Anda di halaman 1dari 44

Seorang Anak Lelaki dengan Kejang

Demam Sederhana, Tonsilofaringitis Akut,


dan Gizi Baik

Faraihun Bachmid, S.Ked


12 16 777 14 131
Pembimbing :

dr. Winarny Abdullah, Sp.A


dr. Achmad Yudha, Sp.A, M.Kes
PENDAHULUAN

Kejang demam adalah bangkitan kejang


yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rectal di atas 38’C) yang disebabkan oleh
suatu proses ekstrakranium.

Kejang demam merupakan kelainan


neurologis yang paling sering dijumpai
pada anak, terutama pada golongan umur
6 bulan sampai 4 tahun.
IDENTITAS

 Nama : An. A
 Jenis kelamin : Laki-laki
 TTL/Usia : 03–11- 2016 / 2 Tahun 10 bln
 Alamat : Tavanjuka
 Agama : Islam
 Waktu Masuk : 31 Agustus 2017
ANAMNESIS

 Keluhan Utama : Kejang


 Riwayat penyakit sekarang :

Pasien An.A masuk Rumah Sakit Umum Anutapura Palu


dengan keluhan kejang. Kejang dialami 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Ibu pasien mengatakan saat kejang suhu tubuh
anak panas, kejang kurang lebih berlangsung selama 3 menit
dan tidak berulang dalam 24 jam. Saat kejang badan kaku,
mata mengarah ke atas, lengan di tekuk, & tangan di kepal.
Setelah kejang pasien langsung sadar. Beberapa jam setelah
pasien masuk rumah sakit, pasien kembali mengalami kejang
dengan durasi dan sifat kejang yang hampir sama dengan
kejang sebelumnya.
 Sehari sebelum kejang pertama, pasien mengalami
demam. Saat pertama demam, pasien dibawa oleh ibunya
ke puskesmas terdekat. Di puskesmas, anak diberi obat
penurun panas dan antibiotik. Setelah minum obat,
demam sempat turun namun kembali naik. Selain itu,
pasien juga mengeluh nyeri menelan, batuk sekali-sekali,
dan tidak mengeluhkan adanya flu ataupun sesak napas.
Keluhan ini juga sudah dirasakan sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit. Nafsu makan pasien baik, BAB biasa
dengan warna BAB kuning kecoklatan dan tanpa darah,
BAK normal.
anamnesis

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien baru pertama kali di rawat di rumah sakit dan baru pertama
kali menderita hal seperti ini.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Ayah dan kakak pertama pasien memiliki riwayat kejang saat masih
kecil
Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
Saat hamil ibu rajin memeriksa diri ke dokter, ibu tidak pernah sakit
berat selama masa kehamilan, bayi lahir secara normal di Puskesmas
ditolong oleh bidan. Bayi lahir cukup bulan dengan berat badan lahir
3.300 gram, panjang badan lahir 47 cm, bayi lahir langsung
menangis. Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Riwayat Imunisasi :
Imunisasi dasar pasien lengkap dan sesuai pada waktunya.
Riwayat nutrisi :
Pasien mengonsumsi ASI dari lahir sampai usia 2 tahun. Pasien juga
mengonsumsi susu formula mulai dari usia 4 bulan. Pasien mulai
mengonsumsi makanan yang dimakan oleh keluarga sejak usia 12
bulan. Pasien makan 3 kali sehari dengan porsi 1/2 dari porsi dewasa
disertai lauk-pauk dan sayuran. Diantara makan besar diselingi
dengan makanan selingan seperti kue-kue ataupun biskuit.
Kesan : kualitas dan kuantitas nutrisi sesuai usia (baik).
Riwayat sosial ekonomi :
• Pasien tinggal serumah dengan kedua orang tua kandung beserta
kedua kakaknya.
•Ekonomi keluarga pasien termasuk dalam kelompok ekonomi
menengah.
•Lingkungan rumah merupakan lingkungan yang padat penduduk.
Pemeriksaan fisik
 Keadaan Umum : Sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis
 Berat Badan : 16 kg
 Tinggi Badan : 100 cm
 Status Gizi : Z-Score (Gizi Baik)
BB/U : 0 SD < Z Score < 2 SD (normoweight)
TB/U : 0 SD < Z score < 2 SD (normoheight)
BB/TB : 0 SD < Z Score < 1 SD (gizi baik)

