Anda di halaman 1dari 42

GASTRO-ESOPHAGEAL

Kelompok
REFLUX DISEASE (GERD)
A H DY- A D RA Z-A R- D P S E M - F E R- H A- N A H F - R- R H - 7
S F N - S R P-V S
DEFINISI
GERD adalah singkatan dari Gastroesophageal Reflux
Disease, merupakan penzakit saluran cerna akibat
asam lambung yang naik ke esofagus. Hal ini akan
membuat penderita merasa mual bahkan muntah dan
juga dada terasa panas seperti terbakar (heartburn).
Gastroesophageal Reflux Disease adalah suatu
keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan
lambung kembali naik ke esofagus yang
menimbulkan beragai gejala yang mengganggu
(troublesome) di esofagus maupun ekstra esofagus
dan atau dengan komplikasi. (Susanto, 2002)
DEFINISI
Penyakit refluks gastroesofageal atau
gastroesophageal reflux disease (GERD)
merupakan suatu gangguan dimana isi
lambung mengalami refluks secara berulang
ke dalam esofagus, yang menyebabkan
terjadinya gejala dan/atau komplikasi
yang mengganggu.
(National Consensus on the Management of Gastroesophageal Reflux Disease
in Indonesia)
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi GERD dan komplikasinya di Asia, termasuk
Indonesia, secara umum lebih rendah
dibandingkan dengan negara barat namun demikian
data terakhir menunjukkan bahwa prevalensinya
semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh karena
adanya perubahan gaya hidup yang
meningkatkan seseorang terkena GERD, seperti
merokok dan juga obesitas.

Data epidemiologi dari Amerika Serikat


menunjukkan bahwa satu dari lima orang
dewasa mengalami gejala refluks esofageal
(heartburn) dan atau regurgitasi asam sekali dalam
seminggu, serta lebih dari 40% mengalami gejala
ETIOLOGI GERD

1. Tonus LES tidak ada atau sangat


rendah (<3 mmHg)
2. Transient LES Relaxation (TLESR)
3. Faktor lain
4. Peran infeksi Helicobacter pylori
5. Makanan dan Minuman
1. TONUS LES TIDAK ADA ATAU
SANGAT RENDAH (<3 MMHG)

Karena esophagus dan gaster dipisahkan oleh zona


tekanan tinggi yang dihasilkan oleh kontraksi LES.
Aliran balik dari gaster ke esophagus atau refluks
hanya terjadi apabila tonus LES menurun.
Faktor-faktor yang dapat menurunkan tonus LES:
a. Adanya hiatus hernia
b. Panjang LES (makin pendek LES, makin rendah
tonusnya)
c. Obat-obatan seperti: antikolinergik, beta adrenergic,
theofilin, opiate, diazepam, agonist kalsium, dan
2. TRANSIENT LES
RELAXATION (TLESR)
Pada pasien dengan tonus LES normal
yang berperan dalam proses refluks
adalah TLESR.
TLESR adalah relaksasi LES yang
bersifat spontan dan berlangsung <5
detik tanpa didahului proses menelan.
3. FAKTOR LAIN

