Anda di halaman 1dari 22

REFLEKSI KASUS Desember 2018

Hipertensi

DISUSUN OLEH:

NAMA : Imelda FriskaTa’uro

STAMBUK : N 111 17 032

PEMBIMBING : Dr.dr.Ketut Suarayasa M.Kes

dr. Trieko Stefano

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu penyakit yang kronis dimana tekanan darah
meningkat di atas tekanan darah normal. The seventh report of the Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure (JNC VII) menyatakan bahwa seseorang dikatakan
hipertensi jika tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah
diastolic 90 mmhg atau lebih. Hipertensi adalah faktor risiko keempat dari
enam faktor risiko terbesar penyebab penyakit kardiovaskular.Pada
kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena
alasanpenyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai “silent killer”.Tanpa
disadaripenderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti
jantung, otak ataupun ginjal.1,3
Prevalensi hipertensi terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya
hidup seperti merokok, inaktifitas fisik dan stres psikososial. Data World
Health Organization (WHO), tahun 2000 menunjukkan sekitar 972 juta orang
atau 26,4% penduduk diseluruh dunia menderita hipertensi. Sebanyak 333 juta
(proporsi 34,26%) berada di negara maju dan 639 juta (65,74%) berada di
negara berkembang termasuk Indonesia. 1,2
Riset Kesehatan Daasar (RISKESDAS) tahun 2007 mendapatkan
prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di Indonesia
cukup tinggi yakni mencapai 31,7% dengan penduduk yang mengetahui
dirinya menderita hipertensi hanya 7,2% dan yang minum obat antihipertensi
hanya 0,4%. Sedangkan Menurut Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure VII (JNC-VII),
hampir 1 milyar orang menderita hipertensi di dunia. Menurut laporan Badan
Kesehatan Dunia atau WHO, hipertensi merupakan penyebab nomor 1
kematian di dunia. Data tahun 2010 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa
28,6% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas menderita hipertensi.1,2

1
Di Indonesia sendiri berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia 2011,
hipertensi termasuk ke dalam 10 besar penyakit rawat inap dan rawat jalan di
rumah sakit pada tahun 2010 dengan jumlah kasus sebanyak 19.874 pasien
rawat inap dan 80.615 pasien rawat jalan. Berdasarkan hasil pengukuran
tekanan darah hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun
2007 menurut provinsi, provinsi Kalimantan Selatan (39,6%), Jawa Timur
(37,4%), Bangka Belitung (37,2%), Jawa Tengah (37,0%), Sulawesi Tengah
(36,6%), DI Yogyakarta (35,8%), Riau (34,0%), Sulawesi Barat (33,9%),
Kalimantan Tengah (33,6%), dan Nusa Tenggara Barat (32,4%), merupakan
provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka
nasional (31,7%).1
Di PuskesmasKinovaro, penyakit hipertensi masuk dalam 10 penyakit
terbesar. Pada tahun 2017terdapat 158 kasus dan menempatiurutan ke 4.Dan
untuk data berdasarkan penyakit tidak menular hipertensi menempati urutan
pertama. Dari data-data tersebut, maka perlu dilakukan usaha-usaha untuk
menurunkan angka kejadian hipertensi.4

1.1.Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan kasus ini meliputi :
1) Sebagai gambaran penyebaran Hipertensi di wilayah kerja UPTD
PuskesmasKinovaro.
2) Sebagai upaya pencegahan meningkatnya kasus Hipertensi pada tahun
2018 dibanding tahun sebelumnya.

