Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran,

kemauan, maupun hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dengan perkataan lain,

masyarakat diharapkan mampu berperan sebagi pelaku pembangunan

kesehatan dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan

sendiri serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat

(Depkes RI, 2010). Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk

menjamin tersedianya upaya kesehatan baik upaya kesehatan masyarakat

maupun upaya kesehatan perseorangan yang bermutu, merata dan

terjangkau oleh masyarakat (Depkes RI 2008).

Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pengutamaan pada upaya

pencegahan (preventif), peningkatan kesehatan (promotif) bagi segenap

warga Negara Indonesia tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit

(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitative) (Depkes RI 2002).

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin

meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin

meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah

penduduk lanjut usia terus menigkat dari tahun ke tahun (menegpp.go.id,

2013).

1
2

Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak

terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat maupun dalam

pemerintah. Implikasi ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah

penduduk adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut.

Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak

mengalami kemunduran karena secara individu, pada usia 60 tahun terjadi

proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik,

psikis (mental), sosial dan ekonomi.

Lanjut usia adalah tahapan perkembangan normal yang akan dialami

oleh setiap individu yang mencapai Lanjut usia dan merupakan kenyataan

yang tidak dapat dihindari, lansia adalah masa dimana proses produktifitas

berpikir, meningkat, menangkap dan merspon sesuatu sudah mengalami

penurunan secara berkala dan adanya peruahan kemunduran fisik

(Notoatmodjo, 2010).

Penyakit yang sering dijumpai lanjut usia di Indonesia diantaranya

penyakit sistem paru, penyakit jantung dan pembuluh darah

(kardiovaskuler), penyakit pencernan makanan, penyakit system

urogenital, penyakit gangguan endokrin (metabolik) penyakit pada

persendian tulang, dan penyakit yang disebabkan oleh keganasan

(Bandiyah,2009). Pada orang lanjut usia, umumnya besar jantung akan

sedikit menurun. Yang paling banyak mengalami penurunaan adalah

rongga bilik kiri, akibat semakin berkurangnya aktivitas dan juga

mengalami penurunan adalah besarnya sel-sel otot jantung hingga


3

menyebabkan menurunnya kekuatan otot jantung.Pada lansia tekanan

darah meningkat secara bertahap.Elastisitas jantung pada orang berusia 70

tahun menurun sekitar 50% di banding orang berusia 20 tahun.Tekanan

darah pada wanita tua mencapai 170/90 mmHg dan pada pria tua mencapai

160/100 mmHg masih dianggap normal.

Hipertensi akan terjadi pada Lanjut Usia atau sering disebut lansia,

karena pada Lanjut Usia akan mengalami proses penuaan secara terus

menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu

semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan

kematian.

Didalam masyarakat baik masyarakat menengah ke atas maupun

kebawah penyakit yang paling sering kita temukan adalah penyakit

hipertensi, hipertensi sering kita temukan padalanjut usia. Menurut

muhamaddun (2010) berdasarkan data lancet (2008).Jumlah penderita

hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Di india, misalnya, jumlah

penderita hipertensi 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan diperkirakan

107,3 juta orang pada tahun 2025. Di cina 98,5 juta orang mengalami

hipertensi dan bakal menjadi 151,7 juta orang pada tahun 2025.

Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 menyebutkan bahwa

hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan kasus rawat inap

terbanyak di rumah sakit pada tahun 2010, dengan proporsi kasus 42,38%

pria dan 57,62% wanita, serta 4,8% pasien meninggal dunia (Kemenkes

RI, 2012).
4

Hasil riset keperawatan dasar (Riskesdas) 2007 menunjukan,

sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.

Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2%

penduduk yang sudah memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang

minum obat hipertensi. Ini menunjukan, 76% kasus hipertensi di

masyarakat belum terdiagnosis atau 76% masyarakat belum mengetahui

bahwa mereka menderita hipertensi. Sedangkan di jawa barat

merupakanprevalensi tertinggi dilaporkan dari sukabumi yaitu 28,6%.

(wordpress.com, 2011).

Hipertensi tidak hanya menimbulkan dampak terhadap perubahan

fisik tetapi psikologis dan juga sosial dampak yang ditimbulkan pada

aspek psikologis adalah depresi karena stigma yang ada di masyarakat

menganggap hipertensi adalah penyakit yang sulit disembuhkan, dari

aspek sosial adalah penderita akan cepat tersinggung ketika mendapat hal

yang kurang menyenangkan dari orang lain sehingga masyarakat

cenderung untuk menjauh (mitrakeluarga.com, 2010).

Menurut laporan Dinas kesehatan kabupaten sukabumi tahun 2014

Penyakit Hipertensi termasuk 10 besar penyakit dikabupaten sukabumi.

Data tersebut bisa di lihat pada tabel 1.1


5

Tabel 1.1 Data 10 Penyakit terbesar di Kabupaten Sukabumi Tahun

2014

No Nama Penyakit Jumlah Persentase


1 Ispa 221.067 26%
2 Nasofaringitis Akuta (common c0ld) 107.400 13%
3 Penyakit Infeksi Usus 90.327 10%
4 Ispa Atas Akut Tidak Spesifik 83.766 10%
5 Tukak Lambung 74.886 9%
6 Hipertensi Primer 60.581 9%
7 Diare 58.337 7%
8 Myalgia 53.005 6%
9 Rematisme 44.899 5%
10 Dermatitis 42.116 5%
Jumlah 436.364 100 %
Sumber : laporan LB1 SP3 Dinkes kabupaten sukabumi Tahun 2014.

Berdasarkan tabel 1.1 data laporan tahunan dinas kesehatan

Kabupaten Sukabumi tahun 2014, Hipertensi berada pada peringkat ke 6

dari 10 penyakit yang terdaftar di laporan dinas kesehatan Kabupaten

Sukabumi dengan jumlah kasus 60.581. Adapun data dari sumber laporan

dinas kesehatan kabupaten sukabumi mengenai kunjungan penderita

Hipertensidi puskesmas wilayah 1 kabupaten sukabumi periode januari-

desember pada tahun 2014 yaitu berjumlah 2780 kunjungan. Dan data

tersebut bisa di lihat pada table 1.2


6

Table 1.2 Data Kunjungan Pasien Penderita Hipertensi di Puskesmas

Wilayah 1 Kabupaten Sukabumi Pada Tahun 2014.

No Nama Puskesmas Jumlah Pederita Hipertensi Persentase


1 KEBON PEDES 5 0,17%
2 CIREUNGHAS 95 3,41%
3 GEGERBITUNG 306 11%
4 SUKARAJA 89 3,20%
5 SUKALARANG 55 1,97%
6 LIMBANGAN 41 1,47%
7 KARAWANG 307 11,04%
8 CISAAT 1.102 39,64%
9 KADUDAMPIT 223 8,02%
10 SALAJAMBE 199 7,15%
11 CIBOLANG 358 12,87%
JUMLAH 2.780 100%
(Sumber: Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi2014)

Salah satu faktor pendukung terjadinya peningkatan kunjungan

penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten

Sukabumi yaitu diantaranya gaya hidup yang paling mempengaruhi seperti

pola makan yang sering mengkonsumsi garam, garam mempunyai peluang

sangat besar dalam meningkatkan tekanan darah secara cepat, dan rokok

yang di dalamnya terdapat kandungan nikotin dan zat senyawa kimia yang

cukup berbahaya, pada rokok juga memberikan peluang besar seseorang

penderita hipertensi terutama mereka yang termasuk dalam perokok aktif.

Berdasarkan data yang di dapat dari Puskesmas Cisaat Kabupaten

Sukabumi Di wilayah kerja puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi


7

terdapat 6 desa dan jumlah data lansia penderita Hipertensi di beberapa

desa seperti yang dipaparkan pada table 1.3

Tabel 1.3 Data Rekapitulasi Lansia penderita Hipertensi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi.

No. Nama Desa Jumlah Lansia Jumlah Penderita


Hipertensi
1 Desa Sukamanah 779 300
2 Desa Sukasari 633 285
3 Desa Nagrak 752 277
4 Desa Cibatu 710 219
5 Desa Sukaresmi 1.285 210
6 Desa Cisaat 717 209
Jumlah 4.876 1.496
Sumber : Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi tahun 2014.

Berdasarkan tabel 1.3, desa Sukamanah menduduki peringkat

pertama dari enam desa yang ada di wilayah kerja puskesmas Cisaat

dengan angka kejadian 300 kasus.Dari jumlah penderita Hipertensi per

Desa di wilayah kerja puskesmas Cisaat,Sedangkan menurut laporan

tahunan Desa Sukamanah kabupaten sukabumi tahun 2014 terdapat data

lansia per RW di Desa Sukamanah wilayah kerja Puskesmas Cisaat

Kabupaten Sukabumi. Data tersebut bisa dilihat pada tabel 1.4


8

Tabel 1.4 Data Lansia Per RW di Desa Sukamanah Wilayah Kerja

Puskesmas Cisaat Tahun 2014.