Adanya kelainan di lambung yang


meningkatkan terjadinya refluks
fisiologis, antara lain:
a. Dilatasi lambung / obstruksi gastric outlet
b. Delayed gastric emptying
4. PERAN INFEKSI
HELICOBACTER PYLORI
Peranan infeksi Helicobacter pylori
terhadap GERD merupakan
konsekuensi logis dari gastritis
serta pengaruhnya terhadap
sekresi asam lambung
5. MAKANAN DAN
MINUMAN
Makanan atau minuman yang
menstimulasi sekresi asam
lambung:
a. Coklat
b. Teh
c. Peppermint
d. Kopi
e. Minuman bersoda
KLASIFIKASI
(Erosive Esophagitis/ERD), yaitu pasien
dengan esofagitis erosif yang ditandai dengan
adanya kerusakan mukosa esofagus pada
pemeriksaan endoskopi
Non-Erosive Reflux Disease/NERD, yaitu
pasien dengan gejala refluks yang
mengganggu tanpa adanya kerusakan
mukosa esofagus pada pemeriksaan
endoskopi. Data yang ada menunjukkan
bahwa gejala-gejala yang dialami oleh pasien
NERD juga disebabkan oleh asam,
berdasarkan pemantauan pH, respons
GERD refrakter adalah pasien yang tidak
berespons terhadap terapi dengan penghambat
pompa proton (Proton Pump Inhibitor/PPI) dua kali
sehari selama 4-8 minggu. Pembedaan ini penting
oleh karena individu dengan GERD refrakter ini
harus menjalani endoskopi saluran cerna bagian
atas (SCBA) untuk mengeksklusi diagnosis penyakit
ulkus peptik atau kanker dan mengidentifikasi
adanya esofagitis.
Refluks non-asam (Non Acid Reflux/NAR)
adalah suatu kondisi di mana refluksat dapat
berupa cairan empedu, cairan asam lemah atau
alkali, dan/atau gas.
Tes Bernstein digunakan untuk mensimulasi gejala
NAR (NON-ACID
REFLUX) DAPAT
MERUJUK KEPADA:
(a) Episode refluks yang terdiagnosis dengan
manometri atau skintigrafi tanpa adanya
penurunan pH di bawah 4;
(b) Kejadian GERD yang terdiagnosis dengan
pemantauan metode spektrofotometri (Bilitec);
(c) Kejadian refluks yang terdiagnosis dengan
pemantauan impedansi tanpa adanya
penurunan pH atau penurunan pH yang tidak
mencapai angka 4; dan
(d) Kejadian refluks yang terdiagnosis dengan
pemantauan impedansi tanpa adanya
FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor risiko atau kondisi yang bisa menjadi penyebab
GERD adalah:
• Obesitas atau kegemukan
• Hernia hiatus
• Pengosongan lambung yang tertunda
• Kehamilan
• Mulut kering
• Asma
• Gangguan jaringan ikat, seperti skleroderma
• Life Style: merokok, minum alkohol, makan pedas, asam,
berlemak, tidur setelah makan.
MANIFESTASI KLINIS

ABCD Arq Bras Cir Dig 2014;27(3):210-215


Sindrom esofageal
 tanpa lesi struktural berupa heartburn dan
regurgitasi, serta nyeri dada non-kardiak.
 lesi struktural, berupa refluks esofagitis, striktur
refluks, Barret’s esophagus, adenokarsinoma
esofagus.

Sindroma esktraesofageal
 batuk kronik, asma, dan laringitis
KOMPLIKASI GERD
ANTARA LAIN:
1.Esofagus Barret, yaitu perubahan epitel
skuamosa menjadi kolumner metaplastik.
2.Esofagitis ulseratif
3.Perdarahan
4.Striktur esofagus
5.Aspirasi
DIAGNOSIS

Anamnesis (>80% kunci


diagnosis)

PPI Test

Pemeriksaan penunjang
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Endoskopi
Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan ph 24 jam
Pemeriksaan diagnostik lainnya:
Esofagografi dengan barium
Manometri esofagus
GERD-Q
GERD treatment options

Lifestyle Antacids and


modifications alginates

PPIs Approaches H2RAs

Prokinetic
motility agents

Hatlebakk & Berstad, Clin Pharmacokinet 1996; 31: 386–


406.
Lifestyle modifications for the
management of GERD

Reduce weight
Elevate head
Stop smoking of bed

Modifications
Avoid reflux-promoting
agents (e.g. alcohol,
coffee, some foods)
(not evidence based)