Tanda Vital
 Laju nadi : 112 kali/menit reguler
 Laju respirasi : 28 kali/menit
 Suhu : 38,9o C
Pemeriksaan fisik

Kepala
 Bentuk : Normocephal
 Ubun-ubun besar : Tertutup
 Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
 Mata :
 Konjungtiva : Anemia -/-
 Sklera : Ikterik -/-
 Pupil : Isokor, RCL (+/+) RCTL (+/+)
Telinga : Othore (-)
Hidung : Rhinore (-), napas cuping hidung
(-)
Pemeriksaan fisik

Mulut :
 Mukosa buccal kering (-), bibir sianosis (-)
 Lidah kotor (-)
Tenggorok : Faring : Hiperemis (+)
 Tonsil : T2 /T2
Leher
 Kelenjar : Pembesaran parotis (-/-), getah bening (-)
 Kaku kuduk : tidak ada
 Lain-lain : pembesaran Tiroid (-/-)
Pemeriksaan fisik
THORAX
 Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (+)
 Palpasi : Vokal fremitus (+) ka=ki, massa (-), nyeri tekan (-)
 Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
 Auskultasi : Bunyi vesikular (+/+), Ronkhi (-), Wheezing (-)

Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi :Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V linea
midclavicula sinistra
 Perkusi : Batas jantung tidak melebar, Cardiomegali (-)
 Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler, bunyi
tambahan: murmur (-), gallop (-).
Pemeriksaan fisik
Abdomen
 Inspeksi : Dinding perut > dinding dada
 Auskultasi : Peristaltik (+)
 Perkusi : Tympani seluruh region abdomen (+)
 Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (-) turgor < 2detik, massa (-
), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genital : Dalam batas normal (+), fimosis (-), parafimosis (-)
Kelenjar : Pembesaran KGB (-)
Anggota gerak
 Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+),edema (-/-)
 Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+),edema (-/-)
Tulang-belulang : Tidak ada kelainan
Otot-otot : Eutrofi (+)
Reflex – reflex : Fisiologi (+), patologis (-)
Pemeriksaan fisik

 Anggota gerak :
Ekstremitas atas akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah akral hangat (+/+), edema (-/-)

 Otot-otot : Atrofi (-), Tonus otot baik


Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Leukosit 13,4 4,8 – 10,8

Eritrosit 4,2 4.7 – 6,1 juta/uL

Hemoglobin 11.6 14 – 18 g/dL

Hematokrit 31,7 42 - 52%

Trombosit 281 150 – 450 ribu


Resume
 Pasien An.A masuk Rumah Sakit Umum Anutapura Palu
dengan keluhan kejang. Kejang dialami 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Ibu pasien mengatakan saat kejang suhu tubuh
anak panas, kejang kurang lebih berlangsung selama 3 menit
dan tidak berulang dalam 24 jam. Saat kejang badan kaku,
mata mengarah ke atas, lengan di tekuk, & tangan di kepal.
Setelah kejang pasien langsung sadar. Esok harinya pasien
dibawa ke rumah sakit, beberapa jam setelah pasien masuk
rumah sakit, pasien kembali mengalami kejang dengan durasi
dan sifat kejang yang hampir sama dengan kejang sebelumnya.
Sehari sebelum kejang pertama, pasien mengalami demam.
Saat pertama demam, pasien dibawa oleh ibunya ke puskesmas
terdekat. Di puskesmas, anak diberi obat penurun panas.
Setelah minum obat, demam sempat turun namun kembali
naik. Selain itu, pasien juga mengeluh nyeri menelan, batuk
sekali-sekali, dan tidak mengeluhkan adanya flu ataupun sesak
napas.
Keluhan ini juga sudah dirasakan sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit. Nafsu makan pasien baik, BAB biasa dengan
warna BAB kuning kecoklatan dan tanpa darah, BAK normal.

 Pada pemeriksaan status gizi didapatkan berat badan: 16 kg,


panjang Badan: 100 cm, status gizi baik. Tanda vital denyut
nadi : 112 kali/menit reguler, suhu: 38,9oC, respirasi: 28
kali/menit. Pemeriksaan fisik didapatkan tonsil T2/T2
hiperemis (+). Pemeriksaan laboratorium : WBC 13.4 103/ µl,
RBC 4.2 106/µl, HGB 11,6 g/dl, HCT 31,7%, PLT 280 103/µl
DIAGNOSIS KERJA :
 Kejang demam sederhana
 Tonsilofaringtis akut
 Gizi baik

TERAPI
 IVFD KAEN 3B 13 TPM
 inj. Santagesic 80 mg/ 8 jam
 Inj. Ceftriaxon 500 mg/12j (skin test)
 Stesolid supp 10 mg
 Diazepam 5 mg 3x1 pulv (bila suhu > 38°C)
 Puyer batuk 3x1 (Ambroxol 8 mg, CTM 1 mg, Salbutamol 1 mg)
ANJURAN
 Pemeriksaan elektrolit
 Pemeriksaan gula darah sewaktu
 Pemeriksaan pungsi lumbal
Follow up
Hari/Tanggal: 1 September 2017

 Demam (+) , kejang (-), Batuk (+), flu (-), muntah (-), BAB (+) baik BAK
(+) lancer

 KeadaanUmum : Sakit Sedang


 Kesadaran : Compos Mentis
 Laju nadi : 108 x/menit, kuat angkat
 Laju respirasi : 26 x/menit
 Suhu : 37,7’C
Leher:
 Tonsil : T2/T2 hiperemis (+)
 Kelenjar getah bening : Pembesaran (- /-), nyeri tekan (-)
 Kelenjar Tiroid : Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
 KakuKuduk : (-)
Paru
 Inspeksi : Pergerakan paru simetris bilateral
 Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri
 Perkusi : Sonor +/+
 Auskultasi :Vesicular +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-

Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V arah medial
linea midclavicula sinistra
 Perkusi : Batas jantung normal, Cardiomegali (-)
 Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler, bunyi
tambahan : murmur (-), gallop (-).
Abdomen
 Inspeksi : Dinding perut > dinding dada
 Auskultasi : Peristaltik (+)
 Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen
 Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (-) turgor < 2
detik Massa (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Assesment :
 Kejang demam sederhana
 Tonsilofaringitis akut
 Gizi baik

Planning :
 Diet nasi lauk 1.600 kkal
 IVFD KAEN 3B 13 TPM
 Inj. Ceftriaxon 500 mg/12 jam
 Diazepam 5 mg 3x1 pulv (bila suhu > 38°C)
 Puyer batuk 3x1 (Ambroxol 8 mg, CTM 1 mg, Salbutamol 1
mg)
Follow up
Hari/Tanggal: 2 September 2017

 Demam (-) , kejang (-), Batuk (+), flu (-), muntah (-), BAB (+) BAK (+)
normal

 KeadaanUmum : Sakit Sedang


 Kesadaran : Compos Mentis
 Laju nadi : 100 x/menit, kuat angkat
 Laju respirasi : 28 x/menit
 Suhu : 36,6’ C
Leher:
 Tonsil : T2/T2 hiperemis (-)
 Kelenjar getah bening : Pembesaran (- /-), nyeri tekan (-)
 Kelenjar Tiroid : Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
 KakuKuduk : (-)
Paru
 Inspeksi : Pergerakan paru simetris bilateral
 Palpasi : Vocal Fremitus kanan = kiri
 Perkusi : Sonor +/+
 Auskultasi :Vesicular +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-

Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba pada SIC V arah medial
linea midclavicula sinistra
 Perkusi : Batas jantung normal, Cardiomegali (-)
 Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni reguler, bunyi
tambahan : murmur (-), gallop (-).
Abdomen
 Inspeksi : Dinding perut > dinding dada
 Auskultasi : Peristaltik (+)
 Perkusi : Bunyi timpani (+) diseluruh abdomen
 Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (-) turgor < 2
detik Massa (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Assesment :
 Kejang demam sederhana
 Tonsilofaringitis akut
 Gizi baik

Planning :
 Diet nasi lauk 1.600 kkal
 IVFD Ringer laktat 13 TPM
 Inj. Ceftriaxon 500 mg/12 jam
 Diazepam 5 mg 3x1 pulv (bila suhu > 38°C)
 Puyer batuk 3x1 (Ambroxol 8 mg, CTM 1 mg, Salbutamol 1
mg)
Diskusi

 Diagnosis pada kasus ini adalah Kejang Demam


Sederhana berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan
penunjang
 Menurut Livingstone (1954) Kejang demam sederhana
adalah kejang demam yang berlangsung singkat. Yang
digolongkan kejang demam sederhana adalah:
 Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
 Kejang berlangsung sebentar, tidak melebihi 15 menit.
 Kejang bersifat umum.
 Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
 Pemeriksaan neurologis sebelum dan sesudah kejang normal
 Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu
normal tidak menunjukkan kelainan.
 Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
 Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang
hasilnya disesuaikan dengan kriteria Livingston yang
telah dimodifikasi sebagai pedoman untuk membuat
diagnosis kejang demam sederhana. Dari anamnesa di
dapatkan pasien demam, usia 2 Tahun 10 bulan, kejang
didahului demam, kejang berlangsung satu kali selama 24
jam, kurang dari 5 menit, kejang umum, tonik-klonik,
kejang berhenti sendiri, pasien tetap sadar setelah kejang
Mekanisme Demam
Penyebab Demam

INFEKSI
 Virus
 Bakteri

NON-INFEKSI
 Alergi
 Trauma
 Auto-imun
 Tumbuh Gigi
Gejala
Patofisiologi
Penatalaksnaan

 Kejang berhenti sendiri


 Pakaian yg ketat dilonggarkan
 Jika muntah pasien dimiringkan
 Awasi tanda vital
 Jika demam kompres dan antipiretik

Diazepam
Intrarektal :0,5-0,75 mg/kgBB,
BB <10 kg : 5 mg,
BB >10 kg : 10 mg.

Diazepam intravena 0,2-0,5 mg/kgBB perlahan-lahan dengan


kecepatan 1-2 mg/menit dan dosis maksimal 20 mg.
 Jika kejang belum berhenti dengan pemberian diazepan
rektal, dapat di ulangi pemberian diazepam per rektal lagi
selang waktu 5 menit sebanyak 2 interval.
 Jika masih belum berhenti, bawa ke RS untuk diberi
diazepam intravena
 Jika kejang masih berlanjut ikuti tatalaksana Status
Epileptikus
Alogaritme kejang
Kejang Epilepsi Meningitis
demam Ensefalitis
Demam Pencetus Tidak ada Salah satu
kaitannya gejalanya
Kelainan (-) (+) (-)
otak
Kejang (-) (+) (+)
berulang
Penurunan (-) (-) (+)
kesadaran
Edukasi pada orang tua

 Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam umumya


mempunyai
prognosis baik.
 Memberitahukan cara penanganan kejang.
 Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang
kembali.
 Pemberian obat profilaksis untuk mencegah
berulangnya kejang
memang efektif, tetapi harus diingat adanya efek
samping obat.
 Pada kasus ini, infeksi yang menyebabkan timbulnya
demam kemungkinan berasal dari infeksi saluran
pernapasan akut bagian atas yaitu tonsilofaringitis akut
dikarenakan pasien mengeluhkan adanya demam dan
nyeri menelan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
dan pada pemeriksaan didapatkan pembesaran dari tonsil
serta faring yang hiperemis, Infeksi tonsil merupakan
salah satu penyebab tersering terjadinya kejang demam
Tonsilofaringitis merupakan peradangan pada tonsil atau faring ataupun
keduanya yang disebabkan oleh bakteri (seperti str. Beta hemolyticus,
str. Viridans, dan str. Pyogenes) dan juga oleh virus.

Untuk parameter dan nilai dari skor validasi adalah sebagai berikut:
 Demam :1
 Tidak batuk :1
 Adenopati servikal anterior : 1
 Pembengkakan tonsil :1
 Usia
 3-14 tahun :1
 15-45 tahun :0
 > 45 tahun :-1
Pada pasien ini didapatkan skor validasi 3, yaitu adanya demam,
pembengkakan tonsil dan usia, sehingga perlu diberikan antibiotik
Prognosis

Bonam
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai