Oleh:
Kelompok 4
Pembimbing:
dr. PaulinaWatofa,Sp.R.,MPH
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2021
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI……………………………………………………………. i
BAB I Pendahuluan……………………………………………………… ii
1.1.Latar Belakang……………………………………...…… 1
1.2.Rumusan Masalah………………………………………. 2
1.3.Tujuan……………………………………………………. 2
BAB II Laporan Puskesmas…………………………………………….. 3
2.1.Puskesmas Kotaraja…………..………………………….. 3
2.2.Puskesmas Hamadi…...…..……………………………… 5
2.3.Puskesmas Abepura..…..………………………………… 7
BAB III Pembahasan…………………………………………………….. 9
BAB IV PENUTUP……………………………………………………… 13
3.1.Kesimpulan ……………………………………………… 13
3.2.Saran……………………………………………………… 13
Daftar Pustaka………………………………………………………………14
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut WHO, sehat adalah keadaan sejahtera, sempurna dari fisik, mental,
dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit atau kelemahan
saja. Pencapaian derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan
suatu hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama,
jenis kelamin, politik yang di anut, dan tingkat sosial ekonominya.
1.3 Tujuan
BAB II
LAPORAN PUSKESMAS
Provinsi : PAPUA
Kab/Kota : Jayapura
Kecamatan : Abepura
5000
4500 ISPA
4000 Malaria
3500
3000 Penyakit Pulpa dan Periapikal
2500
Karies Gigi
2000
1500 Hipertensi
1000
500 Muskuloskeletal
0 Diare
l i i l e ia s lit
A ria ika Gig ens leta iar em striti Ku
ISP ala ap s r t e D i
Dislipidemia
M ri arie ipe sk id Ga ks
Pe K H ulo is lip fe Gastritis
k In
an us
D it
p ad M yak Penyakit Infeksi Kulit
l n
Pu Pe
ik t
n ya
Pe
Persentase nominasi 10 besar penyakit yang menjadi masalah kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Kotaraja, Distrik Abepura yang berada di bawah naungan Dinas
Kesehatan, Kota Jayapura, Provinsi Papua selama periode Januari-Mei 2018, di dapati
penyakit yang menduduki peringkat tertinggi adalah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Atas (ISPA) dengan persentase kasus sebanyak 4501 Kasus selama bulan Januari-Mei
2018, Malaria sebanyak 1258 Kasus, Penyakit Pulpa dan Periapikal 1239 Kasus, Penyakit
Karies Gigi sebanyak 1119 Kasus, kasus Hipertensi sebanyak 792 Kasus,
Muskuloskeletal sebayak 397 Kasus, Penyakit Diare sebanyak 395 Kasus, Penyakit
Dislipidemia dengan 384 Kasus, Gastritis Sebanyak 314 Kasus dan terakhir di tempati
oleh penyakit Penyakit Infeksi Kulit sebanyak 197 Kasus.
GAMBARAN 10 PENYAKIT TERBANYAK RAWAT JALAN
PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT
Provinsi : PAPUA
Kab/Kota : Jayapura
Kecamatan : Jayapura Selatan
Persentase nominasi 10 besar penyakit yang menjadi masalah kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Hamadi, Distrik Jayapura Selatan yang berada di bawah naungan Dinas
Kesehatan, Kota Jayapura, Provinsi Papua selama periode 11-20 Juni 2018, di dapati
penyakit yang menduduki peringkat tertinggi adalah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan
Atas (ISPA) dengan persentase kasus sebanyak 163 Kasus selama periode 11-20 Juni
2018, Gastritis sebanyak 30 Kasus, Penyakit Hipercolestrol 25 Kasus, Penyakit
Hiperisemia sebanyak 20 Kasus, kasus Conyuvitis sebanyak 18 Kasus, Hipertensi
sebayak 15 Kasus, Penyakit DM sebanyak 10 Kasus, Penyakit Malaria dengan 10 Kasus,
Dispalgia Sebanyak 10 Kasus dan terakhir di tempati oleh penyakit Diare sebanyak 8
Kasus.
Propinsi : PAPUA
Kab/Kota : Jayapura
Kecamatan : Abepura
Berdasrkan data 10 penyakit terbanyak rawat jalan dari ketiga puskesmas yakni
Puskesmas Kotaraja, Hamadi, Abepura didapati bahwa penyakit terbanyak merupakan
penyakit menular baik secara langsung (Penularannya dapat melalui udara, bersentuhan,
lewat alat-alat perlengkapan rumah tangga hingga ditularkan melalui hubungan seksual)
maupun tidak langsung (melalui vector) dan disusul oleh penyakit tidak menular dimana
biasnya terjadi karena faktor keturunan dan gaya hidup yang tidak sehat. Meskipun
bersentuhan dengan si penderita kita tidak akan tertular penyakit tersebut, contohnya
seperti : Diabetes, Rematik dan hipertensi.
Tiga penyakit terbanyak dari ketiga puskesmas ini adalah sama yakni ISPA yang
kemudian disusul oleh Malaria dan Penyakit Rematik.
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah infeksi yang terjadi pada saluran
pernapasan yang disebabkan oleh bakteri. Saluran napas terdiri dari saluran napas atas
dan saluran napas bawah. Saluran napas atas adalah saluran napas yang paling sering
terpapar pajanan polusi luar sehingga seringkali terkena infeksi pertama kali.
Penyakit ISPA adalah infeksi yang sangat menular. Orang yang menderita penyakit
ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut ini bisa menularkan penyakitnya kepada
mereka yang berkontak langsung dengannya.
Penularan penyakit ISPA ini juga disebabkan karena si penderita mengalami batuk
atau bersin, kemudian bakteri penyebab ISPA tersebut menular kepada orang yang ada di
dekatnya.
Program pemberantasan penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan
yaitu pneumonia dan bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit
yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis,
faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai
bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini adalah
virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang
ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua
radang telinga akut harus mendapat antibiotik.
Program pengendalian ISPA menetapkan bahwa semua kasus yang ditemukan harus
ditatalaksanakan sesuai standar, dengan demikian angka penemuan kasus pneumonia juga
menggambarkan penatalaksanaan kasus ISPA.
Data yang diperoleh dari ketiga puskesmas ini dapat menggambarkan bahwa
kurangnya kewaspadaan masyarakat dalam wilayah kerja puskesmas perihal pencegahan
transmisi sehingga kasus ISPA ini masih menjadi peringkat nomor 1. Selain itu pula
faktor kebersihan pernafasan dan etika batuk belum benar-benar dipahami oleh
masyarakat yang menjadi indicator dalam penvegahan dan pengendalian dari penyakit ini.
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya
menjadi komitmen global pada Millenium Development Goals (MDGs). Malaria
disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah
merah manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang
semua orang baik laki-laki maupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi,
anak-anak dan orang dewasa.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 293/Menkes/SK/IV/2009
tanggal 28 April 2009 tentang “Eliminasi Malaria di Indonesia” dan Surat Edaran Menteri
Dalam Negeri kepada seluruh gubernur dan bupati/walikota Nomor 443.41/465/SJ
tanggal 8 Februari 2010 tentang “Pedoman Pelaksanaan Program Eliminasi Malaria di
Indonesia yang harus dicapai secara bertahap mulai dari tahun 2010 sampai seluruh
wilayah Indonesia bebas malaria selambat-lambatnya tahun 2030”, maka program
malaria di Indonesia bertujuan untuk mencapai eliminasi.
Pengobatan malaria harus dilakukan secara efektif. Pemberian jenis obat harus benar
dan cara meminumnya harus tepat waktu yang sesuai dengan acuan program
pengendalian malaria. Pengobatan efektif adalah pemberian ACT (Artemicin-based
Combination Therapy) pada 24 jam pertama pasien panas dan obat harus diminum habis.
Persentase pengobatan ACT masuk dalam indikator prioritas yang dipantau oleh Kantor
Staf Presiden dengan target 90%.
Di 3 puskesmas ini meningkatnya jumlah penderita malaria sangat berkaitan erat
dengan beberapa hal sebagai berikut:
1. Adanya perubahan lingkungan yang berakibat meluasnya tempat perindukan
nyamuk penular malaria. Dimana ke 3 puskesmas ini termasuk dalam daerah
endemis malaria.
2. Mobilitas penduduk yang cukup tinggi.
3. Perubahan iklim yang menyebabkan musim hujan lebih panjang dari musim
kemarau
4. Krisis ekonomi yang berkepanjangan memberikan dampak pada daerahdaerah
tertentu dengan adanya masyarakat yang mengalami gizi buruk sehingga lebih
rentan untuk terserang malaria.
5. Tidak efektifnya pengobatan karena terjadi Plasmodium falciparum resisten
klorokuin dan meluasnya daerah resisten
6. Menurunnya perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap upaya
penanggulangan malaria secara terpadu yakni memutuskan rantai penularan
melalui vector (Nyamuk)
3.2. Saran
1. Kepada Pemerintah, selaku Dinas Kesehatan agar melakukan upaya pencegahan
penyakit menular endemic yang paling berperan penting dalam persentase jumlah
kasus penyakit di masyarakat, dengan perbaikan sanitasi lingklungan, melalui
Promosi Kesehatan dan Pencegahan dini serta Edukasi, tentang PHBS,
pembangunan berwawasan kesehatan, serta persiapan upaya penanganan segera
terhadap KLB jika di dapati.
2. Kepada Puskesmas agar lebih memperluas wilayah jangkauan kerja melalui
Posbindu, Posyandu, Pustu dan Pusling untuk melakukan upaya Promotif dan
Preventif di Pusat Layanan Kesehatan Primer, sampai kepada tahapan Kuratif
(Pengobatan) oleh tenaga medis dan perawat juga bidan sebagai factor yang
memiliki peranan penting terhadap status pelayanan kesehatan masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas terkait.
3. Kepada Universitas Cenderawasih, terkhususnya Fakultas Kedokteran, Fakultas
Antropologi Kesehatan, Fakultas Keperawatan, dan Fakultas Kesehatan
Masyarakat agar lebih peka terhadap situasi dan kondisi status kesehatan
lingkungan dan bahaya penyebaran suatu penyakit, agar dapat di lakukan upaya
Promotif dan Preventif melalui Edukasi dan Penyuluhan (Poster, Leaflet, Banner,
Postingan Medsos, dll) agar menyadarkan masyarakat untuk hidup sehat
berwawasan lingkugan yang sehat untuk menjaga kestabilan Trias Epidemiologi
(Host, Agent dan Enviroment) demi tujuan Organisasi Kesehatan Dunia.
DAFTAR PUSTAKA