressor) • Without psychoiogicai stressor Diagnosis • Diagnosis gangguan ini mengharuskan bahwa faktor psikologis harus berkaitan dengan permulaan atau pemburukan gejala.6Lakukan pemeriksaan yang sesuai dengan gejala yang muncul6,7,8: • Pemeriksaan fisis sesuai gejala yang muncul, seperti pada pasien dengan gejala motorik dilakukan pemeriksaan fisis neurologi untuk menilai motorik seperti tonus, releks fisiologis, refleks patologis, kekuatan, dsb namun hasil dari pemeriksaannnya normal. • Pemeriksaan laboratorium • Pemeriksaan radiologi • EEG • EMG Kriteria diagnosis Pedoman diagnostik PPDGJ III hal-hal di bawah ini harus ada 4: 1. Gambaran klinis yang ditentukan untuk masing- masing gangguan yang tercantum pada F44.- (misalnya F44.0 amnesia Disosiatif) 2. Tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan gejala tersebut 3. Bukti adanya penyebab psikologis, dalam bentuk hubungan kurun waktu yang jelas dengan problem dan kejadian-kejadian yang stressful atau hubungan interpersonal yang terganggu (meskipun hal tersebut disangkal oleh penderita) Kriteria diagnosis Menurut DSM V, mendiagnosis berikut kriteria diagnosisnya4,6: 1. Satu atau lebih gejala motorik atau fungsi sensorik yang berubah. 2. Gejala klinis yang ditemukan terdapat ketidakcocokan antara gejala dengan kondisi neurologis atau medis yang diakui. 3. Gejala atau defisit sulit dijelaskan oleh gangguan medis lainnya atau mental. 4. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan atau gangguan klinis yang signifikan dalam sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang fungsional penting lainnya atau jaminan evaluasi medis. F44.0 Amnesia Disosiatif • Ciri utama adalah hilangnya daya ingat, biasanya mengenai kejadian penting yang baru terjadi (selective), yang bukan disebabkan oleh gangguan mental organik dan terlalu luas untuk dapat dijelaskan atas dasar kelupaan yang umum terjadi atau dasar kelelahan. • Diagnostik pasti memerlukan : • 1. Amnesia, baik total atau parsial, mengenai kejadian stressfull atau traumatic yang baru terjadi (hal ini mungkin hanya dapat dinyatakan bila ada saksi yang member informasi) ; • 2. Tidak ada gangguan mental organik, intoksikasi atau kelelahan berlebihan. F44.0 Amnesia Disosiatif • Yang paling sulit dibedakan adalah “amnesia buatan” yang disebabkan oleh simulasi secara sadar (malingering). • Untuk itu penilaian secara rinci dan berulang mengenai kepribadian premorbid dan motivasi diperlukan. • Amnesia buatan (conscious simulation of amnesia) biasanya berkaitan dengan problema yang jelas mengenai keuangan, bahaya kematian dalam peperangan, atau kemungkinan hukuman penjara atau hukuman mati. Fugue Disosiatif • Ciri-ciri amnesia disosiatif Untuk diagnosis pasti harus ada : 1. Melakukan perjalanan tertentu melampaui hal yang umum dilakukan sehari-hari ; 2. Kemampuan mengurus diri yang dasar tetap ada (makan, mandi, dsb) dan melakukan interaksi dengan orang-orang yang belum dikenalnya (misalnya membeli karcis atau bensin, menanyakan arah, memesan makanan). F.44.2 Stupor Disosiatif • Untuk diagnosis pasti harus ada : 1. Stupor, sangat berkurangnya atau hilangnya gerakan-gerakan volunteer dan respon normal terhadap rangsangan luar seperti misalnya cahaya, suara, dan perabaan (sedangkan kesadaran tidak hilang) ; 2. Tidak ditemukan adanya gangguan fisik atau gangguan jiwa lain yang dapat menjelaskan keadaan stupor tersebut ; 3. Adanya masalah atau kejadian-kejadian baru yang penuh stressfull. F44.3 Gangguan Trans dan Kesurupan 1. Gangguan ini menunjukkan adanya kehilangan sementara aspek penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya. Dalam beberapa kejadian, individu tersebut berperilaku seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan gaib, malaikat atau kekuatan lain. 2. Hanya gangguan trans yang “involunter” (diluar kemampuan individu) dan bukan merupakan aktivitas yang biasa, dan bukan merupakan kegiatan keagamaan ataupun budaya, yang boleh dimasukkan dalam pengertian ini ; 3. Tidak ada penyebab organic (misalnya epilepsy, cedera kepala, intoksikasi) dan