GANGGUAN JALAN
STEP 7
1. Kenapa terjadi tremor pada satu anggota gerak saat istirahat?
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangeal,
kadang kadang tremor seperti menghitung uang logam (pil rolling). Pada sendi
tangan fleksi ekstensi atau pronasi supinasi, pada kaki fleksi ekstensi, pada
kepala fleksi ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur
tertarik tarik. Tremor terjadi pada saat istirahat dengan frekuensi 4-5 Hz dan
menghilang pada saat tidur. Tremor disebabkan oleh hambatan pada aktivitas
gamma motoneuron. Inhibisi ini mengakibatkan hilangnya sensitivitas sirkuit
gamma yang mengakibatkan menurunnya kontrol dari gerakan motorik halus.
Berkurangnya kontrol ini akan menimbulkan gerakan involunter yang dipicu
dari tingkat lain pada susunan saraf pusat. Tremor pada penyakit Parkinson
mungkin dicetuskan oleh ritmik dari alfa motor neuron dibawah pengaruh
impuls yang berasal dari nukleus ventro-lateral talamus. Pada keadaan normal,
aktivitas ini ditekan oleh aksi dari sirkuit gamma motoneuron, dan akan timbul
tremor bila sirkuitnini dihambat.
http://eprints.undip.ac.id/19152/1/ROBERT_SILITONGA.pdf
Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis,
kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung
(pil rolling). Pada sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki
fleksi-ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut membuka
menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang waktu istirahat dan
menghebat waktu emosi terangsang (resting/ alternating tremor). (Sudoyo W,
dkk, 2006). Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga
terjadi pada kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti
orang menghitung uang). Semua itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar.
Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-goyang jika tidak sedang melakukan
aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor tersebut bisa berhenti.
Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat
penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi. (Sudoyo W, dkk, 2006)
Tremor terjadi pada saat istirahat dengan frekuensi 4-5 Hz dan menghilang pada
saat tidur. Tremor disebabkan oleh hambatan pada aktivitas gamma
motoneuron. Inhibisi ini mengakibatkan hilangnya sensitivitas sirkuit gamma
yang mengakibatkan menurunnya kontrol dari gerakan motorik halus.
Berkurangnya kontrol ini akan menimbulkan gerakan involunter yang dipicu
dari tingkat lain pada susunan saraf pusat. (Sudoyo W, dkk, 2006)
include the basal ganglia (ie, the caudate nucleus and putamen
[corpus striatum]), globus pallidus, substantia nigra, and
subthalamic nuclei. They also include the red nuclei and the
mesencephalic reticular nuclei. Basal ganglia circuits regulate the
initiation, amplitude, and speed of movements. Diseases of the
basal ganglia cause abnormalities of movement and are
collectively known as movement disorders. They are
characterized by motor deficits (bradykinesia, akinesia, loss of
postural reflexes) or abnormal activation of the motor system,
resulting in rigidity, tremor, and involuntary movements (chorea,
athetosis, ballismus, and dystonia).
(Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical
Medicine, Fifth Edition, 2006)
4. Kenapa didapatkan bradikinesia? Mekanismenya!!
Meskipun patofisiologi dari bradikinesia masih belum dapat digambarkan
dengan baik, gejala ini tetap menjadi gejala utama yang mengemukakan
kaitan penyakit dengan tingkat defisiensi dopamine. Hal ini didukung
dengan dilakukannya observasi terhadap penurunan jumlah neuron di
substansia nigra pada pasien usia tua dengan gejala parkinsonism yang
akhirnya di diagnose sebagai penyakit Parkinson. Disamping itu, positron
emission tomografi pada pasien dengan penyakit Parkinson menunjukkan
penurunan pengambilan F-fluorodopa di striatum dan accumbens-caudate
komplek yang proporsional (berbanding lurus) dengan derajat keparahan
bradikinesia. Secara hipotesa dikatakan bahwa bradikinesia merupakan
gangguan pada aktifitas normal korteks motorik yang disebabkan karena
penurunan dopamine. Studi fungsional neuroimaging juga memperlihatkan
adanya gangguan penerimaan pada sistem kortikal dan subkortikal yang
meregulasi parameter pergerakan (misalnya; kecepatan). Sebaliknya,
penerimaan dari berbagai area premotor seperti control visuomotor
meningkat. Secara anatomi, defisit yang terjadi berlokasi di putamen dan
globus pallidus, yang menyebabkan penurunan produksi tenaga otot dalam
permulaan gerakan. Analisis melalui elektromiografi menunjukkan bahwa
pasien dengan bradikinesia tidak dapat menyediakan tenaga yang cukup
untuk memulai suatu gerakan dan mempertahankan kecepatan gerakan
tersebut. Karena pasien dengan penyakit Parkinson memiliki penurunan
dalam aktifitas elektromiografi, maka mereka memerlukan pencetus agonis
multipel untuk menyelesaikan serangkaian pergerakan.
