PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Genetika disebut juga ilmu keturunan. Berasal dari kata genos (Bhs. Latin), artinya
suku-bangsa atau asal-usul. Dalam ilmu ini dipelajari bagaimana sifat keturunan
(hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu, serta variasi yang mungkin timbul
didalamnya. Genetika perlu dipelajari agar kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan
kita sendiri dan makhluk hidup yang berada di lingkungan kita. (Yatim, 1983)
Perubahan gen atau yang disebut mutasi gen, hanya dapat diketahui dengan analisis
genetik, tetapi perubahan gen juga dapat dilihat dari penampilan (fenotipe) yang akan
terlihat pada kasus penyakit tertentu. Kadang-kadang diagnosis penyakit gen, dapat juga
dilakukan dengan penelusuran keturunan, dimana bila salah satu atau beberapa
keturunannya akan mengalami nasib yang sama. Beberapa jenis penyakit genetika dapat
timbul secara spontan dan kadang tidak diturunkan, tetapi ada juga perubahan genetic
spontan dapat diturunkan keanak cucunya. Mutasi gen yang disebabkan oleh terjadinya
gangguan proses pembuahan maupun karena pengaruh lingkungan, menyebabkan
ketidaknormalan sistem fisiologis tubuh bagi individu yang mengalaminya yang
berakibat terjadinya penyakit genetik. Salah satu penyakit genetik yang dimaksud adalah
penyakit albino.(Darmono, 2012)
Penyakit genetik (menurun) memiliki ciri-ciri antara lain tidak dapat disembuhkan,
tidak menular, dan biasanya dikendalikan oleh gen resesif. Biasanya alel-alel gen resesif
akan hadir dalam homozigot resesif yang menyebabkan penyakit genetika. Namun,
adapula individu heterozigot yang memiliki alel resesif berbahaya yang tidak muncul
Pewarisan penyakit atau kelainan gen dapat berasal dari gen resesif dan gen
dominan. Pada pewarisan penyakit / kelainan pada gen resesif dari orang tua terhadap
anak atau bayi , berasal dari kedua orang tua yang pada dasarnya kelihatan normal, tetapi
tanpa menyadari bahwa sebetulnya membawa gen penyakit genetik yang sama. Biasanya
anak yang mewarisi gen dari kedua orang tuanya mendapat penyakit atau kelainan
genetik yang berat. Bahkan penyakit – penyakit keturunan resesif cenderunng dan
seringkali menyebabkan kematian dini. Beerbeda dengan penyakit – penyakit keturunan
dominan yanng sering memperlihatkan gejala –gejala ringan atau lambat dan mungkin
tidak menggangu kapasitas reproduksi. (Rujito,2010)
B. Tujuan
1. Mengetahui tentang albino
2. Mengetahui penyebab albino
3. Mengetahui ciri-ciri seseorang yang terkena albino
4. Mengetahui klasifikasi albino
5. Mengetahui carapenanganan albino
PEMBAHASAN
A. Definisi albino
Kata albino berasal dari albus, artinya putih. Karena tidak ada pigmen
melanin di kulit, mata dan bulu. Sering jadi korban kanker kulit. Karena selaput
pigmen mata kurang atau tidak mengandung pigmen sama sekali, maka mata itu
sakit melihat di tempat yang terang benderang. (Yatim, 1983)
Frekuensi albino di dunia 1:20.000, paling banyak terdapat pada suku Indian
di Panama 7:1.000 tiap kelahiran. Di Amerika Serikat 1 : 10.000. Perancis dan Rusia
1 : 100.000. Orang carrier albino di masyarakat sekitar 1 : 70 penduduk. Banyak
orang albino yang tidak dapat hidup sampai dewasa, gagal kawin dan berketurunan.
Kalau kawin sedikit anak. Lagi pula mereka memiliki angka kematian yang tinggi
dan kurang fertile. Turunnya frekuensi alel albino di mayarakat diimbangi dengan
sangat labilnya gen pigmentasi untuk itu sehingga alel albino baru terus bertambah
mengimbangi yang susut oleh kematian. (Yatim, 1983)
B. Penyebab Albino
Setiapmakhlukhidupmembawasalinandarisetiap gen, satudariibudansatudari
ayah, keunikanmasing- masinguntukwarisankeluarganya. Gen
merekamenentukankarakteristik, sepertiwarnamata, bentuktubuh, jenisrambut,
dantinggi. Kodegenetikinimemutuskansebagianbesaratributfisikyang
membuatseorangindividuyang unik.Ketikakeduasalinandari
genmemerintahkantubuhuntukmenghasilkanpigmen yang disebutmelanin.
