Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Genetika disebut juga ilmu keturunan. Berasal dari kata genos (Bhs.
Latin), artinya suku-bangsa atau asal-usul. Dalam ilmu ini dipelajari
bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu, serta
variasi yang mungkin timbul didalamnya. Genetika perlu dipelajari agar kita
dapat mengetahui sifat-sifat keturunan kita sendiri dan makhluk hidup yang
berada di lingkungan kita. (Yatim, 1983)
Perubahan gen atau yang disebut mutasi gen, hanya dapat diketahui
dengan analisis

genetik, tetapi perubahan gen juga dapat dilihat dari

penampilan (fenotipe) yang akan terlihat pada kasus penyakit tertentu.


Kadang-kadang diagnosis penyakit gen,

dapat juga dilakukan dengan

penelusuran keturunan, dimana bila salah satu atau beberapa keturunannya


akan mengalami nasib yang sama. Beberapa jenis penyakit genetika dapat
timbul secara spontan dan kadang tidak diturunkan, tetapi ada juga perubahan
genetic spontan dapat diturunkan keanak cucunya. Mutasi gen yang
disebabkan oleh terjadinya gangguan proses pembuahan maupun karena
pengaruh lingkungan, menyebabkan ketidaknormalan sistem fisiologis tubuh
bagi individu yang mengalaminya yang berakibat terjadinya penyakit genetik.
Salah satu penyakit genetik yang dimaksud adalah penyakit albino.(Darmono,
2012)
Genetika

modern

memungkinkan

seseorang

menelusuri

garis

keturunan, sehingga dapat menemukan berbagai resep genetik yang


tersembunyi di dalam tubuh manusia dan semua makhluk hidup. Resep
genetik tersebut dapat mengungkap sejarah biologis seseorang. Tiap sel
mengandung resep genetik yang identik. Pada tahap awal kehidupan, sel-sel
dalam embrio belum terdiferensiasi. Namun, seiring dengan membelahnya

sel, sel-sel tersebut mulai memiliki fungsi yang berbeda, dan membentuk
jaringan yang berbeda yang akan tersusun menjadi organisme utuh dan
sempurna. (Brookes, 2005)
Penyakit genetik (menurun) memiliki ciri-ciri antara lain tidak dapat
disembuhkan, tidak menular, dan biasanya dikendalikan oleh gen resesif.
Biasanya alel-alel gen resesif akan hadir dalam homozigot resesif yang
menyebabkan penyakit genetika. Namun, adapula individu heterozigot yang
memiliki alel resesif berbahaya yang tidak muncul secara fenotipik karena
tertutupi oleh alel dominan normal, kondisi ini disebut pembawa (carrier).
Penyakit genetika ada yang terpaut seks, adapula yang tidak terpaut seks.
(Elrod dan Stansfield, 2007)
Pewarisan penyakit atau kelainan gen dapat berasal dari gen resesif dan
gen dominan. Pada pewarisan penyakit / kelainan pada gen resesif dari orang
tua terhadap anak atau bayi , berasal dari kedua orang tua yang pada dasarnya
kelihatan normal, tetapi tanpa menyadari bahwa sebetulnya membawa gen
penyakit genetik yang sama. Biasanya anak yang mewarisi gen dari kedua
orang tuanya mendapat penyakit atau kelainan genetik yang berat. Bahkan
penyakit

penyakit

keturunan

resesif

cenderunng

dan

seringkali

menyebabkan kematian dini. Beerbeda dengan penyakit penyakit keturunan


dominan yanng sering memperlihatkan gejala gejala ringan atau lambat dan
mungkin tidak menggangu kapasitas reproduksi. (Rujito,2010)
Sekarang ini banyak sekali ditemukan penyakit genetika di masyarakat,
misalnya buta warna, diabetes, hemofilia, albino dan lain-lain. Albino
termasuk penyakit genetika yang sering ditemui di masyarakat dan menjadi
buah bibir masyarakat luas. Dewasa ini banyak terdapat mitos-mitos yang
salah tetapi sangat dipercaya oleh masyarakat mengenai albino. Penderita
albino sering diasingkan, dicemooh dan bahkan terkadang dia tidak
mempunyai teman karena kelainan pada dirinya. Makalah ini akan

membicarakan

mengenai

seluk-beluk

albino

dan

berusaha

untuk

menghilangkan mitos yang ada dalam masyarakat.


