Anda di halaman 1dari 57

REFERAT

MAUREN CHESARIA W

Pembimbing :
Dr. Diany Nurdin, Sp.KK., M.Kes
 Penyakit kusta adalah penyakit infeksi
disebabkan basil mycobacterium
leprae
 Biasa disebut khusta, penemunya
adalah Dr. Gerhard Armauwer
Hansen tahun 1874.
 Memiliki komplikasi berupa cacat dan
gangguan fungsi motorik
 Pada sebagian kecil pasien, penyakit ini
lambat untuk di diagnosis
TAHUN 2016 16.826 KASUS BARU KUSTA (6,5/100.000 PENDUDUK)
84% TIPE MULTI BASILER (MB), SEBAGIAN BESAR MENGENAI LAKI-LAKI
DIBANDINGKAN PEREMPUAN
MULTI BASILER BERARTI BANYAK KUMAN YANG
TERKANDUNG LL,BL, BB DI DALAMNYA,
SEDANGKAN PAUSIBASILER HANYA SEDIKIT
KUMAN YAKNI TIPE TT,BT ATAU LL
 CARDINAL SIGN
 BERCAK KULIT YANG MATI RASA
 PENEBALAN SARAF TEPI
 DITEMUKAN KUMAN TAHAN ASAM
 DAPAT MENYERUPAI PSORIASIS
 KELEMAHAN OTOT DAN ADA RASA
GATAL
 makula atau plakat, lesi satelit di tepi
 gambaran hipopigmen, kulit kering skuama
tidak sejelas tt
 lesi biasanya terletak dekat saraf perifer yang
menebal
 lesi anular dengan pinggiran tajam dan plak
yang besar dengan kulit normal sering disebut
swiss chesse atau lesi klasik dismorfik
 Makula infiltratif
 Permukaan lesi mengkilap dan batas lesi
kurang jelas.
 Lesi punched out ( hipopigmentasi dengan
bagian tengah oval dan berbatas jelas)
 Menyebar ke seluruh tubuh
 Papul dan nodul lebih tegas
dengan distribusi lesi yang
hampir simetris dan melekuk
pada bagian tengah
 Lesi bagian tengah tampak
seperti punched out dengan
infiltrasi di pinggir
 Kerusakan saraf lebih cepat
dibandingkan LL
 Jumlah sangat banyak,
simetris, permukaan halus,
lebih mengkilap, berbatas
tidak tegas,
 Distribusi banyak di lengan,
wajah, telinga,
 Disertai dengan gangguan
organ lainnya
 Stocking and glove
anasthesia pada stadium
lanjut
PB MB
1. Lesi kulit (makula yang 1-5 lesi > 5 lesi
datar, papul yang meninggi,
Hipopigmentasi/eritema Distribusi lebih simetris
infiltrat, plak eritem, nodus)
Distribusi tidak simetris Hilangnya sensasi kurang
jelas
Hilangnya sensasi yang
jelas
Kerusakan saraf Hanya satu cabang saraf Banyak cabang saraf
(menyebabkan hilangnya
senasasi/kelemahan otot
yang dipersarafi oleh saraf
yang terkena)
BTA Negatif Positif
Saraf Perifer
• N. fasialis
Perlu dinilai
• N. aurikularius magnus

• N. ulnaris 
• N. medianus

• N. radialis - Pembesaran
• N. poplitea lateralis
- Konsistensi
-Nyeri +/-
• N. tibialis posterior
KERUSAKAN SARAF

Sensoris Motoris Otonom

Anastesi paresis/paralisis kulit kering


KERUSAKAN SARAF

Sensoris Motoris Otonom

Anastesi paresis/paralisis kulit kering


Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Bakterioskopik
• Membantu menegakkan diagnosis
• Pengamatan pengobatan
• M. leprae terlihat merah
– solid : batang utuh  hidup
– fragmented : batang terputus  mati
– granular : butiran  mati
Pemeriksaan Penunjang
• Indeks Bakteri:
– Kepadatan BTA ( solid + non solid ) pada satu
sediaan
– Nilai 0 – 6+

• Indeks Morfologi:
– Persentase bentuk solid dibandingkan dgn jumlah
solid dan non solid
Pemeriksaan Penunjang
2. Pemeriksaan Histopatologik
– Untuk memastikan gambaran klinis
– Penentuan klasifikasi kusta

3. Pemeriksaan Serologis
– Tes ELISA (Enzyme Linked Immuno-sorbent Assay)
– Tes MLPA (Mycobacterium Leprae Particle
Aglutination)
– Tes ML dipstick (Mycobacterim Leprae dipstick)
Diagnosis Banding
Penyakit kusta ~ The Greatest Immitator

– Dermatofitosis
– Tinea versikolor
– Pitiriasis rosea
– Pitiriasis alba
– Psoriasis
– Neurofibromatosis
– dll
Pengobatan
Multi Drugs Treatment (MDT):
• DDS (Diamino Difenil Sulfon)
• Klofazimin (Lamprene)
• Rifampisin