2
BAB II

IDENTIFIKASI MASALAH

2.1 Menentukan Prioritas Masalah Menggunakan Rumus Hanlon


Kuantitatif
Tabel 2.1 Prioritas Masalah di PuskesmasKinovaro

No Masalaah Besar Kegawatdar Kemungkinan Nilai


kesehatan masalah uratan diatasi

1 ISPA 4 3 3 10

2 Hipertensi 2 4 3 9

3 Diare 2 3 3 8

4 PenyakitKulitAle 2 2 3 7
rgi

5 Gastritis 3 2 3 8

Dilihat dari tabel diatas masalah yang menjadi prioritas pada


puskesmas kamonjiuntuk penyakit adalah Hipertensi, Penyakit Pada
Sistem otot & sendi,ISPA, Gastritis, dan Penyakit kelainan kulit

a. KRITERIA A : Besar masalah, dapat dilihat dari besarnya insidensi


atau prevalensi. Skor 1-10
Masalah Besar masalah Nilai
kesehatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Hipertensi √ 9

Diare √ 8

PenyakitKulitAl √ 7
ergi

3
b. KRITERIA B :Kegawatan Masalah (SKOR 1-5)

Masalah kesehatan Keganasan Tingkat Biaya yang Niilai


urgency dikeluarkan

Hipertensi (V) 2 5 5 12

Diare (W) 1 3 1 5

PenyakitKulitAler 1 2 2 5
gi (X)

c. KRITERIA C : Kemudahan dalam Penanggulangan

Sangat sulit VWX sangat mudah

1 2 3 4 5

d. KRITERIA D : PEARL factor

Masalah P E A R L Hasil
kesehatan perkalian

V 1 1 1 1 1 1

W 1 1 1 1 1 1

X 1 1 1 1 1 1

e. PENETAPAN NILAI
- Hipertensi
NPD : (A+B) C = (9+12) 3= 21x3 = 63
NPT : (A+B) CxD = (9+12) 3x1 = 21x3 = 63

4
- Diare
NPD : (A+B) C = (8+5) 4 = 13 x 4 = 52
NPT : (A+B) CxD = (8+5) 4x1 = 13 x 4 = 52

- Penyakitkulit
NPD : (A+B) C = (6+5) 4 = 11x4 = 44
NPT : (A+B) CxD = (6+5) 4x1 = 11x4 = 44

f. KESIMPULAN
D
Masalah kesehatan A B C NPD NPT Prioritas
(PEARL)

Hipertensi 9 12 3 63 1 63 I

Diare 8 5 4 52 1 52 II

PenyakitKulitAlergi 6 5 4 44 1 44 III

Kesimpulan dari rumus ini yaitu Hipertensi dan diikuti dengan Diare dan
Penyakit Kulit Alergi merupakan prioritas masalah yang menempati 3 urutan
teratas prioritas masalah yang ada di PuskesmasKinovaro. Oleh karena itu peneliti
memilih hipertensi sebagai refleksi kasus.

2.2 KASUS
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. Bagyl
Umur : 63 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Doda,Kecamatan Kinovaro.
Agama : Kristen

5
2. Anamnesis
a. Keluhan utama: Tegang pada tengkuk
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh tegang pada tengkuk sejak kurang lebih5 hari yang
lalu. Keluhan tersebut dirasakan sangat menganggu terutama dalam
aktivitasnya sehari-hari sehingga menyebabkan pasien tidak bisa bekerja,
pasien juga mengeluhkan muncul sakit kepala. Pasien juga biasa
mengeluhkan nyeri pada otot, namun hal ini tidak begitu mengganggu.
Pasien mengaku seringkali mengkonsumsi makanan yang bersantan,
sepertisayurkelorsantan. Pasien juga sering mengkonsumsi makanan yang
digoreng, penja olahan kering yang mengandung garam,dan jarang
mengkonsumsi buahan lain selainnenas dan sayuranselainkelor.
Pasienmengatakanhampirsetiapharipergibertani,
sebagaipenggantikegiatanberolahraga. Pasien juga mengaku seringkali
merasa stress akibat kondisi perekonomian keluarganya.

c. Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien mengaku menderita hipertensi sudah sejak 1,5tahun terakhir.
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ayah dan pasien tidak memiliki riwayat hipertensi. Istri pasien
meninggal dunia karena penyakit diabetes melitus.
e. Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku rutin minum obat hipertensiyang diberikan setelah
mengikuti kegiatan posbindu.Tetapi belum pernah kontrol ke puskesmas, dengan
alasan lokasi puskesmas yang jauh.
f. Riwayat Kebiasaandan Lingkungan
1) Pasien tinggal di dalam rumah dengan1 oranganakbersamasuami,dan
3 orang cucu.
2) Rumah tempat tinggal pasienterdiriatas 1 lantaidenganhalamandepan.
Halamandepanrumah (pekarangandengan luas ±3 m2tampak
cukupbersih. Rumahtinggalmemiliki tiga ruang utama, yakni ruang

6
depan (ruang tamu), ruang tengah dan ruang belakang.
Ruangdepanterdiridari 1 ruangtamudan 1 kamartidur, Pada ruang
tengah terdapat 2 kamar dengan luas masing-masing ± 4×3 m2 yaitu
kamar anakpasien dan kamar cucupasien, dan terdapat ruang keluarga
untuk bersantai. Masing-masing kamar dilengkapi 1jendela kayu,
tersedia fasilitas tempat tidur pada setiap kamar, kamar tidur pasien
tampak kurang bersih dan kurang rapi, pencahayaan dan sirkulasi
udara pada kedua kamar sudah cukup baik; Ruang belakang terdiri
atas ruang makan bergabung dengan dapur, disertai fasilitas meja
makan dan ruang
belakang.TidakterdapatKamarmandididalamrumah.Kamarmandi yang
digunakanadalahkamarmandiumum yang
berlokasitepatdidepanrumah.Lantai rumahterbuatdari semen,
berdinding batakotelahdiplesterdan di cat putih, langit-langit rumah
yang tidak dilapisi oleh plafon. Atap rumah terbuat dari seng.
Pencayahaan alamiah dari sinar matahari cukup pada beberapa
ruangan. Sumber listrik berasal dari PLN. Secara keseluruhan keadaan
rumah pasien tampak cukup bersih dan tertata rapi.
3) Rumah pasien tidakmemiliki kamar mandi sendiri, sehingga untuk
aktivitas mandi penghuni rumah menggunakan kamar mandi
umumyang berlokasitepatdidepanrumah. Kamar mandi yang
digunakan disertai atap dan berdinding batako, menggunakan bak air
sebagai tempat penampungan air serta tidak tertutup, disertai pula
jamban jongkok di dalamnya untuk aktivitas BAB/BAK. Lantai kamar
mandi terbuatdari semen. Adapun aliran air limbah pembuangan dari
kamar mandi langsung mengalir ke pipa pembuangan limbah.
4) Sumber airberasaldarimata air yang
langsungbisadiminumdanuntukmembawa air kerumahdibutuhkanjarak
5 km. air tampak cukup jernih, tidak berbau. Sumber air digunakan
untuk semua aktivitas MCK (Mandi, Cuci,& Kakus).

7
5) Kebiasaan makan pasien sebelumnya, pasien memasak sendiri di
rumah dan biasanya makan tiga kali sehari yaitu makan pagi, siang
dan malam. Pasien biasa mengkonsumsi nasi, ikan (paling sering
ikanpenjagaram), dan sayur (paling sering kelor yang bersantan),
namun jarang mengkonsumsi buah dan sayurhijaulainnya.
Pasienrajinpergibertanisebagaipenggantiolahraga.
6) Pasienmemilikikebiasaanmerokoksudahsejak 40 tahun yang
lalukuranglebihsejakusia 23 tahun.
7) Pasien mengatakanmudah stres. Keadaan ekonomi pasien juga pas-
pasan sehingga sulit untuk menabung dan hanya cukup untuk membeli
kebutuhkan pokok sehari-hari,
belumlagiditambahsebagiananakpasienhanyabergantungpadahasilbeke
rjapasiensebagaipetani.
8) Pasien memiliki pengetahuan yang kurang terhadap hipertensi,
sehinggapasientidakpernahkepuskesmas untuk datang kontrol dan
mengambil obat, pasien hanya melakukan pemeriksaan dan
mendapatkan obat dari posbindu, dikarenakanalasanlokasipuskesmas
yang jauh.

g. RiwayatSosialdanEkonomi
Pasien bekerja sebagai petani, penghasilannya pas-pasan untuk setiap
harinya. Status ekonomi keluarga pasien tergolong dalam ekonomi
menengah ke bawah. Baik itu pasien dan orang yang berada satu rumah
dengan pasien aktif dalam bersosialisasi/berinteraksi serta menjalin
hubungan yang baik dengan masyarakat di lingkungan tempat tinggal.

3. Pemeriksaan Fisik
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 170/100mmHg
Frek. Nadi : 89 x/menit

8
Frek. Nafas : 23 x/menit
Suhu : 36,7 oC
Berat Badan : 68kg
Tinggi Badan : 169cm

a. Status Generalis
1. Kepala-Leher
Dalam batas normal
2. Paru
Dalam batas normal
3. Abdomen
Dalam batas normal
4. Ekstremitas
Dalam batas normal
b. Pemeriksaan Penunjang
Kolesterol Total 179mg/dL

c. Diagnosis Kerja
Hipertensi stage II(JNC VII)

5. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa :
Amlodipin 5 mg 0-0-1
Vitamin B Kompleks 1x1 (pagi)

b. Non Medikamentosa (Edukasi):


1. Mengurangi garam dalam masakan dan menghentikan kebiasaan
makanan yang mengandungbanyakgaram, mengurangi makan
makanan berminyak dan bersantan
2. Mengonsumsi buah dan sayuran setiap hari

9
3. Menjelaskan tentang komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi
yang diderita tidak terkontrol. Komplikasi yang dimaksud dapat
berupa stroke, gangguan ginjal dan lain-lain.
4. Menjelaskan pada pasien bahwa pengobatan yang dijalani bertujuan
agar tekanan darah pasien terkontrol < 140/90mmHg
5. Menganjurkan gaya hidupsehatbebasdariasaprokokdangayahidup
aktif/olahraga teratur, misalnya olahraga aerobic dengan intensitas
sedang (70-80) %, dengan frekuensi latihannya 3-5 kali seminggu
dengan lama latihan 20-60 menit sekali latihan. Olahraga seperti jalan
kaki atau jogging, yang dilakukan selama 16 minggu akan
mengurangi kadar hormone norepinephrine dalam tubuh, yakni zat
yang dikeluarkan system saraf yang dapat meningkatkan tekanan
darah.
6. Rutin minum obat anti hipertensi tiap hari walaupun tidak ada
keluhan dan ke Puskesmas tiap bulan untuk kontrol
6. Prognosis
Dubia ad bonam

10
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Aspek Klinis


Pasien 63 tahun dengan keluhan tegang pada tengkuk sejak kurang
lebih 5 hari yang lalu. Keluhan tersebut dirasakan sangat menganggu
terutama dalam aktivitasnya sehari-hari sehingga menyebabkan pasien
tidak bisa bekerja, pasien juga mengeluhkan muncul sakit kepala. Pasien
juga biasa mengeluhkan nyeri pada otot, namun hal ini tidak begitu
mengganggu.
Pasien mengaku seringkali mengkonsumsi makanan yang bersantan,
sepertisayurkelorsantan. Pasien juga sering mengkonsumsi makanan yang
digoreng, penja olahan kering yang mengandung garam,dan jarang
mengkonsumsi buahan lain selainnenas dan sayuranselainkelor.
Pasienmengatakanhampirsetiapharipergibertani,
sebagaipenggantikegiatanberolahraga.Pasienmemilikikebiasaanmerokoksu
dahsejak 40 tahun yang lalukuranglebihsejakusia 23 tahun. Pasien juga
mengaku seringkali merasa stress akibat kondisi perekonomian
keluarganya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaaan umum baik,
KesadaranCompos mentis, Tekanan darah170/ 100 mmHg, Frek. Nadi89
x/menit, Frek. Nafas23 x/menit .
Berdasarkan klasifikasi menurut JNC VII, pasien ini digolongkan pada
hipertensi grade II.Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah
sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan atau diastolik lebih
atau sama dengan 90 mmHg. Menurut The Joint National Committee on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-VII)