B. Rumusan Masalah
1. Definisi dari albino?
2. Faktor Penyebab albino?
3. Bagaimana ciri seorang yang terkena albino?
4. Pembagian albino?
5. Bagaimana cara penanganan albino?
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang albino
2. Mengetahui penyebab albino
3. Mengetahui ciri-ciri seseorang yang terkena albino
4. Mengetahui klasifikasi albino
5. Mengetahui carapenanganan albino

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi albino
Kata albino berasal dari albus, artinya putih. Karena tidak ada
pigmen melanin di kulit, mata dan bulu. Sering jadi korban kanker kulit.
Karena selaput pigmen mata kurang atau tidak mengandung pigmen
sama sekali, maka mata itu sakit melihat di tempat yang terang
benderang. (Yatim, 1983)
Frekuensi albino di dunia 1:20.000, paling banyak terdapat pada
suku Indian di Panama 7:1.000 tiap kelahiran. Di Amerika Serikat 1 :
10.000. Perancis dan Rusia 1 : 100.000. Orang carrier albino di
masyarakat sekitar 1 : 70 penduduk. Banyak orang albino yang tidak
dapat hidup sampai dewasa, gagal kawin dan berketurunan. Kalau kawin
sedikit anak. Lagi pula mereka memiliki angka kematian yang tinggi dan
kurang fertile. Turunnya frekuensi alel albino di mayarakat diimbangi
dengan sangat labilnya gen pigmentasi untuk itu sehingga alel albino
baru terus bertambah mengimbangi yang susut oleh kematian. (Yatim,
1983)
B. Penyebab Albino
Setiap makhluk hidup membawa salinan dari setiap gen, satu dari
ibu dan satu dari ayah, keunikan masing- masing untuk warisan
keluarganya. Gen mereka menentukan karakteristik, seperti warna mata,
bentuk tubuh, jenis rambut, dan tinggi. Kode genetic ini memutuskan
sebagian besar atribut fisik yang membuat seorang individu yang unik.
Ketika kedua salinan dari gen memerintahkan tubuh untuk menghasilkan
pigmen yang disebut melanin.

Ketika kedua salinan gen memblokir

produksi melanin, manusia memiliki ciri-ciri albinisme. Ketika salah satu


salinan gen mengatakan "ya" untuk melanin (gen dominan) dan yang lain
mengatakan"tidak", manusia akan terlihat seperti orang lain dalam

spesiesnya, tetapiakan "membawa" gen resesif untuk menghasilkan bayi


albino. Sebuah gen resesif adalah seperti sebuah kunci rahasia tersimpan
dalam kode genetik.
Albinisme adalah suatu kondisi di mana pigmen eksternal gagal
untuk mengembangkan, sehingga orang tersebut memiliki kulit terang,
rambut putih dan mata merah muda. Albinisme disebabkan oleh alel
resesif (a) sehingga hanya akan memberi efek dalam keadaan homozigot
(aa). Alel untuk kulit normal (A) adalah dominan.genotipe orang normal
karena itu AA atau Aa, dan dari aa albino. Mari kita bayangkan bahwa
pasangan fenotipik normal memiliki seorang anak albino. Agar hal ini
terjadi anak jelas harus aa, dan kedua orang tua harus heterozigot (Aa).
Dengan kata lain orang tua, meskipun tidak sendiri albino, membawa gen
albino, dengan alasan ini mereka dikenal sebagai pembawa (carrier).
C. Proses Penurunan Sifat

Gambar skematis penurunan sifat albino pada silsilah keluarga

(Nelson, 1986)

Gambar skematis penurunan sifat albino

Apabila kedua oranng tua yang kelihatan normal, tetapi merupakan pembawa
(carrier) suatu sifat resesif albino, maka keturunannya kemungkinan 25% (1 dari 4
anak) untuk

menderita penyakit genetik, 25% tidak mewarisi gen pembawa

penyakit, sedangkan 50% (2 dari 4 anak) lainnya mewarisi hanya 1 gen pembawa
penyakit (carrier). Seorang pembawa gen (carrier) secara klinis terlihat normal
seperti kedua orang tuanya. Kemungkinan mewarisi suatu kelainan resesif
berambah besar apabila kedua orang tua mempunyai pertalian darah
(consanguineous marriage).