No Nama RW JumlahLansia
1 RW 1 97
2 RW 2 59
3 RW 3 75
4 RW 4 49
5 RW 5 73
6 RW 6 128
7 RW 7 63
8 RW 8 72
9 RW 9 99
10 RW 10 89
Jumlah 804
Sumber : laporan tahunan desa Sukamanah dan petugas puskesmas

Cisaat 2014

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 14

April Tahun 2015 di puskesmas Cisaat, 7 dari 10 orang mengatakan tidak

tahu tentang pengertian hipertensi, 6 dari 10 orang mengatakan tidak tahu

tentang penyebab hipertensi, 7 dari 10 orang mengatakan tidak tahu tanda

dan gejala hiertensi, 9 dari 10 orang mengatakan tidak tahu komplikasi

hipertensi, 7 dari 10 orang mengatakan tidak tahu pencegahan hipertensi, 7

dari 10 orang mengatakan tidak tahu perawatan hipertensi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan pada lansia yaitu

pengetahuan. Pengetahuan sangat penting dalam mengambil suatu

keputusan karena akan mempengaruhi masyarakat dalam memilih. Hasil

dari pengalaman peneliti ternyata perilaku dengan didasari

pengetahuanakan lebih baik dengan berperilaku dan bersikap, dibandingan

dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.


9

Pengetahuan merupakan suatu usaha yang mendasari seseorang

berpikir secara ilmiah, dengan tingkatannya bergantung pada ilmu

pengetahuan atau dasar (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang

sekedar menjawab pertanyaan “what” yang terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertenu.Penginderaan terjadi

melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

yang sebagian besar di pengaruhi oleh mata dan telinga (Notoadmodjo,

2010).

Berdasarkan dengan uraian tersebut, maka peneliti merasa tertarik

untuk melakukan penelitian ke dalam karya tulis yang berjudul Gambaran

Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun Tentang Hipertensi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka

penulis mengambil rumusan masalah yaitu Bagaimana Gambaran

Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun Tentang Hipertensi Di Desa

Sukamanah Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi ?.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan dalam peneletian yang akan di lakukan ini yaitu untuk

mengetahui Gambaran Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun Tentang


10

Hipertensi Di Desa Sukamanah Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat

Kabupaten Sukabumi.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian yang akan dilakukan ini

adalah :

a. Mengetahui gambaran pengetahuan lansia usia ≥60 tahun tentang

pengertian Hipertensi Di Desa Sukamanah Wilayah Kerja Puskesmas

Cisaat Kabupaten Sukabumi

b. Mengetahui gambaran pengetahuan lansia usia ≥60 tahuntentang

penyebab Hipertensi Di Desa Sukamanah Wilayah Kerja Puskesmas

Cisaat Kabupaten Sukabumi

c. Mengetahui gambaran pengetahuan lansia usia ≥60 tahun tentang

tanda dan gejala Hipertensi Di Desa Sukamanah Wilayah Kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi

d. Mengetahui gambaran pengetahuan lansia usia ≥60 tahun tentang

komplikasi Hipertensi Di Desa Sukamanah Wilayah Kerja Puskesmas

Cisaat Kabupaten Sukabumi

e. Mengetahui gambaran pengetahuan lansia usia ≥60 tahun tentang

pencegahan Hipertensi Di Desa Sukamanah Wilayah Kerja Puskesmas

Cisaat Kabupaten Sukabumi

f. Mengetahui gambaran pengetahuan lansiausia ≥60 tahun tentang

perawatan Hipertensi Di Desa Sukamanah Wilayah Kerja Puskesmas

Cisaat Kabupaten Sukabumi.


11

D. Kegunaan penelitian

1. Bagi peneliti atau penulis

Merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat

dan mendapatkan pengalaman yang nyata dalam bidang penelitian.

2. Bagi STIKES Kota Sukabumi

Hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan bahan referensi

atau bahan masukan bagi proses penelitian selanjutnya terutama

berhubungan dengan hipertensi.

3. Bagi Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi

Hasil penelitian ini akan menambah informasi dan masukan yang

positif bagi pengembangan kesehatan dan peningkatan wawasan khusus

nya lanjut usia tentang hipertensi.

E. Kerangka pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan model konseptual yang berkaitan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara

logis beberapa faktor yang di anggap penting untuk masalah. Singkatnya

kerangka pemikiran membahas ketergantungan anatar variable yang di

anggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau

akan di teliti.

Hipertensi adalah tekanan darah atau lebih tinggi dari 140/90

mmHg,dimana hipertensi adalah ketika tekanan darah sistolik berada pada

120-139 mmHg atau ketika tekanan darah diastolik berada pada 80-89

mmHg.Hipertensi dapat menyerang usia muda dan lanjut usia, dan paling
12

mempengaruhi adalah pada Lanjut usia di mana pada Lanjut usia dapat

terjadi nya penurunan system salah satu nya terjadi pada system

kardiovaskuler, seperti penurunan kemampuan memompa darah, serta

meningkat nya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah

meningkat.

Lansia yang mengalami Hipertensi banyak yang tidak menetahui akan

penyakit Hipertensi itu sendiri. Sehingga lansia tidak mengetahui akan

bahaya ataupun cara merawat penyakit Hipertensi tersebut. Maka dari itu

penting sekali pengetahuan tentang hipertensi bagi para lansia. Pengetahuan

yang harus dimiliki oleh lansia tentang Hipertensi meliputi pengertian

Hipertensi agar para lansia mengetahui tentang Hipertensi yang sedang di

alaminya. Kemudian penyebab dari Hipertensi itu sendiri agar para lansia

mengetahui hal-hal yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit Hipertesi

itu sendiri. Tanda dan gejala dari Hipertensi agar para lansia mengetahui

saat seseorang yang mengalami Hipertensi. Selain itu para lansia harus

mengetahui tentang komplikasi dan cara pencegahaan Hipertensi agar para

lansia dapat menghindari penyakit yang bisa terjadi dari penyakit

Hipertensi, dan para lansia bisa mencegah hal-hal yang bisa terjadi

Hipertensi.

Pengetahuan seorang lansia dalam hal ini berkontribusi besar dalam

meningkatkan derajat kesehatan dan meningkatkan jangkauan pelayanan

kesehatan lansia. Pengetahuan sangat penting dalam mengambil suatu

keputusan karena akan mempengaruhi seseorang dalam tindakan yang di


13

lakukan dalam menjaga dan merawat kesehatan nya. Pengetahuan di

pengeruhi beberapa factor di antara nya usia, pendidikan, sumber informasi

dan pengalaman. Terutama pengetahuan pada lansia yang sudah menurun

maka dari itu seseorang dengan pengetahuan yang luas akan menjaga

kesehatan jasmani dan rohani nya, di bandingkan dengan lansia yang

berpengetahuan kurang.

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah di jelaskan, maka dapat di

gambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Gambaran Pengetahuan Lansia

Tentang Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat

Kabupaten Sukabumi.

Pengetahuan Lansia Tentang Hipertensi Yang Meliputi:

1. Pengertian hipertensi
2. Penyebab hipertensi
3. Tanda dan gejala hipertensi
4. Komplikasi hipertensi
5. Pencegahan hipertensi
6. Perawatan hipertensi
14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia, yang sekedar

menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam,

dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan adalah dasar semua tindakan dan usaha jadi peneliti

sebagai dasar untuk meningkatkan pengetahuan harus diadakan untuk

meningkatkan pula pencapaian usaha-usaha manusia dan pada

hakekatnya manusia selalu ingin tahu yang benar dan untuk mengetahui

rasa ingin tahunya ini manusia sejak zaman dahulu telah usaha

mengumpulkan pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga.Pengetahuan atau kognitif merupakan dimain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (Arikunto, 2013).

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses

pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam

seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia

serta keadaan sosial budaya (Kamus Besar bahasa Indonesia 2011).

Berdasarkan pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa

pengetahuan adalah hasil tahu dari semua manusia dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dan di

jadikan dasar semua tindakan peneliti untuk meningkatkan pengetahuan


15

harus diadakan untuk meningkatkan pula pencapaian usaha-usaha

manusia.

2. Tingkat Pengetahuan

Benjamin Blum dalam Notoatmodjo (2007), pengatahuan yang

tercakup dalam domain kognitif sangat penting menentukan tindakan

seseorang. Pengetahuan yang termasuk dalam kognitif mempunyai 6

tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk didalamnya adalah mengingat kembali (recall)

terhadap suatu yang dipelajari atau rangsangan tingkat pengetahuan

yang paling rendah.

b. Memahami (comperehension)

Memahami di artikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, meramalkan

dan sebagainya terhadap obyek yang telah terjadi.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan

hukum-hukum, rumusan metode prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.


16

d. Analisis (Analisys)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam

suatu struktur organisasi dan msih ada kaitannya satu dengan yang

lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini biasanya dengan kemampuan uantuk menunjukan

justifikasi penelitian terhadap suatu materi atau objek penelitian-

penelitian itu berdasarkan suatu kriteria yang ada.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

a. Usia

Usia adalah lamanya hidup yang dihitung sejaklahir sampai ssat ini

dalam satu tahun. Usia merupakan periode terhadap pola-pola

kehidupan yang baru (Notoatmodjo, 2010).

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap

dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang di perolehnya semakin


17

membaik. Pada usia muda, individu akan lebih berperan aktif dalam

masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan

persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua,

selain itu orang usia muda akan lebih banyak menggunakan banyak

waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah,

dan kempuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia

ini (WHO, 2002).

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk membuat dan

mengisi kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapatkan

informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Hidayat,

2007).

Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam menentukan

kualitas dan pengetahuan seseorang. Pendidikan membuat kehidupan

seseorang menjadi bermakna. Dengan pendidikan pengetahuan

seseorang akan meningkat (Notoatmodjo, 2003).

c. Pekerjaan

Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan seseorang setiap hari dalm

menjalani kehidupannya.Seseorang yang bekerja diluar rumah

cenderung memiliki akses yang baik terhadap informasi dibandingkan

sehari-hari berada dirumah.Sehingga pekerjaan berpengaruh terhadap

pengetahuan lansia yang didapatkan diaktifitas sehari-hari di luar

rumah.
18

d. Sumber Informasi

Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang bnyak memperoleh

informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih

luas (Notoatmodjo, 2003). Selain itu informasi akan memberikan

pengaruh terhadap seseorang, meskipun seseorang memiliki

pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapat informasi yang baik

dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hak itu

akan meningkatkan pengetahuan seseorang.

e. Pengalaman

Pengalamn merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat di

artikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau

pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.

Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai

upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang di peroleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2010).

4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) untuk memperoleh pengetahuan ada

berbagai cara yaitu :


19

a. Cara tradisional atau non ilmiah yang terdiri dari :

1) Cara coba-coba

Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorang menghadapi

persoalan atau masalah upaya pemecahannya dilakukan dengan

coba-coba.Bila percobaan pertama gagal, dilakukan percobaan

yang kedua dan seterusnya sampai permasalahan tersebut

terpecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kebiasaan dan tradisi

yang dilakukan oleh orang tanpa melalaui penalaran apakah yang

dilakukan tersebut baik atau tidak kebisaan ini biasanya diwariskan

turun menurun.

Kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai

kbenaran mutlak.Sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin

masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang

pemerintahan dan sebagainya. Para pemegang otoritas pada

prinsipnya adalh orang lain menerima pendapat yang dikemukakan

oleh yang mempunyai otoritas tanpa terlebih dahulu menguji atau

membuktikan kebenarannya, baik berdasrkan perasaannya sendiri.

3) Berdasarkan pengalamannya sendiri

Pengalaman adalah guru yang terbaik demikian bunyi

pepatah.Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu


20

merupakan sumber pengetahuan. Hak ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi. Pada masa lain apabila dengan cara

yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan maslah yang

dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang

dapat pula menggunakan cara tersebut.

4) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan keudayaan umat manusia, cara

manusia berpikir ikut berkembang. Dari sini manusia mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.

Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan

pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan

yang dikemukakan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu

melalui pernyataan-pernyataan yang khusus kepada yang umum

dinamakan indusi, sedangkan deduksi adalah pembuatan

kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus.

b. Cara Modern

Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis dan ilmiah.Cara ini disebut metode penelitian

ilmiah.
21

5. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengkuran pengetahuan dpat diketahui dengan cara orang yang

bersangkutan mengungkapkan hal-hal yang diketahuinya dalam bentuk

atau jawaban baik lisan ataupun tulisan (Notoatmodjo, 2010).

Pertanyaan (test) yang dapat dipergunakan untuk pengukuran

pengetahuan secara umum dapat dikelompokan menjadi 2 jenis yaitu :

a. Pertanyaan subjektif

Pertanyaan esay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian untuk

pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari penilaian, sehingga

cara menilainya akan berbeda-beda.

b. Pertanyaan objektif

Pertanyaan pilihan ganda, menjodohkan, benar atau salah, disebut

prtanyaan objektif karena pertanyaan ini dapat dinilai secara pasti oleh

penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas.

Pengukuran tingkat pengetahuan menurut Nursalam (2007), terdiri

dari:

1) Baik, jika 76-100% pertanyaan dapat dijawab dengan benar.

2) Cukup, jika 56-75% pertanyaan dapat dijawab dengan benar.

3) Kurang, jika <56% pertanyaan dapat dijawab dengan benar.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang


22

ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan

tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2010).

B. LANSIA

1. Pengertian Lansia

Lanjut Usia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh

semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari

oleh siapapun, namun manusia dapat berupaya untuk menghambat

kejadiannya (Bandiyah, 2009).

Lanjut Usiaadalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas

baik pria maupun wanita (Kusharyadi, 2009). Sedangkan Menurut

Depkes RI (2003), lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau

lebih. Lanjut Usiaadalah tahap masa tua dalam perkembanagan individu

(usia 60 tahun ke atas).

Lanjut Usiaadalah orang tua yang berusia 65 tahun secara

fungsional dabn fisiologis yang berbeda dari satu individu dengan

lainnya dan dianggap tua bagi anaknya (Smelzert, 2002).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

lanjut usiaadalah tahap akhir dari perkembangan pada daur kehidupan

manusia yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih secara fungsional

dan fisiologis yang berbeda dari satu individu dengan lainnya dan

dianggap tua bagi anaknya baik pria maupun wanita.


23

2. Klasifikasi Lansia

Menurut Maryam (2008) klasifikasi lansia dapat dibagi menjadi

lima yaitu sebagai berikut :

a. Pra lansia (prasenilis) : seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia : seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia resiko tinggi : seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih

dengan masalah kesehatan

d. Lansia potensial : lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atu

kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

e. Lansia tidak potensial : lansia yang tidak berdaya mencari nafkah

sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Menurut oraganisasi kesehatan dunia WHO (2008), ada empat tahap

lansia, yakni :

a. Usia pertengahan (middle age) : usia 45-59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) : usia 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) : usia 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun

3. Perubahan- perubahan yang terjadi pada lanjut usia

Menurut Maryam (2008) perubahan fisik yang terjadi pada lansia

meliputi perubahan fisik, sosial, dan psikologis.

a. Perubahan-perubahan fisik

1) Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun

dan cairan intraseluler menurun.


24

2) Kardiovaskular : Jantung memompa lebih kuat sehingga

mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya

menyebabkan Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi

kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung

memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada

setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit

daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang

terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan

kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan

darah juga meningkat pada saat terjadi "vasokonstriksi", yaitu jika

arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena

perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

3) Respirasi : otot-otot pernafasan kekuatan nya menurun dan kaku,

elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga

tarikan nafas lebih berat, alveoli membesar dan jumlah nya

menurun, kemampuan batuk menurun serta terjadi penyempitan

bronkus.

4) Persarafan : panca indra mengecil sehingga fungsi nya menurun

serta lambat dalam respond an waktu bereaksi khusus nya yang

berhubungan dengan stress.

5) Musculoskeletal : cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh,

bungkuk, persendian membesar dan menjadi kaku, kram, tremor,

tendon mengerut dan mengalami sclerosis.


25

6) Gastrointestinal : esophagus melebar, asam lambung menurun,

lapar menurun, dan peristaltic menurun sehingga daya absopsi juga

menurun. Ukuran lambung mengecil serta organ aksesori menurun

sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormone dan enzim

pencernaan.

7) Genitourinaria : ginjal (mengeceil, aliran darah ke ginjal menurun,

penyaringan di glomerulus menurun dan fungsi tubulus menurun

sehingga kemampuan mengonsentrasikan urine ikut menurun).

8) Vesikaurinaria : otot-otot melemah, kapasitasnya menurun dan

retensi urine.

9) Prostat : hipertrofi pada 75% lansia

10) Vagina : selaput lendir mengering dan sekresi menurun.

11) Pendengaran : membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan

pendengaran tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.

12) Penglihatan : response terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap

gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang meurun dan

katarak.

13) Endokrin : produksi hormone menurun.

14) Kulit : keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, rambut dalam

hidung dan telinga menebal, elastisitas menurun, vaskularisasi

menurun, rambut memutih, kelenjar keringat menurun, kuku keras

dan rapu serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk.


26

15) Belajar dan memory : kemampuan belajar masih ada tetapi relatif

menurun. Memory (daya ingat) menurun karena proses encoding

menurun.

b. Perubahan-perubahan psikososial

1) Peran : post power syndrome, single women dan single parent.

2) Keluarga : kesendirian dan kehampaan.

3) Teman : ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul takut kapan

akan meninggal. Berada di rumah secara terus menerus dan cepat

pikun.

4) Abuse : kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan non verbal

(dicubit) dan tidak di beri makan.

5) Maslah hukum : berkaiatan dengan perlidungan asset dan kekayaan

pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.

6) Pensiun : adanya jaminan materi dari instansi, anak atau cucunya.

7) Ekonomi : kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok

bagi lansia.

8) Rekreasi : untuk ketengan batin.

9) Keamanan : jatuh dan terpleset.

10) Transportasi : kebutuhan akan sisten transportasi yang cocok bagi

lansia.

11) Politik : kesempatan yang sama untuk terlibat dan memberikan

masukan dalam system politik yang berlaku.


27

12) Pendidikan : berkaitan dengan pengetasan buta aksara dan

kesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi manusia.

13) Agama : melaksanakan ibadah.

14) Panti jompo : merasa dibuang dan di asingkan.

c. Perubahan-perubahan psikologis

Perubahan dalam psikologis pada lansia meliputi short term memori,

prustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi

kematian, perubahan keinginan, depresi dan kecemasan.

4. Penyakit yang sering dijumpai pada lanjut usia

Stieglitz (1945) yang dikutip oleh nugroho (2000) mengemukakan

ada empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua,

yaitu:

1) Gangguan sirkulasi darah seperti hipertensi, kelainan pembuluh darah,

gangguan pembuluh darah di otak (coroner) dan ginjal.

2) Gangguan metabolisme hormonal seperti Diabetes Melitus,

klimakterium dan ketidakseimbangan tyroid.

3) Gangguan pada persendian seperti osteoarthritis, gout, atritis ataupun

penyakit kolagen lainnya.

4) Neoplasma
28

C. Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau lebih dikenal penyakit darah tinggi adalah suatu

gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan

nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat ke jaringan tubuh yang

membutuhkannya. Hipertensi ini sering kali disebut sebagai the silent

killer, karena termasuk penyakit mematikan tanpa di sertai gejala-gejla

terlebih dahulu sebai peringatan (vitahealth, 2004).