Pemberian MDT:
• Mencegah dan mengobati resistensi
• Memperpendek masa pengobatan
• Mempercepat pemutusan mata rantai penularan
Pengobatan
Obat Alternatif:
• Ofloksasin
• Minosiklin
• Klaritromisin
Pengobatan
MDT Multibasiler (MB)
– BB,BLdan LL
– atau semua tipe BTA (+)
• Rifampisin 600 mg/bulan
• DDS 100 mg/hari
• Klofazimin 300 mg/bln diteruskan 50 mg/hari
• Diberikan 2 – 3 tahun bakterioskopik (-)
• Pemeriksaan klinis setiap bulan
• Pemeriksaan bakterioskopik setiap 3 bulan
Pengobatan
MDT Pausibasiler (PB)
– I, TT, dan BT

• Rifampisin 600 mg/bulan


• DDS 100 mg/hari
• Diberikan 6 – 9 bulan
• Pemeriksaan klinis setiap bulan
• Pemeriksaan bakterioskopik setelah 6 bulan
Pengobatan
MDT Pausibasiler (Lesi tunggal)

• Rifampisin 600 mg
• Ofloksasin 400 mg
• Minosiklin 100 mg

• ROM  diberikan dosis tunggal


Pengobatan
Release From Treatment (RFT) :
• Penghentian pemberian obat
• Kontrol klinis dan bakterioskopis

Release From Control (RFC) :


• Bebas dari pengamatan
• Lesi baru (-), BTA (-)
Pengobatan
WHO (1998)
• RFT & RFC tidak dianjurkan lagi
• Pasien dinyatakan sembuh jika :
• Kasus MB  12 dosis dalam 12 – 18 bulan
• Kasus PB  6 dosis dalam 6 – 9 bulan
Reaksi Kusta
• Suatu keadaan akut pd perjalanan peny kusta
yg kronik
• Penyebab utama kerusakan saraf dan cacat
• Dapat terjadi pada awal, selama & setelah
terapi
• Pembagian:
– Reaksi tipe I ~ reversal  hipersensitifitas tipe IV
– Reaksi tipe II ~ ENL  hipersensitifitas tipe III
– Ke-2 tipe reaksi ini dpt berlangsung ringan - berat
KLINIS REVERSAL ENL

Kulit Lesi >> eritematosa Nodus < >>>


Lesi baru Nyeri, ulserasi

Saraf Membesar Membesar


Nyeri +/- Nyeri +/-
Gangguan fungsi +/- Gangguan fungsi +/-

Konstitusi Demam ringan Demam ringan – berat


Malese Malese
Reaksi Lepra
Pengobatan Reaksi
Prinsip pengobatan :
1. Pemberian obat anti reaksi
2. Istirahat atau imobilisasi
3. Analgetik, sedatif u mengatasi rasa nyeri
4. MDT diteruskan
Pengobatan Reaksi
Pasien sebelum & sesudah pengobatan
Pengobatan Reaksi
Reaksi ENL
• Ringan  rawat jalan, istirahat
• Berat  rawat inap
• Obat :
– Prednison 15 – 30 mg/hr  berat/ringan reaksi
– Klofazimin 200 – 300 mg/hr
– Thalidomide  teratogenik, di Indonesia (-)
Pengobatan Reaksi
Reaksi Reversal
• Neuritis (+)
• Prednison 15 – 30 mg/hr
• Analgetik + sedatif
• Anggota gerak yang terkena  istirahatkan

Neuritis (-)
• Kortikosteroid (-)
• Analgetik kalau perlu
Komplikasi
Komplikasi
PROGRAM PEMBERANTASAN

Tujuan: prevalensi < dari 1 per 10.000 pddk


Sasaran: semua penderita orang yang kontak dengan penderita

Strategi:
• pengobatan dgn MDT
• kerjasama linsek dan linprog
• meningktkan ketrampilan petugas
• Penemuan, pengobatan dan pencegahan kecacatan
Pelaporan dan pencacatan

1.Setiap penderita harus memiliki kartu


penderita
2.Pencatatan dalam buku monitoring
3.Menyediakan formulir kasus baru
4.Pencatatan di dalam buku kunjungan
penderita
Upaya Pencegahan Penularan Kusta

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit yang dapat


segera ditangani dan di cegah.
mencegah penularan kusta:
• Segera melakukan pengobatan sejak dini secara rutin
terhadap penderita kusta, agar bakteri yang dibawa tidak
dapat lagi menularkan pada orang lain.
• Menghindari atau mengurangi kontak fisik dengan jangka
waktu yang lama
• Meningkatkan kebersihan diri dan kebersihan lingkungan

• Meningkatkan atau menjaga daya tahan tubuh, dengan


cara berolahraga dan meningkatkan pemenuhan nutrisi.
•Tidak bertukar pakaian dengan penderita, karena basil
bakteri juga terdapat pada kelenjar keringat
•Memisahkan alat-alat makan dan kamar mandi penderita
kusta

•Untuk penderita kusta, usahakan tidak meludah


sembarangan, karena basil bakteri masih dapat hidup
beberapa hari dalam droplet

•Isolasi
pada penderita kusta yang belum mendapatkan
pengobatan. Untuk penderita yang sudah mendapatkan
pengobatan tidak menularkan penyakitnya pada orang lain.

•Melakukan vaksinasi BCG pada kontak serumah dengan


penderita kusta.

•Melakukan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai


mekanisme penularan kusta

Anda mungkin juga menyukai