Anda di halaman 1dari 23

REFLEKSI KASUS Februari 2020

DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI

Disusun Oleh :
Yogi Setiawan
N 111 17 124

Pembimbing :
dr Sumarni.,M.Kes,.Sp.GK
dr Nurul Ekhsan

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT - KK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit diare merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang
masih tinggi. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun
2013, setiap tahunnya ada sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka
kematian 760.000 anak dibawah 5 tahun. Pada negara berkembang, anak-anak
usia dibawah 3 tahun rata-rata mengalami 3 episode diare pertahun.1
Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar (BAB)
dengan konsistensi lembek hingga cair dan frekuensi lebih dari tiga kali
sehari. Diare akut berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare persisten
terjadi selama ≥ 14 hari. Secara klinis penyebab diare terbagi menjadi enam
kelompok, yaitu infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan makanan,
imunodefisiensi dan penyebab lainnya ,misal: gangguan fungsional dan
malnutrisi.2
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menunjukkan insidens diare
pada kelompok umur balita adalah paling tinggi yaitu 6,7%. Lima provinsi
dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta
(8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%). Karakteristik diare balita
tertinggi terjadi pada kelompok umur 12 - 23 bulan (7,6%).3
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya (>3kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair) dengan/tanpa darah dan/atau lendir. Salah satu masalah
kesehatan yang sering terjadi pada masyarakat adalah diare atau sering disebut
juga gastroenteritis, terutama pada bayi dan anak di Indonesia. Diare adalah
penyakit gangguan pencernaan yang disebabkan oleh infeksi beberapa kuman.4

1
Mikroorganisme masuk lewat makanan yang biasanya disebabkan oleh
kebersihan dan kehigienisan yang tidak terjaga. Menurut Nelsondiare menjadi
masalah serius diberbagai tempat diseluruh dunia dan sering bertumpangtindih
dengan malnutrisi. Diare menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak-anak diberbagai Negara berkembang. Diperkirakan lebih
dari1milyar kasus diare di dunia dengan 4-5 juta kasus kematian. Dampak yang
ditimbulkan oleh diare adalah dehidrasi, hipokalemi, hipokalsemia,
hiponatremia, syok hipovolemik, asidosis bahkan kematian.Terjadinya
kehilangan cairan tubuh atau dehidrasi dalam jumlah besar dapat mengganggu
proses metabolisme. Dehidrasi merupakan masalah gawat dalam diare,
pemberiancairan paling penting bila terjadi kasus dehidrasi, keterlambatan
dalam pemberian pertolongan dapat mengakibatkan 50 – 60 % pasien
meninggal.3
Kondisi lingkungan yang buruk adalah salah satu faktor meningkatnya
kejadian diare karena status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup
perumahan, pembuangan kotoran, dan penyediaan air bersih. Hal ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan lingkungan yang besar karena dapat
menyebabkan mewabahnya penyakit diare dan mempengaruhi kondisi
kesehatan masyarakat. 5
Menurut data Puskesmas Biromaru tahun 2018 diare merupakan penyakit
dengan peringkat ke 4 dari 10 penyakit terbanyak di puskesmas Biromaru.
Dengan jumlah kasus yaitu sebanyak 1040 kasus. Hal ini merupakan suatu
bahasan yang menarik, sehingga penulis tertarik untuk mengangkat masalah
Diare sebagai suatu bahan refleksi kasus.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 10 penyakit terbesar tahun 2018 puskesmas biromaru


No Nama Penyakit Jumlah
1 ISPA 3,213
2 Hipertensi 1,546
3 Gastritis 1,395
4 Diare 1,040
5 Malaria Tanpa Lab (KIA) 917
6 Peny. Kulit Alergi 819
7 Kencing manis 646
8 Jantung 369
9 Penyakit Pulpa 611

10 Penyakit syaraf /Chepalgia 154


Sumber: Pengelola SP2TP Puskesmas Biromaru 2018

2.2 Menentukan Prioritas Masalah Menggunakan Rumus Hanlon Kuantitatif


Masalaah Besar Kemungkinan
No Kegawatdaruratan Nilai
kesehatan masalah diatasi

1 Diare 3 2 3 8

2 ISPA 4 2 4 10

3 Hipertensi 3 2 4 9

4 Gastritis 3 3 1 7

5 malaria 3 3 1 7

Dilihat dari table diatas masalah yang menjadi prioritas pada Puskesmas
Bulili adalah diare,ISPA dan Hipertensi.