bukan bagian dari gangguan jiwa tertentu (misalnya skizofrenia, gangguan kepribadian multiple) F44.4 Gangguan Motorik Disosiatif 1. Bentuk yang paling umum dari gangguan ini adalah ketidakmampuan untuk menggerakkan seluruh atau sebagian dari anggota gerak (tangan atau kaki) 2. Gejala tersebut seringkali menggambarkan konsep dari penderita mengenai gangguan fisik yang berbeda dengan prinsip fisiologik maupun anatomik. F44.5 Konvulsi Disosiatif • Konvulsi disosiatif (pseudoseizure) dapat sangat mirip dengan kejang epileptik dalam hal gerakan-gerakannya, akan tetapi sangat jarang disertai lidah menggigit, luka serius karena jatuh saat serangan dan mengompol. Juga tidak dijumpai kehilangan kesadaran atau hal tersebut diganti dengan keadaan seperti stupor atau trans. F44.6 Anestesia dan Kehilangan Sensorik Disosiatif 1. Gejala anestesi pada kulit seringkali mempunyai batas-batas yang tegas (menggambarkan pemikiran pasien mengenai fungsi tubuhnya dan bukan menggambarkan kondisi klinis sebelumnya) 2. Dapat pula terjadi perbedaan antara hilangnya perasaan pada berbagai jenis modalitas penginderaan yang tidak mungkin disebabkan oleh kerusakan neurologis, misalnya hilangnya perasaan dapat disertai dengan keluhan parastesia. 3. Kehilangan penglihatan jarang bersifat total, lebih banyak berupa gangguan ketajaman penglihatan, kekaburan atau “tunnel vision” (area lapangan pandangan sama, tidak tergantung pada perubahan jarak mata dari titik fokus). Meskipun ada gangguan penglihatan, mobilitas penderita dan kemampuan motoriknya seringkali masih baik. 4. Tuli disosiatif dan anosmia jauh lebih jarang terjadi dibandingkan dengan hilang rasa dan penglihatan F44.7 Gangguan Disosiatif (Konversi) Campuran • Campuran dari gangguan-gangguan tersebut di atas. • F44.8 Gangguan Disosiatif (Konversi) lainnya • F44.8.0 Sindrom ganser • Ciri-ciri dari gangguan ini adalah “jawaban kira-kira”, yang biasanya disertai beberapa gejala disosiatif lainnya. • F44.81 Gangguan kepribadian multiple • Ciri utama adanya dua atau lebih kerpibadian yang jelas pada satu individu dan hanya satu yang tampil untuk setiap saatnya. Masing- masing kepribadian tersebut adalah lengkap, dalm arti memiliki ingatan, perilaku dan kesenangan sendiri-sendiri yang mungkin sangat berbeda dengan kepribadian pramorbidnya. • F44.82 Gangguan konversi sementara terjadi pada masa kanak dan remaja F44.88 Gangguan Disosiatuf lainnya YDT • F44.9 Gangguan konversi YTT Penatalaksanaan • Resolusi gejala gangguan disosiasi biasanya spontan. Pada pasien dengan gangguan ini dapat dilakukan psikoterapi suportif berorientasi tilikan atau terapi perilaku. • Bila pasien menolak psikoterapi maka dokter dapat menyarankan bahwa psikoterapi yang dilakukan akan difokuskan pada masalah stres dan bagaimana mengatasinya.3 Penatalaksanaan • Hipnosis, anti cemas, dan terapi relaksasi sangat efektif dalam beberapa kasus. • Pemberian amobarbital atau lorazepam dapat membantu memperoleh riwayat penyakit, terutama ketika pasien baru saja mengalami peristwa traumatik. • Pendekatan psikodinamik misalnya psikoanalisis dan psikoterapi berorientasi tilikan, menuntun pasien memahami konflik intrapsikis dan simbol dari gejala gangguan disosiasi. • Psikoterapi jangka pendek juga dapat digunakan. Semakin lama pasien menghayati peran sakit, maka pasien semakin regresi, sehingga pengobatan akan semakin sulit.3 Penatalaksanaan • Terapinya berupa meyakinkan pasien bahwa tidak ada proses patologi yang mendasari dan gejala-gejala yang dialami akan membaik seiring dengan waktu. Konfrontrasi langsung tidak akan membawa manfaat.8 Prognosis • Hampir 90-100% gejala awal membaik dalam waktu beberapa hari sampai kurang dari sebulan. • Sebanyak 75% pasien tidak pernah mengalami gangguan ini lagi namun 25% mengalami episode tambahan saat mengalami tekanan. • Prognosis baik berkaitan dengan awitan mendadak, ada stresor bermakna, riwayat premorbid baik, tidak ada komorbid, dan tidak ada proses hukum sedang berlangsung. • Sedangkan semakin lama gangguan konversi ada, prognosisnya semakin memburuk3,11