Eat small meals,


no late meals,
reduce fat
PRINSIP TERAPI

Pengendalian pH asam lambung enzim


pepsin bekerja pada pH ideal = 2-2.5
pada pH > 4 aktivitas pepsin menurun
drastic
Enzim pepsin bekerja mencerna
dinding protein lambung
PENGOBATAN GERD:
Menghilangkan gejala / keluhan
Menyembuhkan lesi esofagus
Mencegah kekambuhan
Memperbaiki kualitas hidup
Mencegah timbulnya komplikasi
KONSENSUS NASIONAL PENATALAKSANAAN PENYAKIT
REFLUKS GASTROESOFAGEAL (GASTROESOPHAGEAL
REFLUX DISEASE/GERD) INDONESIA 2004
TERAPI GERD DENGAN
PPI:
Pengobatan awal dengan PPI dengan
dosis ganda selama 8 minggu dengan
dosis ganda.
Selanjutnya tergantung perbaikan
klinik dan endoskopi, dalam bentuk
terapi on demand atau maintenance
therapy sampai 6 bulan
PPI dosis ganda selama 8 minggu
dapat memberikan healing rate lebih
dari 80%
Penatalaksanaan GERD
TERDUGA KASUS REFLUKS Gejala Alarm/
Usia > 40 tahun

UNINVESTIGATED INVESTIGATED
n g
er ula
b
l uha n
Ke

PENGOBATAN EMPIRIK
TERAPI AWAL / INITIAL
2 minggu ( PPI test ? )

PPI test : 1-2


Esofagitis sedang &
minggu Dosis berat Gejala
ganda Esofagitis ringan
berulang
(Sensitivitas NERD
68-80%)

TERAPI TERAPI
“BILA PERLU” PEMELIHARAAN

Indonesia GERD study group


ALGORITME TATA LAKSANA GERD PADA
PELAYANAN KESEHATAN LINI PERTAMA

Gejala khas GERD


•Heartburn
•Regurgitasi

Gejala Alarm/ Tanpa gejala Alarm


Umur > 40 tahun

Respon menetap Respon baik

Endoskopi GERD+ Terapi minimal 4 minggu

kekambuhan On demand therapy


Indonesia GERD study group
ALGORITME TATA LAKSANA GERD PADA
PELAYANAN KESEHATAN LINI KEDUA
DAN KETIGA
Algorithm Pengobatan Yang
dianjurkan untuk Pasien GERD

PPI
Pengobatan awal Severe EE , Serangan
Uninvestigated,
Mild EE
4-8 minggu Yang sering
Atau Respons PPI
lambat
Atau NERD

PPI PPI
On-Demand Maintenance

Indonesia GERD study group


Pertimbangan terapi
GERD
PPI :  Cepat dalam menghilangkan keseluruhan gejala
 Cepat dalam penyembuhan
 Pendekatan Step-down
 Yang dipilih :
Cepat dalam penghambatan asam
Konsisten mengontrol asam pada pH>4
Sedikit interaksi dengan obat lain
Sedikit efek pada cytochrome P450
 Omeprazole ? Rabeprazole ?
Lanzoprazole ? Esomeprazole ?
Pantoprazole ?
PENCEGAHAN
Pencegahan Primordial

Dilakukan untuk menghindari terbentuknya pola hidup


sosial ekonomi dan kultural yang diketahui mempunyai
kontribusi untuk meningkatkan risiko penyakit.

Pencegahan Primer

Dilakukan saat proses penyakit belum mulai dengan tujuan


mengurangi insiden penyakit dengan cara menekan faktor
risiko
Pencegahan Sekunder

Dilakukan saat proses penyakit sudan berlangsung, namun


belum timbul gejala atau tanda sakit. Dengan tujuan
menghentikan penyakit dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

Pencegahan Tersier

Upaya pencegahan saat proses penyakit sudan lanjut dengen


tujuan menghindari kecatatan dan mengurangi penderitaan.
PROGNOSIS
Prognosis umumnya bonam tetapi
sangat tergantung dari kondisi pasien
saat datang dan pengobatannya
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai