Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TUTORIAL

BLOK KELUHAN BERKAITAN SISTEM NEUROPSIKIATRI

SKENARIO 1

JUDUL : SAKITNYA, NYUT... NYUT...NYUT...

OLEH : KELOMPOK 12

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019

DOSEN TUTOR : dr. Dwi Setyohadi, M. Imun


DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK

Daris Izdihar P.N 1710911310031

Dita Nurmalinda 1710911320007

Dwi prahesty S.E.M 1710911320008

Gracellia Sujata 1710911320015

Hj. Norkhalifa 1710911120014

Khusnan Mustofa Gufron 1710911210030

Marwah Hulfah 1710911220032

Nizam Atobig Hamdan Firdausi 1710911210040

Novatalia Batosamma 1710911220041

Nurfitria Rahmasari 1710911120029

Sri Widyarsi 1710911220052

Zainab Maharani Nurzahrah Rizqi 1710911220060

i
DAFTAR ISI

DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK.........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii

SKENARIO...........................................................................................................................................1

LANGKAH 1. IDENTIFIKASI DAN KLARIFIKASI ISTILAH.....................................................1

LANGKAH 2. MEMBUAT DAFTAR MASALAH..........................................................................1

LANGKAH 3. ANALISIS MASALAH............................................................................................2

LANGKAH 4. POHON MASALAH................................................................................................5

LANGKAH 5. SASARAN BELAJAR............................................................................................11

LANGKAH 7. SINTESIS HASIL BELAJAR.................................................................................11

DEFINISI MIGRAINE................................................................................................................11

ETIOLOGI...................................................................................................................................11

EPIDEMIOLOGI.........................................................................................................................12

KLASIFIKASI............................................................................................................................13

FAKTOR RESIKO......................................................................................................................14

PATOGENESIS...........................................................................................................................15

MANIFESTASI KLINIS.............................................................................................................15

DIAGNOSIS................................................................................................................................16

TATA LAKSANA........................................................................................................................20

KOMPLIKASI............................................................................................................................23

PENCEGAHAN..........................................................................................................................24

PROGNOSIS...............................................................................................................................24

KESIMPULAN...................................................................................................................................26

REFERENSI........................................................................................................................................27

ii
SKENARIO

Sakitnya, nyut….nyut….nyut…
Seorang perempuan, berusia 33 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri kepala sejak
kurang lebih 7 jam yang lalu. Nyeri dirasakan di kepala sebelah kiri dan nyeri terasa berdenyut. Nyeri
terpusat di tempat yang sama dan tidak menjalar. Nyeri muncul mendadak, dirasakan terus menerus
dan semakin lama semakin memberat. Nyeri semakin berat saat pasien berjalan dan melakukan
aktivitas. Nyeri berkurang saat pasien berbaring. Pasien sudah minum obat anti nyeri, namun nyeri
tidak hilang. Keluhan disertai mual dan lemas. Satu bulan sebelumnya, pasien juga mengalami sakit
yang sama. Saat itu pasien hanya mengkonsumsi obat anti nyeri, istirahat, dan nyeri hilang dengan
sendirinya. Nyeri kepala sebelah ini pertama kali dirasakan pasien sejak 3 tahun yang lalu. Dan akhir-
akhir ini kekambuhannya semakin sering. Riwayat trauma, penyakit jantung, tekanan darah tinggi,
diabetes melitus: disangkal. Riwayat penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes mellitus pada
keluarga: disangkal. Selanjutnya pada pasien dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, serta tatalaksana non farmakologis dan farmakologis.

LANGKAH 1. IDENTIFIKASI DAN KLARIFIKASI ISTILAH

Nyeri Kepala: Nyeri pada daerah kepala yang umumnya dialami masyarakat. Nyeri kepala
bisa terbagi menjadi primer dan sekunder.

LANGKAH 2. MEMBUAT DAFTAR MASALAH

1. Kenapa bisa nyeri kepala?


2. Kenapa pasien bisa nyeri kepala, mual dan juga lemas?
3. Kenapa nyeri tersebut hanya pada satu sisi saja?
4. Apakah terhadap hubungan antara usia dengan gender terhadap keluhan pasien?
5. Mengapa saat aktifitas keluhan memberat sementara saat istirahat membaik?
6. Jenis-jenis nyeri kepala?
7. Mengapa meski minum obat tetap sakit?
8. Apa yang harus ditanyakan untuk mengerucutkan diagnosis?
9. Penanganan sebagai dokter umum?
10. Apakah terdapat hubungan antara nyeri pada 3 tahun yang lalu dengan nyeri yang sekarang?
11. Faktor apa saja yang menyebabkan nyeri kepala?
12. Kenapa nyeri kepala nya berdenyut?
13. Cara alami untuk atasi nyeri kepala?

