Lesi-lesi urtikaria dapat sembuh tanpa komplikasi, namun pada pasien dengan gatal
yang hebat dapat menyebabkan purpura dan excoriasi karena keinginan pasien untuk
terus menggaruk.
2. Infeksi Sekunder
Infeksi sekunder terjadi bersamaan dengan infeksi kulit yang sebelumnya sudah ada.
Pada umumnya disebabkan oleh menggaruk luka ataupun infeksi yang sudah ada
sebelumnya. Dalam hal ini, purpura dan excoriasi dapat menjadi infeksi sekunder.
Antihistamin oral dapat mencegah urtikaria dan digunakan untuk mengatasi ruam kulit
pada urtikaria, gatal, gigitan dan sengatan serangga, serta alergi obat.
Mengantuk adalah efek samping utama pada sebagian besar antihistamin golongan
lama, walaupun stimulasi yang paradoksikal dapat terjadi meski jarang (terutama pada
pemberian dosis tinggi atau pada anak dan pada lanjut usia). Mengantuk dapat
menghilang setelah beberapa hari pengobatan dan jauh kurang dengan antihistamin
yang lebih baru.
Efek samping yang lebih sering terjadi dengan antihistamin golongan lama meliputi
sakit kepala, gangguan psikomotor, dan efek antimuskarinik seperti retensi urin, mulut
kering, pandangan kabur, dan gangguan saluran cerna.
Efek samping lain yang jarang dari antihistamin termasuk hipotensi, efek
ekstrapiramidal, pusing, bingung, depresi, gangguan tidur, tremor, konvulsi, palpitasi,
aritmia, reaksi hipersensitivitas (bronkospasme, angio-edema, dan anafilaksis, ruam
kulit, dan reaksi fotosensitivitas), kelainan darah, disfungsi hepar dan glaukoma sudut
sempit.
4. Obstruksi pernapasan
5. Syok anafilaksis
Syokk anafilaktis disebabkan karena vasodilatasi dari pembuluh darah karena reaksi
hipersensitif akut. Anafilaksis menyebabkan penurunan tekanan darah sehingga orang
yang mengalami bisa langsung pingsan bahkan meninggal. Selain itu pembengkakakn
akan langsung terjadi khususnya pada bagian wajah yang tenggorokan atau leher
sehingga pasien akan sulit bernapas. Gejala lain yang dapat muncul adalah bengkak
pada kelopak mata, bibir, tangan, dan kaki, mual atau sakit di bagian perut, detak
jantung cepat dan sulit bernapas karena aliran udara menyempit, pusing, muntah,
pingsan atau kehilangan kesadaran.
PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis baik, tetapi perlu diperhatikan faktor pencetus untuk
keberhasilan pengobatan dan terhindar dari kekambuhan. Urtikaria akut prognosisnya
lebih baik karena penyebabnya cepat dapat diatasi, sedangkan urtikaria kronik lebih
sulit diatasi karena penyebabnya sulit dicari. Urtikaria yang disertai dengan
angioedema harus mengutamakan menejemen jalan napas, kecepatan dan ketepatan
tindakan, serta perhatikan kekambuhan untuk meminimalkan komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan AP.Urticaria anda angioedema. In: Wolff K, Goldsmith, Katz S, Gilchrest B, Paller
A, Leffel D, editors. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 8th ed. New York:
McGraw-Hill; 2013.p.798-9
Felder S, et al. Allergy Asthma Proc. 2014. Prognostic factors in outcome of angioedema
in the emergency department. Web: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/25295803/
diakses pada 1 Mei 2019
Djuanda, A. (2010). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Badan POM RI. Web: http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-3-sistem-saluran-napas-0/34-
antihistamin-hiposensitisasi-dan-kedaruratan-alergi/341 dikses pada 1 Mei 2019