(Nutt John G, Wooten G. Frederick. Diagnosis and Initial
Management of
Parkinsons Disease. The New England Journal of Medicine,
2005;353:1021-7.)
(Jankovic J. Parkinsons disease: clinical featutes and diagnosis. J
Neurol
inflamasi diikuti proliferasi sel otot polos dan penebalan dinding arteri.
Hipertensi, disfungsi endotel, shear stres, peningkatan lipoprotein densitas
rendah, radikal bebas dan respons inflamasi kronik adalah semua faktor
yang erat hubungannya dengan terjadinya aterosklerosis.
Demikian pula peran dini nitric oxide (NO), peningkatan molekul adhesi
pada endotelium dan migrasi leukosit ke dinding arteri dengan peran dari
lipoprotein densitas rendah yang teroksidasi. Akhir akhir ini di ketahui bahwa
hipertensi berkaitan dengan disfungsi endotel menyebabkan progresifitas
aterosklerosis, NO merupakan mediator penting vasodilatasi endotelium dan
NO yang berkurang akan menyebabkan proses proinflamasi, protrombotik
dan prokoagulasi endotel dan juga akan menyebabkan perubahan struktur
dinding pembuluh darah. Meningkatnya stress oksidatif diduga merupakan
mekanisme yang menyebabkan berkurangnya peran endotel dalam
kaitannya dengan NO dan beberapa faktor seperti nicotinamide adenine
dinucleotide phosphate (NADPH) oksidase, NO synthetase dan xantin oxidase
yg diketahui sebagai sumber utama terjadinya reactive oxygen species
(ROS) pada hipertensi. Peningkatan stress oksidatif vaskuler menyebabkan
disfungsi endotel pada hipertensi
2. Nekrosis fibrinoid dan lipohyalinosis
Nekrosis fibrinoid disebabkan karena insudasi dari plasma protein yaitu
fibrin kedinding arteria. Daerah yang terkena terlihat gambaran yang sangat
eosinofilik dan tidak berstruktur atau bergranula halus oleh karena
degenerasi dari otot polos dan kolagen (hialinisasi). Lipohialinosis adalah
kerusakan vaskuler yang ditandai dengan hilangnya struktur arteri yang
normal, sel busa dan adanya nekrosis fibrinoid dinding pembuluh darah
merupakan sebuah proses dimana secara perlahan akan menyumbat
pembuluh darah yang sudah menyempit lumennya
3. Autotoregulasi serebral.
Autoregulasi serebral adalah kemampuan otak untuk menjaga aliran
darah otak (ADO) relatif konstan terhadap perubahan tekanan perfusi. Batas
atas dan bawah dari mekanisme autoregulasi individu normotensi masing
masing terjadi pada MAP antara 50 60 mmHg dan 150 160 mmHg.
Resistensi serebrovaskuler menurun atau meningkat dengan perubahan
tekanan perfusi rata-rata dari otak dan memungkinkan ADO tetap konstan.
Perubahan dari resistensi sebagai akibat vasodilatasi dan vasokontriksi dari
pial arteri dan arteriol. Banyak faktor seperti hipertensi kronik, aktivitas
simpatis, tekanan CO2 arteri dan obat obat farmakologik akan mengubah
batas atas dan bawah autoregulasi. Pada individu dengan hipertensi baik
batas atas dan bawah kurva autoregulasi akan bergeser ke MAP dengan nilai
absolut yang lebih tinggi. Gejala gejala dari iskemia serebral secara
signifikan terjadi pada MAP yang lebih tinggi pada mereka dengan hipertensi
dan selanjutnya kerusakan yang berat oleh karena iskemia serebral terjadi
pada beberapa penderita setelah penurunan mendadak tekanan darah ke
level normotensi dan pada studi observasi menunjukkan pasien dengan
accelerated hipertensi dapat berkembang menjadi perburukan gejala
neurologik setelah terapi anti hipertensi yang agresif. Pergeseran dari
autoregulasi dikaitkan dengan peningkatan tonus miogenik yang diinduksi
oleh peningkatan sensitivitas Ca terhadap sel sel miosit, remodeling dan
hipertrofi, juga berperan pada pergeseran tersebut karena terjadinya
penurunan diameter lumen dan peningkatan resistensi pembuluh darah
serebrovaskuler.
4. Neurovascular coupling
Neurovascular coupling mengacu adanya hubungan aktivitas sel saraf
dan perubahan pada ADO. Besaran perubahan aliran darah serebral sangat
erat hubungannya dengan aktivitas neuron melalui rangkaian komplek yang
melibatkan neuron, glia dan sel pembuluh darah. Namun dalam beberapa
keadaan seperti hipertensi, stroke hubungan aktivitas saraf dengan
pembuluh darah serebral akan terganggu dan menyebabkan ketidak
seimbangan homeostatik yang akan berperan pada disfungsi otak.
Hipertensi akan mempengaruhi hubungan aktivitas neuron dan aliran darah
otak, dan perubahan ini melibatkan perubahan mediator kimia dari
neurovascular coupling dan dinamika dari sistim pembuluh darah itu sendiri.
Dari beberapa studi diperlihatkan bahwa saluran ion pada otot pembuluh
darah dapat dipengaruhi oleh hipertensi dan diabetes melitus yang
menyebabkan vasodilatasi abnormal setelah suatu aktivitas neuron.
Secara garis besar mekanisme gangguan peredaran darah otak yang
akan menimbulkan keadaan-keadaan iskemia, infark atau pun perdarahan
dapat terjadi melalui empat cara yaitu :
1.
2.
3.
4.
10. DD
Parkinson
Definisi
Etiologi
MUTASI PATOGENIK
Berbagai macam usaha telah dilakukan untuk mengungkap etiologi PD,
sejak pertama kali penyakit ini ditemukan di tahun 1817. Hingga saat ini,
pengaruh factor herediter masih merupakan kontroversi. Bagaimanapun,
mutasi genetik menurut hukum Mendel dalam PD menegaskan peranan
genetik dalam perkembangan penyakit ini. Beberapa lokus genetik telah
dapat diidentifikasi, diantaranya PARK 1,2, 6, 7 dan 8, dan lokus genetik
tersebut memiliki dasar pathogenesis penyakit.
DISFUNGSI MITOKONDRIA dan KERUSAKAN OXIDATIVE
Banyak fakta yang menyatakan tentang keberadaan disfungsi mitokondria
dan kerusakan metabolisme oksidatif dalam pathogenesis Parkinson disease.
Keracunan MPTP (1 methyl, 4 phenyl, 12,3,6 tetrahydropyridine) dimana
MPP+ sebagai toksik metabolitnya, pestisida dan limbah industri ataupun
racun lingkungan lainnya, menyebabkan inhibisi terhadap komplek I (NADHubiquinone oxidoreduktase) rantai electron-transport mitokrondria, dan hal
tersebut memiliki peranan penting terhadap kegagalan dan kematian sel.
Pada PD, terdapat penurunan sebanyak 30-40% dalam aktivitas komplek I di
substansia nigra pars kompakta. Seperti halnya kelainan yang terjadi pada
jaringan lain, kelainan di substansia nigra pars kompakta ini menyebabkan
adanya kegagalan produksi energi, sehingga mendorong terjadinya
apoptosis sel. Dalam keadaan normal, terdapat sebuah regulasi yang ketat
dalam produksi dan pembuangan beberapa oxidant yang dihasilkan dari
metabolisme sel neuron. Termasuk didalamnya hydrogen peroksida,
superoksida, radikal peroksida, nitric oxide, dan hidroksi radikal. Molekulmolekul ini bereaksi dengan asam nukleat, protein, lemak dan molekul
lainnya sehingga terjadilah perubahan struktur molekul yang mengakibatkan
kerusakan sel. Beberapa fakta mengemukakan bahwa pada PD, terdapat
kelebihan oksigen reaktif dan peningkatan stress oksidatif.
Patofisiologi
Dasar dari penelitian tersebut dihubungkan oleh adanya defisiensi
dopamine yang menyebabkan peningkatan aktivitas inhibisi
terhadap -aminobutyric acid (GABA)-penggunaannya (GABAergic)
di nucleus basal ganglia, segment dalam globus pallidus, dan pars
retikulata substansia nigra. Peningkatan aksi dari 2 struktur terakhir
di atas setidaknya dapat dibangkitkan melalui 2 mekanisme;
pengurangan inhibisi GABAergik secara langsung berasal dari
striatum (nucleus caudatus dan putamen) dan eksitasi yang
berlebihan melalui mekanisme tidak langsung, yang terdiri dari 2
hubungan neuron penghambat, pertama dari striatum ke segmen
externa globus pallidus dan kedua berasal dari segmen nucleus
subtalamicus. Nucleus subtalamicus membangkitkan segment internal
globus pallidus dan pars retikulata substansia nigra melalui neurotransmitter
glutamate. Di striatum, output dari neuron GABAergik bekerja secara
langsung pada segmen internal globus pallidus dan pars retikulata
substansia nigra yang didominasi oleh reseptor dopamine D1. Sedangkan
reseptor D2 dopamin lebih dominan pada output neuron GABAergik di
segmen external globus pallidus. Dopamine memiliki efek yang berbeda
terhadap reseptor-reseptor ini dan oleh karena itu, pada perangsangan
neuron di daerah striatal, akan membangkitkan reseptor D1 (sumber dari
jalur langsung striatopallidal) dan menginhibisi neuron dengan reseptor D2
(sumber dari jalur tidak langsung striatopallidal). Dalam keadaan normal
(non-defisiensi dopamine) terdapat keseimbangan aktivitas antara
jalur langsung dan jalur tidak langsung pada internal segmen
globus pallidus dan pars retikulata substansia nigra. Sedangkan pada
defisiensi dopamine (misalnya pada keracunan MPTP dan penyakit
Parkinson) menyebabkan overaktifitas dalam jalur tidak langsung,
dikarenakan peningkatan glutamatergik ke dalam segmen internal
globus pallidus dan pars retikulata substansia nigra serta
mengurangi aktivitas inhibisi terhadap jalur langsung GABAergik,
bahkan lebih jauh lagi, dapat meniadakan aktivitas inhibisi pada internal
segmen globus pallidus dan pars retikulata substansia nigra. Karena struktur
ini menggunakan neurotransmitter GABA sebagai inhibitor, maka kelebihan
output dari basal ganglia akan menimbulkan peningkatan inhibisi, lalu
bahkan dapat mematikan nucleus dari thalamus dan batang otak yang
menerima aliran tersebut. Inhibisi yang berlebihan di thalamus
menimbulkan supresi terhadap system motorik kortikal, yang
memungkinkan terjadinya akinesia, rigiditas dan tremor,sedangkan
inhibisi terhadap proyeksi desendens area lokomotor batang otak
dapat menyebabkan abnormallitas gaya berjalan dan postur tubuh.
Study menggunakan positron-emission tomografi menunjukkan kebalikan
dari akinesia dengan obat-obatan dopaminergik yang dihubungkan dengan
peningkatan abnormal aktifitas dari area korteks motorik dan premotorik.
Studi ini menunjukkan bahwa dopamine dapat mengurangi kelebihan aliran
inhibisi dari nucleus basal ganglia. Tentu saja, terdapat pengurangan gejala
Klasifikasi
F. resiko
Gejala klinis
Bradikinesia
Meskipun patofisiologi dari bradikinesia masih belum dapat digambarkan
dengan baik, gejala ini tetap menjadi gejala utama yang mengemukakan
kaitan penyakit dengan tingkat defisiensi dopamine. Hal ini didukung
dengan dilakukannya observasi terhadap penurunan jumlah neuron di
substansia nigra pada pasien usia tua dengan gejala parkinsonism yang
akhirnya di diagnose sebagai penyakit Parkinson. Disamping itu, positron
emission tomografi pada pasien dengan penyakit Parkinson menunjukkan
penurunan pengambilan F-fluorodopa di striatum dan accumbens-caudate
komplek yang proporsional (berbanding lurus) dengan derajat keparahan
bradikinesia. Secara hipotesa dikatakan bahwa bradikinesia merupakan
gangguan pada aktifitas normal korteks motorik yang disebabkan karena
penurunan dopamine. Studi fungsional neuroimaging juga memperlihatkan
adanya gangguan penerimaan pada sistem kortikal dan subkortikal yang
meregulasi parameter pergerakan (misalnya; kecepatan). Sebaliknya,
penerimaan dari berbagai area premotor seperti control visuomotor
meningkat. Secara anatomi, defisit yang terjadi berlokasi di putamen dan
globus pallidus, yang menyebabkan penurunan produksi tenaga otot dalam
permulaan gerakan. Analisis melalui elektromiografi menunjukkan bahwa
pasien dengan bradikinesia tidak dapat menyediakan tenaga yang cukup
untuk memulai suatu gerakan dan mempertahankan kecepatan gerakan
tersebut. Karena pasien dengan penyakit Parkinson memiliki penurunan
dalam aktifitas elektromiografi, maka mereka memerlukan pencetus agonis
multipel untuk menyelesaikan serangkaian pergerakan.
Tremor
Tremor saat istirahat Rest tremor merupakan gejala tersering dan mudah
dikenali pada penyakit Parkinson. Tremor bersifat unilateral, dengan
frekuensi antara 4 sampai 6 Hz, dan hampir selalu terdapat di extremitas
distal. Tremor pada tangan digambarkan sebagai gerakan supinasi-pronasi
(pill-rolling) yang menyebar dari satu tangan ke tangan yang lain. Resting
tremor pada pasien penyakit Parkinson juga dapat mengenai bibir, dagu,
rahang dan tungkai. Namun,tidak seperti tremor pada umumnya, tremor
pada penyakit Parkinson jarang mengenai leher atau kepala dan suara.
Karakteristik resting tremor adalah, tremor akan menghilang ketika
penderita melakukan gerakan, juga selama tidur. Beberapa pasien
mengatakan adanya internal tremor yang tidak dikaitkan dengan tremor
yang terlihat. Beberapa pasien penyakit Parkinson juga memiliki postural
tremor yang dirasa lebih utama dan lebih mengganggu dibandingkan resting
tremor dan mungkin merupakan manifestasi awal penyakit. Parkinson
Penegakan diagnosis
ditandai oleh bradikinesia yang timbul lambat, tonus otot otot
yang meningkat dan tremor istirahat yang bersifat asimetris,
kasar (3-7siklus perdetik) dan menghilang bila otot berelaksasi
total. Perlambatan gerakan volunteer ditemukan terutama pada
awal gerakan berjalan, memutar badan dan mikrografia. Ekspresi
facial menurun, bicara monoton, volume bicara kecil, dan kedipan
mata berkurang. Postur tubuh kaku, pasien berjalan lambat
Klinis
3
4
5
tremor
- rigiditas
- bradikinesia
- ketidakstabilan postural
Kegagalan
refleks postural
(UnifiedParkinson Disease Rating Scale/UPDRS)
Probable
Bila terdapat kombinasi dua gejala utama (termasuk kegagalan
refleks postural) atau satu dari tiga gejala pertama yang tidak simetris
(dua dari empat tanda motorik)
Definite
Bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau dua gejala
dengan satu gejala lain yang tidak simetris (tiga tanda kardin al) Bila
semua tanda-tanda tidak jelas sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulangan
beberapa bulan kemudian.
Daftar Pustaka