Diravita Caroline
102013425
Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara Nomor 6, Jakarta 11510
cdiravita@yahoo.com
Pendahuluan
Sakit
kepala
dikemukakan
adalah
dalam
salah
praktek
suatu
ilmu
keluhan
penyakit
yang
saraf.
sering
Menurut
Anamnesis
dilakukanya
anamnesis
maka
70%
diagnosis
dapat
di
derita
pasien
pada
masa
lampau
yang
mungkin
sosial
mencakup
keterangan
mengenai
pekerjaan,
Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik yang didapat diantaranya:
-. Kesadaran : compos mentis
Pemeriksaan Penunjang
Pada
kasus
yang
dicurigai
migraine,
biasanya
hasil
bersangkutan.
Pemeriksaan
penunjang
yang
dilakukan
gambar penampang tubuh dalam hal ini kepala (CT Scan kepala). CT
scan ini dapat membantu dokter melihat penyebab sakit kepala
yang dapat dideteksi dengan CT scan seperti: Tumor otak abses
(infeksi otak), hidrosefalus (penumpukan abnormal cairan
cerebrospinal di otak), penyumbatan Sinus (Sinusitis), cedera
kepala, dan aneurisma atau pendarahan di otak.
EEG (Elektroensefalogram)
Elektroensefalogram (EEG) adalah alat untuk merekam aktivitas
elektrik di sepanjang kulit kepala. EEG mengukur fluktuasi tegangan
yang dihasilkan oleh arus ion di dalam neuron otak. Dalam konteks
klinis, EEG mengacu kepada perekaman aktivitas elektrik spontan
dari otak selama periode tertentu, biasanya 20-40 menit, yang
direkam dari banyak elektroda yang dipasang di kulit kepala. EEG ini
dapat mengidentifikasi suatu malfungsi saraf otak, tetapi tidak
dapat menunjukkan secara tepat masalah yang menyebabkan suatu
sakit kepala.
Diagnosis Banding
1. Aneurysma
Aneurisma adalah dilatasi pembuluh darah otak yang berisi darah yang
disebabkan oleh kelemahan dari dinding pembuluh darah dan juga menghilangnya
dua lapisan pembuluh darah yaitu tunika media dan tunika intima. Aneurisma yang
berkembang karena dorongan dan tarikan terus menerus oleh tekanan darah terhadap
dinding arteri, disebut kekuatan hemodinamik. Tempat 1 titik kelemahan pada dinding
arteri akan menghasilkan penonjolan keluar yang diakibatkan dari tekanan aliran
darah membentuk suatu sakulus (kantung). Aneurisma itu sendiri dapat terjadi di
semua arteri pada tubuh. Dinding pembuluh darah pada aneurisma biasanya menjadi
lebih tipis dan lebih mudah pecah. Sebagian besar orang dengan aneurisma otak tidak
mengalami gejala sebelum serangan pecah. Pecah itu terjadi tiba-tiba. Hingga 40%
orang mengalami 'sakit kepala sentinel ' beberapa hari hingga minggu sebelum pecah
dan ini dianggap sebagai 'gejala peringatan kebocoran '. Pada saat aneurisma pecah,
berikut ini mungkin terjadi:
5
-. Serangan seketika sakit kepala hebat (seringkali digambarkan sebagai sakit kepala
"terburuk" dalam kehidupan mereka
-. Kekakuan leher
-. Mual dan muntah
-. Kecacatan penglihatan dan bicara
-. Mati rasa dan kelemahan bagian tubuh apapun
-. Kejang
-. Sensitivitas terhadap cahaya
-. Kehilangan kesadaran
2. Arteriovenous malfunction
Malformasi arterio-vena merupakan kelainan intrakranial yang relatif jarang tetapi
lesi ini semakin sering ditemukan. Umumnya, lesi yang terjadi akibat kelainan
kongenital ini muncul dan dikenali setelah terdapat perdarahan. Akan tetapi, seiring
dengan berkembangnya teknologi kedokteran, lesi malformasi arterio- vena (AVM)
semakin sering ditemukan.2
Arterio-Venous Malformation (AVM) atau malformasi pada pembuluh darah arteri
dan vena dengan banyak pirau yang saling berhubungan tanpa pembuluh darah
kapiler sehingga rentan terjadi penyumbatan di otak. AVM merupakan kelainan
kongenital atau bawaan lahir yang jarang terjadi namun berpotensial memberikan
gejala neurologi yang serius apabila terjadi pada vaskularisasi otak dan bahkan
berisiko menimbulkan kematian. 2
Penyakit AVM umumnya adalah penyakit yang tidak menunjukkan gejala apapun dan
baru diketahui setelah terjadi perdarahan intrakranial atau subarahnoid. Penyakit ini
biasanya memberikan gejala berupa sakit kepala dan kejang tanpa sebab. 1AVM dapat
dideteksi dengan pemeriksaan penunjang yang canggih seperti angiografi. Angiografi
adalah teknik pemeriksaan pencitraan pembuluh darah. Angiografi dapat dilakukan
dengan tiga metode yaitu dengan kateterisasi dengan x- ray, CT scan dan yang
terakhir adalah dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Semakin canggih
teknologi yang dipakai semakin aman dan tidak invasive dan lebih sensitif. Teknik
angiografi dengan alat MRI dikenal dengan MRA yaitu magnetic Resonance
Angiography. Teknik ini menggunakan medan magnet untuk menggambarkan
pembuluh darah dan dapat dilakukan tanpa menggunakan kontras. 2
minimal
mempunyai
dua
karakteristik
berikut
ini:3
Lokasi unilateral
Kuafitas berdenyut
Intensitas sedang sampai berat yang menghambat aktivitas sehari-hari.
