Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH DISTRIBUSI PUSKESMAS 10 PENYAKIT TERBANYAK DI

PUSKESMAS KOTARAJA, PUSKESMAS HAMADI DAN PUSKESMAS


ABEPURA

Oleh:
Kelompok 4

1. Alberto Brahm Manurung 0120840008


2. Andre Yefta Mambai 0130840010
3. Jenny Marchel Boma 20140811014083
4. Novelia Madjar 20160811014021
5. Yuliana H Dora Sineri 0110840259

Pembimbing:

dr. PaulinaWatofa,Sp.R.,MPH

KSM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA

2021
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI……………………………………………………………. i
BAB I Pendahuluan……………………………………………………… ii
1.1.Latar Belakang……………………………………...…… 1
1.2.Rumusan Masalah………………………………………. 2
1.3.Tujuan……………………………………………………. 2
BAB II Laporan Puskesmas…………………………………………….. 3
2.1.Puskesmas Kotaraja…………..………………………….. 3
2.2.Puskesmas Hamadi…...…..……………………………… 5
2.3.Puskesmas Abepura..…..………………………………… 7
BAB III Pembahasan…………………………………………………….. 9
BAB IV PENUTUP……………………………………………………… 13
3.1.Kesimpulan ……………………………………………… 13
3.2.Saran……………………………………………………… 13
Daftar Pustaka………………………………………………………………14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sehat menurut (Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan)


adalah suatu kondisi dimana keadaan tubuh baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.

Menurut WHO, sehat adalah keadaan sejahtera, sempurna dari fisik, mental,
dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit atau kelemahan
saja. Pencapaian derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan
suatu hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama,
jenis kelamin, politik yang di anut, dan tingkat sosial ekonominya.

Penyakit adalah suatu keadaan abnormal tubuh atau pikiran yang


menyebabkan ketidaknyamanan disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang
dipengaruhinya. Ada beberapa jenis penyakit, yaitu jenis penyakit menular,
penyakit tidak menular dan penyakit kronis (Wikipedia, 2008).

Dalam perkembangan pelayanan kesehatan, rekam medis menjadi salah satu


faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis telah disebutkan bahwa fungsi
rekam medis adalah pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien, alat bukti
dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi,
penegakan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi, keperluan pendidikan dan
penelitian, dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan, serta data statistik
kesehatan. Menurut Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan, seorang perekam medis
harus mampu menetapkan kode penyakit dan tindakan dengan tepat sesuai
klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang penyakit dan
tindakan medis dalam pelayanan dan manajemen kesehatan. Penerapan pengodean
digunakan untuk mengindeks pencatatan penyakit, masukan bagi sistem pelaporan
diagnosis medis, memudahkan proses penyimpanan dan pengambilan data terkait
diagnosis karakteristik pasien dan penyedia layanan, bahan dasar dalam
pengelompokan DRG’s (diagnostic related groups) untuk sistem penagihan
pembayaran biaya pelayanan, pelaporan nasional dan internasional morbiditas dan
mortalitas, tabulasi data pelayanan kesehatan bagi proses evaluasi perencanaan
pelayanan medis, menentukan bentuk pelayanan yang harus direncanakan dan
dikembangkan sesuai kebutuhan zaman, analisis pembiayaan pelayanan
kesehatan, serta untuk penelitian epidemiologi dan klinis (Hatta, 2008).

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana distribusi 10 Jenis Penyakit yang banyak di temukan dalam pelayanan


kesehatan masyarakat di ke 3 Puskesmas berbeda antara lain, Puskesmas Kotaraja,
Puskesmas Hamadi dan Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura

1.3 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah :

1. Mengidentifikasi distribusi 10 Jenis Penyakit yang banyak di temukan dalam


pelayanan kesehatan masyarakat di ke 3 Puskesmas berbeda antara lain,
Puskesmas Kotaraja, Puskesmas Hamadi dan Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura

BAB II
LAPORAN PUSKESMAS

GAMBARAN 10 PENYAKIT TERBANYAK RAWAT JALAN


PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

Nama Puskesmas : Puskesmas Kotaraja


Kode Puskesmas :

Provinsi : PAPUA
Kab/Kota : Jayapura
Kecamatan : Abepura

Bulan: Januari - Mei Tahun: 2018

A. TABEL PELAYANAN RAWAT JALAN 10 PENYAKIT TERBANYAK


RAWAT JALAN DI PUSKESMAS KOTARAJA PERIODE JANUARI – MEI
TAHUN 2018

No Nama Penyakit Jumlah


1 ISPA 4501
2 Malaria 1258
3 Penyakit Pulpa dan Periapikal 1239
4 Karies Gigi 1119
5 Hipertensi 792
6 Muskuloskeletal 397
7 Diare 395
8 Dislipidemia 384
9 Gastritis 314
10 Penyakit Infeksi Kulit 197

B. DIAGRAM PERSENTASE 10 PENYAKIT TERBANYAK DI PUSKESMAS


KOTARAJA PERIODE JANUARI – MEI TAHUN 2018

5000
4500 ISPA
4000 Malaria
3500
3000 Penyakit Pulpa dan Periapikal
2500
Karies Gigi
2000
1500 Hipertensi
1000
500 Muskuloskeletal
0 Diare
l i i l e ia s lit
A ria ika Gig ens leta iar em striti Ku
ISP ala ap s r t e D i
Dislipidemia
M ri arie ipe sk id Ga ks
Pe K H ulo is lip fe Gastritis
k In
an us
D it
p ad M yak Penyakit Infeksi Kulit
l n
Pu Pe
ik t
n ya
Pe
Persentase nominasi 10 besar penyakit yang menjadi masalah kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Kotaraja, Distrik Abepura yang berada di bawah naungan Dinas
Kesehatan, Kota Jayapura, Provinsi Papua selama periode Januari-Mei 2018, di dapati
penyakit yang menduduki peringkat tertinggi adalah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Atas (ISPA) dengan persentase kasus sebanyak 4501 Kasus selama bulan Januari-Mei
2018, Malaria sebanyak 1258 Kasus, Penyakit Pulpa dan Periapikal 1239 Kasus, Penyakit
Karies Gigi sebanyak 1119 Kasus, kasus Hipertensi sebanyak 792 Kasus,
Muskuloskeletal sebayak 397 Kasus, Penyakit Diare sebanyak 395 Kasus, Penyakit
Dislipidemia dengan 384 Kasus, Gastritis Sebanyak 314 Kasus dan terakhir di tempati
oleh penyakit Penyakit Infeksi Kulit sebanyak 197 Kasus.
GAMBARAN 10 PENYAKIT TERBANYAK RAWAT JALAN
PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

Nama Puskesmas : Puskesmas Hamadi


Kode Puskesmas :

Provinsi : PAPUA
Kab/Kota : Jayapura
Kecamatan : Jayapura Selatan

Bulan: Juni, tanggal 11-20 Tahun: 2018

C. TABEL PELAYANAN RAWAT JALAN 10 PENYAKIT TERBANYAK


RAWAT JALAN DI PUSKESMAS HAMADI PERIODE 11-20 JUNI TAHUN
2018

No Nama Penyakit Jumlah


1 ISPA 163
2 Gastritis 30
3 Hipercolestrol 25
4 Hiperisemia 20
5 Conyuvitis 18
6 Hipertensi 15
7 DM 10
8 Malaria 10
9 Dispalgia 10
10 Diare 8
D. DIAGRAM PERSENTASE 10 PENYAKIT TERBANYAK DI PUSKESMAS
HAMADI PERIODE 11-20 JUNI TAHUN 2018
180
160
140
120 Ispa
Gastritis
100
Hipercolestrol
80 Hiperisemia
60 Conyuvitis
Hipertensi
40 DM
20 Malaria
Dispalgia
0
l i Diare
a s ia s ria ia e
Isp r iti tro m iti ns DM alg ar
st es
r is
e yu
v
er
te ala p Di
Ga ol on ip M Di
s
erc ipe C H
p H
Hi

Persentase nominasi 10 besar penyakit yang menjadi masalah kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Hamadi, Distrik Jayapura Selatan yang berada di bawah naungan Dinas
Kesehatan, Kota Jayapura, Provinsi Papua selama periode 11-20 Juni 2018, di dapati
penyakit yang menduduki peringkat tertinggi adalah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Atas (ISPA) dengan persentase kasus sebanyak 163 Kasus selama periode 11-20 Juni
2018, Gastritis sebanyak 30 Kasus, Penyakit Hipercolestrol 25 Kasus, Penyakit
Hiperisemia sebanyak 20 Kasus, kasus Conyuvitis sebanyak 18 Kasus, Hipertensi
sebayak 15 Kasus, Penyakit DM sebanyak 10 Kasus, Penyakit Malaria dengan 10 Kasus,
Dispalgia Sebanyak 10 Kasus dan terakhir di tempati oleh penyakit Diare sebanyak 8
Kasus.