Hipertensi didefinisikan sebagai suatu peningkatan pembuluh

darah sistolik dan atau diastolic yang tidak normal, umumnya sistolik

berkisar dari 140-160 mmHg dan diastolik berkisar antara 90-95 mmHg

sudah dianggap garis batas hipertensi (price, 2006).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah

lebih dari 140/90 mmHg atau lebih untuk usia 13-50 tahun dan tekanan

darah mencapai 160/95 mmHg untuk usia 50 tahun. Dan harus dilakukan

pengukuran tekanan darah minimal sebanyak 2 kali untuk lebih

memasrikan keadaan tersebut (WHO, 2001).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten

dimana teknan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas

90 mmHg.Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekana

sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Brunner &

Suddart, 2002).
29

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi

pada lansia adalah tekanan darah yang meningkat diatas normal, dimana

tekanan sistolik diatas 160 mmHg dan diastolic diatas 90 mmHg yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah

terhambat sampai kejaringan tubuh yang membutuhkannya.

2. Penyebab Hipertensi

Penyebab dari hipertensi belum diketehui secara pasti, namun

gangguan emosionalnya, gaya hidup seperti konsumsi alcohol dan kopi

yang berlebihan, tembakau, juga obesitas dan obat-obatan yang

merangsan dapt berperan aktif dalam timbulnya hipertensi (Bunner &

Suddart, 2002, fitahealth, 2004).

Walaupun penyebab dari hipertensi tidak di ketahui secara pasti,

ada beberapa faktor resiko hipertensi yang diketahui seperti :

a. Berusia lanjut (45 tahun keatas)

b. Terdapat riwayat hipertensi di keluarga

c. Menderita Diabetes Melitus

d. Memiliki kadar Kolesterol yang tinggi

e. Obesitas

f. Menykai makanan dengan kadar garam tinggi (asin)

g. Gaya hidup penuh stres

h. Perokok, alkoholik dan suka minum kopi

i. Kehidupan sedentary (kurang bergerak).


30

3. Tanda dan Gejala Hipertensi

Gejala-gejala hipertensi berpariasi pada masing-masing individu

dan hapmir sama dengan gejala penyakit lainnya. Tanda dan gejala atau

manifestasi klinik yang ditemukan dalam pengkajian (Brunner &

Suddart, 2002) adalah :

a. Pemeriksaan fisik mungkin menunjukan tidak adanya abnormalitas

selain tingginya tekanan darah.

b. Mungkin terjadi perubahan retina dengan heroragik, eksudat,

penyempitan arteriole dan edema papil.

c. Gejala biasanya menunjukan kerusakan vaskuler yang berhubungan

dengan system organ yang di sebabkan oleh pembuluh darah yang

terserang.

d. Penyakit arteri coroner dengan angina merupakan akibat yang

umum.

e. Terjadi hipertropi ventrikel kiri (gagal jantung).

f. Perubahan patologis pada ginjal.

g. Keterlibatan vaskuler serebral (sroke atau serangan iskemia

transien).

Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan pada kasus hipertensi

(vitahealth, 2004) yaitu :

1) Sakit kepala, pusing.

2) Jantung berdebar-debar

3) Sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat


31

4) Mudah lelah

5) Penglihatan kabur

6) Wajah memerah

7) Hihung berdarah secara tiba-tiba

8) Sering buang air kecil, terutama pada malam hari

9) Tengkup terasa kaku, berat atau nyeri

10) Telinga berdenging (tinnitus)

11) Dunia terasa berputar (vertigo)

4. Komplikasi Hipertensi

Seperti yang telah diketahui, hipertensi dapat menyebabkan

kematian dengan berbagi komplikasi-komplikasinya seperti :

a. Stroke

Hipertensi adalah factor utama terjadinya stroke, karna tekanan darah

terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah di otak yang sudah

lemah menjadi pecah, sehingga terjadi pendarahn otak yang berakibat

kematian.Struke dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah

yang macet di pembuluh darah yang sudah menyampit.Penderita

hipertensi beresiko 12 kali lebih besar untuk menderita stroke.

b. Infark miokard

Infark miokard ini terjadi karena arteri coroner tidak dapat menyuplai

oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan miokardium.


32

c. Payah jantung (congestive heart failure)

Payah jantung adalah kondisi dimana jantung tidak mampu lagi

memompa darah yang dibutuhkan tubuh.Kondisi ini terjadi karena

kerusakan otot jantung atau system listrik jantung. Gangguan dari

dinding pembuluh darah yang menyebabkan elastisitasnya berkurang

akan memacu jantung bekerja lebih keras Karen abeban jantung

bertambah lebih berat.

d. Gagal ginjal

Penderita hipertensi beresiko besar mengalami gagal ginjal. Hipertensi

dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju

ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh.Dengan

adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan

membuangnya kebali ke darah.

e. Kerusakn penglihatan

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah dimata,

sehingga mengakibatkan penglihatan menjadi kabur atau kebutaan.

5. Pencegahan Hipertensi

Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus di ambil

tindakan pencegahan yang baik (stop high blood pressure), antara lain

menurut bukunya (Gunawan, 2001), dengan cara berikut:

a. Mengurangi konsumsi garam

Pembatasan konsumsi garam sangat di anjurkan, maksimal 2g garam

dapur untuk diet setiap hari.


33

b. Menghindari kegemukan (obesitas).

Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b)

normal atau tidak berlebihan.Batasan kegemukan adalah jika berat

badan lebih dari 10% dari berat badan normal.

c. Membatasi konsumsi lemak

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah

tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi dapat

mengakibatkan terjadi nya endapan kolesterol dinding embuluh darah.

Lama kelamaa, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat

pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demekian,

akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung

memperparah hipertensi.

d. Olahraga teratur.

Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat menyerap atau

menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi.Olahraga yang

di maksud adalah latihan menggerakan semua sendi dan otot tubuh

(latihan isotonic atau dinamik) seperti gerak jalan, berenang, naik

sepeda.Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan

seperti tinju, gulst stsu sngkst besi, karena latihan yang berat bahkan

dapat menimbulkan hipertensi.


34

e. Makan banyak buah dan sayur segar.

Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral.

Buah yang mengandung banyak mineral kalium dapat membantu

menurunkan tekanan darah.

f. Tidak merokok dan minum alcohol.

g. Latihan relaksasi atau meditasi

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau

ketegangan jiwa. Relaksasi di laksanakan dengan mengencangkan dan

mengendurkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai,

indah, dan yang menyenangkan.Relaksasi dapat pula di lakukan

dengan mendengarkan musik, atau bernyanyi.

h. Berusaha membina hidup yang positif

Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan,

tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekananatau beban

stress (ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau

besar sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan

sakit kepala, suka marah, tidak bias tidur, ataupun timbul hipertensi.

Agar terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha

membina hidup yang positif. Beberapa cara untuk membina hidup

positif adalah sebagai berikut:

1) Mengelarkan isi hati dan memecahkan masalah

2) Membuat jadwal kerja, menyediakan waktu istirahat atau waktu

untuk kegiatan santai.


35

3) Menyelesaikan satu tugas pada satu saat saja, biarkan orang lain

menyelesaikan bagian nya.

4) Sekali-kali mengalah, belajar berdmai.

5) Cobalah menolong orang lain.

6) Menghilangkan perasaan iri dan dengki.

6. Perawatan hipertensi

Tujuan utama dari perawatan/penatalaksanaan hipertensi adalah

untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah terjadinya komplikasi.

Untuk mencapai tujuan ini terdapat dua cara yaitu dengan farmakologis

dan non frmakologis. Cara farmakologis di lakukan dengan meminum

obat-obatan yang di berikan dokter saat memeriksakan diri ke pusat

pelayanan kesehatan, sedangkan cara non farmakologis menurut

Darmojo (2006) dapat di lakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Melaksanakan diit hipertensi, yaitu mengurangi asupan garam,

memperbanyak asupan serat dan kalium.

b. Menghentikan kebiasaan buruk seperti kebiasaan merokok, minum

kopi dan alcohol.

c. Mengelola stress dengan baik dengan cara tehnik relaksasi seperti

meditasi dan yoga.

d. Melakukan olahraga secara teratur.

e. Menurunkan kelebihan berat badan karena obesitas merupakan

slahsatu dari factor resiko hipertensi yang dapat di ubah kecuali factor

hereditas atau riwayat keluarga dan usia.


36

Sedangkan menurut Kurniawan (2011) penderita hipertensi

komplikasi jantung, sebaiknya meningkatkan konsumsi buah dan sayur,

terutama buah dan sayur yang mengandung kalium.Kalium atau

potassium 2 sampai 4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan

darah.Kadar kalium atau potassium umumnya banyak didapati pada

beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang

mengandung potasium dan baik untuk dikonsumsi antara lain semangka,

alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun,

lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih.


37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif

(Notoatmodjo, 2010).

penelitian ini digunakan jenis penelitian deskripsi yaitu gambaran

pengetahuan Lansia usia ≥60 tahun tentang Hipertensi.

B. Lokasi dan waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Dalam

penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Desa Sukamanah Wilyah Kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi. Waktu penelitian dilaksanakan

mulai bulan Maret sampai dengan bulan Agustus tahun 2015.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi misalnya jenis

kelamin, berat badan, dan sebagainya. (Arikunto, 2010)

Sedangkan variabel menurut Nursalam (2009) adalah perilaku atau

karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap suatu (benda, manusia,

dan lain-lain).
38

Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan Lansia usia ≥60

tahun tentang Hipertensi.

