BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
atrioventrikular yang terdiri dari katub mitral (bicuspid) dan katub trikuspid
terdapat diantara atrium dan ventrikel, sedangkan katub semilunar berada diantara
ventrikel dengan aorta/arteri pulmonalis.
penyakit jantung valvular stenosis mitral lah yang paling sering di temukan, yaitu
40% seluruh penyakit jantung reumatik, dan menyerang wanita lebih banyak
dari pada pria dengan perbandingan kira-kira 4 : 1 dengan gejala biasanya timbul
antara umur 20 sampai 50 tahun. Gejala dapat pula nampak sejak lahir, tetapi
jarang sebagai defek tunggal. MS kongenital lebih sering sebagai bagian dari
deformitas jantung kompleks pada bayi.
Secara fungsional jantung dibagi menjadi alat pompa kanan dan alat
pompa kiri, yang memompa darah vena menuju sirkulasi paru-paru, dan darah
bersih ke peredaran darah sistemik. Pembagian fungsi ini mempermudah
konseptualisasi dari urutan aliran darah secara anatomi; vena kava, atrium kanan,
ventrikal kanan, arteri pulmonalis, paru-paru, vena pulmonalis, atrium kiri,
ventrikel kiri, aorta, arteria, arteriola, kapiler, venula, vena, vena kava.
Batas kiri jantung terdiri atas tonjolan yang bulat lonjong atau setengah bulat,
terdiri dari:
1. Tonjolan I: Paling atas adalah arkus aorta, merupakan setengah bulatan yang
kira kira sebesar ibu jari, berhubungan langsung dengan aorta desenden.
2. Tonjolan II: Disebabkan oleh arteri pulmonalis, pada umumnya lebih kecil,
kadang-kadang sukar terlihat. Pada sistolik jantung, tonjolan ini akan lebih
nyata.
3. Tonjolan III : Disebabkan oleh aurikel atrium kiri, biasanya tidak tampak
kecuali jika ada pembesaran atrium kiri.
4. Tonjolan IV :Dibentuk oleh dinding luar ventrikel kiri.
Pada batas kanan jantung juga terdapat 4 tonjolan:
1. Tonjolan I :Disebabkan oleh vena kava superior, merupakan pelebaran di sisi
mediastinum
2. Tonjolan II : Disebabkan oleh aorta asenden, merupakan garis lurus mengarah
ke atas menuju ke arkus aorta. Batas vena kava dengan aorta asenden sukar
ditetapkan tanpa aortogram.
3. Tonjolan III : Kadang-kadang ada tonjolan kecil yang disebabkan oleh vena
azygos.
4. Tonjolan IV :Tonjolan besar adalah atrium kanan.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari stenosis mitral?
2. Apa penyebab dari stenosis mitral?
3.
Bagaimana patofisiologi dari stenosis mitral?
4.
Bagaimana manifestasi klinik dari stenosis?
5.
Bagaimana pengobatan stenosis mitral?
6.
Bagaimana proses keperawatan stenosis mitral?
C. Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Jantung adalah sebuah pompa muskuler yang memiliki empat katup, yang
terbuka dan tertutup untuk menjaga agar darah mengalir pada arah yang tepat.
Katup mitral menghubungkan atrium kiri dengan ventrikel kiri.
bersamaan pada satu katup, dikenal sebagai lesi campuran atau sendiri-sendiri.
Yang terakhir ini disebut lesi murni.
B.
Etiologi
temukan, yaitu 40% seluruh penyakit jantung reumatik, dan menyerang wanita
lebih banyak dari pada pria dengan perbandingan kira-kira 4:1.
Stenosis katup mitral hampir selalu disebabkan oleh demam rematik, yang
pada saat ini sudah jarang ditemukan di Amerika Utara dan Eropa Barat. Karena
itu di wilayah tersebut, stenosis katup mitral terjadi terutama pada orang tua yang
pernah menderita demam rematik pada masa kanak-kanak dan mereka tidak
mendapatkan antibiotik. Di bagian dunia lainnya, demam rematik sering terjadi
dan menyebabkan stenosis katup mitral pada dewasa, remaja dan kadang pada
anak-anak. Yang khas adalah jika penyebabnya demam rematik, daun katup mitral
sebagian bergabung menjadi satu. Stenosis katup mitral juga bisa merupakan
suatu kelainan bawaan. Bayi yang lahir dengan kelainan ini jarang bisa bertahan
hidup lebih dari 2 tahun, kecuali jika telah menjalani pembedahan. Miksoma
(tumor jinak di atrium kiri) atau bekuan darah dapat menyumbat aliran darah
ketika melewati katup mitral dan menyebabkan efek yang sama seperti stenosis
katup mitral.
Jika stenosisnya berat, tekanan darah di dalam atrium kiri dan tekanan
darah di dalam vena paru-paru meningkat, sehingga terjadi gagal jantung, dimana
cairan tertimbun di dalam paru-paru (edema pulmoner). Jika seorang wanita
dengan stenosis katup mitral yang berat hamil, gagal jantung akan berkembang
dengan cepat. Penderita yang mengalami gagal jantung akan mudah merasakan
lelah dan sesak nafas. Pada awalnya, sesak nafas terjadi hanya sewaktu melakukan
aktivitas, tetapi lama-lama sesak juga akan timbul dalam keadaan istirahat.
Sebagian penderita akan merasa lebih nyaman jika berbaring dengan disangga
oleh beberapa buah bantal atau duduk tegak. Warna semu kemerahan di pipi
menunjukkan bahwa seseorang menderita stenosis katup mitral. Tekanan tinggi
pada vena paru-paru dapat menyebabkan vena atau kapiler pecah dan terjadi
perdarahan ringan atau berat ke dalam paru-paru. Pembesaran atrium kiri bisa
mengakibatkan fibrilasi atrium, dimana denyut jantung menjadi cepat dan tidak
teratur.
C.
Patofisiologi
Mitral stenosis murni terdapat pada kurang lebih 40% dari semua
penderita penyakit jantung reumatik. Terdapat periode laten antara 10-20 tahun,
atau lebih, setelah suatu episode penyakit jantung rematik; dengan demikian tidak
akan terjadi onset dari gejala mitral stenosis sebelumnya.
atrium
kiri
meningkat
karena
ketidakmampuan
atrium
untuk
mengosongkan diri secara normal. Peningkatan tekanan dan volume atrium kiri
dipantulkan ke belakang ke dalam pembuluh paru-paru. Tekanan dalam vena
pulmonalis dan kapiler meningkat, akibatnya terjadi kongesti paru-paru, mulai
dari kongesti vena yang ringan sampai edema interstitial yang kadang-kadang
disertai transudasi dalam alveoli.Pada akhirnya, tekanan arteria pulmonalis harus
10
meningkat sebagai akibat dari resistensi vena pulmonalis yang meninggi. Respon
ini memastikan gradient tekanan yang memadai untuk mendorong darah melalui
pembuluh paru-paru. Akan tetapi, hipertensi pulmonalis meningkatkan resistensi
ejeksi ventrikel kanan menuju arteria pulmonalis. Ventrikel kanan memberi
respons terhadap peningkatan beban tekanan ini dengan cara hipertrofi.
Lama kelamaan hipertrofi ini akan dikuti oleh dilatasi ventrikel kanan.
Dilatasi ventrikel kanan ini nampak pada foto jantung pada posisi lateral dan
posisi PA. Pembesaran ventrikel kanan ini lama kelamaan mempengaruhi fungsi
katup trikuspid. Katup ini akan mengalami insufisiensi. Kalau ventrikel kanan
mengalami kegagalan, maka darah yang mengalir ke paru berkurang. Dilatasi
ventrikel kanan akan bertambah, sehingga kemungkinan terjadinya insufisisiensi
katup trikuspid semakin besar pula.
D.
Manifestasi Klinis
11
E.
demam rematik, yaitu penyakit pada masa kanak-kanak yang kadang terjadi
12
setelah strep throat (infeksi tenggorokan oleh streptokokus) yang tidak diobati.
Pencegahan eksaserbasi demam rematik dapat dengan :
verapamil
dapat
memperlambat
denyut
jantung
dan
membantu
mengendalikan fibrilasi atrium. ika terjadi gagal jantung, digoxin juga akan
memperkuat denyut jantung.
Pada keadaan fibrilasi atrium pemakaian digitalis merupakan indikasi,
dapat dikombinasikan dengan penyekat beta atau antagonis kalsium. Diuretik
dapat mengurangi tekanan darah dalam paru-paru dengan cara mengurangi
volume sirkulasi darah dan untuk mengurangi kongesti. Antikoagulan Warfarin
sebaiknya dipakai pada stenosis mitral dengan fibrilasi atrium atau irama sinus
dengan kecenderungan pembentukan trombus untuk mencegah fenomena
tromboemboli. Jika terapi obat tidak dapat mengurangi gejala secara memuaskan,
mungkin perlu dilakukan perbaikan atau penggantian katup.
13
14
Tindakan bedah dapat dilakukan untuk mengoreksi kelainan ini. Kadangkadang katup dapat dibuka teregang dengan suatu prosedur yang disebut dengan
balloon valvuloplasty. Pada balloon valvuloplasty, sebuah balon berujung kateter
disusupkan melewati vena dan akhirnya sampai ke jantung. Ketika berada di
dalam katup balon dikembangkan lalu memisahkan daun katup. Pilihan lainnya
adalah bedah jantung untuk memisahkan fusi kommisura. Jika katup rusak berat
dapat dilakukan mitral valve repair atau mitral valve replacement.
F.
Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian fokus yang dapat dilakukan terkait kasus stenosis mitral adalah
sebagai berikut :
a.
15
F Data subjektif
1. Anamnesa
1.
Data demogrfi
Data demografi berupa biodata klien dan pennggung jawab.
2.
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Suku/ bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
3.
4.
5.
16
2.
3.
Pengkajian psikososial
a.
Sesak napas berpengaruh pada interaksi
b. Aktivitas terbatas
c.
Takut menghadapi tindakan pembedahan
d.
Stress akibat kondisi penyakit dengan prognosis yang buruk
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik, yang meliputi keadaan umum (dapat dinilai
meliputi kesadaran klien, GCS, vital sign), kepala, leher (bias diperiksa
adanya distensi JVP), dada (dapat dipakai untuk menilai pulmo dan jantung),
abdomen, genitalia, rectum, ekstremitas
4.
1.
Pemeriksaan penunjang
EKG
Memperlihatkan gambaran P mitral berupa takik (notching )
gelombang P dengan gambaran QRS yang masih normal dan Right Axis
Deviation. Pada stenosis mitral reumatik, sering dijumpai adanya fibrilasi atau
flutter atrium.
2.
Foto Thorax
Dapat menunjukkan pembesaran atrium
Pelebaran arteri pulmonal
Aorta yang relatif kecil
Pembesaran ventrikel kanan
Perkapuran di daerah katup mitral atau perkardium
Pada paru-paru terlihat tanda-tanda bendungan vena
Edem Interstitial berupa garis Kerley terdapat pada 30% pasien dengan tekanan
atrium kiri < 20 mmHg dan 70% pada tekanan atrium >20 mmHg
17
3.
Ekokardiografi
Pemeriksaan ekokardiografi M-mode dan 2D-Doppler sangat penting
dalam penegakan diagnosis. Dapat digunakan untuk :
4.
Kateterisasi jantung
Kadang perlu dilakukan kateterisasi jantung untuk menentukan luas dan
bising
menggerendang
(rumble),
aksentuasi
presistolik,
dan
18
dari atrium kiri. Tidak seperti katup normal yang membuka tanpa suara, pada
kelainan ini katup sering menimbulkan bunyi gemertak ketika membuka
untuk mengalirkan darah ke dalam ventrikel kiri.
F Data Obyektif
1.
2.
3.
takikardia ventrikal.
4.
Gangguan fungsi pulmunary : hyperpnea, orthopnea, crackles pada basal.
2.
Diagnosa keperawatan
1) Penurunan curah jantung b/d adanya hambatan aliran darah dari atrium kiri
2)
19
3.
1)
Perencanaan
Diagnose keperawatan :Penurunan curah jantung b/d adanya hambatan
aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri, adanya takikardi ventrikel,
pemendekan fase distolik.
Tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, penurunan
curah
jantung dapat diminimalkan.
Kriteria hasil: Vital sign dalam batas normal, Gambaran ECG normal, bebas
gejala gagal jantung, urine output adekuat 0,5-2 ml/kgBB, klien ikut serta
dalam aktifitas
4.
Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.Selama pelaksanaan kegiatan
dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.Selama melaksanakan kegiatan perlu
dengan
frekuensi
jantung/irama dan TD dalam batas normal, kulit hangat, merah muda dan
4.
kering.
Balance cairan masuk dan keluar, vital sign dalam batas yang dapat
20
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
insufisiensi
katub
mitral
adalah
penyakit
jantung
rematik
21
Manifestasi klinis dari stenois dan insufisiensi mitral hampir sama diantaranya
ialah dispnea, orthopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, hemoptisis, palpitasi,
dan nyeri dada.
22
B.
Saran
Disadari
pula bahwa
makalah
saja
masih
karya seorang
banyak memiliki
kekurangan-
kekurangan di dalamnya baik dari segi metode penyusunan maupun dari segi
materinya yang belum sempurna yang masih jauh dari harapan kita. Oleh
karena itu, penyusun berharap adanya saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan karya ini dan karya-karya selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Price, Sylvia Anderson and Lorraine McCarty Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-proses penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
23