LANGKAH 3. ANALISIS MASALAH

1. Terdapat stimulus pada nosiseptor dimana rasa nyeri ini adalah mekanisme protektif yang terjadi
bila terjadi kerusakan atau gangguan pada organ. Pada akhirnya stimulus ini akan sampai ke
hipothalamus dimana di hipothalamus akan dilepaskan prostaglandin yang merupakan respons alami
dari tubuh bila mengalami stress jika prostaglandin yang dikeluarkan berlebihan dapat menyebabkan
rasa nyeri.

1
2. Nyeri kepala dapat di sertai dengan mual di karenakan pada saat nyeri kepala terjadi peningkatan
tekanan intra kranial.

3. Cranium atau tulang tengkorak adalah sekumpulan tulang yang saling berhubungan satu sama lain
yang didalamnya terdapat cavum cranii yang berisi otak atau encephalon. Cranium dibagi menjadi
neurocranium dan viscerocranium, yang melindungi otak adalah neurocranium dan yang membentuk
tulang wajah adalah viscerocranium. Disebelah profunda dari cranium terdapat lembaran jaringan ikat
yang juga berfungsi melindungi otak disebut meninx yang terdiri dari atas 3 lapis yaitu duramater,
arachnoidmater, dan piamater. Selain itu kulit kepala, otot, tendon, dan jaringan ikat atau fascia kepala
yang letaknya lebih superficial juga ikut berperan dalam melindungi otak. Dari semua struktur
cranium diatas ada yang memiliki reseptor peka nyeri dan ada yang tidak memiliki reseptor nyeri.
Yang memiliki reseptor nyeri dibagi menjadi struktur peka nyeri ekstrakranial dan intracranial.
Struktur peka nyeri ekstrakranial antara lain, kulit kepala, otot kepala, tendon, fascia kepala,
periosteum, sinus paranasalis, gigi geligi, telinga luar, nervus cervicalis C2 C3, dan arteri
ekstrakranial. Struktur peka nyeri intracranial antara lain, meninx, sinus venosus duramater, arteri
meningea, nervus cranialis. Sedangkan struktur yang tidak peka nyeri antara lain, tulang kepala,
parenkim otak, ventrikel dan plexus choroideus. Kemungkinan hanya separuh kepala karena hanya
mengenai saraf tertentu saja.

4. Nyeri kepala bisa terdapat pada semua usia dan gender, akan tetapi pada perempuan lebih tinggi
terjadinya karena pada wanita bisa terjadi ketidakseimbangan hormon terlebih pada saat awal
menstruasi. Jika ada riwayat pada keluarga juga mampu untuk meningkatkan resiko. Nyeri kepala
primer umumnya banyak terjadi pada remaja dan dewasa dan prevalensinya menurun dengan
bertambahnya usia. Sementara untuk nyeri kepala sekunder banyak terjadi pada pasien dengan usia
lebih dari 50 tahun keatas.

5. Karena pelepasan neurotransmitter ini kemudian menimbulkan rasa nyeri, diikuti oleh tekanan
darah yang ikut naik-turun secara alami mengikuti detak jantung. Selain itu, rangsangan saraf
trigeminal juga menyebabkan jaringan pembuluh darah di sekitarnya membengkak dan mengganggu
aliran darah kembali ke otak. Pada penderita sakit kepala, mekanisme ini menjadi sangat peka
terhadap tekanan. Saraf ini terus menerus mengirimkan sinyal rasa sakit walaupun tidak ada
rangsangan sakit yang nyata, misalnya melakukan aktivitas. Tetapi, pengidapnya memiliki ambang
batas terhadap keabnormalan biokimia otak yang lebih rendah. Dengan kata lain, saraf ini menjadi
super sensitif sebagai hasil dari paparan suatu pemicu atau kombinasi beberapa pemicu dalam satu
waktu.

6. Nyeri kepala primer seperti migraine, cluster headache, tension headache, neuralgia trigeminal

2
Nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala yang terjadi karena adanya gangguan organik bisa karena
trauma kepala, gangguan intracranial, dan lain-lain.

7. Saat minum obat tetap sakit kemungkinan disebabkan adanya efek samping dari obat tersebut atau
karena pasien yang mengonsumsi obat untuk menghilangkan nyeri nya ini bisa jadi pasien itu menjadi
resistan terhadap obat tersebut.

8. Nyeri merupakan gejala yang sangat subjektif dan bervariasi tiap individu. Oleh karena itu untuk
dapat menegakkan diagnosis yang tepat dibutuhkan kecermatan dalam anamnesis pasien. Anamnesa
riwayat penyakit dan ditegakkan apabila terdapat tanda – tanda khas migren. Untuk dapat
memudahkan mengakkan diagnosis migraine digunakan kriteria diagnosis migren menurut
International Headache Society (IHS).

Kriteria diagnostik IHS untuk migren dengan aura mensyaratkan bahwa harus terdapat paling tidak
tiga dari empat karakteristik berikut : (1) migren dengan satu atau lebih aura reversibel yang
mengindikasikan disfungsi serebral korteks dan atau tanpa disfungsi batang otak, (2) paling tidak ada
satu aura yang terbentuk berangsur – angsur lebih dari 4 menit, (3) aura tidak bertahan lebih dari 60
menit, (4) sakit kepala mengikuti aura dalam interval bebas waktu tidak mencapai 60 menit.

Kriteria diagnostik IHS untuk migren tanpa aura mensyaratkan bahwa harus terdapat paling sedikit
lima kali serangan nyeri kepala seumur hidup yang memenuhi kriteria berikut : (a) berlangsung 4 – 72
jam, (b) paling sedikit memenuhi dua dari : (1) unilateral , (2) sensasi berdenyut, (3) intensitas sedang
berat, (4) diperburuk oleh aktifitas, (3) bisa terjadi mual muntah, fotofobia dan fonofobia.

9. Prinsip utama penatalaksaan migraine adalah untuk menghentikan gejala dan nyeri serta mencegah
timbulnya serangan. Secara garis besar pengobatan migraine dibagi menjadi:

Terapi Penghilang Nyeri Dan Gejala

Dikenal sebagai tatalaksana akut atau abortif. Terapi ini dapat diberikan pada saat serangan dan
bertujuan untuk mengurangi nyeri kepala dan gejala yang menyertai migraine. Obat yang dapat
diberikan antara lain: Obat Anti Inflamasi Non Steroid (Non Steroid Anti Inflammation Drugs /
NSAID)

NSAID secara umum dapat digunakan sebagai terapi abortif pada nyeri kepala ringan hingga sedang.
Beberapa jenis NSAID, seperti ketorolac dapat digunakan untuk mengatasi nyeri kepala berat. Contoh
obat NSAID yang dapat digunakan antara lain:Ibuprofen dengan dosis 400-800mg per oral dapat
diberikan per 6 jam. Ketorolac dengan dosis 30 mg dosis tunggal intravena atau 30 mg per 6 jam
tidak lebih dari 120mg/hari. Ketoprofen dengan dosis 50 mg per oral dapat diberikan per 6 jam

3
10. Nyeri tiga tahun yang lalu dan nyeri yang sekarang kemungkinan memiliki hubungan yaitu dapat
terjadi progresifitas dari nyeri kepala yang lalu, dan juga bisa juga karena pasien tetap tidak menjaga
kesehatannya sehingga keluhannya menjadi memburuk.

11. Sakit kepala sering berkembang dari sejumlah faktor resiko yang umum yaitu:

1. Penggunaan obat yang berlebihan.

Penggunaan obat yang berlebihan yaitu mengkonsumsi obat berlebihan dapat memicu sakit kepala
bertambah parah setiap diobati.

2. Stress

Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala, stress bisa menyebabkan pembuluh darah
di bagian otak mengalami penegangan sehingga menyebabkan sakit kepala.

3. Masalah tidur

Masalah tidur merupakan salah satu faktor terjadinya sakit kepala, karena saat tidur seluruh anggota
tubuh termasuk otak dapat beristirahat.

4. Kegiatan berlebihan

Kegiatan yang berlebihan dapat mengakibatkan pembuluh darah di kepala dan leher mengalami
pembengkakan, sehingga efek dari pembengkakan akan terasa nyeri.

5. Rokok

Kandungan didalam rokok yaitu nikotin yang dapat mengakibatkan pembuluh darah menyempit,
sehingga menyebabkan sakit kepala.

12. Bisa terjadi karena suatu penyakit ataupun karena konsumsi kopi.

13. Istirahat yang cukup, hindari faktor pencetus, pola hidup yang sehat, bagian yang sakit bisa
dikompres dingin dengan es batu.

LANGKAH 4. POHON MASALAH

Diagnosis banding :

DD Migraine Tension Headache Cluster Headache


Wanita,33 tahun, + + +
kurang lebih 7 jam
Nyeri kepala sebelah + - -
dan berdenyut

4
Ditempat yang sama + + +
Tidak menjalar + + +
Muncul mendadak + + +
Semakin lama semakin + + -
berat dan berkurang
saat istirahat
Pernah 3 tahun yang + + +
lalu

Problem Tree

Etiologi

Epidemiologi Manifestasi
Penyebab nyeri Klinis
5
kepala
Patogenesis
Wanita, berusia
33 tahun
Pemeriksaan fisik
Nyeri Kepala Diagnosis
dan penunjang
Nyeri kepala
berdenyut
Faktor resiko
Konsumsi obat
anti nyeri dan
Klasifikasi
istirahat

Tata laksana farmakologis


Prognosis dan non farmakologis

Pencegahan
untuk mencegah
komplikasi

LANGKAH 5. SASARAN BELAJAR

1. Problem Tree

a. Definisi Migraine j. Tata Laksana


b. Etiologi k. Komplikasi
c. Epidemiologi l. Pencegahan
d. Klasifikasi m. Prognosis
e. Faktor Resiko
f. Patogenesis
g. Manifestasi Klinis
h.
i. Diagnosis

6
DEFINISI

Migren adalah suatu istilah yang digunakan untuk nyeri kepala primer. Nyeri kepala berulang dengan
manifestasi serangan selama 4-72 jam. Karakteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas
sedang atau berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan nausea dan
atau fotofobia dan fonofobia. (1)

ETIOLOGI

Serangan migrain kebanyakan disebabkan oleh berbagai faktor yang beragam. Umumnya penyebab
migrain disebabkan oleh beberapa faktor seperti hormon terutama pada wanita, nutrisi, cuaca, stres,
tekanan, emosional, masalah sensori (asap rokok, parfum dan lainlain), kurang tidur, tidur berlebihan,
kelelahan dan aktivitas fisik. Hingga saat ini, penyebab migrain belum dapat dipastikan. Namun
dalam banyak kasus serangan migrain, ditemui kadar zat kimia dalam otak yang disebut serotonin
menurun. Kondisi ini diduga menyebabkan salah satu saraf otak (trigeminal) melepaskan zat kimia
yang menuju ke lapisan luar otak (meningen) sehingga menimbulkan nyeri. (2)

EPIDEMIOLOGI

Migren terjadi hampir pada 30 juta penduduk Amerika Serikat dan 75 % diantaranya adalah wanita.
Migren dapat terjadi pada semua usia tetapi biasanya muncul pada usia 10 – 40 tahun dan angka
kejadiannya menurun setelah usia 50 tahun. Migren tanpa aura lebih sering dibandingkan migren
yang disertai aura dengan persentasi 9 : 1.3 Prevalensi sakit kepala di USA menunjukkan 1 dari 6
orang (16,54%) atau 45 juta orang menderita sakit kepala kronik dan 20 juta dari 45 juta tersebut
merupakan wanita. 75 % dari jumlah di atas adalah tipe tension headache yang berdampak pada
menurunnya konsentrasi belajar dan bekerja sebanyak 62,7 %. Onset migraine terjadi pada usia
dibawah 30 tahun pada 80% kasus dan menurun seiring bertambahnya usia. Risiko terjadinya migren
semakin besar pada orang yang memiliki riwayat keluarga penderita migren. Sekitar 75% sampai
80% pengidap migren memiliki anggota keluarga dekat yang mengidap nyeri kepala. (3)

7
KLASIFIKASI

Klasifikasi nyeri kepala oleh IHS 2013 (1)

FAKTOR RESIKO

a. Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya/ perubahan hormonal.

b. Puasa dan terlambat makan

c. Makanan misalnya akohol, coklat, kopi.