D. Definisi Konseptual dan Operasional

1. Definisi Konseptual

Definisi konseptual berisi kerangka konsep yang tidak dapat

abstaksi yang tidak dapat langsung diamati atau diukur, hanya dapat

diamati atau diukur melalui variabel (Notoadmodjo, 2010)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan ini domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang (over behavior) karena dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2010).

Menurut Dekes RI (2003), Lansia adalah seseorang berusia 60

tahun atau lebih. Usia lanjut adalah tahap masa tua dalam perkembangan

individu (usia 60 tahun keatas).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persinten

dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic diatas

90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi di definisikan sebagai tekanan

sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Brunner &

Suddarth, 2002).
39

Pengetahuan lansia tentang hipertensi adalah sesuatu yang

diketahui lansia berusia 60 tahun atau lebih yang telah melakukan

pengindaraan terhadap objek tertentu atau mengetahui tentang gangguan

pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi

yang dibawa oleh darah terhambat sampai jaringan tubuh yang

membutuhkannya.

2. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang mendefinisikan tersebut (Nursalam, 2009).

pengetahuan lansia tentang hipertensi adalah hasil tahu lansia

untuk menjawab tentang engertian hipertensi, penyebab hipertensi, tanda

dan gejala hipertensi, komplikasi hepertensi, pencegahan hipertensi

penanganan hipertensi.

Adapun dalam pengertian ini variable yang akan didefinisikan

secara operasional dapat di paparkaan pada table 3.1 sebagai berikut :


40

Tabel 3.1 Definisi Operasional.


Alat
Definisi Hasil Ukur Skala
Variabel
Operasional Ukur

Pengetahuan Kemampuan atas Kuesioner 1. Baik : 76-100% Ordinal


lansia usia jawaban lansia yang atau 22-29
≥60 tahun berkaitan dengan pertanyaan di
tentang pengetahuan lansia jawab benar
hipertensi mengenai :
2. Cukup : 56-75%
1. Pengertian atau 16-21
hipertensi pertanyaan
dijawab benar
2. Penyebab
hipertensi
3. Kuarang <56%
atau <16
3. Tanda dan gejala pertanyaan
hipertensi dijawab benar.
(Nursalam, 2007).
4. Komplikasi
hipertensi

5. Pencegahan
hipertensi

6. Perawatan
hipertensi.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah setiap subjek penelitian yang memenuhi

karakteristik yang telah ditentukan (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan

menurut Arikunto (2010), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.


41

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia usia ≥60 tahun

di Desa Sukamanah Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten

Sukabumi yang berjumlah 804 lansia, kemudian dikurangi studi

pendahuluan 10 lansia, sehingga totalnya menjadi 794 lansia.

2. Sampel

Menurut Notoatmodjo 2010, sampel penelitian adalah sebagian

yang diambil dari keseluruhan objek yang di teliti dan dianggap mewakili

keseluruhan populasi.

Penentuan sampel dalam penelitian ini didasarkan pada kriteria

inklusi, yaitu kerakteristik umum, subyek penelitian dari suatu populasi

target yang terjangkau dan akan di teliti (Nursalam, 2011).

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lansia usia ≥60 tahun

di Desa Sukamanah Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten

Sukabumi yaitu sebanyak 275 responden.

a. Ukuran Sampel

Berdasarkan populasi yang telah dipaparkan maka peneliti akan

menentukan ukuran sampel yaitu dengan menggunakan rumus slovin

dengan tingkat kekeliruan yang diinginkan yaitu 0,05 (Notoatmodjo,

2009). Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :

N
n=
1+ Ne2

794
¿
1+794 (0,05)

794
¿
1+794 (0,0025)
42

794
¿
1+1,98

794
¿
2,98

¿ 266

Keterangan :

n : Besar sampel

N : Besar populasi

d : Presentasi ketidak telitian dan tingkat kesalahan sampel (0,05)

b. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan teknik

Cluster Random Sampling, yaitu pengambilan sampel dengan

memperhatikan kelompok-kelompok dalam populasi, tidak

memperhatikan individu, namun kelompoknya (Machfoedz, 2008).

Cara seperti ini baik sekali untuk dilakukan apabila tidak terdapat atau

sulit menentukan/menemukan kerangka sampel, meski dapat juga

dilakukan pada populasi yang kerangka sampelnya sudah ada

(Notoatmodjo, 2010)

Teknik atau cara pemilihan sampel yang akan dilakukan

adalah sebagai berikut:

1) Mendata jumlah lansia usia ≥60 tahun di Desa Sukamanah

wilayah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi.


43

2) Mendata anggota populasi lansia usia ≥60 tahun setiap RW di

Desa Sukamanah wilayah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten

Sukabumi.

Tabel 3.2 data seluruh RW di Desa Sukamanah Wilayah

Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi.

No Nama RW Jumlah Lansia


1 RW 1 97
2 RW 2 59
3 RW 3 75
4 RW 4 49
5 RW 5 73
6 RW 6 128
7 RW 7 63
8 RW 8 72
9 RW 9 99
10 RW 10 89
Jumlah 804

3) Melakukan Cluster terhadap RW di Desa Sukamanah wilayah

kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi.

4) Melakukan pengocokan terhadap RW di Desa Sukamanah

wilayah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi.

Dari hasil pengocokan RW yang terpilih yaitu RW 08 (72

responden), RW 06 (128 responden), RW 03 (75 responden),

jumlahnya 275, sedangkan sampel yang dibutuhkan 266, sehingga

jumlah responden dari 3 RW yang terpilih di jadikan sampel.


44

Tabel 3.3 data 3 RW yang terpilih jadi sampel

No Nama RW Jumlah Lansia


1 RW 08 72
2 RW 06 128
3 RW 03 75
Jumlah 275

5) RW yang terpilih dari pengocokan akan menjadi sampel, anggota

populasi dari RW tersebut dijadikan sebagai sampel.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2009).

1. Jenis data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh seorang peneliti

langsung dari objeknya (Mudjiono, 2008) Data primer yang

diperoleh dari penelitian ini adalah hasil dari responden (Kuesioner).

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh seorang peneliti tidak

langsung pada objeknya (Mudjiono, 2008).

Data sekunder dalam penelitian ini adalah dari laporan tahunan

Dinas Kesehatan Kabuputen Sukabumi, laporan tahunan puskesmas

Cisaat, buku-buku referensi dan internet.


45

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan instrument Kuesioner. Kuesioner adalah suatu cara

pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah

yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang

banyak) berupa suatu daftar pertanyaan/pernyataan yang diajukan

secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan suatu

tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya (Notoatmodjo,

2010).

G. Instrumen Penelitian

Alat ukur atau instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan

sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006). Alat ukur yang

digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yaitu kuesioner tertutup.

Kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.

Kuisioner ini mengacu kepada salah satu skala tertentu yaitu skala

Guttman. Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten

dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pernyataan-

pernyataan: ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar

dan salah. Skala Guttman ini pada umumnya dibuat seperti


46

checklistdengan interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya 1 dan

apabila salah nilainya 0 (Hidayat, 2009).

H. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid

atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang

kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2006).

Untuk pengujian ini digunakan rumus korelasi Pearson Product

Moment. Berikut ini adalah rumus Pearson Product Moment (Hidayat,

2011).

Keterangan :

rhitung : Koefisien korelasi

∑X : Jumlah skor item

∑Y : Jumlah skor total

n : Jumlah responden
47

Validitas instrumen ditentukan dengan jalan mengkorelasikan

antara skor masing-masing dimana nilai Pvalue <0,05 (Notoatmodjo,

2010).

Uji validitas dilakukan pada saat penelitian dengan mengujikan

instrumen yaitu semua item pertanyaan. Hasil uji Validitas terhadap 30

pertanyaan didapatkan 1 item yang tidak valid yaitu nomer 21. Untuk

item yang tidak valid karena nilai P value <0,05 maka item tersebut tidak

digunakan atau dihilangkan dalam pengolahan data selanjutnya.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas (Kehandalan) adalah kesamaan hasil pengukuran atau

pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati

berkali-kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2009).Uji reliabilitas

yang digunakan dalam penelitian ini adalah meng

gunakan Cronbach alpha, dengan rumus :

[ ][ ∑σ
]
2
k
r= 1− 2 b
( k−1 ) σt

Keterangan :

r : Koefisien reliabilitas instrument


k : Banyaknya butir pernyataan
∑σb² : Total varians butir
σ²t : Total varians
Untuk mempermudah perhitungan uji validitas dan reliabilitas

digunakan program SPSS(Statistical Product and Service Solutions) for


48

WindowsVersi 16.0.Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi

jika nilai koefisien yang diperoleh ≥0,60 (Agus Riyanto, 2010).

Hasil pengukuran akan dikategorikan kepada indeks reliabilitas

menurut aturan Guilford, dapat dilihat pada tabel 3.4

Tabel 3.4 Indeks Reliabilitas Menurut Aturan Guilford

0,00 – 0,19 Reliabilitas sangat lemah

0,20 – 0,39 Reliabilitas lemah

0,40 – 0,69 Reliabilitas cukup kuat

0,70 – 0,89 Reliabiliitas kuat

0,90 – 1,00 Reliabilitas sangat kuat

Instrumen dikatakan reliabel jika memiliki nilai minimal ≥0,40

yang berarti reliabilitas cukup kuat menurut aturan Guilford.

Hasil uji reliabilitas terhadap 29 pertanyaan didapatkan nilai r =

0,739 sehingga semua item dinyatakan dengan indeks reliabilitas menurut

aturan Guilford termasuk dalam reliabilitas kuat.

I. Teknik Pengolahan Data

1. Pengolahan Data

Menurut Hidayat (2007), dalam melakukan analisa data terlebih

dahulu data harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi

informasi. Dalam proses pengelolaan data terdapat langkah – langkah

yang harus ditempuh, diantaranya


49

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

Pada saat kuesioner terkumpul, terdapat 6 orang responden yang

belum mengisi kuesioner dengan lengkap seperti tidak mengisi data

demografi, sehingga penulis mengembalikan kembali kuesioner

kepada responden untuk dilengkapi.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini

sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan

computer, biasanya dalampemberian kode dibuat juga daftar kode dan

artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali

melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pemberian kode numeerik

(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori diantaranya

kategori berdasarkan data demografi seperti umur, pendidikan

pekerjaan, sumber informasi, dan penderita serta pernyataan benar dan

salah pada kuesioner. Misalnya untuk kategori umur 60

-70 tahun peneliti memberikan kode 0, untuk umur ≥70 tahun peneliti

memberikan kode 1.

c. Scoring
50

Pertanyaan yang diberikan skor hanya pertanyaan yang berhubungan

dengan pengetahuan Lansia Usia ≥60 tahun tentang Hipertensi.

Pada tahap ini peneliti memberi skor untuk jenis pertanyaan positif

jika jawaban benar nilainya 1 dan jika jawaban salah nilainya 0 dan

untuk jenis pertanyaan negatif jika jawaban benar, nilainya 0 dan jika

jawaban salah nilainya 1, kemudian menjumlahkan semua jawaban

tersebut.

d. Data Entry atau Prosessing

Dalam tahap ini peneliti memasukan data yang telah dikumpulkan

kedalam master tabel atau data base computer. Program yang

digunakan untuk memasukkan data penelitian adalah program

Microsoft Excel 2010 yang kemudian dipindahkan ke program SPSS

versi 16.0 for windows yaitu untuk menganalisis variabel yang diteliti

yaitu pengetahuan Lansia usia ≥60 tahun tentang Hipertensi.

e. Cleaning

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengecekkan kembali data yang

sudah di – entry apakah ada kesalahan kode, ketidaklengkapan dan

kemudian melakukan koreksi.Setelah dilakukan pengecekkan kembali

data yang dimasukkan dengan melihat distribusi frekuensi dari

variabel – variabel yang diteliti ternyata terdapat kesalahan, untuk itu

peneliti melakukan pengecekkan kembali dimana terdapat data yang

salah. Dalam tahap ini peneliti beberapa kali melakukan pengecekkan.

2. Analisa Data
51

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian

akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan

yang hendak dianalisis, analisis data dilakukan dengan menggunakan

software program SPSS versi 16.0 berupa analisis univariat.

Analisa univariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap

variable dan hasil penelitian dalam analisa ini hanya menggunakan

distribusi dan presentasi dari tiap varabel (Notoatmodjo, 2010).

Analisa Univariat dalam penelitian ini meliputi :

a. Analisa univariat karakteristik responden

Analisa data yang akan digunakan adalah analisa secara univariat

yaitu distribusi frekuensi dari karakteristik responden yaitu umur,

pendidikan, pekerjaan, sumber informasi dan juga penderita.

b. Analisa univariat variable

Analisa ini akan menggunakan distribusi frekuensi untuk mengetahui

gambaran variabel yang akan diteliti. Hasil penelitian dilakukan

interpretasi data dari item pernyataan dengan cara menghitung

presentase jawaban. Selanjutnya untuk setiap item yang dijawab,

diberi nilai sesuai dengan kategori yang telah ditentukan dan analisa

univariat dalam penelitian ini mengukur pengetahuan Lansia Usia ≥60

tahun tentang Hipertensi, menurut skala Guttman digunakan

pernyataan tertutup dengan 2 pilihan jawaban ”Benar” dan “Salah”

yang diberi nilai sebagai berikut :

1) Untuk pernyataan yang positif


52

1 : Untuk jawaban “Benar”

0 : Untuk jawaban “Salah”

2) Untuk pernyataan negative

1 : Untuk jawaban “Salah”

0 : Untuk jawaban “Benar” (Arikunto, 2006).

Cara penghitungan distribusi frekuensi presentasi menggunakan

rumus sebagai berikut:

a
P= ×100 %
b

a
P= ×100 %Keterangan :
b

p : Presentase

a : Jumlah pertanyaan yang dijawab benar

b : Jumlah seluruh pertanyaan

Selanjutnya interpretasi data dari hasil penelitian dikelompokkan

dalam tiga kategori yang mengacu pada teori Nursalam (2009),

yaitu :

1) Kategori Baik : Jika responden dapat menjawab 22-29

pertanyaan dengan benar atau 76 % - 100%.

2) Kategori Cukup : Jika responden dapat menjawab 16-21

pertanyaan dengan benar atau 56 % – 75%

3) Kategori Kurang : Jika responden dapat menjawab <16

pertanyaan dengan benar atau <56% Menghitung jumlah


53

responden yang memenuhi kriteria-kriteria diatas dalam bentuk

persen (%), dengan rumus:

m❑
Pr = x 100 %
n❑

Keterangan :
Pr : Persentasi jawaban benar/Persentasi jumlah responden yang

memenuhi kriteria padavariabel.

m : Jumlah responden yang memenuhi kriteria pada variable

n : Jumlah total responden

J. Prosedur Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2010) Prosedur penelitian yang dilakukan oleh

penulis dalam penelitian ini antara lain melalui tiga tahapan yaitu :

1. Tahapan Persiapan

a. Melakukan pendekatan pada instansi dilokasi penelitian

b. Melakukan studi kepustakaan tentang hal – hal yang berkaitan dengan

masalah penelitian

c. Menyusun proposal penelitian

d. Menyajikan seminar proposal

2. Tahap Pelaksanaan

a. Permohonan izin penelitian


54

b. Melakukan informed consent dengan responden

c. Membagikan Kuesioner

d. Pengumpulan hasil Kuesioner

e. Melakukan pengolahan dan analisis data

f. Penarikan kesimpulan

3. Tahap Akhir

a. Menyusun laporan

b. Penyajian

c. Sidang Penelitian

d. Perbaikan sidang

K. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2009) dalam melakukan penelitian, seorang peneliti

harus memperhatikan aspek etika. Beberapa prinsip penelitian yang harus

dipahami adalah :

1. Menghormati Martabat

Penelitian yang dilakukan harus menjunjung tinggi martabat seseorang

(subjek penelitian). Dalam melakukan penelitian, hak asasi subjek harus

dihargai. Manusia memiliki hak yang harus dihormati, karena manusia

mempunyai hak dalam menentukan pilihan antara mau atau tidak mau

diikut sertakan menjadi subjek penelitian.

2. Asas Manfaat

Penelitian yang dilakukan harus mempertimbangkan manfaat dan resiko

yang mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang


55

diperoleh lebih besar daripada  resiko yang akan terjadi. Selain itu,

penelitian yang dilakukan tidak boleh membahayakan dan harus menjaga

kesejahteraan manusia.

3. Berkeadilan

Dalam melakukan penelitian, perlakuannya sama dalam artian setiap

orang diberlakukan sama berdasar moral, martabat, dan hak asasi

manusia. Hak dan kewajiban peneliti maupun subjek juga harus

seimbang.

4. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden padalembar alat

ukurdan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang akan disajikan.

5. Informed Consent

Subjek penelitian harus menyatakan kesediaannya mengikuti penelitian

dengan mengisi informed consent. Hal ini juga merupakan bentuk

kesukarelaan dari subjek penelitian untuk ikut serta dalam penelitian.

6. Aspek Kerahasiaan

Data yang diperoleh dari subjek yang harus dijamin kerahasiaannya dan

penggunaan data tersebut hanya untuk kepentingan penelitian saja.


56

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengumpulan data dan pengolahan data, maka

didapatkan data lansia di Desa Sukamanah wilayah kerja puskesmas

Cisaat Kabupaten Sukabumi dengan populasi sebanyak 793 orang dan

pada penelitian ini banyaknya sampel yaitu 725 orang lansia. Penelitian ini

dilakukan dengan cara membagikan kuesioner pada lansia tentang

Hipertensi di Desa Sukamanah Wiyah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten

Sukabumi.

Setelah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data, maka data

tersebut dilakukan analisa secara deskriptif yaitu analisa yang dilakukan

terhadap tiap variable dan hasil penelitian dalam analisis ini hanya

menggunakan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Variabel yang

diteliti adalah pengetahuan lansia tentang Hipertensi meliputi pengertian,

penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, pencegahan dan perawatan

Hipertensi.
57

1. Gambaran Pengetahuan Lansia Tentang Hipertensi Berdasarkan

Data Demografi

Data demografi dalam penelitian ini yaitu responden lansia

tentang Hipertensi di Desa Sukamanah Wilayah Kerja Puskesmas

Cisaat Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini meliputi usia,

pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi.

a. Data Demografi Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Usia di


Desa Sukamanah Wilayah Kerja Puskesmas
Cisaat Kabupaten Sukabumi Pada Bulan Juli-
Agustus Tahun 2015

No Umur Frekuensi Persentasi


1 60-70 Tahun 248 90,2%
2 >70 Tahun 27 9,8%
Total 275 100%

Berdasarkan tabel 4.1 tentang distribusi prekuensi lansia di

Desa Sukamanah wilyah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten

Sukabumi berdasarkan usia dari 275 responden sebagian lansia

dengan usia 60-70 tahun sebanyak 248 orang (90,2%), dan

sebagian kecil usia>70 tahun sebanyak 27 orang (9,8%).


58

b. Data Demografi Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Pendidikan


di Desa Sukamanah Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat
Kabupaten Sukabumi pada Bulan Juli-Agustus
Tahun 2015

No Pendidikan Frekuensi Persentasi

1 Tidak Sekolah 2 0,7%

2 SD 251 91,3%

3 SLTP 19 6,9%

4 SMA 3 1,1%

Total 275 100%

Berdasarkan tabel 4.2 tentang distribusi frekuensi Lansia di

Desa Sukamanah Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten

Sukabumi berdasarkan pendidikan menunjukan sebagian besar 251

orang (91,3%) pendidikan SD, dan sebagian kecil 0 orang (0%)

Akademik.

c. Data Demografi Responden Berdasarkan Pekerjaan.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan Pekerjaan


di Desa Sukamanah wilayah Kerja Puskesmas
Cisaat Kabupaten Sukabumi pada bulan juli-
agustus 2015
59

No Pekerjaan frekuensi Persentasi

1 Tidak Bekerja 228 82,9%

2 Bekerja 47 17,1%

Total 275 100%

Berdasarkan tabel 4.3 tentang distribusi frekuensi lansia di

Desa Sukamanah wilayah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten

Sukabumi berdasarkan pekerjaan menunjukkan sebagian besar

lansia yang tidak bekerja sebanyak 228 orang (82,9%) dan

sebagian kecil lansia yang bekerja sebanyak 47 orang (17,1%).

d. Data Demografi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Sumber


Informasi di Desa Sukamanah Wilayah Kerja
Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi

No Sumber Informasi Frekuensi Persentasi


1 Petugas Kesehatan 221 80,4%
2 Media Elektronik 12 4,4%
3 Kader 35 12,7%
4 Keluarga 7 2,5%
Total 275 100%

Berdasarkan Tabel 4.4 tentang distribusi frekuensi lansia di

desa Sukamanah wilayah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten

Sukabumi berdasarkan sumber informasi menunjukan bahwa sebagian

besar 221 orang (80,4%) mendapatkan informasi dari petugas


60

kesehatan, dan sebagian kecil responden mendapatkan sumber

informasi dari media cetak sebanyak 0 orang (0%).

e. Data Demografi Responden Berdasarkan Penderita

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Lansia Usia ≥60 tahun


Berdasarkan Penderita di Desa Sukamanah
Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten
Sukabumi.
No Penderita Frekuensi Persentasi
1 Ya 200 72,7%
2 Tidak 75 27,3%
Total 275 100%

Berdasarkan tabel 4.5 tentang distribusi frekuensi lansia

usia ≥60 tahun di desa Sukamanah wilayah kerja Puskesmas Cisaat

Kabupaten Sukabumi berdasarkan penderita menunjukan bahwa

sebagian besar 200 orang (72,2%) yaitu penderita, dan sebagian

kecil responden bukan penderita sebanyak 75 orang (27,3%).


61

2. Gambaran Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun Tentang

Hipertensi Berdasarkan Variabel Yang diteliti di Desa

Sukamanah wilayah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten

Sukabumi.

a. Gambaran Pengetahuan Lansia Usia ≥60 tahun Tentang

Hipertensi di Desa Sukamanah wilayah kerja Puskesmas

Cisaat Kabupaten Sukabumi.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahauan Lansia Usia ≥60


tahun Tentang Hipertensi di Desa Sukamanah
wilayah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten
Sukabumi pada Bulan Juli-Agustus Tahun 2015.

No Pengetahuan Frekuensi Persentasi

1 Baik 143 52,0%

2 Cukup 96 34,9%

3 Kurang 36 13,1%

Total 275 100%

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa gambaran


pengetahuan Lansia usia ≥60 tahun tentang Hipertensi di Desa
Sukamanah wilyah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi
bahwa dari 275 responden sebagian besar 143 responden (52,0%)
memiliki pengetahuan yang baik tentang Hipertensi, dan sebagian
62

kecil memiliki pengetahuan kurang sebanyak 36 responden


(13,1%) tentang gambaran pengetahuan Hipertensi.

b. Gambaran Pengetahuan Lansia Usia ≥60 tahun tentang

pengertian Hipertensi di Desa Sukamanah wilayah kerja

puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Lansia Usia ≥60 tahun Tentang


Pengertian Hipertensi di Desa Sukamanah wilayah
kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi pada
bulan Juli-Agustus tahun 2015

No Pengetahuan Frekuensi Persentase

1 Baik 210 76,3%

2 Cukup 45 16,4%

3 Kurang 20 7,3%

Total 275 100%

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pengetahuan

Lansia Usia ≥60 tahun tentang Pengertian Hipertensi di Desa

Sukamanah wilayah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi

bahwa sebagian besar terdapat 210 orang (76,4%) yang memiliki

pengetahuan baik dan sebagian kecil terdapat 20 orang (7,3%)

yang memiliki pengetahuan kurang tentang pengertian Hipertensi.


63

c. Gambaran Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun tentang

Penyebab Hipertensi di Desa Sukamanah wilayah kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Lansia Usia≥60 Tahun tentang


Penyebab Hipertensi di Desa Sukamanah wilayah
kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi pada
Bulan Juli-Agustus tahun 2015.

No Pengetahuan Frekuensi Persentasi

1 Baik 184 66,9%

2 Cukup 45 16,4%

3 Kurang 46 16,7%

Total 275 100%

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukan bahwa pengetahuan

Lansia Usia ≥60 Tahun tentang di Desa Sukamanah wilayah kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi sebagian besar terdapat

184 orang (66,9%) yang memiliki pengetahuan baik tentang

Penyebab Hipertensi, dan sebagian kecil terdapat 45 orang (16,4%)

yang memiliki pengetahuan cukup tentang penyebab Hipertensi.


64

d. Gambaran pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun tentang

Tanda dan Gejala Hipertensi di Desa Sukamanah wilayah

kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Lansia Usia ≥60 Tahun tentang


Tanda dan Gejala Hipertensi di Desa Sukamanah
wilayah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten
Sukabumi pada bulan Juli-Agustus Tahun 2015.

No Pengetahuan Frekuensi persentasi

1 Baik 129 46,9%

2 Cukup 94 35,3%

3 Kurang 49 17,8%

Total 275 100%

Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukan bahwa pengetahuan

Lansia Usia ≥60 Tahun di Desa Sukamanah wilayah kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi tentang Tanda dan Gejala

Hipertensi sebagian besar terdapat 129 orang (46,9%) yang

memiliki pengetahuan baik tentang Tanda dan Gejala Hipertensi.


65

e. Gambaran Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun tentang

Komplikasi Hipertensi di Desa Sukamanah wilayah kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Lansia Usia ≥60 Tahun


tentang Komplikasi Hipertensi di Desa
Sukamanah wilayah kerja Puskesmas Cisaat
Kabupaten Sukabumi pada bulan Juli-Agustus
Tahun 2015.

No Pengetahuan Frekuensi Persentasi

1 Baik 161 58.5%

2 Cukup 69 25,1%

3 Kurang 45 16,4%

Total 275 100%

Berdasrkan Tabel 4.9 menunjukan bahwa pengetahuan

Lansia Usia ≥60 Tahun di Desa Sukamanah wilayah kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi tentang Komplikasi

Hipertensi sebagian besar terdapat 161 orang (58,5%) yang

memiiki pengetahuan baik tentang Komplikasi Hipertensi, dan

sebagian kecil terdapat 45 orang (16,4%) memiliki pengetahuan

kurang tentang Komplikasi Hipertensi.


66

f. Gambaran Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun tentang

Pencegahan Hipertensi di Desa Sukamanah wilayah kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi.

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Lansia Usia ≥60 Tahun


tentang Pencegahan Hipertensi di Desa
Sukamanah wilayah kerja Puskesmas Cisaat
Kabupaten Sukabumi pada bulan Juli-Agustus
Tahun 2015.

No Pengetahuan Frekuensi Persentasi

1 Baik 99 36,0%

2 Cukup 84 30,5%

3 Kurang 92 33,5%

Total 275 100%

Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukan bahwa pengetahuan

Lansia Usia ≥60 Tahun tentang Pencegahan Hipertensi sebagian

besar terdapat 99 orang (36,0%) yang memiliki penetahuan baik

tentang Pencegahan Hipertensi, dan sebagian kecil terdapat 84

orang (30,5%) yang memiliki pegetahuan cukup tentang

Pencegahan Hiperensi.
67

g. Gambaran Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun tentang

Perawatan Hipertensi di Desa Sukamanah wilayah kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi.

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Lansia Usia ≥60 Tahun


tentang Perawatan Hipertensi di Desa
Sukamanah wilayah kerja Puskesmas Cisaat
Kabupaten Sukabumi pada bulan Jui-Agustus
tahun 2015.

No Pengetahuan Frekuensi Persentasi

1 Baik 112 40,7%

2 Cukup 86 31,1%

3 Kurang 77 28,0%

Total 275 100%

Berdasarkan Tabel 4.11 menunjukan bahwa pengetahuan

Lansia Usia ≥60 tahun tentang Perawatan Hipertensi sebagian

besar terdapat 112 orang (40,7%) yang memiliki pengetahuan baik

tentang Perawatan Hipertensi, dan sebagian kecil terdapat 77 orang

(28,0%) yang memiliki pengetahuan kurang tentang Perawatan

Hipertensi.

B. Pembahasan

Pada BAB IV ini peneliti akan membahas mengenai Gambaran

Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun Tentang Hipertensi di Desa


68

Sukamanah Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi

sebagai berikut

1. Gambaran Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun Tentang

Hipertensi di Desa Sukamanah Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat

Kabupaten Sukabumi.