Klasifikasi TD Sistolik (mmHg) TD Diastolik (mmHg)

Normal < 120 < 80

11
Pre hipertensi 120-139 80-89

Grade I 140-159 90-99

Grade II ≥160 ≥100

Tabel 1. Klasifikasi hipertensi


3.2. Aspek Ilmu Kesehatan Masyarakat
Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan faktor-
faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Paradigma hidup sehat yang diperkenalkan oleh H.L. Bloom mencakup 4
faktor yaitu faktor genetik/biologis, faktor perilakuindividu atau
masyarakat, faktor lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan (jenis,
cakupan dan kualitasnya).
Pasien dianjurkan untuk melakukan pola hidup sehat dengan cara
mengurangi konsumsi garam yang berlebihan, makananSantan
danmulaidengancaramengganticarapengolahanmakanansecarakhusussayur
an, sepertidengancaradiolahkuahbeningdll. Selain itu, disarankan untuk
mengukur tekanan darah setiap bulan serta mengkonsumsi obat tekanan
darah secara teratur sehingga dapat mencegah progresifitas penyakit
menjadi lebih buruk atau menimbulkan komplikasi lebih
lanjut.Selainitujugaharusmulaimernerapkanpolahidupbebasdariasaprokok.
Berdasarkan kasus di atas, jika dilihat dari segi konsep kesehatan
masyarakat, maka ada beberapa yang menjadi faktor risiko yang
mempengaruhi derajat kesehatan hipertensi, yaitu:
1. Faktor genetik
Berdasarkan riwayatpenyakit keluarga, ayahdan ibu pasien
tidakmengalami keluhan serupa. Sehingga pada kasus ini faktor
genetik tidakberpegaruh pada pasien.
Menurut Davidson, bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka
sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang

12
tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke
anak-anaknya.
2. Faktor perilaku
Faktor Perilaku pada kasus ini adalah Pasien biasa mengkonsumsi
nasi, ikan (paling sering ikanpenjagaram), dan sayur (paling sering
kelor yang bersantan), namun jarang mengkonsumsi buah dan
sayurhijaulainnya. Pasienrajinpergibertanisebagaipenggantiolahraga.
Sehingga untuk menaggulangi kasus ini dari puskesmaskinovaro
melakukan kegiatan Promkes kepada para usialanjut yang memiliki
faktor resiko terhadap penyakit degeneratif serta pemberian
penyuluhan tentang apa saja yang harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya penyakit degeneratif terutama hipertensi dari segi makanan
dan olahraga.
Kebiasaan konsumsi garam lebih dari 3 gram perhari dapat
meningkatkan resiko terjadinya hipertensi, hal ini disebabkan sifat
garam yang menarik cairan di luar sel agar tidak keluar sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.5
Pola makan pada pasien dan keluarga yang sering makan makanan
yang digoreng dan bersantan merupakan salah satu faktor terjadinya
hipertensi. Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya
aterosklerosis, yang kemudian mengakibatkan peningkatan tahanan
perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat.5
Kondisi aktivitas fisik pasien tergolong cukup, pasien sehari-hari
beraktivitas sebagaipetanidengan begitu kebutuhan fisik dalam
berolahraga telah terpenuhi dengan aktivitas
tersebut.Selainitukebiasaanpasienmerokok yang tergolongsangat lama
yaitusejak 40 tahun yang lalu, merupakan factor
resikoterjadinyahipertensi.
Faktor perilaku lainnya yang dapat dinilai yaitu kurangnya kontrol
terhadap penyakit yang diderita oleh pasien.Berdasarkan anamnesis,
pasien tidakpernah kepuskesmas untuk datang kontrol dan mengambil

13
obat, pasien hanya melakukan pemeriksaan dan mendapatkan obat
dari posbindu, dikarenakanalasanlokasipuskesmas yang jauh.
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mendukung pada pasien ini adalah tingkat
pendidikan dan stress psikis. Masalah hipertensi sering timbul karena
ketidaktahuan atau kurangnya informasi yang memadai tentang
penyakit ini. Puskesmas telah rutin melakukan penyuluhan baik secara
masal ataupun edukasi perindividu mengenai penyakit yang sering
diderita khususnya hipertensi. Namun oleh karena pasien belum
merasakan keluhan yang bermakna maka anjuran mengenai
pencegahan komplikasi masih belum dilaksanakan secara maksimal
Kehidupan sosial pasien yang tinggal di daerah pegunungan yang
jauhakansumbermakanan lain terbiasa menjadikan makanan bersantan
seperti sayur kelor, makanan digoreng seperti ikanpenja asin, dan
kurangnya konsumsi sayuran dan buah-buahan pada setiap jamuan
makan membuat pasien semakin sulit untuk mengurangi konsumsi
makanan berlemak dan tinggi garam. Dalam hal ini, peran keluarga
sangat penting untuk memberi dukungan kepada pasien mengenai
menjaga kesehatan.
Tekanan darah telah dihubungkan dengan peningkatan stress,
menurut studi Framingham, sejumlah faktor psikososial seperti
masalah rumah tangga, tekanan ekonomi, stress harian, mobilitas
pekerjaan, ansietas dan kemaraha terpendam. Stress (ketegangan jiwa)
dapat merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memacu jantung
berdenyut lebih kuat sehingga dapat menimbulkan peningkatan
tekanan darah. Pada pasien ini stressor timbul saat memikirkan
kebutuhan hidup sehari-harinya, dimana pasien tergolong dalam
keluarga dengan taraf ekonomi mengenah ke bawah.
Dengan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai penyakitnya
dalam hal ini hipertensi, penderita akan terdorong untuk patuh dengan
pengobatan yang mereka jalani. Kegiatan penyuluhan dan penjelasan

14
secara langsung ketika pasien berobat di layanan kesehatan posbindu
harus dilakukan semakin sering untuk meningkatkan kesadaran pasien.
Pasien disarankan untuk mengikuti kegiatan – kegiatan luar yang dapat
mengalihkan perhatiannya pada hal – hal yang menyebabkan stress
psikisnya semakin berat, misalnya mengikuti kegiatan keagamaan, ikut
serta dalam kegiatan rekreasi, keterampilan, pengembangan hobi,
pertemuan kekeluargaan, dan lain-lain
4. Faktor pelayanan kesehatan
Dari segi pelayanan kesehatan terkait kinerja Puskesmas untuk
menanggulangi penyakit hipertensi mulai dari pelayanan di poli umum
puskesmas Kinovaro berupa pengobatan serta pasien dapat bertemu
langsung dengan dokter, selain itu terdapat program posbindu yang
bertugas memberikan pelayanan berupa pemeriksaan kesehatan ,
memberikan obat dan pemberian penyuluhan telah dianggap cukup
dalam penanggulangan penyakit
hipertensi.PuskesmasKinovaromemiliki Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) Usia lanjut yang dilaksanakan setiap bulan 1 kali. Serta
adanya kegiatan promotif dan preventif dilakukan melalui penyuluhan
tentang penyakit-penyakit degenaratif, gizi, kesehatan jiwa, olahraga
lansia, dan lain-lain.

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan atas pengamatan dan pemantauan dari kasus tersebut, dapat
ditarik kesimpulan bahwa :
1. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien, pasien
didiagnosis dengan hipertensi
2. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada
pasien, yaitu: faktor perilakudanfaktorlingkungan.

4.2 Saran
Berdasarkan dari kasus tersebut dapat diberikan saran berdasarkan Five
Level of Preventions sebagai berikut:
1. Promosi Kesehatan (health promotion)
a)lebih sering melakukan promosi kesehatan tentang penyakit hipertensi
serta dampak atau komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit
hipertensi, hal ini dapat dilakukan pada saat kegiatan posbindu ataupun
dipuskesmas.
b) Promosi kesehatan yang dapat mengubah pola pikir masyarakat bahwa
obat hipertensi harus diminum seumur hidup walaupun tidak merasakan
gejala, hal ini dapat dilakukan diposbindu, poliklinik puskesmas
ataupun dapat juga dilakukan seminar awam tentang penyakit
hipertensi.

2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit


tertentu(general and specific protection)
Merupakan suatu tindakan pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat
terhadap ancaman agen penyakit atau pembawa penyakit tertentu.

16
a) Memberikan informasi pada pasien tentang makan apa saja yang dapat
memicu naiknya tekanan darah seperti makanan yang mengandung
kadar garam tinggi.
b) Memberikan informasi pada pasien bahwa salah satu pemicu naiknya
tekanan darah adalah stres, sehingga pasien dapat menghindari hal-hal
yang dapat mebmuat stres baik di rumah, di tempat kerja ataupun
dilingkungan masyarakat lain.
c) Olahraga ringan teratur dapat merupakan salah satu solusi untuk
mencegah ataupun mengontrol tekan darah.
d) Untuk pasien dengan obesitas, mengurangi berat badan adalah salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah ataupun mengontrol
hipertensi.

3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt


treatment)
Merupakan tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan
melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat. Hal yang
dapat dilakukan adalah:
a) Melakukan skrining dengan memeriksa tekanan darah tidak hanya
pasien dengan faktor resiko seperti lansia tetapi semua pasien
sebaiknya diukur tekanan darahnya secera rutin.
b) Memberikan pengobatan yang tepat untuk mecapai terget tekanan
darah tertentu sesuai dengan guideline hipertensi.
c) Memberikan kemudahan untuk akses obat hipertensi, seperti
pemberian obat hipertensi satu bulan untuk meningkatkan kepatuhan
pasien untuk minum obat.

4. Membatasikecacatan (disability limitation)


Usaha ini dilakukan dengan pengobatan dan perawatan yang
sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat ( tidak terjadi
komplikasi ). Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan

17
tersebut tidak bertambah berat dan fungsi dari alat tubuh yang cacat ini
dipertahankan semaksimal mungkin. Hal yang dapat dilakukan adalah:
 Untuk penyakit hipertensi penyebab kecacatan terbesar adalah
stroke, untuk itu, cara yag dilakukan adalah sekali lagi dengan
merubah pola hidup dan pengobatan yang teratur untuk mencapai
tekanan darah yang terkontrol.

5. Pemulihan (rehabilitation)
Pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak menjadi
hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal
secara fisik, mental dan sosial. Hal yang dapat dilakukan adalah:
a) Untuk pasien yang sudah mengalami stroke, diberikan motivasi bahwa
dengan latihan fisik yang teratur dapat mengembalikan fungsi tubuh
yang terkena stroke walaupun tidak sempurna.
b) Dimasyarakat, dapat dibentuk suatu kegiatan khusus sebulan sekali
misalnya yang ditujukan bagi penderita stroke, misalnya senam
bersama, sekaligus dapat memotivasi para penderita stroke untuk
dapat pulih. Tentunya hal ini dibutuhkan dukungan dari msyrakat itu
sendiri.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes 2006.Pedoman Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit


Hipertensi. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Depkes RI.
2. Soenarta et al, Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit
Kardiovaskular. Pedoman PERKI. Jakarta. 2015.

3. Muchid et al, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Bina


Farmasi Kemenkes. Jakarta. 2006.

4. Puskesmas Kamonji. Profil Puskesmas Kamonji Tahun 2016. Puskesmas


Kamonji: Palu Barat. 2016

5. Vikrant S, Tiwan SC. 2015. Essentialhypertension – pathogenesis


&pathophysiology. JournalIndian Academy of ClinicalMedicine, 2(3):
140-161. From <http:// www.indian_journal.pdf> at 15 September 2018

19
DOKUMENTASI

Gambar 1.BerkunjungkerumahpasiendesaDoda, Kec.Kinovaro, Kab.Sigi.

Gambar 2.Melakukan Anamnesis secaralengkapkepadapasien yang berlokasi di


rumahpasien, desaDoda, Kec.Kinovaro, Kab.Sigi

20
21

Anda mungkin juga menyukai