Diperberat dengan naik tangga atau aktivitas fisik rutin.
Selama nyeri kepala, minimal satu dari gejala berikut muncul:
Mual dan atau muntah
Fotofobia dan fonofobia
Minimal terdapat satu dari berikut:
Riwayat dan pemeriksaan fisik tidak mengarah pada kelainan lain.
Riwayat dan pemeriksaan fisik mengarah pada kelainan lain, tapi telah disingkirkan
dengan pemeriksaan penunjang yang memadai (misal: MRI atau CT Scan kepala)
Diagnosa Kerja
Migraine with Aura
Migrain adalah serangan nyeri kepala berulang, dengan karakteristik lokasi
unilateral, berdenyut dan frekuensi, lama serta hebatnya rasa nyeri yang beraneka
ragam.4,5,6 Blau mengusulkan definisi migrain sebagai berikut nyeri kepala yang
berulang-ulang dan berlangsung 2-72 jam dan bebas nyeri antara serangan nyeri
kepalanya harus berhubungan dengan gangguan visual atau gastrointestinal atau
keduanya.4
Aura ialah gejala fokal neurologi yang komplek dan dapat timbul sebelum,
pada saat atau setelah serangan nyeri kepala6
- Terdiri dari empat fase yaitu: fase prodromal, fase aura, fase nyeri kepala dan fase
postdromal
- Aura dengan minimal 2 serangan
- Terdapat minimal 3 dari 4 karakteristik sebagai berikut :
Satu gejala aura atau lebih mengindikasikan disfungsi CNS fokal (misal: vertigo,
tinitus, penurunan pendengaran, ataksia, gejala visual pada hemifield kedua mata,
disartria, diplopia, parestesia, paresis, penurunan kesadaran)
Gejala aura timbul bertahap selama lebih dari 4 menit atau dua atau lebih gejala
aura terjadi bersama-sama Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari 60
menit; bila lebih dari satu gejala aura terjadi, durasinya lebih lama
Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan interval bebas nyeri kurang dari 60
menit, tetapi kadang-kadang dapat terjadi sebelum aura.
- Sekurang-kurangnya terdapat satu dari yang tersebut dibawah ini :
Riwayat dan pemeriksaan fisik tidak mengarah pada kelainan lain.
Riwayat dan pemeriksaan fisik mengarah pada kelainan lain, tapi telah disingkirkan
dengan pemeriksaan penunjang yang memadai (mis: MRI atau CT Scan kepala)
Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti faktor penyebab migrain, diduga
sebagai gangguan neurobiologis, perubahan sensitivitas sistim saraf dan avikasi
sistem trigeminal-vaskular, sehingga migren termasuk dalam nyeri kepala primer.
Diketahui ada beberapa faktor pencetus timbulnya serangan migraine yaitu: 7
1. Menstruasi
Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya perubahan
hormonal. Beberapa wanita yang menderita migren merasakan frekuensi serangan
akan meningkat saat masa menstruasi. Bahkan ada diantaranya yang hanya merasakan
8
serangan migrain pada saat menstruasi. Istilah menstrual migraine sering digunakan
untuk menyebut migrain yang terjadi pada wanita saat dua hari sebelum menstruasi
dan sehari setelahnya. Penurunan kadar estrogen dalam darah menjadi penyebab
utama terjadinya migrain.
2. Kafein
Kafein terkandung dalam banyak produk makanan seperti minuman ringan,
teh, cokelat, dan kopi. Kafein dalam jumlah sedikit akan meningkatkan kewaspadaan
dan tenaga, namun bila diminum dalam dosis yang tinggi akan menyebabkan
gangguan tidur, lekas marah, cemas dan sakit kepala
3. Puasa dan terlambat makan
Puasa dapat mencetuskan terjadinya migrain oleh karena saat puasa terjadi
pelepasan hormon yang berhubungan dengan stress dan penurunan kadar gula darah.
Hal ini menyebabkan penderita migrain tidak dianjurkan untuk berpuasa dalam jangka
waktu yang lama.
4. Makanan
Misalnya alkohol, coklat, susu, keju dan buah-buahan. Cokelat dilaporkan sebagai
salah satu penyebab terjadinya migrain, namun hal ini dibantah oleh beberapa studi
lainnya yang mengatakan tidak ada hubungan antara cokelat dan sakit kepala migrain.
Anggur merah dipercaya sebagai pencetus terjadinya migrain, namun belum ada
cukup bukti yang mengatakan bahwa anggur putih juga bisa menyebabkan migrain.
Tiramin (bahan kimia yang terdapat dalam keju, anggur, bir, sosis, dan acar) dapat
mencetuskan terjadinya migrain, tetapi tidak terdapat bukti jika mengkonsumsi
tiramin dalam jumlah kecil akan menurunkan frekuensi serangan migrain. Penyedap
masakan atau MSG dilaporkan dapat menyebabkan sakit kepala, kemerahan pada
wajah, berkeringat dan berdebar debar jika dikonsumsi dalam jumlah yang besar pada
saat perut kosong. Fenomena ini biasa disebut Chinese restaurant syndrome.
Aspartam atau pemanis buatan yang banyak dijumpai pada minuman diet dan
makanan ringan, dapat menjadi pencetus migren bila dimakan dalam jumlah besar dan
jangka waktu yang lama.
5. Cahaya kilat atau berkelip
Cahaya yang terlalu terang dan intensitas perangsangan visual yang terlalu
tinggi akan menyebabkan sakit kepala pada manusia normal. Mekanisme ini juga
berlaku untuk penderita migrain yang memiliki kepekaan cahaya yang lebih tinggi
daripada manusia normal. Sinar matahari, televisi dan lampu disko dilaporkan sebagai
sumber cahaya yang menjadi faktor pencetus migren.
6. Psikis
Baik pada peristiwa duka ataupun pada peristiwa bahagia (stress)
7. Banyak tidur atau kurang tidur
Gangguan mekanisme tidur seperti tidur terlalu lama, kurang tidur, sering
terjaga tengah malam, sangat erat hubungannya dengan migrain dan tension
headache, sehingga perbaikan dari mekanisme tidur ini akan sangat membantu untuk
mengurangi frekuensi timbulnya migrain. Tidur yang baik juga dilaporkan dapat
memperpendek durasi serangan migrain.
8. Faktor herediter
9. Faktor kepribadian
Epidemiologi
Migrain terjadi hampir pada 30 juta penduduk Amerika Serikat dan 75%
diantaranya adalah wanita. Migrain dapat terjadi pada semua usia tapi biasanya
muncul pada usia 10-40 tahun. Dan angka kejadiannya menurun pada usia 50 tahun.
Migrain tanpa aura lebih sering dibandingkan migrain yang disertai dengan aura
presentasi 9:1. Resiko terkena migrain akan semakin besar pada orang yang
mempunyai riwayat keluarga penderita migrain
Gejala Klinik
Jenis nyeri kepala berdenyut-denyut adalah khas untuk menunjukan nyeri
kepala vaskuler, selain itu terasa tertusuk-tusuk atau kepala mau pecah. Migren
merupakan nyeri kepala episodik berlangsung selama 5 20 jam tetapi tidak lebih
dari 72 jam. Puncak nyeri 1-2 jam setelah awitan dan berlangsung 6 36 jam. Waktu
10
terjadinya migrain dapat muncul sewaktu-waktu baik siang maupun malam, tetapi
sering kali mulai pada pagi hari.
Lokasi migrain sering bersifat unilateral (satu sisi) biasanya pada daerah
frontal, temporal, namun suatu saat dapat menyeluruh. Nyeri berdenyut dari migrain
sering ditutupi oleh perasaan nyeri yang bersifat terus menerus.
Gejala yang menyertai migrain adalah
- Mual, muntah, dan anoreksia
- Gejala visual baik yang positif dan negatif
- Gejala hemiferik (hemiparesis, parestesia, gangguan berbahasa, gangguan batang
otak seperti vertigo, disartria, ataksia dan diplopia)
- Kuandriparesis
Aktivitas bekerja memperberat terjadinya migrain.
Migrain mereda apabila dipakai untuk istirahat, menghindari cahaya dan tidur.
Migrain merupakan suatu penyakit kronis, bukan sekedar sakit kepala. Secara umum
terdapat 4 fase gejala, meskipun tak semua penderita migrain mengalami keempat
fase ini. Keempat fase tersebut yaitu :9
a. Fase Prodromal
Fase ini terdiri dari kumpulan gejala samar / tidak jelas, yang dapat
mendahului serangan migrain. Fase ini dapat berlangsung selama beberapa jam,
bahkan dapat 1-2 hari sebelum serangan. Gejalanya antara lain:
Psikologis : depresi, hiperaktivitas, euforia (rasa gembira yang berlebihan), banyak
bicara (talkativeness), sensitif / iritabel, gelisah, rasa mengantuk atau malas.
Neurologis : sensitif terhadap cahaya dan/atau bunyi (fotofobia & fonofobia), sulit
berkonsentrasi, menguap berlebihan, sensitif terhadap bau (hiperosmia)
Umum : kaku leher, mual, diare atau konstipasi, mengidam atau nafsu makan
meningkat, merasa dingin, haus, merasa lamban, sering buang air kecil.
b. Aura
11
Umumnya gejala aura dirasakan mendahului serangan migrain. Secara visual, aura
dinyatakan dalam bentuk positif atau negatif. Penderita migrain dapat mengalami
kedua jenis aura secara bersamaan. Aura positif tampak seperti cahaya berkilauan,
seperti suatu bentuk berpendar yang menutupi tepi lapangan pengelihatan. Fenomena
ini disebut juga sebagai scintillating scotoma (scotoma = defek lapang pandang).
Skotoma ini dapat membesar dan akhirnya menutupi seluruh lapang pandang. Aura
positif dapat pula berbentuk seperti garis-garis zig-zag, atau bintang-bintang. Aura
negatif tampak seperti lubang gelap/hitam atau bintik-bintik hitam yang menutupi
lapangan pengelihatannya. Dapat pula berbentuk seperti tunnel vision; dimana lapang
pandang daerah kedua sisi menjadi gelap atau tertutup, sehingga lapang pandang
terfokus hanya pada bagian tengah (seolah-seolah melihat melalui lorong).10
Beberapa gejala neurologis dapat muncul bersamaan dengan timbulnya aura. Gejalagejala ini umumnya gangguan bicara, kesemutan, rasa baal, rasa lemah pada lengan
dan tungkai bawah, gangguan persepsi penglihatan seperti distorsi terhadap ruang an
kebingungan (confusion).10
c. Fase Serangan
Tanpa pengobatan, serangan migrain umumnya berlangsung antara 472 jam. Migrain yang disertai aura disebut sebagai migrain klasik. Sedangkan migrain
tanpa disertai aura merupakan migrain umum (common migraine). Gejala-gejala yang
umum adalah:10
Nyeri kepala satu sisi yang terasa seperti berdenyut-denyut atau ditusuk-tusuk. Nyeri
kadang-kadang dapat menyebar sampai terasa di seluruh bagian kepala
Nyeri kepala bertambah berat bila melakukan aktivitas
Mual, kadang disertai muntah
Gejala gangguan pengelihatan dapat terjadi
Wajah dapat terasa seperti baal / kebal, atau semutan
Sangat sensitif terhadap cahaya dan bunyi (fotofobia dan fonofobia)
Wajah umumnya terlihat pucat, dan badan terasa dingin
12
Terdapat paling tidak 1 gejala aura (pada migrain klasik), yang berkembang secara
bertahap selama lebih dari 4 menit. Nyeri kepala dapat terjadi sebelum gejala aura
atau pada saat yang bersamaan.
d. Fase Postdromal
Setelah serangan migren, umumnya terjadi masa prodromal, dimana pasien
dapat merasa kelelahan (exhausted) dan perasaan seperti berkabut.10
Patofisiologi
Pembuluh darah otak dipersarafi oleh serat-serat saraf yang mengandung.
substansi P (SP), neurokinin-A (NKA) dan calcitonin-gene related peptid (CGRP).
Semua ini berasal dari ganglion nervus trigeminus sesisi SP, NKA. dan CGRP
menimbulkan pelebaran pembuluh darah arteri otak. Selain ltu, rangsangan oleh
serotonin (5hydroxytryptamine) pada ujung-ujung saraf perivaskular menyebabkan
rasa nyeri dan pelebaran pembuluh darah sesisi.3
Seperti diketahui, waktu serangan migrain kadar serotonin dalam plasma meningkat.
Dulu dianggap bahwa serotoninlah yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah
pada fase aura. Pemikiran sekarang mengatakan bahwa serotonin bekerja melalui
sistem trigemino-vaskular yang menyebabkan rasa nyeri kepala dan pelebaran
pembuluh darah. Obat-obat anti-serotonin misalnva cyproheptadine dan pizotifen
bekerja pada sistem ini untuk mencegah migrain.3
Penatalaksanaan
a. Terapi Medikamentosa
Tabel 1. Penatalaksanaan Nonspesifik Migrain Akut menurut The U.S.
Headache Consortium 10
Medikasi
Dosis
Efektivitas
Analgetik/NSAIDs
Aspirin
13
Ibuprofen
Naproxen Sodium
4. Ketorolac
50-150mg IM atau IV
14
Prochlorperazine
acetaminophen,
dichloralphenazone
per bulan
Batas penggunaan 2 hari seminggu
Dosis
Efektivitas
Derivat Ergotamin
Ergotamine
(cafergot)
15
Triptan
Sumatripan
b. Terapi Nonmedikamentosa
16
Prognosis
Migrain adalah suatu kondisi kronis, namun remisi berkepanjangan yang
umum. Keparahan dan frekuensi serangan migrain cenderung berkurang dengan
bertambahnya usia. Setelah 15 tahun dari terkena migrain, sekitar 30% pria dan 40%
wanita tidak lagi memiliki serangan migrain. Oleh karena itu, prognosisnya baik bila
ditangani dengan benar.
Kesimpulan
Migraine adalah nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 472 jam. Karekteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau
berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan nausea
dan/atau fotofobia dan fonofobia. Migraine secara umum dibagi menjadi 2 yaitu
17
migraine klasik dan migraine umum dimana migraine umum 5 kali lebih sering
terjadi daripada migraine klasik. Migraine dapat dipicu oleh keadaan kurang
tidur, stress, perubahan pola makan, setelah makan makanan tertentu, akibat
perubahan suhu, dan sebagainya. Penatalakasanaan migraine mencakup
penatalaksanaan abortif dan profilaktif, baik secara medikamentosa dan nonmedikamentosa. Tujuan dari tatalaksana migraine adalah untuk meredakan
serangan migraine serta mencegah serangan yang berikutnya atau menurunkan
frekuensi kekambuhan. Obat pilihan dalam terapi abortif untuk saat ini adalah
golongan triptan, seperti sumatriptan. Sedangkan untuk terapi profilaktif dapat
digunakan golongan beta-blocker, calcium channel blocker, antidepresan, dan
antikonvulsan.
Daftar Pustaka
1. Gleadle, Jonathan. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta:
Erlangga; 2003. h. 150-1
2. Rustam AS., Charles W., 2001. A Systematic Review of The Frequency and
Prognosis of Arteriovebous Malformation of he Brain in Adults. Brain 124:
1900-26
3. Wibowo S., Gofir A. 2001. Farmakologi dalam Neurologi.
Salemba Medika. Jakarta
4. Harsono. 2005. Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua.
Gajahmada University Press. Yogyakarta
5. Purnomo H. 2006. Migrainous Vertigo. Dalam Kumpulan
Makalah Pertemuan Ilmiah Nasional II Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia. Airlangga University Press. Surabaya
6. Cady RK. Diagnosis and treatment of migraine. Clin Cornerstone 1999;1:2132
7. Moore KL, Noble SL. Drug treatment of migraine: part I. Acute therapy and
drug-rebound headache. Am Fam Physician 1997;56: 2039-48
8. Zuraini, Yuneldi anwar, Hasan Sjahrir. 2005. Karakteristik Nyeri
Kepala Migren dan Tension Type Headeche Di Kotamadya
Medan, Neurona, Vol 22 No. 2
18
Neurology. Neurology
2000;55:754-62
10. Dooley M, Faulds D. Rizatriptan: a review of its efficacy in the management
of migraine. Drugs 1999;58:699-723
11. Lipton RB, Stewart WF, Stone AM, Lainez MJ, Sawyer JP. Stratified care vs
step care strategies for migraine: the Disability in Strategies of Care (DISC)
Study: a randomized trial. JAMA 2000;284:2599-605
19