Berdasarkan tabel 4.6 dapat di lihat bahwa gambaran

pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun Tentang Hipertensi di Desa

Sukamanah Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten

Sukabumi dari 275 responden sebagian besar 143 responden

(52,0%) memiliki pengetahuan yang baik tentang Hipertensi, dan

sebagian kecil memiliki penegtahuan kurang sebanyak 36

responden (13,1%) tentang gambaran pengetahuan Hipertensi.

Pengetahuan merupakan dasar terjadinya perubahan

perilaku, dari hasil penelitian yang dilaksanakan ternyata

menunjukan bahwa tingkat pengetahuan lansia di puskesmas

Cisaat Kabupaten Sukabumi memiliki tingkat pengtahuan baik

yaitu 143 responden (52,0%).

Faktor pendukung yang mempengaruhi pengetahuan lansia

tentang Hipertensi dapat di lihat pada tabel 4.4 karakteristik

responden berdasarkan sumber informasi yaitu informasi yang di

peroleh oleh lansia sebagian besar dari petugas kesehatan. Hal ini

sesuai dengan teori menurut Notoatmodjo 2005, sumber informasi

adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam


69

menyampaikan informasi, semakin banyak sumber informasi

yang diperoleh makan semakin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki.

2. Gambaran Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun Tentang

Hipertensi berdasarkan variabel yang di teliti di Desa

Sukamanah Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten

Sukabumi

a. Gambaran Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun Tentang

pengertian Hipertensi di Desa Sukamanah Wilayah Kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa pengetahuan

Lansia Usia ≥60 Tahun Tentang pengertian Hipertensi di Desa

Sukamanah Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten

Sukabumi bahwa sebagian besar terdapat 210 orang (76,3%)

yang memiliki pengetahuan baik dan sebagian kecil terdapat

20 orang (7,3%) yang memiliki pengetahuan kurang tentang

pengertian hipertensi.

Hal ini sesuai dengan toeri Notoatmodjo (2003) bahwa

informasi dapat memberikan pengaruh pada pengalaman

seseorang, dengan informasi yang lengkap sangat

mempengaruhi hasil kejelasan yang diterima. Faktor penguat

dari tingkat pengetahuan yang baik didapat dar sumber

informasi yang diterima oleh responden dapat dilihat dari tabel


70

4.4 yaitu sebanyak 221 responden (80,4%) mendapatkan

informasi dari petugas kesehatan. Sehingga sumber informasi

seseorang sangat mempengaruhi hasil dan kejelasan informasi

yang diterima. Hal ini menunjukan bahwa sudah memiliki

pengetahuan yang tepat dan sesuai karena tahu dari orang yang

tepat dalam hal ini petugas kesehatan sendiri memiliki potensi

pada bidang kesehatan.

b. Gambaran Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun Tentang

penyebab Hipertensi di Desa Sukamanah Wilayah Kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi

Berdasarkan tabel 4.8 menunujukan bahwa

pengetahuan Lansia usia ≥60 tahun di desa Sukamanah

Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi

sebagian besar terdapat 184 orang (66,9%) yaitu memiliki

pengetahuan baik tentang penyebab Hipertensi, dan sebagian

kecil terdapat 45 orang (16,4%) yang memiliki pengetahuan

cukup tentang penyebab hipertensi.

Hal ini sesuai dengan tabel 4.4 karakteristik

berdasarkan sumber informasi yang menunjukan bahwa

sebagian besar 221 responden (80,4%) mendapatkan informasi

dari petugas kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2003)

menyatakan bahwa informasi yang diperoleh dari berbagai

sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.


71

Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia

cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas, sehingga

lansia yang mendapatkan informasi dari petugas kesehatsan

akan menambah wawasan yang luas dan akan mempengaruhi

seseorang dalam menjaga dan merawat kesehatannya.

c. Gambaran Pengatahuan Lansia Usia ≥60 Tahun Tentang tanda

dan Gejala Hipertensi di Desa Sukamanah Wilayah Kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan bahwa pengetahuan

Lansia Usia ≥60 Tahun di Desa Sukamanah Wilayah Kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi Tentang Tanda dan

Gejala Hipertensi sebagian besar terdapat 129 orang (46,9%)

yang memiliki pengetahuan baik tentang tanda dan gejala

Hipertensi.

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan lansia usia ≥60

tahun tentang tanda dan gejala hipertensi yaitu pendidikan, hal

ini sesuai dengan tabel 4.2 tentang distribusi frrekuensi lansia

di desa sukamanah wilayah kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten

Sukabumi berdasarkan pendidikan menunjukan sebagian besar

251 orang (91,3%) pendidikan SD. Menurul Nursalam (2001)

makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah

menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang

dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan


72

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-

nilai yang baru diperkenalkan.

d. Gambaran pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun Tentang

Komplikasi Hipertensi di Desa Sukamanah Wilayah Kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukan bahwa pengetahuan

lansia usia ≥60 tahun di desa Sukamanah wilayah kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi tentang komplikasi

Hipertensi sebagian besar terdapat 161 orang (58,8%) yang

memiliki pengetahuan baik tentang Komplikasi Hipertensi, dan

sebagian kecil terdapat 45 orang (16,4%) yang memilki

pengetahuan kurang tentang komplikasi hipertensi.

Hal ini sesuai tabel 4.2 karakteristik berdasarkan tingkat

pendidikan sebagian besar 251 responden (93,1%) pendidikan

SD. Menurut (Nursalam, 2001) makin tinggi tingkat

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi

sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nila-nilai yang baru

diperkenalkan.

e. Gambaran pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun Tentang

pencegahan Hipertensi di Desa Sukamanah Wilayah Kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi


73

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukan bahwa pengetahuan

lansia usia ≥60 tahun tentang pencegahan hipertensi sebagian

besar terdapat 99 orang (36,0%) yang memiliki pengetahuan

baik tentang pencegahan Hipertensi, dan sebagian kecil

terdapat 84 orang (30,5%) yang memiliki pengetahuan cukup

tentang pencegahan Hipertensi.

Hal ini sesuai dengan tabel 4.3 sebagian besar terdapat

lansia usia ≥60 tahun yang tidak bekerja sebanyak 228 orang

(82,9%). Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan seseorang

setiap hari dalam menjalani kehidupannya. Seseorang yang

bekerja di luar rumah cenderung memiliki akses yang baik

terhadap informasi dibandingkan sehari-hari berada di rumah.

Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan lansia usia

≥60 tahun tentang pencegahan hipertensi yaitu pendidikan hal

ini sesuai dengan tabel 4.2

f. Gambaran pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun Tentang

perawatan Hipertensi di Desa Sukamanah Wilayah Kerja

Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukan bahwa pengetahuan

lansia usia ≥60 tahun tentang perawatan hipertensi sebagian

besar terdapat 112 orang (40,7%) yang memiliki pengetahuan

baik tentang perawatan Hipertensi, dan sebagian kecil terdapat


74

77 orang (28,0%) yang memiliki pengetahuan kurang tentang

perawatan Hipertensi dari total jumlah responden 275 orang.

Hal ini sesuai tabel 4.2 karakterisitik berdasarkan tingkat

pendidikan sebagian besar 251 responden (91,3%) pendidikan

SD. Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh

kemampuan dan perilaku melalui pengajaran, sehingga

pendidikan itu perlu mempertimbangkan umur (proses

perkembangan) dan hubungannya dengan proses belajar.

Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah

menerima ide-ide dan teknologi yang baru (Notoatmodjo,

2013).
75

BAB V
KESMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang Gambaran Pengetahuan

Lansia Usia ≥60 Tahun Tentang Hipertensi di Desa Sukamanah Wilayah

Kerja Puskesmas Cisaat Kbupaten Sukabumi. Dari 275 responden

menggambarkan bahwa pengetahuan responden tentang Hipertensi

sebagian besar memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 143 responden

(52,0%).

Maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Gambaran Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun Tentang Hipertensi di

Desa Sukamanah Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten

Sukabumi sebagian besar berrpengatahuan baik.

2. Gambaran Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun di Desa Sukamanah

Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi tentang

pengertian Hipertensi sebagian besar berpengetahuan baik.

3. Gambaran Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun di Desa Sukamanah

Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi tentang

penyebab Hipertensi berpengetahuan baik.

4. Gambaran Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun di Desa Sukamanah

Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi tentang tanda

dan gejala Hipertensi berpengetahuan baik.


76

5. Gambaran Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun di Desa Sukamanah

Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi tentang

komplikasi Hipertensi berpengetahuan baik.

6. Gambaran Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun di Desa Sukamanah

Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi tentang

pencegahaan Hipertensi berpengetahuan baik.

7. Gambaran Pengetahuan Lansia Usia ≥60 Tahun di Desa Sukamanah

Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi tentang

perawatan Hipertensi berpengetahuan baik.

A. Saran

1. Bagi puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan lansia usia ≥60 tahun

tentang Hipertensi di desa sukamanah wilayah kerja Puskesmas Cisaat

Kabupaten Sukabumi memiliki kategori baik, maka diharapkan

puskesmas dapat memberikan/menyebarkan leaflet atau poster-poster

kesehatan khususnya tentang Hipertensi sebagai sumber informasi

yang di dapatkan oleh lansia untuk meningkatkan upaya pelayanan

kesehatan terutama pada penderita Hipertensi untuk mengurangi angka

kejadian Hipertensi yang selalu meningkat dari tahun ke tahun.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut

mengenai Hipertensi ini seperti hubungan sikap Lansia terhadap angka

kejadian Hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai