Anda di halaman 1dari 29

PTERIGIUM

Definisi

Pterigium adalah kelainan pada konjungtiva


bulbi,berupa proliferasi jaringan fibrovaskuler
subkonjungtiva, berbentuk segitiga ,berada di
fissura palpebra dan mengarah ke kornea

Berasal dari bahasa Yunani “pterygos” yang


brearti sayap kecil
Epdidemiologi
Banyak di daerah iklim panas/ kering dan
berdebu
dekat dengan ekuator yaitu daerah 33o
lintang utara dan selatan dari ekuator
(pterygium belt)
Prevalensi tertinggi umur >40 tahun.
Insiden tertinggi : 20-40 tahun.
Laki-laki lebih beresiko daripada
perempuan
ETIOLOGI
- Belum diketahui pasti
- Teori yang dikemukakan :
1. Paparan sinar matahari (UV)
2. Iritasi kronik dari lingkungan ( udara,
angin, debu )
Patofisiologi
 Teori pajanan sinar UV
mengungkapkan pajanan terutama terhadap sinar UV-B menyebabkan
perubahan sel di dekat limbus, proliferasi jaringan akibat pembentukan enzim
metalloproteinase, dan terjadi peningkatan signifikan produksi interleukin, yaitu
IL-I, IL-6, IL-8, dan TNFα. Beberapa teori menyatakan bahwa radiasi sinar UV
menyebabkan mutasi supresor gen tumor P53, sehingga terjadi proliferasi
abnormal epitel limbus.
Teori growth factor dan pembentukan
sitokin pro-inflamasi
mengungkapkan bahwa pada pterigium terjadi inflamasi kronik yang
merangsang keluarnya berbagai growth factor dan sitokin, seperti FGF
(Fibroblast Growth Factor), PDGF(Platelet derived Growth Factor), TGF-β
(Transforming Growth Factor-β), dan TNF-α (Tumor Necrosis Factor-α) serta
VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor) yang akan mengakibatkan
proliferasi sel, remodelling matriks ektra-sel dan angiogenesis.
Teori stem cell
menyatakan bahwa pajanan faktor lingkungan (sinar ultraviolet, angin,
debu) merusak sel basal limbus dan merangsang keluarnya sitokin pro-
inflamasi, sehingga merangsang sumsum tulang untuk mengeluarkan stem
cell yang juga akan memproduksi sitokin dan berbagai growth factors.
Sitokin dan berbagai growth factor akan mempengaruhi sel di limbus,
sehingga terjadi perubahan sel fibroblas endotel dan epitel yang akhirnya
akan menimbulkan pterigium.
KLASIFIKASI
A. Berdasarkan luas perkembangannya :
Stadium I : pterigium belum mencapai
limbus
Stadium II : sudah mencapai atau
melewati limbus tapi belum
mencapai daerah pupil
Stadium III : sudah mencapai daerah
pupil
B. Berdasarkan progresifitas tumbuhnya :
Stasioner : relatif tidak berkembang lagi
( tipis, pucat, atrofi )
Progresif : berkembang lebih besar
dalam waktu singkat
C. Berdasarkan tipenya :
Membran / fibrosa : tipis & pucat, p. drh
5<
Vaskuler : hiperemi , p. drh >5
GAMBARAN KLINIK
●Lesi biasanya terdapat di sisi nasal
konjungtiva bulbi.
●Bisa dijumpai di sisi nasal dan temporal
pada satu mata ( Pterigium dupleks )
atau pada kedua mata ( Pterigium bilateral )

Gejala subyektif :
Rasa perih, terganjal, sensasi benda asing, silau,
berair, gangguan visus, masalah kosmetik.
Gejala Obyektif :
● Konjungtiva bulbi ( fissura palp ) 
jar. Fibrovaskuler berbentuk segitiga
(apeks menuju kornea atau di kornea)
● Di depan apeks kdg dijumpai :
– Yellow brown line = Pigmented
iron line = Stocker’s line
– Grey cap ( Grey zone )
● Pada pterigium yang besar, gerakan
bola mata terbatas ke arah yang ber-
lawanan dgn lesi.
● Gangguan visus  stad III
ok : menutupi zona optik kornea
kurvatur kornea terganggu 
astigmat
● Diplopia timbul bila pterigium besar
DIAGNOSIS
Ditegakkan berdasarkan gejala klinik

DIAGNOSIS BANDING
1. Pinguekula (pterigium std. I)
2. Pseudopterigium (pterigium stad. II & III)
PTERIGIUM PSEUDOPTERIGIUM

1.Lokasi Selalu di Sembarang lokasi


fissura
palpebra
2.Progresifi Bisa progresif Selalu stasioner
tas atau stasioner
3.Riwayat Ulkus Ulkus kornea (+)
peny. kornea(-)
4.Tes Positif Negatif
sondase
PENGOBATAN
1. Non bedah
Mengurangi keluhan subjektif, mis :
gatalantihistamin
merahvasokonstriksi topikal
2. Operasi
Bare sclera
Simple closure
Sliding flap
Rotational flap
Conjungtival graft
INDIKASI OPERASI
1. Menurut Ziegler
Mengganggu visus
Mengganggu pergerakan bolamata
Berkembang progressif
Mendahului suatu operasi intraokuler
Kosmetik
2. Menurut Guilermo Pico
Progressif
Mengganggu visus
Mengganggu pergerakan bola mata
Masalah kosmetik
Di depan apeks pterigium terdapat grey zone
Pada pterigium dan kornea sekitarnya ada nodul
pungtat
Terjadi kongesti (klinis) secara periodik
KOMPLIKASI
A. Selama operasi
Perforasi kornea atau sklera
Trauma pada m. rektus medialis atau
lateral
2. Sesudah operasi
- Infeksi
- Granuloma
- Fuch’s dellen
- Neovaskularisasi
- Sikatriks kornea
- Astigmat kornea
PTERIGIUM REKUREN
Disebut juga pterigium sekunder = pt.residif
* Disebut rekuren bila timbul kembali dlm
waktu 7 hari- 6 bulan post op
* Bukan merupakan suatu pterigium yg
benar-benar rekuren, lebih tepat disebut
pterigium sekunder
* Insidens : 30 – 50 %
* Faktor yg mempengaruhi :
- Usia
- progresifitas
- Tipe pterigium
- Tehnik / metode operasi
- Iritasi
* Upaya mengurangi rekuren :
1. Tunda op sampai usia dekade 4
2. Gunakan sitostatika topikal, mis
mitomicin C (Pt progresif)
3. Gunakan radiasi sinar beta (tipe
vaskuler)
4. Pilih metode operasi yg baik
5. Kurangi iritasi
PINGUEKULA
Pinguekula : suatu kelainan berwarna
kekuning-kekuningan, berbtk segitiga yg
terdpt dikonj.bulbi
Lokalisasi:
- Fissura palpebra, seringkali dibag nasal, bbrp
milimeter dari limbus kornea
Etiologi:
-Proses degenerasi hyalin jar. Ikat disertai
proliferasi serat elastik kuning disubstansi
propria konjungtiva
Gambaran klinis:
- lesi kekuningan menyerupai lemak, dg
perkembangan yg stasioner berbtk
segitiga difissura palpebralis dg basis
mengarah ke kornea
Pengobatan:
- Tidak perlu pengobatan
- Biasanya diangkat dg operasi krn alasan
kosmetik (pinguekula yg besar)
SIMPULAN
Pterigium adalah pertumbuhan fibrovaskuler non-maligna konjungtiva
berbentuk segitiga yang biasanya mencapai kornea; terdiri dari degenerasi
fibroelastis dengan proliferasi fibrotik yang dominan.
Faktor risiko pterigium bersifat multifaktorial, antara lain pajanan sinar
ultraviolet, pajanan debu atau iritan, peradangan, serta kekeringan pada
mata.
Sebagai tindakan preventif, gunakan pelindung mata seperti kacamata, topi
untuk mengurangi pajanan terhadap sinar ultraviolet matahari, dan debu.
Berdasarkan angka rekurensi, teknik operasi optimal yang dapat digunakan
adalah conjunctival autograft surgery.

Anda mungkin juga menyukai