GAMBARAN 10 PENYAKIT TERBANYAK RAWAT JALAN


PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

Nama Puskesmas : Puskesmas Abepura


Kode Puskesmas :

Propinsi : PAPUA
Kab/Kota : Jayapura
Kecamatan : Abepura

Bulan: Januari-Desember Tahun : 2018


A. TABEL PELAYANAN RAWAT JALAN 10 PENYAKIT TERBANYAK
RAWAT JALAN DI PUSKESMAS ABEPURA TAHUN 2018

No Nama Penyakit Jumlah


1 ISPA 8.092
2 Faringitis 3.324
3 Penyakit lainnya 1.978
4 Penyakit Otot dan Pesendian 1.733
5 Hipertensi 1.706
6 Gastritis 1.582
7 Penyakit Kulit Infeksi 1.574
8 Penyakit Pulpa & Jaringan 1.301
9 Periapikal 1.301
10 TB Paru 1.077

B. DIAGRAM PERSENTASE 10 PENYAKIT TERBANYAK DI PUSKESMAS


ABEPURA TAHUN 2018
9
8
7
6
5 ISPA
4 Faringitis
3 Penyakit lainnya
2 Penyakit Otot dan Pesendian
1 Hipertensi
0 Gastritis
s ya i i l Penyakit Kulit Infeksi
A iti an ns tis ks an ka ru
ISP ir n
g inn
nd i
r te
s tr i
n f e i ng
api Pa Penyakit Pulpa & Jaringan
la pe I r i TB
Fa kit es
e
Hi Ga ul
it Ja Pe
r
Periapikal
a P K &
ny an it pa
Pe td y ak P ul TB Paru
o n
Ot Pe kit
k it n ya
a Pe
ny
Pe
Persentase nominasi 10 besar penyakit yang menjadi masalah kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Abepura, Distrik Abepura yang berada di bawah naungan Dinas
Kesehatan, Kota Jayapura, Provinsi Papua selama periode Januari-Desember 2018, di
dapati penyakit yang menduduki peringkat tertinggi adalah penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Atas (ISPA) dengan persentase kasus sebanyak 8.092 Kasus selama tahun
2018, Faringitis sebanyak 3.324 Kasus, Penyakit lainnya 1.978 Kasus, Penyakit otot dan
pesendian sebanyak 1.733 Kasus, kasus Hipertensi sebanyak 1.706 Kasus, Gastritis
sebayak 1.582 Kasus, Penyakit kulit infeksi sebanyak 1.574 Kasus, Penyakit Pulpa dan
Jaringan periapikal dengan 1,301 Kasus, TB Paru Sebanyak 1.301 Kasus dan terakhir di
tempati oleh penyakit Kulit Alergi sebanyak 1.077 Kasus.
BAB III
PEMBAHASAN

Berdasrkan data 10 penyakit terbanyak rawat jalan dari ketiga puskesmas yakni
Puskesmas Kotaraja, Hamadi, Abepura didapati bahwa penyakit terbanyak merupakan
penyakit menular baik secara langsung (Penularannya dapat melalui udara, bersentuhan,
lewat alat-alat perlengkapan rumah tangga hingga ditularkan melalui hubungan seksual)
maupun tidak langsung (melalui vector) dan disusul oleh penyakit tidak menular dimana
biasnya terjadi karena faktor keturunan dan gaya hidup yang tidak sehat. Meskipun
bersentuhan dengan si penderita kita tidak akan tertular penyakit tersebut, contohnya
seperti : Diabetes, Rematik dan hipertensi.
Tiga penyakit terbanyak dari ketiga puskesmas ini adalah sama yakni ISPA yang
kemudian disusul oleh Malaria dan Penyakit Rematik.
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah infeksi yang terjadi pada saluran
pernapasan yang disebabkan oleh bakteri. Saluran napas terdiri dari saluran napas atas
dan saluran napas bawah. Saluran napas atas adalah saluran napas yang paling sering
terpapar pajanan polusi luar sehingga seringkali terkena infeksi pertama kali.
Penyakit ISPA adalah infeksi yang sangat menular. Orang yang menderita penyakit
ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut ini bisa menularkan penyakitnya kepada
mereka yang berkontak langsung dengannya.
Penularan penyakit ISPA ini juga disebabkan karena si penderita mengalami batuk
atau bersin, kemudian bakteri penyebab ISPA tersebut menular kepada orang yang ada di
dekatnya.
Program pemberantasan penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan
yaitu pneumonia dan bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit
yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis,
faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai
bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini adalah
virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang
ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua
radang telinga akut harus mendapat antibiotik.
Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang ditemukan harus
ditatalaksanakan sesuai standar, dengan demikian angka penemuan kasus pneumonia juga
menggambarkan penatalaksanaan kasus ISPA.
Data yang diperoleh dari ketiga puskesmas ini dapat menggambarkan bahwa
kurangnya kewaspadaan masyarakat dalam wilayah kerja puskesmas perihal pencegahan
transmisi sehingga kasus ISPA ini masih menjadi peringkat nomor 1. Selain itu pula
faktor kebersihan pernafasan dan etika batuk belum benar-benar dipahami oleh
masyarakat yang menjadi indicator dalam penvegahan dan pengendalian dari penyakit ini.
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya
menjadi komitmen global pada Millenium Development Goals (MDGs). Malaria
disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah
merah manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang
semua orang baik laki-laki maupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi,
anak-anak dan orang dewasa.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 293/Menkes/SK/IV/2009
tanggal 28 April 2009 tentang “Eliminasi Malaria di Indonesia” dan Surat Edaran Menteri
Dalam Negeri kepada seluruh gubernur dan bupati/walikota Nomor 443.41/465/SJ
tanggal 8 Februari 2010 tentang “Pedoman Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria di
Indonesia yang harus dicapai secara bertahap mulai dari tahun 2010 sampai seluruh
wilayah Indonesia bebas malaria selambat-lambatnya tahun 2030”, maka program
malaria di Indonesia bertujuan untuk mencapai eliminasi.
Pengobatan malaria harus dilakukan secara efektif. Pemberian jenis obat harus benar
dan cara meminumnya harus tepat waktu yang sesuai dengan acuan program
pengendalian malaria. Pengobatan efektif adalah pemberian ACT (Artemicin-based
Combination Therapy) pada 24 jam pertama pasien panas dan obat harus diminum habis.
Persentase pengobatan ACT masuk dalam indikator prioritas yang dipantau oleh Kantor
Staf Presiden dengan target 90%.
Di 3 puskesmas ini meningkatnya jumlah penderita malaria sangat berkaitan erat
dengan beberapa hal sebagai berikut:
1. Adanya perubahan lingkungan yang berakibat meluasnya tempat perindukan
nyamuk penular malaria. Dimana ke 3 puskesmas ini termasuk dalam daerah
endemis malaria.
2. Mobilitas penduduk yang cukup tinggi.
3. Perubahan iklim yang menyebabkan musim hujan lebih panjang dari musim
kemarau
4. Krisis ekonomi yang berkepanjangan memberikan dampak pada daerahdaerah
tertentu dengan adanya masyarakat yang mengalami gizi buruk sehingga lebih
rentan untuk terserang malaria.
5. Tidak efektifnya pengobatan karena terjadi Plasmodium falciparum resisten
klorokuin dan meluasnya daerah resisten
6. Menurunnya perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap upaya
penanggulangan malaria secara terpadu yakni memutuskan rantai penularan
melalui vector (Nyamuk)

PTM menunjukkan adanya kecenderungan semakin meningkat dari waktu ke


waktu. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013, tampak
kecenderungan peningkatan prevalensi PTM seperti diabetes, hipertensi, stroke, dan
penyakit sendi/rematik/encok. Fenomena ini diprediksi akan terus berlanjut.
Rheumatoid arthritis atau artritis reumatoid adalah kondisi ketika kekebalan tubuh
secara keliru menyerang jaringan-jaringan sendi. Akibatnya, sendi-sendi yang terserang
akan mengalami peradangan dan menimbulkan gejala seperti berikut:
 Sendi menjadi bengkak karena cairan yang menumpuk
 Terasa kaku, terutama pada pagi hari atau setelah lama tidak digerakkan
 Merah dan terasa panas
 Terasa sakit akibat peradangan yang aktif
Rheumatoid arthritis yang terus berkembang bisa menyebabkan kerusakan dan
perubahan bentuk permanen pada sendi. Akibatnya pergerakan sendi mulai terbatas dan
fungsi sendi bisa hilang sepenuhnya.
Selain pada sendi, rheumatoid arthritis juga bisa menyebabkan gejala-gejala lain,
seperti kelelahan, demam, nyeri otot dan nafsu makan yang berkurang. Rheumatoid
arthritis juga bisa berkembang di luar persendian tubuh dan menyerang organ lain seperti
mata, kulit, ginjal dan jantung.
Diagnosis rheumatoid arthritis akan dilakukan dokter berdasarkan gejala, perubahan
fisik pada sendi, dan pemeriksaan medis seperti berikut:
 X-ray untuk memeriksa sendi dan tulang di sekitarnya.
 Tes darah untuk memeriksa jika tubuh benar sedang mengalami peradangan dan
untuk memeriksa keberadaan faktor reumatoid yang muncul pada sebagian
penderita rheumatoid arthritis.
 Ultrasound untuk melihat dalam sendi.
 MRI scan untuk meneliti sendi lebih lanjut dengan gambar yang lebih detail dan
jelas.
Pada umumnya penyakit ini tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, tapi dengan
pengobatan yang tepat, gejala serta perkembangannya bisa membantu penderita tetap
hidup produktif.
Berbagai faktor risiko PTM diantaranya adalah merokok dan keterpaparan terhadap
asap rokok, diet/pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, konsumsi minuman
beralkohol, dan riwayat keluarga (keturunan). Adapun faktor risiko antara terjadinya
PTM adalah obesitas, tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, dan kolesterol tinggi.
Program pada prinsip mengutamakan upaya pencegahan karena lebih baik dari pada
pengobatan. Upaya pencegahan penyakit tidak menular lebih ditujukan kepada faktor
risiko yang telah diidentifikasi. Sehubungan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan
telah mengembangkan program pengendalian PTM sejak tahun 2006.
Berdasarkan data Survei Indikator Kesehatan Nasional (SIRKESNAS) tahun 2016,
prevalensi merokok secara nasional adalah 28,5%. Prevalensi merokok menurut jenis
kelamin prevalensi pada laki-laki 59% dan perempuan 1,6%. Menurut tempat tinggal,
prevalensi merokok di pedesaan dan perkotaan tidak terlalu jauh berbeda namun
demikian di perdesaan sedikit lebih tinggi (29,1%) dibandingkan dengan perkotaan
(27,9%). Menurut kelompok umur, prevalensi tertinggi pada usia 40-49 tahun sebesar
39,5%, sedangkan pada usia muda/ perokok pemula (≤ 18 tahun) sebesar 8,8%.
Prevalensi penduduk dengan tekanan darah tinggi secara nasional sebesar 30,9%.
Prevalensi tekanan darah tinggi pada perempuan (32,9%) lebih tinggi dibanding dengan
laki-laki (28,7%). Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi (31,7%) dibandingkan
dengan perdesaan (30,2%). Prevalensi semakin meningkat seiring dengan pertambahan
umur.
Prevalensi obesitas (Indeks Massa Tubuh atau IMT ≥25 – 27 dan IMT ≥27) sebesar
33,5%, sedangkan penduduk obese dengan IMT ≥27 saja sebesar 20,7%. Pada penduduk
yang obesitas, prevalensi lebih tinggi pada perempuan (41,4%) dibandingkan pada laki-
laki (24,0%). Prevelansi lebih tinggi di perkotaan (38,3%) daripada perdesaan (28,2%).
Sedangkan menurut kelompok umur, obesitas tertinggi pada kelompok umur 40-49 tahun
(38,8%).
Upaya pengendalian faktor risiko PTM yang telah dilakukan berupa promosi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat melalui perilaku CERDIK, yaitu Cek kesehatan secara
berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat seimbang, Istirahat yang
cukup, dan Kelola stres. Cek kesehatan secara berkala yaitu pemeriksaan faktor risiko
PTM dapat dilakukan melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM yang ada di desa/
kelurahan, dan di Puskesmas.
Selain itu, upaya pengendalian PTM melalui pengendalian konsumsi rokok melalui
implementasi Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah-sekolah, hal ini sebagai upaya
penurunan prevalensi perokok ≤ 18 tahun. Sedangkan untuk pengaturan makanan
berisiko, diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang gula, garam dan lemak dalam
makanan yang dijual bebas. Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil jika hanya
dilakukan oleh Kementerian Kesehatan tanpa dukungan seluruh jajaran lintas sektor, baik
pemerintah, swasta, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, bahkan seluruh
lapisan masyarakat.
Pada ke 3 puskesmas ini PTM juga menduduki peringkat 3 besar dari 10 penyakit
terbanyak rawat jalan. Hal ini membuktikan kurangnya mawas diri masyarakat wilayah
kerja puskesmas dalam pencegahan serta pengendalian dari PTM walaupun sebenarnya
program ini telah dibuat oleh puskesmas seperti Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular (Posbindu PTM)
BAB IV
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Distribusi penyakit di setiap wilayah kerja Puskesmas di ke-3 Puskesmas
baik Puskesmas Kotaraja, Puskesmas Hamadi, dan Puskesmas Abepura, dapat di
ketahui bahwa sebaran penyakit sangat di penharuhi oleh status lingkungan dan
sosioekonomi masyarakat, dimana jumlah sebaran penyakit endemik seperti malaria
sangat dipengaruhi oleh situasi kondisi fisik lingkungan, dan situasi padat penduduk
dan perkembangan sebaran pembangunan dan kemacetan lalulintas sangat
berpengaruh pada jumlah penyakit Kecelakaan dan beberapa penyakit saluran cerna
sangat berfariasi sesuai dengan status ekonomi dan kondisi lingkungan yang
mempengaruri status kesehatan maupun penyebaran penyakit.

3.2. Saran
1. Kepada Pemerintah, selaku Dinas Kesehatan agar melakukan upaya pencegahan
penyakit menular endemic yang paling berperan penting dalam persentase jumlah
kasus penyakit di masyarakat, dengan perbaikan sanitasi lingklungan, melalui
Promosi Kesehatan dan Pencegahan dini serta Edukasi, tentang PHBS,
pembangunan berwawasan kesehatan, serta persiapan upaya penanganan segera
terhadap KLB jika di dapati.
2. Kepada Puskesmas agar lebih memperluas wilayah jangkauan kerja melalui
Posbindu, Posyandu, Pustu dan Pusling untuk melakukan upaya Promotif dan
Preventif di Pusat Layanan Kesehatan Primer, sampai kepada tahapan Kuratif
(Pengobatan) oleh tenaga medis dan perawat juga bidan sebagai factor yang
memiliki peranan penting terhadap status pelayanan kesehatan masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas terkait.
3. Kepada Universitas Cenderawasih, terkhususnya Fakultas Kedokteran, Fakultas
Antropologi Kesehatan, Fakultas Keperawatan, dan Fakultas Kesehatan
Masyarakat agar lebih peka terhadap situasi dan kondisi status kesehatan
lingkungan dan bahaya penyebaran suatu penyakit, agar dapat di lakukan upaya
Promotif dan Preventif melalui Edukasi dan Penyuluhan (Poster, Leaflet, Banner,
Postingan Medsos, dll) agar menyadarkan masyarakat untuk hidup sehat
berwawasan lingkugan yang sehat untuk menjaga kestabilan Trias Epidemiologi
(Host, Agent dan Enviroment) demi tujuan Organisasi Kesehatan Dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017


. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2018
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Utama RISKESDA 2018. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
WHO. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan
pandemi. Diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) di
Jenewa, 2008.
http://rifkyanindika-fkm10.web.unair.ac.id/artikel_detail-35260-Umum.html
http://www.health.gov/phfunctions/public.htm
http://en.wikipedia.org/wiki/10_Essential_Public_Health_Services

Anda mungkin juga menyukai