Anda di halaman 1dari 48

PUSKESMAS INDONESIA BARAT

Disusun oleh :
Irvan Christian Wembem Maharani (1965050147)
(1965050069) Riyana Sabda (1965050155)
Anastasia Kila Nae (1965050101) Alessandra Nidia (1965050067)
Yoshilda M. Manafe (1965050111) Natalia Desiana Ayu (1965050107)
Muhammad Rockystanki
(1965050129) Pembimbing :
dr. Louisa A. Langi, M.Si, MA

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PERIODE 26 JULI - 04 SEPTEMBER 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
01
PUSKESMAS
KOTA SEMARANG
1. Keadaan Geografis

a. Letak : b. Luas:
● Terletak antara garis 6º50’ - 7º10’ ● Luas wilayah: 373,67 km2 , dan
Lintang Selatan dan garis 109º35’ - merupakan 1,15% dari total luas
110º50’ Bujur Timur. daratan Provinsi Jawa Tengah.
● Kota Semarang terbagi dalam 16
kecamatan dan 177 kelurahan
Kependudukan

Perkembangan dan
pertumbuhan penduduk
selama 6 tahun terakhir
menunjukkan hasil yang
bervariasi dengan tren semakin
meningkat.
Kependudukan

Secara geografis wilayah Kota Semarang


terbagi menjadi dua yaitu:
● Daerah dataran rendah ( Kota Bawah ) :
pusat kegiatan pemerintahan,
perdagangan dan industri,
● Daerah Perbukitan (Kota Atas) :
Perkebunan, persawahan, dan hutan.
Kependudukan

Bila jumlah penduduk yang besar sedangkan tingkat


pertumbuhannya tinggi, maka beban untuk
mencukupi kebutuhan pangan, sandang, perumahan,
pendidikan, kesehatan dan sebagainya menjadi
sangat berat.
10 Besar kasus Penyakit Terbanyak Puskesmas
Kota Semarang tahun 2018.

01 02 03 04
Infeksi Saluran nafas Faringitis Akut Hipertensi Diabetes Mellitus

Jumlah Kasus : Jumlah Kasus : Jumlah Kasus : Jumlah Kasus :


110677 103028 97532 43792
10 Besar kasus Penyakit Terbanyak Puskesmas
Kota Semarang tahun 2018.

05 06 07 08
Penyakit Pulpa dan
Penelitian dan pemeriksaan Pengawasan Gastritis dan
umum pada pasien tanpa Periaptikal (jaringan
Kehamilan duodenitis
keluhan dengan laporan sekitar akar gigi )
diagnosis Normal
Jumlah Kasus : Jumlah Kasus : Jumlah Kasus : Jumlah Kasus :
43580 38961 37237 28790
10 Besar kasus Penyakit Terbanyak Puskesmas
Kota Semarang tahun 2018.

09 10
Kebutuhan akan vaksinasi Gangguan otot yang
terhadap sejenis penyakit virus lain :
tertentu

Jumlah Kasus : Jumlah Kasus :


25385 25095
02
PUSKESMAS
KALIBENING
PELAYANAN
RAWAT JALAN
Pelayanan rawat jalan di UPTD
Puskesmas Kalibening pada Tahun
2018 dibagi atas beberapa yaitu pasien
umum, Jamkesda dan JKN

TOTAL KUNJUNGAN 23.960 PASIEN


10 Besar Penyakit Rawat Jalan Puskesmas Kalibening Tahun 2018

NO JENIS PENYAKIT JUMLAH KASUS

1 ISPA 1.805

2 MIALGIA 874

3 HIPERTENSI 812

4 DISPEPSIA 699

5 SCABIES 511

6 CEPALGIA 240

7 DM 183

8 GASTRITIS 179

9 TONSILITIS 135
PELAYANAN RAWAT INAP

BOR (BED OCCUPANCY RATIO) LOS (LENGTH OF STAY)


LOS adalah rata-rata lamanya pasien dirawat,
BOR yaitu angka penggunaan tempat tidur
yaitu merupakan gambaran tingkat efisiensi, mutu
yang merupakan gambaran tinggi rendahnya
pelayanan. Apabila diterapkan pada diagnosa
tingkat pemanfaatan tempat tidur di rawat
penyakit tertentu dapat dijadikan pengamatan
inap. Nilai BOR ideal menurut Depkes RI
lebih lanjut. Nilai ideal LOS menurut Barber
tahun 2005 adalah antara 60 sampai dengan
Johnson adalah 3 sampai dengan 12 hari. Nilai
85 %. Rawat inap UPTD Puskesmas
LOS rawat inap UPTD Puskesmas Kalibening
Kalibening sendiri angka BOR nya untuk
adalah 2,4.
tahun 2018 adalah sejumlah 48,17%.

TOTAL KUNJUNGAN 877


10 BESAR PENYAKIT RAWAT INAP PUSKESMAS KALIBENING TAHUN
2018
NO JENIS PENYAKIT JUMLAH KASUS

1 FEBRIS 144

2 DISPEPSIA 113

3 GEA 86

4 HIPERTENSI 68

5 ISPA 50

6 KOLIK ABDOMEN 34

7 DIARE 34

8 SNH 27

9 VOMITUS 23
03
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
3 PENYAKIT TERBANYAK
3 Penyakit Terbanyak

Puskesmas Kota Semarang Puskesmas Kalibening

ISPA ISPA

Faringitis Akut Myalgia

Hipertensi Hipertensi
ISPA

Terdapat 3 faktor
utama penyebab ISPA diantaranya adalah
faktor lingkungan, seperti :
polusi udara, asap rokok, asap
pembakaran di rumah tangga

Anthony Widyanata Lebuan1, A. S. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Siswa Taman Kanak-Kanak Di Kelurahan Dangin
Puri Kecamatan Denpasar Timur Tahun 2014, 6(6), 1–8.
HIPERTENSI

01 Usia
03 Obesitas

02 Konsumsi Garam
04 Konsumsi Makanan
Berlemak

Syahrini EN, Susanto HS , Udiyono A. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Primer di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Undip. 2017;1(2):315 - 325
● Ada hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi (OR= 7,4; CI= 3,5-15,7;
p=0,0001)
● Ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi (OR= 3,7; CI= 1,1-
10,6; p=0,003)
● Ada hubungan antara kebiasaan konsumsi garam dengan kejadian hipertensi
(OR= 4,9; CI= 1,4-16,4; p=0,027)
● Ada hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan berlemak dengan
kejadian hipertensi (OR= 3,6; CI= 1,2-11,4; p=0,034).
FARINGITIS

01 02 03
Infeksi Iritasi Kronik Alergi

Mustafa Murtaza dkk. Pharyngitis, Diagnosis and Empiric antibiotic treatment Considerations. IOSR Jurnal of Dental and
Medical Sciences. 2015;(14):7
MYALGIA
● Myalgia atau sering disebut nyeri otot adalah nyeri otot yang terjadi
karena kontraksi otot secara berulang-ulang atau terus menerus dan akan
mengakibatkan otot menjadi spasme ataupun meradang.

● Berdasarkan data yang berasal dari masyarakat (community based data),


angka kesakitan penduduk yang dikumpulkan oleh Puskesmas melalui
sistem pencatatan dan pelaporan data, myalgia menduduki urutan ke 4
(7,34%) dari 10 besar penyakit pada pasien rawat jalan di Puskesmas
Surakarta tahun 2014.

Sumardiyono, Lowa NW, Azzam AM, Huda KN, Nurfauziah N. Kejadian Myalgia Pada Pasien Rawat Jalan. Jurnal Riset Sains dan Teknologi,
2017;Vol.1 (2) - (59 – 63)
MYALGIA

01 Pekerjaan 03 Penggunaan Otot


Secara Berlebihan

02 Usia 04 Cidera Pada Otot

Sumardiyono, Lowa NW, Azzam AM, Huda KN, Nurfauziah N. Kejadian Myalgia Pada Pasien Rawat Jalan. Jurnal Riset Sains dan Teknologi,
2017;Vol.1 (2) - (59 – 63)

Atthariq, Putri ME. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Myalgia pada Nelayan di Desa Batukaras Pangandaran. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan. 2018;Vol. 14, No. 1
Berdasarkan hasil penentuan kejadian myalgia pada Tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar responden
tidak mengalami myalgia sebesar 76% dan hanya sebagian kecil responden yang mengalami myalgia yaitu
24%.
● Hasil analisis antara umur, pendidikan,
lama kerja dan masa kerja dengan
kejadian myalgia ditemukan bahwa,
semua variabel memiliki hubungan
yang signifikan kecuali pada variabel
pendidikan.

● Pada variabel umur diperoleh bahwa


myalgia lebih banyak terjadi pada
nelayan berumur < 45 tahun sebesar
39.4% dibandingkan dengan nelayan
yang berumur ≥ 45 tahun dengan
persentase 18.7%
5 Stars Doctors
1. Care Provider
(mampu menyediakan perawatan)

● Memperhitungkan kebutuhan pasien (fisik, mental, sosial)


● Memastikan pengobatan kuratif, preventif dan rehabilitatif pasien
● Diharapkan :
○ Memperlakukan pasien secara holistik
○ Memandang Individu sebagai bagian integral dari keluarga dan komunitas
○ Memberikan pelayanan yang bermutu, menyeluruh, berkelanjutan dan
manusiawi
2. Decision Maker
(mampu menjadi penentu keputusan)

● Mengambil keputusan yang dapat dibenarkan dalam hal efikasi dan biaya
● Dari semua cara yang mungkin untuk mengobati kondisi kesehatan yang diberikan,
salah satu yang tampaknya paling sesuai dalam situasi tertentu harus dipilih
● Diharapkan :
○ Dapat memilih teknologi
○ Dapat menerapkan teknologi penunjang secara etik
○ Mempertimbangkan efektivitas biaya (cost efectivness)
3. Comunicator
(Mampu menjadi komunikator yang baik)

Diharapkan :
● Mampu mempromosikan gaya hidup sehat
● Mampu meberikan penjelasan dan edukasi yang efektif
● Mampu memberdayakan individu dan kelompok untuk tetap sehat
4. Community Leader
(Mampu menjadi pemimpin dalam komunitas masyarakat)
● Cara :
○ Mengetahui dan memahami faktor-faktor penentu kesehatan serta kebutuhan
masyarakat maupun individu→ Merencanakan dan memimpin pengumpulan
data per periode waktu tertentu → Evaluasi → Membuat perencanaan
○ Berperan aktif dan memberikan contoh dalam menanggulangi faktor-faktor
penentu kesehatan.
○ Mampu mengadvokasi kebutuhan dalam komunitasnya kepada Dinas
Kesehatan.
○ Mampu memimpin dan mengevaluasi tenaga kesehatan lainnya dalam setiap
divisi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
○ Memimpin dan memotivasi masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam upaya
peningkatan kesehatan umum seperti kerja bakti.
5. Manager
(Mampu dan bisa memiliki skill manajerial yang baik untuk menjalankan fungsi
fungsi five stars doctor)

Diharapkan :
● Mampu bekerja sama secara harmonis dengan individu dan organisasi
diluar dan didalam lingkup pelayanan kesehatan, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan pasien dan komunitas
● Mampu memanfaatkan data-data kesehatan secara tepat
Rencana Tindak Lanjut
Penanggulangan ISPA
● Pengenalan dini dan investigasi orang yang mungkin menderita ISPA yang dapat
menimbulkan kekhawatiran
● Pencegahan dan pengendalian infeksi dengan segera bila diduga terjadi ISPA yang
dapat menimbulkan kekhawatiran
● Melaporkan semua informasi yang tersedia mengenai kemungkinan episode ISPA
yang dapat menimbulkan kekhawatiran kepada lembaga kesehatan pemerintah
yang berwenang
● Semua pasien yang diduga atau pasti menderita ISPA yang dapat menimbulkan
kekhawatiran harus ditempatkan di ruang atau tempat yang terpisah dari pasien lain
dan diperiksa sesegera mungkin
Penanggulangan Faringitis
● Memberikan edukasi kepada masyarakat terutama ibu-ibu bahwa faringitis
merupakan salah satu inflamasi saluran napas bagian atas. Hal tersebut disebabkan
oleh infeksi virus maupun bakteri, peradangan akibat makanan yang merangsang
(gorengan, makanan pedas, terlalu panas atau dingin) maupun alergi dan pada
umumnya terjadi pada anak-anak dengan sistem imun terganggu.