8
d. Cahaya kilat atau berkelip.

e. Banyak tidur atau kurang tidur

f. Faktor herediter

g. Faktor psikologis: cemas, marah, sedih (1)

PATOGENESIS

Sensitivitas sensorik yang merupakan karakteristik dari migrain mungkin disebabkan oleh disfungsi
sistem kontrol sensorik monoaminergik yang terletak di batang otak dan hipotalamus. Aktivasi sel
dalam nukleus trigeminal menghasilkan pelepasan neuropeptida vasoaktif, khususnya peptida terkait
gen kalsitonin (CGRP), pada terminasi vaskular dari saraf trigeminal dan di dalam nukleus trigeminal.
Antagonis reseptor CGRP, gepants, sekarang telah terbukti efektif dalam pengobatan migrain akut,
dan antibodi monoklonal terhadap CGRP telah terbukti efektif dalam dua uji klinis fase awal. Secara
sentral, neuron trigeminal orde dua melintasi garis tengah dan memproyeksikan ke inti ventrobasal
dan posterior thalamus untuk diproses lebih lanjut. Selain itu, ada proyeksi ke gray periaqueductal dan
hipotalamus, dari mana sistem penurunan timbal balik telah membentuk efek antinociceptive. Daerah
batang otak lainnya yang mungkin terlibat dalam modulasi nyeri trigeminal yang menurun termasuk
nukleus locus coeruleus di pons dan medula rostroventromedial.Farmakologis dan data lainnya
menunjukkan keterlibatan neurotransmitter 5-hydroxytryptamine (5-HT; juga dikenal sebagai
serotonin) dalam migrain. Sekitar 60 tahun yang lalu, methysergide ditemukan untuk memusuhi
tindakan perifer tertentu dari 5-HT dan diperkenalkan sebagai obat pertama yang mampu mencegah
serangan migrain. Triptan dirancang untuk merangsang subpopulasi selektif dari reseptor 5-HT;
setidaknya 14 reseptor 5-HT berbeda ada pada manusia. Triptan adalah agonis ampuh dari reseptor 5-
HT1B dan 5-HT1D, dan beberapa aktif pada reseptor 5-HT1F; agonis eksklusif yang terakhir disebut
ditan.Triptan menangkap sinyal saraf di jalur nosiseptif sistem trigeminovaskular, setidaknya dalam
nukleus trigeminal caudalis dan trigeminal sensorik thalamus, di samping vasokonstriksi kranial,
sementara ditan, sekarang terbukti secara meyakinkan efektif pada migrain akut, hanya bertindak pada
target neural. Berbagai target saraf yang menarik sekarang sedang diupayakan secara aktif untuk
manajemen migrain akut dan preventif.Data juga mendukung peran dopamin dalam patofisiologi
migrain. Sebagian besar gejala migrain dapat disebabkan oleh stimulasi dopaminergik. Selain itu, ada
hipersensitivitas reseptor dopamin pada penderita migrain, seperti yang ditunjukkan oleh induksi
menguap, mual, muntah, hipotensi, dan gejala lain serangan migrain oleh agonis dopaminergik pada
dosis yang tidak mempengaruhi nonmigraineur. (4)

MANIFESTASI KLINIS

Pada umumnya manifestasi migren setiap penderrita berbeda. Tedapat empat stadium yang
terjadi pada penderita migren, tetapi tidak semuanya harus dialami oleh penderita.

1. Prodromal

9
Stadium ini dialami sekitar 40-60 % penderita migren. Gejalanya berupaperubahan
moo, depresi, malaise, tidur yang berlebih, terkadang menginginkan jenis makana tertentu.
Gejala ini muncul beberapa jam atau hari sebelum nyeri kepala.
2. Aura
Merupakan gejala disfungsi serebrsl foksl yang pulih menyeliruh dalam <60 menit.
Beberapa contoh gangguan fungsioonal homonym, kesemutan, afasia.
3. Nyeri kepala
Berdenyut unilateral, terutama pada daerah frontal sampai temporal, dapat
berlangsung dalam hitungan jam sampai hari. Nyeri secara bertahap dan lebih berat pada
malam hari. Gejala penyertanya adalah diantanya mual atau muntah, fitofobia atau fonofobia,
dan aura.
4. Postdromal
Gejalanya berupa perubahan mood, perubahan nafsu makan, gejala otonimik, serta
agitasi atau retadasi psikomotor. (2)

DIAGNOSIS

Anamnesis

Suatu serangan migren dapat menyebabkan sebagian atau seluruh tanda dan gejala, sebagai berikut:

a. Nyeri sedang sampai berat, kebanyakan penderita migren merasakan nyeri hanya pada satu sisi
kepala, hanya sedikit yang merasakan nyeri pada kedua sisi kepala.

b. Sakit kepala berdenyut atau serasa ditusuk-tusuk.

c. Rasa nyerinya semakin parah dengan aktivitas fisik.

d. Saat serangan nyeri kepala penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.

e. Disertai mual dengan atau tanpa muntah.

f. Fotofobia dan atau fonofobia.

g. Apabila terdapat aura, paling sedikit terdapat dua dari karakteristik di bawah ini:

• Sekurangnya satu gejala aura menyebar secara bertahap ≥5 menit, dan/atau dua atau lebih gejala
terjadi secara berurutan.

• Masing-masing gejala aura berlangsung antara 5-60 menit

• Setidaknya satu gejala aura unilateral

• Aura disertai dengan, atau diikuti oleh gejala nyeri kepala dalam waktu 60 menit.

Faktor Pencetus

10
a. Menstruasi biasa pada hari pertama menstruasi atau sebelumnya/ perubahan hormonal.

b. Puasa dan terlambat makan

c. Makanan misalnya akohol, coklat, susu, keju dan buah-buahan, mengandung MSG

d. Cahaya kilat atau berkelip.

e. Banyak tidur atau kurang tidur

f. Faktor herediter

g. Faktor psikologis: cemas, marah, sedih

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, tanda vital dalam batas normal, pemeriksaan neurologis normal. Temuan-
temuan yang abnormal menunjukkan sebab-sebab sekunder, yang memerlukan pendekatan diagnostik
dan terapi yang berbeda.

Kriteria Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan fisik umum dan
neurologis.

Kriteria diagnosis Migren tanpa Aura

A. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D

B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4 – 72 jam (tidak diobati atau tidak berhasil diobati).

C. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut : 1. Lokasi unilateral 2.
Kualitas berdenyut 3. Intensitas nyeri sedang atau berat 4. Keadaan bertambah berat oleh aktivitas
fisik atau penderita menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga).

D. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini : 1. Nausea dan atau muntah 2. Fotofobia dan
fonofobia

E. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3 dan transient ischemic attack harus
dieksklusi

Pemeriksaan Penunjang

a. Darah rutin, elektrolit, kadar gula darah, dll (atas indikasi, untuk menyingkirkan penyebab
sekunder)

11
b. CT scan kepala / MRI kepala (untuk menyingkirkan penyebab sekunder) Neuroimaging
diindikasikan pada : • Sakit kepala yang pertama atau yang terparah seumur hidup penderita. •
Perubahan pada frekuensi keparahan atau gambaran klinis pada migren. • Pemeriksaan neurologis
yang abnormal. • Sakit kepala yang progresif atau persisten. • Gejala-gejala neurologis yang tidak
memenuhi kriteria migren tanpa aura atau hal-hal lain yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. •
Defisit neurologis yang persisten. • Hemikrania yang selalu pada sisi yang sama dan berkaitan
dengan gejala-gejala neurologis yang kontralateral. • Respon yang tidak adekuat terhadap terapi
rutin. • Gejala klinis yang tidak biasa. (1)

TATA LAKSANA

Secara umum, penanganan migrain terbagi dalam terapi farmakologis dan non-farmakologis.
Di mana untuk terapi non-farmakologis adalah dengan menghindari faktor pencetus serangan,
seperti perubahan pola tidur (kurang tidur/ tidur berlebih), makanan yang merangsang, cahaya
terlalu terang, stres, kelelahan, perubahan cuaca, dsb.
Untuk terapi farmakologis, dibagi dalam dua bagian, yaitu terapi abortif dan terapi profilaksis.
Terapi abortif bertujuan untuk menangani serangan nyeri akut. Terapi lini pertama adalah sebagai
obat abortif nonspesifik untuk serangan ringan sampai sedang atau serangan berat atau berespons
baik terhadap obat yang sama, dapat dipakai golongan analgesik atau NSAID yang dijual bebas.
Dosis obat lini 1 yang dapat diberikan yaitu:
 Paracetamol 100-600 mg/ 6-8 jam
 Aspirin 500-1000 mg/ 6-8 jam, maksimal 4 gram/ hari
 Ibuprofen 400-800 mg/ 6 jam, maksimal 2,4 gr/ hari
 Ketorolac 60 mg IM tiap 15-30 menit, maksimal 120 mg/hari, tidak boleh lebih dari 5
hari
 Potasium diklofenak 50 mg-100 mg/hari, dosis tunggal
 Sodium naproksen 275 – 550 mg/ 2-6 jam, dosis maksimal 1,5 gr/ hari
 Steroid seperti dexametahson atau methylprednisolon dapat menjadi pilihan pada pasien
dengan status migrenosus (serangan migrain >72 jam)
Terapi lini kedua adalah sebagai obat abortif spesifik apabila tidak responsif terhadap
analgesik dan NSAID (obat abortif nonspesifik) seperti golongan triptan dan dihidroergotamin
(DHE). Golongan triptan digunakan pada migren sedang sampai sedang atau migren ringan
sampai sedang yang tidak responsif terhadap analgesik atau NSAID. Sedangkan golongan
dehidroergotamin seperti alkaloid ergot (ergotamin tartat) walaupun efikasinya tidak lebih baik
dari triptan namun golongan tersebut memiliki rekurensi yang lebih rendah pada beberapa pasien.
Selain itu, alkaloid ergot dapat menginduksi drug overuse headache sangat cepat pada dosis
sangat rendah sehingga penggunaannya dibatasi hanya sampai 10 hari per bulan dan tidak boleh

12
diberikan pada pasien dengan penyakit kardiovaskuer dan cerebrovaskuler, hipertensi, gagal
ginjal, kehamilan, dan masa laktasi. Obat golongan triptan bekerja dengan cara agonisasi dari
reseptor 5HTIB/ID seperti sumatriptan 6 mg subkutan atau 50-100 mg per oral, atau derivat ergot
seperti ergotamin 1-2 mg yang dapat diberikan secara oral, subkutan ataupun rektal.
Pemberian antiemetik diberikan pada serangan migren akut untuk mengatasi nausea dan
potensi emesis, diduga obat-obat antiemetik meningkatkan resorpsi analgesik. Metoklopramid 20
mg direkomendasikan untuk dewasa dan remaja sedangkan domperidon 10 mg untuk anak-anak.
Terapi profilaktik umumnya diindikasikan apabila pasien mengalami lebih dari dua kali
serangan migren per bulan atau yang aktivitas sehari-harinya terganggu akibat nyeri kepala. Obat
yang dapat digunakan antara lain amitriptilin, propranolol, dan nadolol sebagai lini pertama.
Untuk lini kedua dapat digunakan topiramat, gabapentin, venlafaksin, kandesartan, lisinopril,
magnesium, dan riboflavin. Untuk lini ketiga, dapat dipakai flunarizin,pizotifen, dan natrium
divalproat. Beberapa pertimbangan khusus sebelum dokter memberikan profilaktik meliputi ada
tidaknya hipertensi atau penyakit kardiovaskuler, gangguan mood, insomnia, kejang, obesitas,
kehamilan, dan toleransi rendah terhadap efek samping medikasi. (2)

KOMPLIKASI

Komplikasi Migren adalah rebound headache, nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat-
obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen ,dll yang berlebihan. Status migren, yaitu nyeri kepala
yang lebih dari 72 jam walaupun telah diobati sebagaimana mestinya. Dan meminum obat analgetik
yang berlebihan.Terdapat juga adanya resiko dari stroke. (3)

PENCEGAHAN

Migrain seringkali dapat dikelola sampai taraf tertentu dengan berbagai pendekatan nonfarmakologis.
Sebagian besar pasien mendapat manfaat dengan mengidentifikasi dan menghindari pemicu sakit
kepala spesifik. Gaya hidup yang teratur sangat membantu, termasuk pola makan yang sehat, olahraga
teratur, pola tidur yang teratur, menghindari kafein dan alkohol yang berlebihan, dan menghindari
perubahan akut pada tingkat stres, terutama mewaspadai efek let-down. Langkah-langkah yang
menguntungkan individu tertentu harus digunakan secara rutin karena memberikan pendekatan yang
sederhana dan hemat biaya untuk manajemen migrain. Pasien dengan migrain tidak mengalami lebih
banyak stres daripada individu yang tidak sakit kepala. Karena tekanan hidup sehari-hari tidak dapat
dihilangkan, mengurangi respons seseorang terhadap stres dengan berbagai teknik sangat membantu
bagi banyak pasien. Ini mungkin termasuk yoga, meditasi transendental, hipnosis, dan teknik
pengkondisian seperti biofeedback. Bagi sebagian besar pasien, pendekatan ini paling baik sebagai
tambahan farmakoterapi. Tindakan nonfarmakologis tidak mungkin untuk mencegah semua serangan
migrain. Jika langkah-langkah ini gagal untuk mencegah serangan, maka pendekatan farmakologis
diperlukan untuk menghentikan serangan. (4)

13
Migrain tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, tetapi kita dapat mengurangi frekuensi serangan
penyakit ini semaksimal mungkin. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
serangan migrain adalah:

Mengidentifikasi dan mencegah pemicu migrain

Mengindentifikasi pemicu migrain dapat dilakukan dengan membuat catatan setelah terserang
migirain. Pasca serangan migrain, penderita dapat membuat catatan mengenai tanggal dan jam
serangan terjadi, tanda- gejala yang muncul, obat yang dikonsumsi, serta kapan gejala berakhir. Dari
catatan tesebut, dokter dapat membantu mengidentifikasi pemicunya dan memberi penanganan yang
tepat. Contohnya, migrain yang terjadi setelah mengonsumsi makanan tertentu atau terjadi saat
kondisi stress, upaya penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan menghindari konsumsi
makanan tersebut atau mengendalikan stres agar tidak sampai menimbulkan serangan migrain.

Buat jadwal kegiatan harian yang konsisten

Mengatur pola tidur dan makan yang teratur serta mengendalikan tekanan atau stres dapat mencegah
timbulnya serangan migrain. Selain itu, dianjurkan untuk berolahraga secara teratur agar stres dapat
berkurang, sehingga dapat mencegah serangan migrain.

Konsumsi obat atau suplemen

Biasanya, dokter akan meresepkan obat jika ada kemungkinan penderita terserang kembali migrain
atau jika serangan migrain sering terjadi. Obat pencegah serangan migrain diberikan sesuai
pemicunya. Contoh obat-obatan tersebut adalah propranolol untuk mengatasi angina dan hipertensi,
serta terapi penggantian hormon (contohnya estrogen) untuk mencegah serangan migrain yang
berkaitan dengan hormon. (3)

PROGNOSIS

Prognosis migren dapat sembuh sempurna dengan menghindari faktor pencetus dan meminum obat
yang teratur. Tetapi berdasarkan penelitian dalam beberapa tahun terakhir risiko untuk menderita
stroke pada pasien riwayat migren meningkat. Sekitar 19% dari seluruh kasus stroke terjadi pada
orang dengan riwayat migraine. (2)

14
KESIMPULAN

Migraine adalah nyeri kepala dengan serangan nyeri yang berlansung 4 – 72 jam. Nyeri biasanya

unilateral, sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan diperhebat oleh

aktivitas, dan dapat disertai mual muntah, fotofobia dan fonofobia.

Merupakan penyebab nyeri kepala primer kedua terbanyak setelah Tension Type Headache (TTH).

Migrain ditandai dengan nyeri kepala yang umumnya unilateral dengan sifat nyeri yang

berdenyut, dan lokasi nyeri umumnya di daerah frontotemporal. Migrain secara umum dibagi

menjadi 2 yaitu migren tanpa aura atau common migraine dan migren dengan aura atau classic

migraine. Yang paling sering terjadi adalah migren tanpa aura yaitu sekitar 80% dari semua

pengidap migren. Migren dapat terjadi pada semua usia tetapi biasanya muncul pada usia 10 – 40

tahun dan angka kejadiannya menurun setelah usia 50 tahun. Diagnosis migraine dapat

ditegakkan dengan anamnesis yang cermat dengan memperhatikan ciri-ciri khusus dari beberapa

klasifikasi migraine menggunakan kriteria diagnosis International Headache Socety,

Penatalaksanaan mencakup penatalaksanaan abortif dan preventif/profilaktif baik secara farmakologi

maupun non farmakologi. Prinsip pengobatan adalah untuk mengurangi serangan migraine dan

mencegah serangan berikutnya.

15
REFERENSI

1. Tim penyusun. Panduan Praktik Klinis Neurologi. PERDOSSI.2016


2. Arifputera A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Editor, Tanto C, dkk. Edisi 4.
Jakarta: Media Aesculapius. 2014; jilid 2
3. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I.
VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014
4. Kasper, D.L , et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Ed 19. New York.
McGraw-Hill. 2015

Anda mungkin juga menyukai