3
a. KRITERIA A : Besar Masalah

Masalah Besar masalah


Nilai
kesehatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

X (Diare) V 7

Y (ISPA) V 9

Z (Hipertensi) V 8

b. KRITERIA B :Kegawatan Masalah


Masalah Tingkat Biaya yang
Keganasan Nilai
kesehatan urgency dikeluarkan

X (Diare) 2 1 3 6

Y (ISPA) 2 3 3 8

Z (Hipertensi) 2 2 3 7

c. KRITERIA C : Kemudahan dalam Penanggulangan


Sangat sulit YZ X sangat mudah

1 2 3 4 5

d. KRITERIA D : PEARL faktor


Masalah Hasil
P E A R L
kesehatan perkalian

X 1 1 1 1 1 1

4
Y 1 1 1 1 1 1

Z 1 1 1 1 1 1

e. PENETAPAN NILAI
 Diare
NPD : (A+B) C = (7+6) 4= 13x4 = 52
NPT : (A+B) CxD = (7+6) 4x1 = 13x4 = 52
 ISPA
NPD : (A+B) C = (9+8) 2 = 17x2 = 34
NPT : (A+B) CxD = (9+8) 2x1 = 17 x2 =34
 Hipertensi
NPD : (A+B) C = (8+7) 3 = 15x3 =45
NPT : (A+B) CxD = (8+7) 3x1 =15x3 =45

f. KESIMPULAN
Masalah D
A B C NPD NPT Prioritas
kesehatan (PEARL)

Diare 7 6 4 1 52 52 1

ISPA 9 8 2 1 34 34 3

Hipertensi 8 7 3 1 45 45 2

Kesimpulan dari rumus ini yaitu diare merupakan prioritas masalah yang
menempati urutan ke-1 dari 3 prioritas masalah yang ada di Puskesmas
biromaru.

5
2.2 Identitas pasien Identitas orang tua
Nama Pasien : An. H F nama ibu : ny T
Umur : 1tahun 6 Bulan umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan pendidikan terakhir : Smp
Agama : Islam asuransi : BPJS
Alamat : Desa Lora suku : Kaili
Pekerjaan : scuriti

2.3 Anamnesis
Keluhan utama:
BAB cair

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien dibawa oleh orang tuanya kepuskesmas dengan keluhan BAB cair
yang dialami sejak 3 hari yang lalu. Dalam sehari frekuensi BAB cair ± 3-4 kali.
BAB disertai ampas dan berwana kekuningan, berbau amis yang menyengat,
tidak ada darah. Keluhan lainya muntah hari ini 2x berisi makanan dan cairan,
Pasien juga mengalami demam yang dialami seja tadi pagi. Nafsu makan
menurun, minum bagus, BAK lancar. Menurut ibu pasien pasien 1 minngu
terakhir menggati susu formula yang sebelumnya dikonsumsi.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya,
sekitar usia 1 tahun 4 bulan pasien pernah mengalami kejang,
penyakit jantung (-), penyakit lainnya (-).

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang sama dengan pasien.

6
Riwayat pengobatan :
Pasien belum pernah melakukan pengobatan sebelumnya,
Riwayat Antenatal
Ibu rutin memeriksakan kandungan selama kehamilan ke bidan desa dan
tidak ada penyakit selama hamil.

Riwayat Natal
Pasien lahir di rumah sakit Torabelo, dengan usia kehamilan 7 bulan, berat
badan lahir 1500 gram, panjang badan tidak diketahui pasien. Pasien lahir
kembar dan langsung menangis

Riwayat ASI
Pasien tidak mendapat ASI Eksklusif di karenakan pasien saat lahir harus
dirawat di RS Torabelo karena lahir prematur.
Pasien saat lahir hingga sekarang masih menggunakan susu formula.

Riwayat Imunisasi
Imunisasi lengkap
Jenis Vaksin Keterangan

HB O ( 0-7 hari) Diberikan tepat waktu

BCG (0-1 bulan) Di berikan tepat waktu

Polio (0, 2, 4, 6 bulan) Di berikan tepat waktu

DPT/HIB (2, 4, 6 bulan) Di berikan tepat waktu

Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan

7
 Untuk konsumsi pangan sehari hari berasal dari bahan makanan yang ditanam
disekitar rumah dan dibeli di pasar. Pasien makan biasanya 3 kali sehari
dengan Porsi setengah piring nasi dan lauk yang dikonsumsi terkadang berupa
ikan, telur, tahu, tempe serta sayuran tiap kali makan. Mencuci tangan
sebelum makan namun terkadang tidak menggunakan sabun. Ibu pasien sering
menyajikan makanan tanpa menggunakan penutup makanan sehingga debu
bahkan lalat yang membawa kotoran dapat hinggap di makanan tersebut.
 Air yang digunakan sehari hari berasal dari saluran pipa sungai paleki, yang
juga digunakan sebagai air minum yang dididihkan
 Pasien tinggal berlima bersama ayah, ibu, kakak, dan saudara kembarnya.
Tempat tinggal pasien terdiri dari1 ruangan, dengan ukuran 5 x 4 meter
persegi, ruangan tersebut di bagi menjadi bagian ruang tamu dan ruang
keluarga, memiliki 1 kamar, 1 dapur yang beralasakan tanah, tempat tinggal
pasien memiliki pencahayaan dan ventilasi yang cukup. Lantai terbuat dari
semen, dinding terbuat dari kayu, dan atap terbuat dari seng. Pesian juga
memiliki kamar mandi yang juga digunakan sebagai WC yang terpisah dari
rumah beberapa meter.
 Untuk pembuangan sampah, pasien membuang sampah ditempat sampah
pribadi di halaman rumah yang jika sudah menumpuk kemudian dibakar..

PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi Umum : Sakit sedang Berat Badan : 7,7 kg
Tingkat Kesadaran : Compos Mentis Tinggi Badan :
Status Gizi : Berdasarkan pemeriksaan saat posyandu rutin Gizi baik

Tanda Vital
Nadi : 112 kali/menit (kuat angkat, reguler)
Suhu : 37,70C

8
Pernapasan : 26 kali/menit
Kulit : Warna sawo matang

Kepala : Normosefal, rambut berwarna hitam, tebal dan tidak


mengkilap, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterus, pupil bulat isokor (diameter 3 mm). Tidak
terdapat sekret pada hidung, tidak terdapat pernapasan
cuping hidung. Tidak ada sekret pada telinga, bibir
tidak sianosis.
Tenggorokan- : Tonsil dan faring tidak tampak kelainan.
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.

Thoraks
Paru : Inspeksi : permukaan dada simetris, penggunaan
otot-otot bantu pernapasan (-).
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-) taktil
fremitus kiri = kanan.
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : bronkovesikuler +/+,
wheezing (-/-), ronkhi (-/-).
Jantung : Inspeksi : iktus kordis tampak
Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni, reguler,
bising jantung (-).
Abdomen : Inspeksi : permukaan datar, seirama gerak napas
Auskultasi : peristaltik kesan meningkat
Perkusi : Tympani
Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar dan
lien tidak teraba.
Turgor : Turgor kembali segera
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-)
Bawah : Akral hangat, edema (-)

Pemeriksaan Penunjang

9
Tidak di lakukan pemeriksaan

Diagnosis Kerja
Diare akut tanpa dehidrasi

Pemeriksaan penunjang yang di anjurkan (-)

Terapi
Medikamentosa :
 Zink 1x1
 Oralit diberikan 100 ml setiap kali BAB cair
 Domperidone syr 3x1/4 cth
 Paracetamol syr 3x 3/4 cth (KP)

Non medikamentosa :
Edukasi orang tua pasien
 Menjaga kebersihan makanan seperti mencuci, mengolah, dan menyimpan
makanan dengan bersih.
 Mengkonsumsi air minum yang sudah teruji.
 Mencuci tangan menggunakan sabun sebelum, sesudah makan dan setelah
BAB
 Menjauhkan tempat sampah dari tempat tinggal pasien.
 Menjelaskan mengenai rute tranmisi, gejala-gejala diare
 Serta Memberi makanan yang bergizi pada anak secara teratur untuk
membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak.

10
BAB III
PEMBAHASAN

Pada anamnesis, pasien adalah anak perempuan berumur 1 tahun 6 bulan


dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan utama BAB cair. BAB cair dengan
frekuensi ± 4-5x/hari, dengan konsistensi cair berwarna kekuningan dengan disertai
ampas, dialami sejak 3 hari yang lalu. Keluhan lain muntah 2x, dan demam sejak tadi
pagi. Berdasarkan keadaan tersebut, pasien di diagnosis awal dengan diare akut.
Diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi lebih dari biasanya atau lebih dari
tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja menjadi cair dengan atau
tanpa darah.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik keadaan umum pasien sakit sedang,
denyut nadi 112 x/menit, pernapasan 26 kali/menit, suhu tubuh yaitu 37,7ºC,
pemeriksaan turgor kulit kembali segera. pemeriksaan auskultasi abdomen juga
didapatkan peristaltik usus meningkat.
Pada kasus tidak dilakukan pemeriksaan penunjang karena ketidaktersedianya
di Puskesmas. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis
diare akut tanpa dehidrasi.
Dikatakan diare akut karena berlangsung selama 3-7 hari, sedangkan diare
persisten terjadi selama ≥ 14 hari. Dengan jalur masuk Mikroorganisme lewat
makanan yang biasanya disebabkan oleh kebersihan dan kehigienisan yang tidak
terjaga. Secara klinis penyebab diare terbagi menjadi enam kelompok, yaitu infeksi,
malabsorbsi, alergi, keracunan makanan, imunodefisiensi dan penyebab lainnya
,misal: gangguan fungsional dan malnutrisi.
Dampak yang ditimbulkan oleh diare adalah dehidrasi, hipokalemi,
hipokalsemia, hiponatremia, syok hipovolemik, asidosis bahkan kematian.Terjadinya
kehilangan cairan tubuh atau dehidrasi dalam jumlah besar dapat mengganggu proses
metabolisme. Dehidrasi merupakan masalah gawat dalam kasus diare, pemberian
cairan paling penting bila terjadi kasus dehidrasi, keterlambatan dalam pemberian

11
pertolongan dapat mengakibatkan 50 – 60 % pasien meninggal. ORT (Oral
Rehydration Therapy) merupakan hal yang paling penting untuk mencegah dan
mengobati kekurangan cairan dan elektrolit. Di Indonesia telah dibuat ORS yang
diberi nama Oralit, yang berisi NaCl 0,7 g, KCl 0,3 g, trinatrium sitrat dihidrat 2,9 g
serta glukosa anhidrat yang berbentuk serbuk dalam sachet, dimana setiap sachet
untuk 200 ml air. Glukosa menstimulasi secara aktif transport Na dan air melalui
dinding usus sehingga resorbsi air dalam usus halus meningkat 25 kali. Penggunaan
ORS dengan formula WHO yang dilaksanankan dengan benar, dapat mengatasi
dehidrasi akibat semua jenis diare pada semua kelompok umur. Namun pada kasus
ini tidak didapatkan tanda tanda dehidrasi.
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah
sembuh. Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya fungsi usus
yang normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrien.
Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena ketidakseimbangan faktor-faktor utama
yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma hidup sehat yang
diperkenalkan oleh H.L. Blum mencakup 4 faktor yaitu faktor genetik/biologis, faktor
perilaku individu atau masyarakat, faktor lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan
(jenis, cakupan dan kualitasnya). Berdasarkan kasus di atas, jika dilihat dari segi
konsep kesehatan masyarakat, maka ada beberapa yang menjadi faktor risiko yang
mempengaruhi derajat kesehatan Diare, yaitu:

1) Genetik/Biologis
Penyakit diare bukanlah penyakit keturunan, Namun Kasus diare lebih
banyak didapatkan pada kelompok umur balita, yaitu pada kelompok umur 12 -
23 bulan, hal ini disebebkan kelompok usia tersebut belum memahami tentang
menjaga kebersihan, dan merupakan kelompok umur yang rentan terhadap
penularan penyakit.