Ketikakeduasalinangenmemblokirproduksimelanin, manusiamemilikiciri-
cirialbinisme. Ketikasalahsatusalinangenmengatakan "ya" untukmelanin(gen
dominan) dan yang lain mengatakan"tidak", manusiaakanterlihatsepertiorang
laindalamspesiesnya, tetapiakan"membawa" genresesifuntukmenghasilkanbayialbino.
Sebuahgenresesifadalahsepertisebuahkuncirahasiatersimpandalamkodegenetik.
( Hallz, 2004)
(Nelson, 1986)
(Nelson, 1986)
Apabila kedua oranng tua yang kelihatan normal, tetapi merupakan pembawa
(carrier) suatu sifat resesif albino, maka keturunannya kemungkinan 25% (1 dari 4
anak) untuk menderita penyakit genetik, 25% tidak mewarisi gen pembawa penyakit,
sedangkan 50% (2 dari 4 anak) lainnya mewarisi hanya 1 gen pembawa penyakit
(carrier). Seorang pembawa gen (carrier) secara klinis terlihat normal seperti kedua
orang tuanya. Kemungkinan mewarisi suatu kelainan resesif berambah besar apabila
kedua orang tua mempunyai pertalian darah (consanguineous marriage).
(Rujito, 2010)
♀ ∕ ♂ A a
A AA(normal) Aa (normal)
a Aa(normal) aa (albino)
Populasi
Untukmencarihomozigotdominan:
P2 =1 – q
= 1 – 0,05
= 0,95
P2 + 2pq + q2 = 1
H2 = 4DR
H2 = 4DR
0,009025 = 4 (0,0022563)
Albino merupakan kelainan yang terjadi pada warna kulit dan organ tubuh
lainnya, disebabkan tubuh seseorang tidak mampu membentuk enzim pengubah
asam amino tirosin menjadi beta 3,4 dihidroksi fenilalanin yang selanjutnya akan
diubah menjadi pigmen melanin. Karena kegagalannya memproduksi pigmen
melanin maka penderita albino memiliki ciri-ciri yang sangat mudah dilihat, yaitu :
1. Kulit dan rambut secara abnormal putih susu atau putih pucat
2. Memiliki iris merah muda atau biru dengan pupil merah
3. Adanya bintik – bintik (besar dan kecil) pada tubuhnya
4. Tahi lalat dengan atau tanpa pigmen
Pada mata penderita albino terdapat gangguan pada fungsi matanya, yaitu :
Didunia ini sudah sering ditemukan kasus albino pada manusia. Secara umum
albino dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori yang sering ditemui di masyarakat,
yaitu :
GambarpenderitaOculocutaneous albinism
1. OCA1
OCA 1 ini disebabkan karena kekurangan enzim yang disebu
ttyrosinase. Enzim ini membantu tubuh untuk mengubah asam amino
tyrosin menjadi pigmen. Terdapat 2 tipe OCA1, yaitu OCA1A dan
OCA1B.
a. OCA1A
Enzim tidak aktif dan tidak ada melanin yang diproduksi,
yang menyebabkan rambut berwarna putih dan kulit yang sangat
terang.OCA1A merupakan OCA yang berhubungan dengan
‘tyrosinase-negatif’. Melanosit yang terdapat pada kulit, rambut
b. OCA1B
Enzim yang aktif dalam jumlah yang sangat minimal dan
hanya sedikit melanin yang diproduksi, menyebabkan rambut
berwarna agak sedikit gelap hingga pirang, kuning/oranye atau
bahkan coklat terang, karena terdapat sedikit pigmen di dalam
kulit. Karena penurunan aktivitas dari tyrosinase bervariasi,
fenotip berkisar dari pelemahan pigmen yang sangat sangat kuat
hingga lemah. Fenotip yang khas dari OCA1B disebut albino
kekuningan karena berhubungan dengan warna rambut dari
penderita (pembentukan pheo melanin membutuhkan sedikit
aktivitas tyrosinase). Semua pasien tipe ini hanya memiliki sedikit
atau tidak memiliki sama sekali pigmen pada saat lahir, tapi terjadi
perkembangan pigmentasi pada rambut dan kulit selama dekade
pertama dan kedua. (Thompson,2009)
2. OCA2
OCA 2 disebabkan karena secara genetik kekurangan protein P
yang membantu enzim tyrosinase agar berfungsi. Individu dengan OCA2
membuat pigmen melanin dalam jumlah yang minimal dan warna rambut
berkisar antara pirang yang sangat terang hingga coklat. Seiring dengan
waktu, akan terbentuk nevus pigmentosus dan lentigines pada area yang
terekspos matahari dan selanjutnya bertambah luas dan semakin
menghitam. Fenotip lainnya disebut ‘brown OCA’ telah banyak
3. OCA3
Jenis ini disebabkan karena kekurangan TYRP 1, protein yang
berhubungan dengan tyrosinase. Individu dengan OCA3 memiliki pigmen
dalam jumlah yang banyak. Fenotip dari individu dengan OCA3
diklasifikasikan sebagai rufous (tipe OCA3 yang paling banyak)
dan brown (lebih sering terlihat pada OCA2). Rufous OCA berhubungan
dengan mutasi gen TYRP1, ditandai dengan kulit tipe III-V dan warna
kulit merah perunggu, rambut berwarna ginger red dan iris berwarna biru
atau coklat. (Fitzpatrick, 2005)
4. OCA4
OCA 4 disebabkan karena kekurangan protein SLC45A2 yang
membantu berfungsinya enzim tyrosinase. Individu dengan OCA4
mensintesis pigmen melamin dalam jumlah yang minimal, sama dengan
penderita OCA2. (Fitzpatrick, 2005)
2. Oscular Albinism
Albino jenis ini hanya kehilangan pigmen pada mata, sedangkan pada rambut dan
kulit mereka normal. Tetapi ada juga yang memiliki penampilanwarna mata normal
biarpun mata mereka tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. (Thompson,2009)
F. Penanganan Albino
(Thompson,2009)
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah “Penyakit Genetika Albino” yang telah kami susun
dapat disimpulakan bahwa :
1. Albino adalah penyakit genetika dengan ciri penderita tidak mempunyai warna
kulit atau pigmentasi.
2. Albino disebabkan karena hilangnya pigmen melanin pada kulit, mata dan rambut
serta diturunkan oleg gen resesif dari gen resesif dari kedua orang tuanya.
3. Ciri – ciri albino adalah penderita mempunyai kulit dan rambut secara abnormal
putih susu atau putih pucat dan memiliki iris merah muda atau biru dengan pupil
merah.
4. Klasifikasi albino yaitu OCA dan Occular Albinisme.
5. Penanganan yang dapat dilakukan untuk penderita albino yaitu dengan
perlindungan sinar matahari, bantuan daya lihat dan pembedahan pada mata.
B. Saran
Jika orang tua sebagai pembawa (carrier) dalam arti hanya memiliki satu gen
resesif albino dan satu gen normal, maka orang tersebut harus diberi tahu
bagaimana untuk membuat pigmen menjadi normal. Karena albino menrupakan
penyakit turunan sehingga pencegahan yang paling baik adalah dengan
memeriksakan keadaan genetik dari setiap pasangan, apakah pembawa atau tidak.
Untuk penderita albino sebaiknya menghindari sinar matahari berlebih karena
memiliki resiko lebih besar untuk terkena kanker kulit akibat kurangnya pigmen
melanin yang bisa melindungi kulit. Sebaiknya orang tua bisa membangun
kepercayaan diri seorang albino agar anak penderita albino dapat bersosialisasi
dengan orang lain secara baik.
Elrod, Susan L dan William D Stansfield. 2007. Genetika Edisi 4. Jakarta : Erlangga
Rujito, Lantip. 2010. Konseling Genetik, Strategi Mengontrol Penyakit Genetik di Indonesia.
(kedokteran.unsoed.ac.id/files/jurnal/mandala januari 2010 pdf/Konseling
Genetik, Strategi Mengontrol Penyakit Genetik di Indonesia ea.pc.com).
Tanggal akses 4 Desember 2012
Thomas, Nelson dan Sons . 1986. Biology a Functional Approach 4th Edition. India : Replika
Press Pvt