● Terkait infeksi memberikan edukasi :


○ Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara
memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.
○ Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh
terhadap penyakit baik.
○ Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
○ Penggunaan obat-obat yang tepat terutama penggunaan antibiotik harus sesuai
dengan pertimbangan dan resep dokter untuk menghindari terjadinya
resistensi bakteri.
Penanggulanganan Faringitis
● Memberikan edukasi kepada masyarakat terutama kelompok risiko tinggi untuk
menghindari faktor pencetus dan memakai penutup hidung dan mulut bila
kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita
penyakit ISPA.
● Menjaga lingkungan sekitar dan rumah: Pembuangan sampah dan menyiapkan
tempat sampah tertutup, menjaga kebersihan sumber air agar tidak tercemar,
pengaturan ventilasi rumah.
● Edukasi kepada penjual jajanan agar tetap menjaga kebersihan dan bekerja
sama dengan pihak yang berwenang untuk sewaktu-waktu melakukan
pemeriksaan.
● Edukasi kepada masyarakat untuk memasak air dan makanan sampai benar-
benar matang.
Penanggulangan Hipertensi
● Memberikan pengarahan dan penyuluhan kepada pasien hipertensi yang
memeriksakan diri, khususnya pada masyarakat yang mengikuti kegiatan Posyandu
Lansia secara rutin untuk dapat menjaga pola asupan makanan, dan memberi
arahan untuk segera memeriksakan diri apabila merasakan gejala-gejala sakit
maupun apabila merasa pusing atau tekanan darah meningkat
● Deteksi dini dan Konseling / edukasi kesehatan melalui pemantauan faktor risiko
hipertensi terintegrasi secara rutin dan periodik
● Deteksi Dini Faktor Risiko:
○ Merokok, Makan buah sayur, Aktivitas Fisik, Alkohol, Riwayat penyakit keluarga,
TB, BB (IMT), Lingkar Perut, TD
● Konseling : Stop merokok, Diet, Stress, Self Care, CERDIK, PATUH
Penanggulanganan Myalgia
● Memberikan edukasi kepada masyarakat untuk rajin berolahraga sesuai
kemampuan dan tidak memaksakan diri.
● Memberikan edukasi kepada masyarakat untuk melakukan peregangan
sebelum beraktivitas.
● Bekerja sama dengan dokter spesialis okupasi untuk memberikan penyuluhan
dan latihan mengenai posisi dan ergonomi kerja.
● Merencanakan program senam pagi baik di sekolah, lingkungan, maupun di
puskesmas.
Diskusi
1. Faktor risiko apa saja yang mempengaruhi pentakit ISPA dan hipertensi di puskesmas kota Semarang?
● Penanya : Muhammad Syauqi Mirza
● Penjawab : Yoshilda Manafe
● Jawaban : Faktor risiko ISPA : polusi udara, asap rokok, asap, pembakaran di rumah tangga,
Faktor risiko Hipertensi : Konsumsi Makanan Berlemak, Obesitas, Konsumsi Garam, Usia

1. Bagaimana hubungan perilaku merokok dengan penyakit hipertensi di puskesmas banjarnegara?


● Penanya : Ari Prayoga Burnama Hazar
● Penjawab : Natalia Desiana Ayu
● Jawaban : Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan pada penduduk di Puskesmas
Banjarnegara, dijelaskan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku atau
kebiasaan merokok dengan kejadian penyakit hipertensi, didapatkan hasil presentase penderita
Hipertensi lebih banyak pada responden bukan perokok dibandingkan dengan perokok

1. Selain memberikan edukasi kepada pasien, terapi apa yg dapat diberikan terhadap pasien faringitis ?
● Penanya : Medissia Pasaribu
● Penjawab : Maharani
● Jawaban : Terapi faringitis tergantung dari jenis faringitis nya, apakah faringitis akut atau faringitis
kronik. Jika faringitis akut biasanya dapat sembuh dengan sendirinya dan memberikan edukasi
untuk minum air putih serta istirahat yang cukup. Namun, jika faringitis kronik dapat diberikan
antibiotik seperti penicilin dan amoxicilin, selain itu dapat diberikan obat antipiretik seperti
Paracetamol maupun ibuprofen untuk mengurangi demam pada pasien faringitis tersebut
Diskusi
4. Apa faktor penyebab tersering pada myalgia di puskesmas yg telah di paparkan?
● Penanya : Muhammas Zulfikar H.
● Penjawab : Riyana Sabda
● Jawaban : Faktor penyebab myalgia pada puskesmas tersebut dapat dilihat dari faktor :
a. Usia : hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur dan kejadian
myalgia. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendra dan Rahardjo,
pekerja dengan umur 35 tahun atau lebih mempunyai risiko lebih besar untuk
mengalami gangguan otot dibandingkan dengan umur dibawah 35 tahun.
b. Pekerjaan (Nelayan) : Beberapa data Kementerian Kesehatan tahun 2011 dan 2012 di 8
kabupaten lokasi Pusat Pendaratan Ikan (PPI) menunjukkan bahwa gangguan dan
permasalahan kesehatan pada nelayan salah satunya adalah gangguan
otot/muskuloskeletal. Pemakaian otot yang berlebihan dapat mengakibatkan otot-otot
yang digunakan mengalami kekurangan oksigen, dan peningkatan asam laktat yang
akan menimbulkan rasa pegal atau nyeri.
c. Cedera pada otot dapat menimbulkan rasa nyeri. Biasanya cedera ditandai dengan rasa
sakit, otot yang terasa lemah, timbulnya memar, bengkak, dan kram otot. Melakukan
gerakan olahraga yang salah. Terkilir, sehingga otot menjadi tegang, kaku, tertarik,
terpelintir, dan juga terasa pegal.
Diskusi
5. Bagaimana penanganan hipertensi yang cukup efektif yang bisa dilakukan pada puskemas
yang sudah kelompok 3 tadi paparkan?
● Penanya : Exsa I. Lubis
● Penjawab : Muhammad Rockystanky
● Jawaban : Memberikan pengarahan dan penyuluhan kepada masyarakat sekitar, serta
memberikan himbauan kepada pasien hipertensi yang selalu taat untukmemeriksakan
diri, mencanangkan menjaga pola asupan makanan, dan memberi arahan untuk segera
memeriksakan diri apabila merasakan gejala-gejala sakit maupun apabila merasa pusing
kepada masyarakat agar segera di lakukan pemeriksaan tekanan darah. Deteksi dini dan
Konseling / edukasi kesehatan melalui pemantauan faktor risiko hipertensi terintegrasi
secara rutin dan periodik. Selain itu memmerikan Konseling untuk Stop merokok, Diet,
Stress, Self Care, CERDIK, PATUH

6. Apa upaya puskesmas untuk mengatasi kejadian ISPA


● Penanya : Tavip Kharisma Putra
● Penjawab : Alessandra Nidia
● Jawaban :Sudah terdapat upaya yang dilakukan oleh Pemda setempat seperti rumah di
Kota Semarang pada tahun 2018, jumlah rumah yang dibina memenuhi syarat adalah
75,86% dari 87.294 rumah dibina. Sedangkan jumlah rumah sehat di Kota Semarang
adalah 83,45% dari 455.774 rumah yang ada.
Diskusi

7. Bagaimana trend kejadian ISPA di puskesmas kota semarang?


● Penanya : Shahnaz Camilla,
● Penjawab : Anastasia Kila N.
● Jawaban : Trend kejadian ISPA di Puskesmas Kota Semarang : Kejadian ISPA tertinggi
adalah pneumonia dan hal tersebut merupakan penyebab kematian terbanyak.
Trendnya ISPA dari tahun ke tahun mengalami penurunan yaitu tahun 2017 40,3%
turun menjadi 30% pada tahun 2018. Hal tersebut karena upaya pengendalian
dilakukan dengan memfokuskan peningkatan penemuan dan penanganan kasus
pneumonia pada balita, pemerataan pelayanan kesehatan dan peningkatan fasilitas
kesehatan, dan perbaikan kondisi ekonomi masyarakat yang tercermin pada
peningkatan pendapatan masyarakat sehingga upaya perbaikan gizi keluarga upaya
pengobatan meningkat.
Thanks
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was


created by Slidesgo, including icons by Flaticon
, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai