Anda di halaman 1dari 32

Gangguan Neurotik

Oleh :
Revin Fiona Cinintya (132011101003)
Nihayah Lukman (142011101072)

Pembimbing :
dr. Justina Evy Tyaswati, Sp.KJ

SMF ILMU KESEHATAN JIWA


RSD dr. SOEBANDI JEMBER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
2018
Gangguan Neurotik

F40. Gangguan ansietas fobik F41. Gangguan ansietas Lainnya


F40.0 Agorafobia F41.0 Gangguan panik
.00 tanpa gangguan panik F41.1 Gangguan ansietas menyeluruh
.01 dengan gangguan panik F41.2 Gangguan campuran ansietas dan
F40.1 Fobia sosial depresi
F40.2 Fobia khas (terisolasi) F41.3 Gangguan ansietas campuran lainnya
F40.8 Gangguan ansietas fobik lainnya F41.8 Gangguan ansietas lainnya YDT
F40.9 Gangguan ansietas fobik YTT F41.9 Gangguan ansietas YTT
F42. Gangguan Obsesif-Kompulsif
Gangguan Ansietas
Definisi

 ansietas berasal dari bahasa Latin angere (tercekik/ tercekat)

- Keadaan tegang berlebihan (tidak pada tempatnya)


- Perasaan khawatir, tidak menentu, takut
- Respon ansietas sering tidak berkaitan dengan ancaman yang nyata
- Membuat seseorang tidak mampu bertindak/ malah menarik diri
Gangguan Ansietas
Epidemiologi

Perkiraan prevalensi gangguan anxietas per 1000 orang di masyarakat:


1. Fobia sederhana ---------------------------------------------> 45
2. Fobia sosial ------------------------------> 30
3. Gg. Anxietas menyeluruh ------------------------------> 30
4. Agorafobia --------------------> 20
5. Gangguan panik ---------------> 15
6. Gangguan obsesif kompulsif ----------> 10
Gangguan Ansietas
Etiologi
Gangguan Ansietas
Gg. Anxietas Fobik

• Ketakutan irasional yang jelas, menetap, dan berlebihan terhadap suatu objek spesifik,
keadaan, atau situasi yang sebenarnya pada kejadian ini tidak membahayakan
DEFINISI

• ansietas berat jika terpapar objek/situasi spesifik


• Objek/ situasi sebenarnya tidak membahayakan
KLINIS • Cenderung menghindari stimulus fobik

• Agorafobia, fobia sosial, fobia khas/spesifik


JENIS
Gangguan Ansietas
Gg. Anxietas Fobik
Kriteria Diagnosis
Gangguan Ansietas
Gangguan Panik

• Gangguan ditandai:
• Serangan panik berulang (spontan, tidak terduga, disertai
DEFINISI gejala otonomik terutama kardiovaskular, pernafasan) dan
berlangsung selama 15-30 menit setiap episodenya, meskipun
efek sisa dapat berlangsung lebih lama.

• Ansietas tiba-tiba
• Rasa takut hebat
• Gejala dapat meningkat hingga sangat berat
KLINIS • Kadang gejala disertai gejala mirip gangguan jantung 
jantung berdebar, nyeri dada, perasaan tercekik, gemetar,
mual, pusing
Gangguan Ansietas
Gangguan Panik
Kriteria Diagnosis
Gangguan Ansietas
Gangguan Ansietas
Menyeluruh

• Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan irasional bahkan


terkadang tidak sebanding dengan tingkat stresor sesungguhnya dalam
DEFINISI kehidupan. Terjadi dalam jangka waktu yang panjang meskipun tampak
tidak ada stressor yang nyata.

• Cemas berlebihan yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan pasien


• Ketegangan motorik (bergetar, kelelahan, sakit kepala)
KLINIS • Hiperaktivitas otonom (nafas pendek, berkeringat, palpitasi, gejala saluran
pencernaan)
• Kewaspadaan secara kognitif dalam bentuk iritabilitas
Gangguan Ansietas
Gangguan Ansietas Menyeluruh

Kriteria Diagnosis
Gangguan Ansietas
Gangguan Campuran Ansietas dan Depresi

• Secara bersamaan didapati gejala depresi dan ansietas, baik gejala


DEFINISI depresi maupun ansietas yang ada tidak memenuhi kriteria diagnosis
untuk episode depresi dan gangguan ansietas
Gangguan Ansietas
Gangguan Campuran Ansietas dan Depresi
Kriteria Diagnosis
Gangguan Ansietas
Terapi
Farmakoterapi

Jenis Gangguan Terapi Obat


ansietas
Gangguan Cemas Sosial 1. Benzodiazepin: Lorazepam, Clonazepam, Oxazepam, Diazepam, Alprazolam
(fobia sosial) 2. Beta bloker: Propanolol, atenolol
3. MAOIs: Selegilence, Isokarboksid, Phenelzin, Tranylcypromine
4. SSRIs: Sitalopram, Fluvoxamin, Paroxetine, Fluoxetine, Sertraline

Gangguan Cemas 1. SSRIs


Menyeluruh 2. Benzodiazepin
Gangguan Panik 1. Benzodiazepin 3. SSRIs
2. MAOIs 4. TCAs: Nortriptine, Amitriptilin, Imipramin
Gangguan Obsesif- 1. SSRIs
Kompulsif 2. TCAs
Gangguan Ansietas
Terapi
Psikoterapi

1. Terapi perilaku
2. CBT (cognitive behavioural therapy)
3. Psikoterapi
4. Terapi psikodinamik
5. Terapi keluarga dan orang tua
Gangguan Ansietas
Prognosis

- Jika berlangsung lama  mungkin sulit diterapi


- Prognosis bergantung pada terapi perilaku dan
psikofarmaka.
- Prognosis lebih baik : jika gangguan diterapi dengan
terapi kombinasi
Gangguan Obsesif Kompulsif

17
OBSESIF KOMPULSIF

• Gangguan isi pikiran • Dorongan (impuls) yang


berupa impuls atau pikiran kuat, berulang-ulang,
yang kukuh (persistent), mengganggu dan tidak
berulang-ulang dan tidak dikehendaki pada seseorang
disukai, tidak dikehendaki untuk melakukan suatu
tetapi tidak dapat tindakan yang
dihilangkan oleh individu bertentangan dengan
itu sendiri walaupun hal keinginan atau norma yang
tersebut diketahuinya biasa
EPIDEMIOLOGI
18

 Perbandingan jumlah penderita laki-laki dan perempuan hampir sama.


 Onset gejala muncul saat usia 10-24 tahun
 Laki-laki lebih beresiko mengalami gangguan obesesif kompulsif pada masa anak
sedangakan perempuan pada usia dewasa muda.
 Gejala gangguan obsesif kompulsif meningkat pada perempuan saat pre menstrual
ETIOLOGI
19

Faktor Perilaku
rasa cemas dan
tidak nyaman

Faktor Psikososial
Faktor Biologis
1. Faktor Kepribadian
Neurotransmitter
2. Faktor psikodinamika

Obsesif
Kompulsif
DIAGNOSIS
20

Pedoman diagnosis menurut PPDGJ-III:


• Diagnosis pasti :
Gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif yang dilakukan, atau kedua-
duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu
berturut-turut
• Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu
aktivitas penderita
GEJALA OBSESIF
21

Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri

Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, mekipun ada lainnya yang tidak
dilawan lagi oleh penderita

Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau
kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperi
di maksud di atas)

Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan
(unpleasantly repetitive)
22
Gejala
Depresi
Obsesif

 Diagnosis obsesif kompulsif boleh ditegakkan bila tidak ada gangguan depresif pada saat gejala obsesif

kompulsif muncul
 Bila keduanya tidak ada yang menonjol  diagnosis primer adalah depresi

 Episode akut  diutamakan gejala yang timbul lebih dahulu

 Kondisi menahun  prioritas pada gejala yang bertahan

 Gejala obsesif “sekunder” harus dianggap sebagai bagian dari kondisi mental tersebut
KLASIFIKASI MENURUT PPDGJ - III
23
F42.0 Predominan pikiran obsesif atau pengulangan
 Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls (dorongan perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien)
 Menyebabkan penderitaan (distress)

F42.1 Predominan tindakan kompulsif


 Umumnya berkaitan dengan kebersihan, memastikan ulang, kerapihan dan keteraturan
 Dilatarbelakangi oleh perasaan takut yang mengancam dirinya, tindakan ritual tersebut sebagai ikhtiar
simbolik dan tidak efektif untuk menghindari bahaya tersebut
 Menyita banyak waktu, kadang berkaitan dengan ketidakmampuan mengambil keputusan dan
kelambanan
24

F42.2 Campuran pikiran dan tindakan obsesif


 Pikiran obsesif dan tindakan kompulsif keduanya menonjol
 Bila ada yang lebih dominan, sebaiknya dinyatakan dengan diagnosis F42.0 atau
F42.1 karena berpengaruh terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih
responsif terhadap terapi perilaku

F42.8 Gangguan Obsesif-Kompulsif Lainnya

F42.9 Gangguan Obsesif-Kompulsif YTT


GAMBARAN KLINIS
25

Pasien obsesif kompulsif menunjukkan berbagai macam gejala yang dapat


dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
1. Pikiran obsesi terhadap kontaminasi yang menyebabkan perilaku kompulsi
2. Keraguan yang patologis
3. Pikiran dan dorongan yang mendesak berulang ulang
4. Primary obssesional slowness
PENATALAKSANAAN
26

• Beberapa terapi untuk penatalaksanaan gangguan obsesif – kompulsif antara lain:


 Terapi farmakologi (farmakoterapi)
 Terapi tingkah laku (psikoterapi suportif)
• Kombinasi kedua bentuk terapi tersebut memberikan hasil yang lebih efektif daripada
terapi tunggal
FARMAKOTERAPI
27

Mekanisme kerja obat anti obsesif-kompulsif : “serotonin reuptake blockers”


1.TCA : Clomipramine (Anafranil)
2.SSRI : Fluoxetine (Prozaq, Nopres), Fluvoxamine (Luvox), Paroxetine (Seroxat),
Sertraline (Zoloft), Citalopram (Cipram)
PSIKOTERAPI SUPORTIF
28

Tujuan:
1. Menguatkan daya tahan mental yang ada
2. Mengembangkan mekanisme baru dan lebih baik untuk mempertahankan kontrol diri
3. Mengembalikan keseimbangan adaptif
Cara:
1. Persuasi
2. Bimbingan dan penyuluhan
3. Terapi kerja
4. Hipno-terapi
5. Psikoterapi kelompok
6. Terapi perilaku
PSIKOTERAPI SUPORTIF
29

Baku emas terapi tingkah laku untuk gangguan obsesif kompulsif adalah ERP (Exposure
Response Prevention)
 Exposure : menempatkan pasien pada situasi yang ditakutinya atau yang
menimbulkan pikiran obsesifnya
 Response prevention : kesempatan pasien untuk menahan diri untuk melakukan
pengulangan atau tindakan kompulsifnya.
30

 Terapi tingkah laku ini dimulai dengan pasien membuat daftar tentang obsesinya
kemudian diatur sesuai hierarki mulai dari yang kurang membuat cemas sampai yang
paling membuat cemas.
 Dengan melakukan paparan berulang terhadap stimulus diharapkan akan menghasilkan
kecemasan yang minimal karena adanya habituasi.
PROGNOSIS

 70% pasien yang mengikuti terapi akan menunjukkan penurunan gejala


walaupun gangguan masih tetap ada
 15 % pasien mengalami penurunan fungsi dan perburukan gejala seiring
waktu
 5% pasien mengalami remisi komplit
Terima Kasih

32

Anda mungkin juga menyukai