12
Oleh karena itu, peran dari orang tua sangatlah penting, mengenai
pengetahuan tentang penyakit, dan juga menjaga kebersihan untuk kesehatan
balita.

2) Perilaku
 Pengetahuan
Pada kasus ini, tingkat pendidikan terakir orang tua pasien adalah SMP.
Tingkat pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
pada seseorang. Semakin rendahnya tingkat pendidikan akan berbanding
lurus dengan rendahnya tingkat pengetahuan seseorang. Minimnya
pengetahuan ini dapat menjadi salah satu penyebab pasien menderita diare,
karena pasien kurang mengetahui tentang penyakit diare dan faktor-faktor
yang dapat menyebabkan kejadian diare.

 Sikap
Dari anamnesis diketahui bahwa perilaku dikeluarga pasien yang dapat
menjadi salah satu pencetus adalah kebiasaan tidak mencuci tangan
menggunakan sabun, dimana dalam keluarga pasien hampir menjadi
kebiasaan, pada saat sebelum makan, sesudah makan, sebelum
mempersiapkan makanan, dan sesudah BAB. Hal ini dapat menjadi
penyebab timbulnya dan penularan diare.

3) Lingkungan
 Lingkungan Fisik
Pada kasus ini, lingkungan tempat tinggal pasien bisa menjadi salah satu
faktor pencetus timbulnya penyakit, dimana terdapat tempat pembuangan
sampah pribadi yang dekat dengan rumah dengan sampah yang sering
menumpuk.
 Lingkungan Ekonomi

13
Pasien berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Pasien
merupakan anak ke 2, dengan pekerjaan orang tua ayah sebagai scuriti dan
ibu sebagai ibu rumah tangga. Untuk kehidupan sehari-hari, keluarga
tersebut hanya mengandalkan gaji dari ayahnya.
 Lingkungan Sosial-Budaya
Perilaku memasak air dari saluran pipa sungai, merupakan salah satu budaya
memasak yang dilakukan masyarakat dilingkungan tempat tinggal pasien.
Hal ini dilakukan untuk menghemat kondisi keuangan.

4) Pelayanan Kesehatan
Alur pelayanan pasien anak dengan diare di Puskesmas biromaru yaitu :
- Pasien mendaftar ke loket puskesmas
- Kemudian dilakukan pengukuran BB, PB, dan anamnesis singkat pada keluarga
- Diarahkan ke poli MTBS untuk mendapatkan pengobatan
- Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab jika diperlukan, lalu
memperoleh resep dan pasien diarahkan ke apotek
Pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas biromaru dalam
menanggulangi Diare dari program (UKP) Usaha kesehatan perorangan, yaitu pada
saat pasien berkunjung ke puskesmas (poli), mulai dari melakukan pengukuran
TB, BB, menilai status gizi, melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium darah, dan pengambilan obat di apotik, juga pelayanan
UGD jika ditemukan kondisi buruk terkait komplikasi diare seperti dehidrasi dan
lainya.
Di Puskesmas biromaru terdapat beberapa hal yang telah dilakukan dalam
menunjang UKP diantaranya seperti:
a. Pasien balita diberikan konseling gizi kepada keluarga untuk mengatur asupan
makanan yang dikonsumsi sehari-hari
b. Penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

14
Pada program (UKM) Usaha kesehatan masyarakat di Puskesmas Biromaru
untuk menangani pasien diare terdapat program surveilans yang bekerjasama
dengan program promosi kesehatan, Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain:
A). Pengumpulan pengolahan data serta analisis secara sistematis dan
berkesinambungan secara manual maupun komputerisasi
b). Penyajian dan penyebaran hasil analisis dan interpretasi data surveilans
kepada yang memerlukan
c). Mengembangkan sistem kewaspadaan diri
Dalam melakukan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) di Puskesmas
biromaru terdapat beberapa kendala.
1) Kurangnya SDM, sehingga untuk pelacakan kejadian kejadian diare sulit
dilakukan
2) Kurang aktifnya kader program suveilans

Pada program promosi kesehatan,ada beberapa kendalanya yaitu :


1). Kurangnya SDM sehngga penyuluhan ke masyarakat masih sangat kurang
mengenai kasus diare.
2) Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat yang ada dicakupan wilayah kerja
puskesmas, sehingga mereka masih kesulitan untuk menyerap informasi
mengenai berbagai penyakit

15
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi pada
pasien, yaitu: faktor biologis, faktor perilaku, dan faktor lingkungan

4.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
1. Promosi kesehatan (health promotion)
 Memberikan penyuluhan kepada keluarga, masyarakat dan sekolah-
sekolah mengenai penyakit penyakit diare, dan faktor-faktor resikonya
 Edukasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, salah satunya
pentingnya mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
 Edukasi mengenai makanan sehat dan cukup (kualitas maupun
kuantitas)
 Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air
bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.
 penyuluhan kesehatan tentang diare di tingkat
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu
(general and specific protection)
 mencuci tangan sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan, dan
setelah buang air besar.
 Menjaga agar air minum terbebas dari pencemaran, baik di rumah
maupun di sumbernya.
 membersihkan tempat penyimpanan makanan sehingga tidak
terkontaminasi lalat, debu ataupun kotoran lainya.

16
 Pembuangan tinja di tempat yang aman, terutama yang berasal dari
penderita diare, baik penderita bayi, anak ataupun dewasa;
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan
tepat(early diagnosis and prompt treatment)
Petugas kesehatan melakukan pelacakan penyakit diare sedini mungkin dan
melakukan pengobatan yang cepat dan tepat.
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
Mengenali tanda dan gejala diare beserta komplikkasinya yaitu tanda tanda
dehidrasi hingga keadan syok, agar segera mendapatkan pengobatan yang
cepat dan tepat beserta perawatan yang intensif.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
memberikan konseling mengenai perbaikan nafsu makan, dan memberikan
makanan, sayuran dan buah buahan tambahan terkait kondisi gizi paien.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Putri, M. Perbedaan Lama Diare Pada Penderita Diare Akut yang Diterapi
dengan Zink dan Probiotik Dibandin gProbiotik di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Bagian Ilmu KesehatanAnak FK UNS/ RSUD Dr. Moewardi.
JurnalKedokteran Indonesia. Vol.1/No.1. Surakarta. 2009.
2. Christy, M.Y. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dehidrasi Diare
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijudan. Jurnal Berkala
Epidemiologi, Vol.2, No.3, 297-308. Diakses pada : <http://e-
journal.unair.ac.id/index.php/JBE/article/download/1232/1005>.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar.
Kementerian Kesehatan RI : Jakarta.
4. Ahmad, Y. Citra, W, M, S,.Sheizi, P, S,.Upaya Ibu Memiliki Balita Dalam
Pencegahan Dan Penanggulangan Diare DI Daerah Kerja Puskesmas Cililin Desa
Cililin Kabupaten Bandung Barat. Vol. 10, No. XVIII. 2008
5. S. Fiesta O., Dharma S & Marsaulina, I. 2015. Hubungan Kondisi Lingkungan
Perumahan Dengan Kejadian Diare Di Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk
Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012. [Cited 3 Agustus 2017].
Diakses dari <http//jurnal.usu.ac.id/index.php/lkk/article/download/3282/1609>
6. Depkes, R. I., 2010. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta :
Ditjen PPM dan PL.
7. Depkes, R.I., 2011. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta : Ditjen
PPM dan PL.
8. Depkes, R.I., 2014. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta : Ditjen
PPM dan PL.
9. Puskesmas Biromaru. 2018. Profil Puskesmas Biromaru Tahun 2018. Puskesmas
Biromaru: Palu.

18
DOKUMENTASI

19
20
21
22

Anda mungkin juga menyukai