1. definisi ?
2. patofisiologi ?
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat
dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas maka
oksigen tidak ada sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat
berkontraksi dan akibatnya terjadi keadaan yang disebut henti jantung.
(Sumber : Buku Mengatasi Gangguan Pernafasan Kasus Henti Jantung dan Paru,
Karangan : dr. Fina Jusuf)
3. etiologi ?
Penyakit kardiovaskuler
Penyakit jantung sistemik, infark miokardial akut, embolus paru, fibrosis pada
sistem konduksi (penyakit lenegre, sindrom adams stokes, noda sinus
atrioventrikulaer sakit).
Kekurangan oksigen akut
Henti nafas, benda asing di jalan nafas, sumbatan jalan nafas oleh sekresi,
asfiksia dan hipoksia.
Kelebihan dosis obat dan gangguan asam basa
Digitalis, quinidin, antidepresan trisiklik, propoksifen, adrenalin dan
isoprenalin.
Kecelakaan
Syok listrik dan tenggelam.
Refleks vagal
Peregangan sfingter anii, penekanan atau penarikan bola mata.
Anestesi dan pembedahan.
Terapi dan tindakan diagnostik medis
Syok (hipovolemik, neurogenik, toksik dan anafilaktik)
Kebanyakan henti jantung yang terjadi di masyarakat merupakan akibat
penyakit jantung iskemik, 40 % mati mendadak. Dari penyakit jantung
iskemik terjadi dalam waktu satu jam setelah dimulainya gejala dan
4. patogenesis ?
5. gejala dan tanda ?
6. diagnosis ?
7. prognosa ?
8. komplikasi ?
9. rehabilitasi ?
membuat lidah tertarik ke depan dan jalan napas terbuka serta akan membentuk
satu garis lurus sehingga oksigen mudah masuk.
Dekatkan wajah Anda ke wajah korban, dengar serta rasakanv hembusan napas
korban sambil melihat ke arah dada korban apakah ada gerakan dada atau tidak.
Bila korban masih bernapas maka:
o Baringkan korban di tempat yang aman dan nyaman
o Jangan dikerumuni
o Berikan posisi berbaring yang senyaman mungkin bagi korban
v Bila Anda tidak dapat mendengar dan tidak merasakan napas korban serta tidak
adanya gerakan dada, maka ini menunjukkan bahwa korban tidak bernapas. Setelah
itu lakukan langkah kedua.
b. Melakukan Pernapasan Buatan
Ada dua macam pernapasan buatan, yaitu:
v Pernapasan buatan dari mulut ke mulut
- Korban dalam posisi terlentang dengan kepala seperti pada langkah pertama,
yaitu kepala mendongak.
- Tangan kiri penolong menutup hidung korban dengan cara memijitnya dengan jari
telunjuk dan ibu jari, tangan kanan penolong menarik dagu korban ke atas.
- Penolong menarik napas dalam-dalam, kemudian letakkan mulut penolong ke atas
mulut korban sampai menutupi seluruh mulut korban jangan sampai ada kebocoran,
kemudian tiupkan napas penolong ke dalam mulut korban secara pelan-pelan
sambil memperhatikan adanya gerakan dada korban sebagai akibat dari tiupan
napas penolong. Gerakan ini menunjukkan bahwa udara yang ditiupkan oleh
penolong itu masuk ke dalam paru-paru korban, dan ini juga berarti oksigen telah
masuk ke dalam paru-paru korban.
- Setelah itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari penolong dari hidung korban.
Hal ini untuk memberi kesempatan pada dada korban kembali ke posisi semua
sebelum pernapasan buatan berikutnya diberikan.
v Pernapasan buatan dari mulut ke hidung
- Sama dengan cara dari mulut ke mulut, hanya bedanya penolong meniup
napasnya melalui hidung korban. Mulut korban harus menutupi seluruh hidung
korban, sementara meniup napas, mulut korban dalam keadaan tertutup.
- Setelah melakukan langkah ke-2 ini, penolong memeriksa denyut nadi korban
melalui denyut nadi yang ada di sebelah kanan dan kiri leher korban. Caranya:
a. Tentukan garis tengah leher yang melewati adams apple (jakun)
b. Geser jari penolong ke kiri atau ke kanan sejauh 2 jari. Di situlah tempat meraba
denyut nadi leher.
c. Raba denyut nadi leher tersebut dengan menggunakan 2 jari (jari telunjuk dan
jari tengah)
Apabila tidak teraba denyut nadi, ini menandakan bahwa jantung korban tidak
berdenyut, maka lanjutkan ke langkah 3.
c. Membuat peredaran darah buatan
Tujuan dari langkah ke-3 ini adalah untuk membuat suatu aliran darah buatan yang
dapat menggantikan fungsi jantung sehingga oksigen yang diberikan dapat sampai
ke organ-organ yang membutuhkan. Adapun mekanismenya sebagai berikut:
Bila dilakukan penekanan pada tulang dada di atasv jantung maka darah akan
terdorong keluar dari jantung masuk ke jaringan tubuh.
v Bila penekanan tersebut dilepaskan maka darah akan terisap kembali ke jantung.
v Mekanisme ini sama dengan cara kerja dari jantung saat jantung memompa
darah.
Cara membuat peredaran darah buatan
Untuk menentukan letak dari tempat penekanan adalah dengan menelusuri tulang
rusuk korban yang paling bawah dari kiri dan kanan yang akan bertemu di garis
tengah, dari titik pertemuan itu naik 2 jari kemudian letakkan telapak tangan
penolong di atas 2 jari tersebut.
Tangan penolong satunya diletakkan di atas dari telapak tangan di atas 2 jari tadi.
Lakukan penekanan sedalam kira-kira 1/3 dari tingginya rongga dada korban dari
atas korban, biasanya antara 3-5 cm.
Harus diingat, pada saat melakukan penekanan, siku penolong tidak boleh
ditekuk.
Bantuan hidup dasar ini dapat dilakukan oleh satu orang atau bisa juga dilakukan
oleh dua orang penolong. Bila hanya satu orang penolong maka kombinasi antara
pernapasan buatan dan peredaran darah buatan dilakukan dengan frekuensi 15:2.
Artinya 15 kali penekanan dada diberikan 2 kali pernapasan buatan. Bila ada dua
orang penolong maka diberikan dengan frekuensi 5:1, yang artinya setiap 5 kali
penekanan dada diberikan 1 kali pernapasan buatan. Bantuan hidup dasar ini
diberikan oleh penolong sampai tenaga kesehatan datang.
(Sumber : Buku Mengatasi Gangguan Pernafasan Kasus Henti Jantung dan Paru,
Karangan : dr. Fina Jusuf)
HENTI NAPAS
1. definisi ?
2. patofisiologi ?
Berkurangnya oksigen di dalam tubuh kita akan memberikan suatu keadaan yang
disebut hipoksia. Hipoksia ini dikenal dengan istilah sesak napas. Frekuensi napas
pada keadaan sesak napas lebih cepat daripada keadaan normal. Oleh karena itu,
bila sesak napas ini berlangsung lama maka akan memberikan kelelahan pada otototot pernapasan. Kelelahan otot-otot napas akan mengakibatkan terjadinya
penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa gas CO2. Gas CO2 yang tinggi ini akan
mempengaruhi susunan saraf pusat dengan menekan pusat napas yang ada di
sana. Keadaan ini dikenal dengan istilah henti napas.
(Sumber : Buku Mengatasi Gangguan Pernafasan Kasus Henti Jantung dan Paru,
Karangan : dr. Fina Jusuf)
3. etiologi ?
Gangguan napas dapat disebabkan oleh banyak hal, diantaranya penyakit dan
kecelakaan. Gangguan napas bisa berakibat fatal kalau kita tidak tahu cara
menolongnya. Gangguan napas yang mungkin saja terjadi di lingkungan atau di
rumah kita adalah gangguan akibat suatu kecelakaan atau tersedak, yang dapat
menyebabkan terhentinya jantung dan paru.
(Sumber : Buku Mengatasi Gangguan Pernafasan Kasus Henti Jantung dan Paru,
Karangan : dr. Fina Jusuf)
4. patogenesis ?
5. gejala dan tanda ?
6. diagnosis ?
7. prognosa ?
8. komplikasi ?
9. rehabilitasi ?
OBSTUKSI JALAN NAPAS
1. etiologi
2. gejala tanda
3. penatalaksanaan
RESUSITASI JANTUNG PARU
PENGERTIAN
Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan gabungan penyelamatan pernapasan
(bantuan napas) dengan kompresi dada eksternal. RJP digunakan ketika seorang
korban mengalai henti jantung dan henti napas.
Kompresi dada pada bayi dan anak agak berbeda, mengingat secara anatomis dada
bayi atau anak relatif masih kecil, komponen tulang kerasnya masih belum
sempurna, sehingga kedalaman kompresi dan kekuatannya harus benar-benar
diperhatikan.
Memberikan Ventilasi (Napas Buatan)
Ventilasi diberikan setelah satu set kompresi diberikan. Anda gunakan teknik yang
sama ketika Anda melakukan pertolongan napas buatan. Semua teknik bisa
digunakan baik yang dari mulut ke mulut, dari mulut ke hidung atau mulut ke
stoma. ( Tapi ingat untuk menutup hidung korban ketika Anda menggunakan teknik
dari mulut ke mulut). Dibutuhkan 1 - 1,5 detik untuk setiap ventilasi.
Kecepatan Rata-rata Pemberian Kompresi dan Ventilasi untuk Orang
Dewasa
" Kompresi: kecepatan rata-rata 80 sampai 100 kali per menit, maka kita berikan 15
kompresi dalam 9 sampai 15 detik (biasanya 10 detik).
" Ventilasi: dilakukan dua napas setelah 15 kompresi (satu orang penolong), atau
satu napas setelah lima kali kompresi (dua orang penolong). Berikan satu ventilasi
(satu napas) tiap 1-1,5 menit.
Meskipun Anda memberikan kompresi dengan kecepatan rata-rata 80 - 100 x per
menit, tetapi biasanya hanya 60 kompresi yang dapat kita berikan dalam 1 menit.
Untuk memastikan Anda memberikan kompresi dengan kecepatan yang konstan
dan tepat, dapat dipandu dengan berkata: satu, dua, tiga , empat, lima, satu, dua,
tiga, empat, puluh, satu, dua, tiga, empat seterusnya sampai 15 kompresi yang
diberikan. (Hitungan di atas dapat anda ganti sesuai selera asal hitungan konstan
dan anda harus tepat menghitung 15 kompresi yang diberikan dalam satu siklus).
Pemeriksaan Denyut Nadi
RJP yang dilakukan dalam waktu satu menit semestinya sesuai dengan empat siklus
kompresi-ventilasi (1 siklus = 15 kompresi + 2 napas buatan). Setelah 4 siklus ini
anda harus memeriksa denyut nadi karotis dan pada saat yang bersamaan pula
anda periksa pernapasannya. Jangan hentikan RJP lebih dari 5 - 7 detik. Jika korban
denyut nadinya kembali tetapi pernapasannya belum ada, maka mulailah
resusitasi pernapasan dan tetap cek denyut karotis tiap beberapa menit. Jika
korban tetap tidak bernapas dan denyut nadinya belum teraba maka langsung
mulai lakukan RJP lagi. Pada bayi, pemeriksaan nadi dapat dilakukan pada a.
Brachialis.
RJP YANG TIDAK EFEKTIF DAN KOMPLIKASINYA
RJP yang efektif tidak berarti bahwa pasien harus hidup. Banyak korban yang
mendapatkan usaha resusitasi yang baik tidak dapat pulih ( tidak hidup).
Kesempatan pasien untuk hidup menjadi lebih besar jika RJP dilakukan secara
efisien.
Jika usaha RJP tidak efektif, biasanya disebabkan masalah-masalah seperti di bawah
ini:
" Posisi kepala korban tidak sesuai dengan posisi head-tilt pada waktu diberikan
napas buatan;
" Mulut korban kurang terbuka lebar untuk pergantian udara;
A, Airway. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan napas. Ini
meliputi pemeriksaan adanya sumbatan jalan napas yang dapat disebabkan benda
asing, fraktur tulang wajah, fraktur rahang bawah atau rahang atas, fraktur batang
tenggorok. Usaha untuk membebaskan airway harus melindungi tulang leher.
Dalam hal ini dapat dilakukan chin lift atau jaw thrust. Pada penderita yang dapat
berbicara, dapat dianggap jalan napas bersih, walaupun demikian penilaian ulang
terhadap airway harus tetap dilakukan.
B, Breathing. Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran
gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang
baik dari paru, dinding dada, dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi
dengan cepat. Periksa breathing dengan cara Lihat, Dengar, dan Rasakan.
Jika pernapasannya tidak optimal dan frekuensinya lebih cepat atau lebih
lambat dari normal, lakukan tiupan napas dengan 1 tiupan setiap 5 detik.
Periksa denyut nadi pada daerah samping leher, tiap 30 sampai 60 detik.
Lakukan pernapasan dari mulut ke mulut (mouth to mouth) atau dari mulut ke
hidung (mouth to nose), dengan tiupan napas perlahan. Lakukan 2 detik per tiupan
napas.
Jika penderita masih terus mengalami henti napas dan henti jantung,
lakukan terus tindakan diatas sampai :
I. MEMINTA PERTOLONGAN
Apakah yang anda lakukan jika menemukan seseorang pasien gawat darurat ?
1. amankan penderita
2. hubungi Ambulans dengan telepon nomor 118
3. tertibkan masyarakat
4. lakukan prosedur gawat darurat
Cara memanggil Mobil Ambulans :
Putar nomor telepon 118, Telepon : (021) 687089 65303118 Fax : (021) 585652
Lalu sebutkan :
nama, nomor telepon, lokasi korban, jenis penyakit (sakit, kecelakaan lalin.kerja,
kriminalitas), keadaan korban, dan jumlah korban
II. TEKNIK BANTUAN HIDUP DASAR (BLS-Basic Life Support)
Terdapat banyak keadaan yang akan menyebabkan kematian dalam waktu singkat,
tetapi semuanya berakhir pada satu akhir yakni kegagalan oksigenasi sel, terutama
otak dan jantung.
Usaha yang dilakukan untu mempertahankan kehidupan pada saat penderita
mengalami keadan yang mengancam nyawa yang dikenal sebagai Bantuan Hidup
(Life Support). Bila usaha Bantuan Hidup ini tanpa memakai cairan intra-vena, obat
ataupun kejutan listrik maka dikenal sebagai Bantuan Hiudp Dasar (Basic Life
Support). Apabila BHD dilakukan cukup cepat, kematian mungkin dapat dihindari
seperti nampak dari tabel dibawah ini :
Keterlambatan kemungkinan berhasil
1 menit 98 dari 100
4 menit 50 dari 100
10 menit 1 dari 100
Catatan : Bila ada tanda kematian pasti seperti kaku mayat atau lebam mayat,
sudah sia-sia untuk melakukan BHD.
Yang harus dilakukan pada BHD adalah :
a. Airway (jalan nafas)
b. Breathing (pernafasan)
c. Circulation (jantung dan pembuluh darah)
A. AIRWAY
Menilai jalan nafas dan pernafasan :
Bila penderita sadar dapat berbicara kalimat panjang : Airway baik, Breathing baik
Bila penderita tidak sadar bisa menjadi lebih sulit
Lakukan penilaian Airway-Breathing dengan cara : Lihat-Dengar-Raba
Obstruksi jalan nafas
Merupakan pembunuh tercepat, lebih cepat dibandingkan gangguan breathing dan
circulation.lagipula perbaikan breathing tidak mungkin dilakukan bila tidak ada
Airway yang baik.
a. Obstruksi total
Pada obstruksi total mungkin penderita ditemukan masih saar atau dalam keadaan
tidak sadar. Pada obstruksi total yang akut, biasanya disebabkan tertelannya benda
asing yang lalu menyangkut dan menyumbat di pangkal larink, bila obstruksi total
timbul perlahan (insidious) maka akan berawal dari obstruksi parsial menjadi total.
- Bila penderita masih sadar
Penderita akan memegang leher, dalam keadaan sangat gelisah. Kebiruan (sianosis)
mungkin ditemukan, dan mungkin ada kesan masih bernafas (walaupun tidak ada
IV. CIRCULATION
1. Umum
a. Frekuensi denyut jantung
Frenkuensi denyut jantung pada orang dewasa adalah 60-80/menit.
b. Penentuan denyut nadi
pada orang dewasa dan anak-anak denyut nadi diraba pada a.radialis (lengan
bawah, dibelakang ibu jari) atau a.karotis, yakni sisi samping dari jakun.
2. Henti jantung
Gejala henti jantung adalah gejala syok yang sangat berat. Penderita mungkin
masih akan berusaha menarik nafas satu atau dua kali. Setelah itu akan berhenti
nafas. Pada perabaan nadi tidak ditemukan a.karotis yang berdenyut.
Bila ditemukan henti jantung maka harus dilakukan masase jantung luar yang
merupakan bagian dari resusitasi jantung paru (RJP,CPR). RJP hanya
menghasilkan 25-30% dari curah jantung (cardiac output) sehingga oksigen
tambahan mutlak diperlukan.
V. RESUSITASI JANTUNG-PARU (RJP)
1. langkah-langkah yang harus diambil pada sebelum memulai RJP :
( American Heart association)
a. Tentukan tingkat kesadaran (respon penderita) :
Dilakukan dengan menggoyang penderita, bila penderita menjawab, maka ABC
dalam keadaan baik.
b. panggil bantuan
bila petugas sendiri, maka jangan mulai RJP sebelum memanggil bantuan,
c. Posisi Penderita
Penderita harus dalam keadaan terlentang, bila dalam keadaan telungkup penderita
di balikkan.
d. Periksa pernafasan
Periksa dengan inspeksi, palpasi dan aiskultasi. Pemeriksan ini paling lama 3-5
detik.
Bila penderita bernafas penderita tidak memerlukan RJP
e. Berikan pernafasan buatan 2 kali.
Bila pernafasan buatan pertama tidak berhasil, maka posisi kepala diperbaiki atau
mulut lebih dibuka. Bila pernafasan buatan kedua tidak berhasil (karena
resistensi/tahanan yang kuat), maka airway harus dibersihkan dari obstruksi
( heimlich manouvre, finger sweep)
f. Periksa pulsasi a, karotis (5-10 detik)
Bila ada pulsasi, dan penderita bernafas, dapat berhenti
Bila ada pulsasi dan penderita tidak bernafas diteruskan nafas buatan
Bila tidak ada pulsasi dilakukan RJP
2. Tehnik Resusitasi jantung paru (Cardiopulmonary Resusitation)
RJP dapat dilakukan oleh 1 atau 2 orang.
a. posisi penderita
penderita dalam keadaan terlentang pada dasar yang keras (lantai, backboard,short
spine board).
b. posisi petugas
posisi petugas berada setinggi bahu penderita bila akan melakukan RJP 1 orang, bila
penderita dilantai, petugas berlutut seinggi bahu, disisi kanan penderita. Posisi
paling ideal sebenernya adalah dengan menunggangi penderita, namun sering
dapat diterima oleh keluarga penderita.
c. tempat kompresi
Tepatnya 2 inci diatas prosesus xifoideus pada tengah sternum.
Jari-jari kedua tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada
penderita.
Pada bayi tekanan dilakukan dengan 2 atau 3 jari, pada garis yang menghubungkan
kedua putting susu
d. Kompresi
Dilakukan dengan meluruskan siku, beban pada bahu, bukan pada siku.
Kompresi dilakukan sedalam 3-5 cm. cara lain untuk memeriksa pulsasi a, karotis
yang seharusnya ada pada setiap kompresi.
e. Perbandingan Kompresi-Ventilasi
Pada dewasa (2 dan 1 petugas) 15 : 2 anak, maupun bayi, perbandingan kompresiventilasi adalah 5:1, ini akan menghasilkan kurang lebih 12 kali ventilasi setiap
menitnya, pada dewasa dalam satu menit dilakukan 4 siklus.
f. Memeriksa pulsasi dan pernafasan
Pada RJP 1 orang, pemeriksaan dilakukan setiap 4 siklus (setiap 1 menit).
Pada RJP 2 orang, petugas yang melakukan ventilasi dapat sekaligus pemeriksaan
pulsasi karotis, setiap beberapa menit dapat dihentikan RJP untuk memeriksa
apakah denyut jantung sudah kembali.
Tanda-tanda keberhasilan tehnik RJP :
Nadi karotis mulai berdenyut, pernafasan mulai spontan, kulit yang tadinya
berwarna keabu-abuan mulai menjadi merah. Bila denyut karotis sudah timbul
teratur, maka kompresi dapat di hentikan tetapi pernafasan buatan tetap diteruskan
sampai timbul nafas spontan.
g. Menghentikan RJP
Bila RJP dilakukan dengan efektif, kematian biologis akan tertunda.
RJP harus dihentikan tergantung pada :
- lamanya kematian klinis
- prognosis penderita (ditinjau dari penyebab henti jantung)
- penyebab henti jantung (pada henti jantung karena minimal listrik 1 jam)
sebaiknya keputusan menghentikan RJP diserahkan kepada dokter.
h. Komplikasi RJP
- Patah tulang iga, sering terjadi terutama pada orang tua. RJP tetap diteruskan
walaupun terasa ada tulang yang patah. Patah tulang iga mungkin terjadi bila posisi
tangan salah
- Perdarahan pada perut, disebabkan karena robekan hati atau limpa.