Dalam kehiduapan sehari-hari sering dijumpai masalah penurunan sifat


pada albino. untuk mengetahui itu bisa mengidentifikasikannya melalui
persilangan, baik dalam keluarga maupun populasi.
Keluarga
Sepasangsuamiistri yang normal tapikarieruntuk albino
menikahdanmempunyai 3 orang anak.
Berapakahkemungkinananakpertamanyaperempuan normal,
dananakkeduadanketiganyalaki-laki albino?
Genotipkedua orang tuanyaAa, diagram persilangannyasbb:
Bila orang orang normal karier albino
menikahmakahasilnyasebagaiberikut:
P

Aa

Normal

Aa
Normal

AA(normal)

Aa (normal)

Aa(normal)

aa (albino)

Gamet : A,a

gamet : A,a

a. Anakpertamaperempuan normal : K( ) K (normal) ,


sehinggakemungkinananak I perempuan normal= x = 3/8
b. Anakkedualaki-laki albino : K () = , K(aa) =
,sehinggakemungkinananakkedualaki-laki albino = K (I) = 3/8 x
1/8 = 3/64
c. Anakketigalaki-laki albino : K (I)x K(II) x K(III) = 3/8 x 3/64 x 1/8
= 9/4096

Populasi

Dalamsatupopulasi 1000 orang terdapat 50 orang menderita albino


(aa). Tentukanperbandiganantarahomozigotdominan (AA), heterozigot
(Aa),

danhomozigotresesif

(aa)

yang

menunjukkanpopulasiseimbangmenurut Hardy-Weinberg!
Frekuansi gen albino: p2 + 2pq + q2 = 1
Dimana, p2

: homozigotdominan

2pq :heterozigot
q2

: homozigotresesif

Diketahui q2 = 50, maka q = 50 = 0,05


Untukmencarihomozigotdominan:
P2

=1 q

= 1 0,05
= 0,95
P2 + 2pq + q2 = 1
(0,95)2 + 2 (0,95 x 0,05) + (0,05)2 = 1
0,9025 + 0,095 + 0,0025 = 1
Populasiseimbangdapatdicaridenganmenggunakanrumus Hardy-Weinberg
berikut:
H2 = 4DR
dimana H2 = 2pq (heterozigot)

D = p2 (homozigotdominan)
R = q2 (homozigotresesif)
Berdasarkanhasilperhitunganfrekuensi

gen

albino

di

atas,

makadapatdiperolehkeseimbangangennyaadalahsebagaiberikut:
Diketahui H2 = 2pq = 0,095
D = p2 = 0,9025
R = q2 = 0,0025
H2 = 4DR
(0,095)2 = 4 (0,9025) (0,0025)
0,009025 = 4 (0,0022563)
0,009025 = 0,009025 (frekuensiseimbang)
D. Ciri - ciri Albino
Albino merupakan kelainan yang terjadi pada warna kulit dan
organ tubuh lainnya, disebabkan tubuh seseorang tidak mampu
membentuk enzim pengubah asam amino tirosin menjadi beta 3,4
dihidroksi fenilalanin yang selanjutnya akan diubah menjadi pigmen
melanin. Karena kegagalannya memproduksi pigmen melanin maka
penderita albino memiliki ciri-ciri yang sangat mudah dilihat, yaitu :
1. Kulit dan rambut secara abnormal putih susu atau putih pucat
2. Memiliki iris merah muda atau biru dengan pupil merah
3. Adanya bintik bintik (besar dan kecil) pada tubuhnya
4. Tahi lalat dengan atau tanpa pigmen
Pada mata penderita albino terdapat gangguan pada fungsi
matanya, yaitu :

Nystagmus, yaitu pergerakan bola mata yang irregular


dan rapid dalam pola melingkar
Strabismus, yaitu ketidakmampuan kedua mata untuk
diarahkan pada satu titik yang sama danbergerak

serempak
Fotofobia, hyaitu mata tidak kuat terhadap cahaya
Astigmatisme
Hipoplasi foveal, yaitu kurang berkembangnya fovea
Hipoplasi nervus optikus, yaitu kurang berkembangnya

nervus optikus
Ambliopia, yaitu penurunan akuisitas karena buruknya
transmisi ke otak
Rabun jauh dan rabun dekat yang ekstrim

E. Kategori Albino
a. Albino tirosinase positif
Enzim tirosinase ada, namun melanosit (sel pigmen) tidak mampu untuk
memproduksi melanin karena alasan tertentu yang secara tidak langsung melibat
kan enzim tirosinase.
b. Albino tirosinase negative
Enzim tirosinase tidak diproduksi atau versi non fungsional diproduksi.
Albinisme merupakan cacat menurun dimana seseorang tidak mempunyai
tirosin yang akan diubah menjadi pigmen melanin. Akibatnya alis, rambut, dan
kulit tampak putih (albino), dan matanya peka terhadap cahaya. Gen yang
menyebabkan albino bersifat resesif, sedangkan alel dominannya mengendalikan
sifat normal. Seorang anak albino lahir dari pasangan suami isteri yang masing
masing membawa gen albino (carrier).
F. Klasifikasi Albino

10

Didunia ini sudah sering ditemukan kasus albino pada manusia.


Secara umum albino dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori yang sering
ditemui di masyarakat, yaitu :
1. Oculocutaneous albinism (OCA)

GambarpenderitaOculocutaneous albinism
Albino jenisiniadalah albino yang seringkitatemuipadapenderita
albino, yaitukehilanganpigmenpadamata, kulit, danrambut.Empatbentuk
OCA yang diakuisekarang, yaitu:
1. OCA1
OCA 1 ini disebabkan karena kekurangan enzim yang
disebu ttyrosinase. Enzim ini membantu tubuh untuk mengubah
asam amino tyrosin menjadi pigmen. Terdapat 2 tipe OCA1,
yaitu OCA1A dan OCA1B.
a. OCA1A
Enzim tidak aktif dan tidak ada melanin yang diproduksi, yang
menyebabkan rambut berwarna putih dan kulit yang sangat terang.OCA1A
merupakan OCA yang berhubungan dengan tyrosinase-negatif. Melanosit
yang terdapat pada kulit, rambut dan mata tidak dapat menghasilkan melanin.
Karakteristik fenotip padasaatlahiryaiturambut yang berwarnaputih, kulit

11

berwarna putih susu, dan mata berwarna biru keabuan. Dengan bertambahnya
umur, warna kulit tetap berwarna putih dan melanocytic nevi amelanotic, tapi
rambut dapat berubah menjadi warna kuning terang karena denaturasi dari
keratin rambut. Pasien sangat sensitive terhadap sinar UV dan predisposisi
utama untuk terjadinya kanker kulit. Terjadi penurunan tajam penglihatan
yang sangat hebat pada OCA1A dan beberapa penderita menjadi buta.
(Thompson, 2009)
b. OCA1B
Enzim yang aktif dalam jumlah yang sangat minimal dan hanya sedikit
melanin yang diproduksi, menyebabkan rambut berwarna agak sedikit gelap
hingga pirang,

kuning/oranye atau bahkan coklat terang, karena terdapat

sedikit pigmen di dalam kulit. Karena penurunan aktivitas dari tyrosinase


bervariasi, fenotip berkisar dari pelemahan pigmen yang sangat sangat kuat
hingga lemah. Fenotip yang khas dari OCA1B disebut albino kekuningan
karena berhubungan dengan warna rambut dari penderita (pembentukan pheo
melanin membutuhkan sedikit aktivitas tyrosinase). Semua pasien tipe ini
hanya memiliki sedikit atau tidak memiliki sama sekali pigmen pada saat lahir,
tapi terjadi perkembangan pigmentasi pada rambut dan kulit selama dekade
pertama dan kedua. (Thompson,2009)
2. OCA2
OCA 2 disebabkan karena secara genetik kekurangan protein P yang
membantu enzim tyrosinase agar berfungsi. Individu dengan OCA2 membuat
pigmen melanin dalam jumlah yang minimal dan warna rambut berkisar
antara pirang yang sangat terang hingga coklat. Seiring dengan waktu, akan
terbentuk nevus pigmentosus dan lentigines pada area yang terekspos matahari
dan selanjutnya bertambah luas dan semakin menghitam. Fenotip lainnya
disebut brown OCA telah banyak ditemukan pada populasi Afrika dan
Afrika-Amerika. Pada individu ini, warna rambut dan kulit pada saat lahir
adalah coklat terang dan iris berwarna keabuan hingga coklat. Fenotip dari
brown OCA pada populasi Afrika telah menunjukkan mutasi dari gen P.
(Thompson, 2009)
3. OCA3

12

Jenis ini disebabkan karena kekurangan TYRP 1, protein yang


berhubungan dengan tyrosinase. Individu dengan OCA3 memiliki pigmen
dalam jumlah yang banyak.
diklasifikasikan

Fenotip dari individu dengan OCA3

sebagai rufous (tipe

OCA3

yang

paling

banyak)

dan brown (lebih sering terlihat pada OCA2). Rufous OCA berhubungan
dengan mutasi gen TYRP1, ditandai dengan kulit tipe III-V dan warna kulit
merah perunggu, rambut berwarna ginger red dan iris berwarna biru atau
coklat. (Fitzpatrick, 2005)
4. OCA4
OCA 4 disebabkan karena kekurangan protein SLC45A2 yang
membantu berfungsinya enzim tyrosinase. Individu dengan OCA4 mensintesis
pigmen melamin dalam jumlah yang minimal, sama dengan penderita
OCA2. (Fitzpatrick, 2005)
2. Oscular Albinism
Albino jenis ini hanya kehilangan pigmen pada mata, sedangkan pada
rambut dan kulit mereka normal. Tetapi ada juga yang memiliki
penampilanwarna mata normal biarpun mata mereka tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. (Thompson,2009)

GambarpenderitaOscular Albinism
13

G. Penanganan Albino
Pada penderita albino harus segera mendapatkan penanganan agar
tidak timbul komplikasi. Komplikasi pada albino dapat berupa :
Fisik
Pada penderita albino resiko terkena kanker kulit
yang terbakar oleh sinar matahari. Paparan sinar
matahari yang panjang dapat mengakibatkan kulit
menjadi kasar dan tebal (pachiderma)
Psikis
Penderita albino sangat mudah terserang oleh
gangguan emosional, sosial dan stress. Hal ini
disebabkan

karena

penderita

albino

sering

dikucilkan baik didalam keluarga maupun di


lingkungan sosialnya karena dicap negatif karena
adanya anggapan-anggapan atau mitos.
Penanganan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
Perlindungan sinar matahari
Penderia albino diharuskan menggunakan sunscreen
ketika terkena cahaya matahari untuk melindungi
kulit prematur dan kanker kulit
Bantuan daya lihat
Beberapa penderita albino bisa menggunakan
kacamata bifocals dan menggunakan lensa kontak
berwarna untuk menghalangi transmisi cahaya
melalui iris serta dapat juga menggunakan bioptik.
Pembedahan pada mata
Pembedahan

pada

mata

dimaksudkan

untuk

menguranngi resiko terkena komplikasi pada mata,


misalnya nystagmus, strabismus, astigmatisma dan

14

lain-lain. Dengan pembedahan dimungkinkan akan


membantu daya lihat dengan memperbesa lapang
pandang.
a) Perlindungan sinar matahari
Penderita albino diharuskan menggunakan sunscreen ketika terkena
cahaya matahari untuk melindungi kulit prematur atau kanker kulit. Baju penahan
atau pelindung kulit dari cahaya matahari yang berlebihan.
b) Bantuan daya lihat
Beberapa penderita albino sangat cocok menggunakan bifocals (dengan
lensa yang kuat untuk membaca), sementara yang lain lebih cocok menggunakan
kacamata baca. Penderita pun dapat memakai lensa kontak berwarna untuk
menghalangi tranmisi cahaya melalui iris. Beberapa menggunakan bioptik,
kacamata yang mempunyai teleskop kecil di atas atau belakang lensa biasa,
sehingga mereka lebih dapat melihat sekeliling dibandingkan menggunakan lensa
biasa atau teleskop.
c) Pembedahan pada mata
Pembedahan mungkin untuk otot mata untuk menurunkan nystagmus,
strabis mus, dan kesalahan refraksi seperti astigmatisma. Pembedahan strabismus
mungkin mengubah penampilan mata. Pembedahan nistagmus mungkin dapat
mengurangi perputaran bola mata yang berlebihan. Efektifitas dari semua
prosedur ini bervariasi masing-masing individu. Namun harus diketahui,
pembedahan tidak akan mengembalikan fovea ke kondisi normal dan tidak
memperbaiki daya lihat binocu lar. Dalam kasus esotropia (bentuk crossed eyes
dari

strabismus),

pembedahan

mungkin

membantu

daya

lihat

dengan

memperbesar lapang pandang (area yang tertangkap oleh mata ketika mata
melihat hanya pada satu titik).
H. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan retina ole dokter ahli
mata.

15

Elektroretinogram adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan


gelombang otak yang dihasilkan oleh cahaya di dalam mata dan bisa
menunjukkan adanya kelainan pada sistem penglihatan dari penderita albinisme
okuler.
I. Pengobatan
Kulit dan mata harus dilindungi dari sinar matahari.
Kacamata anti UV bias meringankan fotofobia.
Resiko luka bakar karena matahari bisa dikurangi dengan cara menghindari sinar
matahari langsung, memakai tabir surya atau memakai pakaian pelindung.
Sebaiknya digunakan tabir surya dengan SPF (sun protection factor yang tinggi.
J. Pencegahan
Seseorang dengan riwayat keluarga albinisme sebaiknya melakukan konsultasi
genetik agar keturunannya tidak ada yang menderita albinisme.

BAB III
PENUTUP

16

A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah Penyakit Genetika Albino yang telah kami
susun dapat disimpulakan bahwa :
1. Albino adalah penyakit genetika dengan ciri penderita tidak
mempunyai warna kulit atau pigmentasi.
2. Albino disebabkan karena hilangnya pigmen melanin pada kulit, mata
dan rambut serta diturunkan oleg gen resesif dari gen resesif dari
kedua orang tuanya.
3. Ciri ciri albino adalah penderita mempunyai kulit dan rambut secara
abnormal putih susu atau putih pucat dan memiliki iris merah muda
atau biru dengan pupil merah.
4. Klasifikasi albino yaitu OCA dan Occular Albinisme.
5. Penanganan yang dapat dilakukan untuk penderita albino yaitu dengan
perlindungan sinar matahari, bantuan daya lihat dan pembedahan pada
mata.
B. Saran
Jika orang tua sebagai pembawa (carrier) dalam arti hanya
memiliki satu gen resesif albino dan satu gen normal, maka orang
tersebut harus diberi tahu bagaimana untuk membuat pigmen menjadi
normal. Karena albino menrupakan penyakit turunan sehingga
pencegahan yang paling baik adalah dengan memeriksakan keadaan
genetik dari setiap pasangan, apakah pembawa atau tidak.
Untuk penderita albino sebaiknya menghindari sinar matahari
berlebih karena memiliki resiko lebih besar untuk terkena kanker kulit
akibat kurangnya pigmen melanin yang bisa melindungi kulit.
Sebaiknya orang tua bisa membangun kepercayaan diri seorang albino
agar anak penderita albino dapat bersosialisasi dengan orang lain secara
baik.

17

DAFTAR PUSTAKA

Darmono. 2012. Toksikologi Genetik . Jakarta : Universitas Indonesia


Elrod, Susan L dan William D Stansfield. 2007. Genetika Edisi 4. Jakarta :
Erlangga
Fitzpatrick, T.B., Johson, R. A., Wolff, K. Polano, M. K, Suurmond, D.
2005. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. United
States of America: The McGraw- Hill Companies
Hallz, Kelly Milner. 2004. Albino Animals . USA : Darby Creek Publlishing
Rujito, Lantip. 2010. Konseling Genetik, Strategi Mengontrol Penyakit Genetik di
Indonesia.

(kedokteran.unsoed.ac.id/files/jurnal/mandala

januari

2010 pdf/Konseling Genetik, Strategi Mengontrol Penyakit Genetik


di Indonesia ea.pc.com). Tanggal akses 4 Desember 2012
Thomas, Nelson dan Sons . 1986. Biology a Functional Approach 4th Edition.
India : Replika Press Pvt
Thompson, Rick. Albinism [online]. [cited 2009 October 24]. Availablefrom
URL:http://www.albinism.org/publications/what_is_albinism.html.
diakses pada tanggal 5 Desember 2012

Yatim, Wildan, 1983. Genetika. Bandung : Tarsito

18

Anda mungkin juga menyukai