Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS POMALAA
Jl. Protokol No.1 Kel. Dawi-Dawi Kec. Pomalaa, Kab. Kolaka
Call Center : (0405)2401890 E-mail : puskesmaspomalaa123@gmail.com Kode Pos 93562

KERANGKA ACUAN KELAS PEDULI HIPERTENSI

I. PENDAHULUAN
Visi Puskesmas Pomalaa adalah mewujudkan Pomalaa sehat. Visi ini
kelihatannya sederhana tapi sangat susah di wujudkan. Kondisi kesehatan
masyarakat Pomalaa,seperti gambaran kondisi kesehatan Indonesia, masih jauh dari
kategori sehat.
Beberapa masalah di Pomalaa seperti angka kematian ibu yang masih
tinggi, Penyakit infeksi, masih terus ditemukkannya gizi burukdan gizi kurang.
Akses masyarakat terhadap air bersih dan jamban belum sepenuhnya teratasi.
Masalah lama berupa penyakit infeksi seperti TB, DBD, Malaria belum sepenuhnya
hilang. Sementara masalah lama belum teratasi, muncul lagi transisi epidiomologis
yakni merebaknya penyakit tidak menular. Hipertensi, DM, Penyakit jantung ,
Kanker menjadi momok baru bagi kita.
Dalam dekade terakhir, Penyakit katastropik ini sedikit demi sedikit
merangkak naik menjadi penyebab kematian terbanyak . Dalam hal pembiayaan,
penyakit katastropik ini bahkan sudah menjadi penyakit yang menghabiskan paling
banyak biaya BPJS kesehatan. Sepanjang tahun 2017 BPJS kesehatan telah
menghabiskan 18,4 triliun atau 21,8% dari total biaya pelayanan kesehatan.
Kondisi beban ganda masalah kesehatan ini membuat penyelesaian masalah
menjadi lebih berat dan membutuhkan partisipasi seluruh komponen bangsa.
Upaya koordinasi semua pihak sangat penting untuk menjamin keberhasilan
program kesehatan. Puskesmas pomalaa tidak mungkin bisa menyelesaikan semua
persoalan kesehatan di Pomalaa. Keterlibatan lintas sektor dalam membantu
Puskesmas Pomalaa sangat penting.
II. LATAR BELAKANG
Dalam kurun waktu dasawarsa terakhir, konstribusi penyakit tidak menular
(PTM) sebagai penyebab masalah kesehatan di Indonesia semakin meningkat
bahkan sudah mengarah ke dominan. Penyakit tidak menular atau biasa juga
disebut penyakit katastropik telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia
saat ini. Bukan saja menjadi penyebab kematian, tapi juga menjadi penyakit dengan
biaya tertinggi.
Perbaikan ekonomi masyarakat tidak diikuti dengan pengetahuan dan
kesadaran tentang hidup sehat. Daya beli yang meningkat menyebabkan konsumsi
makanan sehat juga meningkat yang berujung pada meningkatnya prevalensi
Penyakit Tidak Menular. Hipertensi, Dibetes Mellitus, Penyakit jantung, penyakit
ginjal dan kanker masuk menjadi daftar 10 besar penyebab kematian di Indonesia
sekaligus menjadi penyakit yang menjadi penyumbang terbesar klaim Rumah Sakit
ke BPJS Kesehatan.
Hipertensi salah satu dari PTM merupakan penyakit yang sudah umum
sekarang dimasyarakat. Hipertensi dalam jangka panjang dan tidak terkontrol pada
akhirnya menyebakan kelainan ginjal dan kelainan jantung. Fakta terbaru mengenai
hipertensi adalah tingginya prevalensi hipertensi di Indonesia saat ini. Sekitar 30%
penduduk Indonesia yang dewasa menderita hipertensi. Fakta lain yang menarik
adalah tidak ada perbedaan signifikan prevalensi hipertensi di kota maupun di desa.
Tingginya prevalensi hipertensi di Indonesia tidak diikuti oleh kesadaran
berobat teratur. Keharusan berobat teratur atau terus-menerus menjadi kendala
utama penderita kemudian gagal berobat teratur.. Beberapa factor yang diduga
menjadi penyebab warga yang menderita hipertensi tidak berobat teratur adalah:
1. Tidak menyadari dirinya menderita hipertensi
2. Tidak merasakan gejala, sehingga merasa tidak sakit
3. Pengetahuan yang minim atau kurang
4. Hambatan akses pelayanan kesehatan
5. Hambatan Ekonomi.

Salah satu karakter hipertensi yang menjadi kontraproduktif dalam


penanganannya adalah karena sebab sebagian besar penderita hipertensi tidak
bergejala atau tidak merasakan gejala, secara statistic menunjukkan bahwa 90%
penderita tekanan darah tinggi tidak bergejala. Inilah sebabnya mengapa hipertensi
disebut dengan penyakit “Silent Killer”. Pasien tidak merasa sakit atau tidak
merasakan gejala tapi tiba-tiba terkena komplikasi yakni, gagal ginjal kronik,
Stroke, gagal jantung dan penyakit jantung coroner. Hal ini ditambah minimnya
pengetahuan bahwa seorang penderita hipertensi harus beroba terus menerus
meskipun tanpa gejala atau bahkan meskipun tekanan darahnya sudah kembali
normal. Sebagian besar penderita hipertensi beroabat saat timbulnya gejala,
padahal penderita hipertensi yang bergejala hanya sekitar 10%.
Dari data PIS-PK di kecamatan Pomalaa menunjukkan bahwa ada 1822
keluarga dengan 1 atau lebih anggota keluarganya yang menderita hipertensi. Dari
data itu terlihat bahwa hanya 12,7% atau 232 yang berobat teratur. Berikut datanya
secara lengkap perdesa:
No DESA/KELURAHA Keluarga dengan Berobat Persentasi (%)
N Hipertensi Teratur
1 Dawi-Dawi 429 35 8,2
2 Hakatutobu 74 3 4,1
3 Huko-Huko 142 21 14,8
4 Kumoro 156 7 4,5
5 Oko-Oko 66 10 15,2
6 Pelambua 401 76 19,0
7 Pesouha 120 26 21,7
8 Pomalaa 43 2 4,7
9 Sopura 94 14 14,9
10 Tambea 56 19 33,9
11 Tonggoni 212 22 10,4
12 Totobo 84 5 6,0
KECAMATAN 1822 232 12,7
POMALAA

Dari data ini memperlihatkan bahwa hanya 12,7% penderita hipertensi yang berobat
teratur, dan angkaya untuk setiap desa berada pada nilai terendah di Hakatutobo
(4,1%) dan tertinggi di desa Tambea (33,9). Angka ini menunjukkan potensi
terjadinya komplikasi hipertensi pada penderita hipertensi di kecamatan Pomalaa di
kemudian hari sangat tinggi.
Berbekal data PIS-PK maka puskesmas Pomalaa melaksanakan MMD
dibeberapa desa dengan memaparkan hasil pendataan PIS-PK dan permasalahan
kesehatan apa yang mendesak dimasing-masing desa/kelurahan, termasuk
memaparkan capaian indikator hipertensi, baik itu jumlah penderita, maupun
penderita yang berobat teratur.
Pada pelaksanaan MMD di desa Hakatutobo, desa pertama yang
melaksanakan MMD tahun 2018 di kecamatan Pomalaa persoalan hipertensi ini juga
dibahas. Kebetulan dari data ditemukan bahwa Hakatutobo merupakan desa dengan
jumlah penderita hipertensi yang berobat teratur adalah yang terendah (hanya 4,1%).
Setelah pemaparan, salah satu kader atas nama MELASWATI mengusulkan solusi
agar semua penderita hipertensi dapat berobat teratur, maka sebaiknya dibetuk
KELAS HIPERTENSI. Hal ini terinpirasi dari kelas ibu hamil. Dalam kelas
hipertensi ini nanti akan ditangani penyakit hipertensi secara menyeluruh.
Penanganan itu meliputi pengobatan, penyuluhan dan olahraga. Kelas hipertensi ini
kemudian, berdasarkan kesepakaan di Puskesmas kami modifikasi namanya menjadi
“KELAS PEDULI HIPERTENSI”.
Kelas peduli hipertensi ini diharapkan dapat dijalankan diseluruh
desa/kelurahan di kecamatan pomalaa pada tahun 2019. Mengingat ini adalah
metode dan program baru, maka untuk tahap awal dan sebagai percontohan, maka
program ini dijalankan di Desa Totobo pada tahun 2018 Awalnya direncanakan
percontohan ini dilaksanakan di dua desa, tapi kaena kendala persediaan obat yang
tidak mencukupi, maka program ini dilaksnakan hanya di satu desa yakni Desa
Totobo. Dengan percontohan ini, diharapkan bisa didapatkan konsep yang ideal
dalam pelaksanaan kelas peduli hipertensi ang bisa diterapkan diselurih
desa/kelurahan di kecamatan Pomalaa. Kami bahkan mengharapkan nantinya bahwa
konsep kelas peduli hipertensi ini dapat di adaptasi di seluruh Indonesia sebagai
model dalam penanganan hipertensi
III. TUJUAN
Adapun tujuan dari “KELAS PEDULI HIPERTENSI’ ini adalah terwujudnya
penanganan penderita hipertensi secara holistic atau menyeluruh meliputi:
1. Semua penderita hipertensi mengetahui bahwa dirinya menderita suatu
penyakit
2. Semua penderita hipertensi mengerti tentang penyakit yang dideritanya
3. Semua penderita hipertensi berobat teratur
4. Semua penderita hipertensi mengerti pentingnya diet, aktifitas fisik dan
pengelolaan stress untuk penanganan hipertensi
5. Penanganan hipertensi melibatkan sebanyak mungkin elemen masyarakat

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


No Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
01 Kelas Peduli Hipertensi  Pencanangan kelas peduli hipertensi
 Pembentukan struktur kelas peduli
hipertensi
 Pembinaan kelas peduli hipertensi

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


a. Cara melaksanakan kegiatan
 Pencanangan Kelas Peduli Hipertensi
Tahap awal dari pelaksanaan kelas peduli hipertensi adalah kegiatan
pencanangan kelas peduli hipertensi. Dalam kegiatan ini diharapkan sebanyak
mungkin elemen masyarakat terkait yang hadir. Pada pencanangan kelas hipertensi
diDesa Totobo diharpkan hadir antara lain:
1. Camat Pomalaa
2. Danramil 02 Wundulako beserta Babinsa
3. Kapolsek Pomalaa beserta jajarannya
4. Kepala desa beserta aparat desa
5. Kepala Puskesmas beserta staf
6. Petugas kesehatan di desa
7. Kader posyandu
8. Penderita Hipertensi
9. Tokoh masyarakat dan warga desa Totobo

Pencanangan ini bertujuan untuk memastkian komitmen semua lintas sektor terkait
untuk mendukung terlaksnanya kelas peduli hipertensi dan ditetapkan masing-
masing dan dilakukan penandatanganan komitmen lintas sektor
b. Sasaran
Sasaran dalam kegiatan ini adalah semua penderita hipertensi
c. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan Pelaporan dilaksanakan setiap ada kasus dengan melaporkan
1. Jenis Kegiatan
2. Waktu pelaksanaan
3. Sasaran
4. Proses kegiatan
5. Hasil kegiatan
6. Evaluasi kegiatan
7. Rencana tindak lanjut

Mengetahui Pomalaa, 1 Agustus 2018


Kepala Puskesmas Pomalaa Penanggungjawab UKM

dr. Kamrullah Yuliana Bunga, AMG


Nip. 19750703 200604 1020 Nip. 19650722 199203 2 012
Adapun tujuan dari “KELAS PEDULI HIPERTENSI’ ini adalah terwujudnya
penanganan penderita hipertensi secara holistic atau menyeluruh meliputi:
1. Semua penderita hipertensi mengetahui bahwa dirinya menderita suatu penyakit
2. Semua penderita hipertensi mengerti tentang penyakit yang dideritanya
3. Semua penderita hipertensi berobat teratur
4. Semua penderita hipertensi mengerti pentingnya diet, aktifitas fisik dan
pengelolaan stress untuk penanganan hipertensi
5. Penanganan hipertensi melibatkan sebanyak mungkin elemen masyarakat

VI. KONSEP PELAKSANAAN KELAS PEDULI HIPERTENSI


Konsep pelaksanaan kelas peduli hipertensi adalah mengumpulkan atau membagi
penderita hipertensi dalam kelas-kelas kecil yang berisikan 25-30 penderita. Pembagian
penderita ini berdasarkan pada tempat tinggal penderita. Sedapat mungkin anggota satu
kelas rumanya saling berdekatan. Hal ini bertujuan agar pembinaan dan pemberian obat
lebih mudah dikoordinir.
Setiap kelas nantinya akan memiliki pengurus yang bertanggungjawab
mengkoordinor anggotannya
Dalam pelaksanaan kelas peduli hipertensi dilaksanakan tahapan sebagai berikut:
1. PENCANANGAN KELAS PEDULI HIPERTENSI
2. PEMBINAAN KELAS PEDULI HIPERTENSI

Berikut penjelasan dari tahapan kelas peduli hipertensi.


1. PENCANANGAN KELAS PEDULI HIPERTENSI
Tahap awal dari pelaksanaan kelas peduli hipertensi adalah kegiatan pencanangan
kelas peduli hipertensi. Dalam kegiatan ini diharapkan sebanyak mungkin elemen
masyarakat terkait yang hadir. Pada pencanangan kelas hipertensi diDesa Totobo
hadir antara lain:
1. Camat Pomalaa
2. Danramil 02 Wundulako beserta Babinsa
3. Kapolsek Pomalaa yang diwakili oleh wakapolsek pomalaa
4. Kepala desa beserta aparat desa
5. Kepala Puskesmas beserta staf
6. Petugas kesehatan di desa
7. Kader posyandu
8. Penderita Hipertensi
9. Tokoh masyarakat dan warga desa Totobo

Pencanangan ini bertujuan untuk memastkian komitmen semua lintas sektor terkait
untuk mendukung terlaksnanya kelas peduli hipertensi.
Dalam pencanangan ini ditetapkan
1. Ditetapkan ketua kelas peduli ipertensi untuk desa Totobo yakni: Ibu
2. Ditetapkan bahwa di desa Totobo akan dibagi menjadi 3 kelas yang
merepresentasikan masing masing dusun yakni. Kelas I beranggotakan
penderita hipertensi di dusun 1. Kelas II beranggotakan penderita hipertensi dari
dusun 2 dan kelas III berisikan penderita hipertensi dari dusun 3.
3. Kepala desa akan membuat SK yang menetapkan pengurus kelas peduli
hipertensi dari tingkat desa sampai dusun.
4. Lintas sektor dibawah koordinasi Camat Pomalaa berkomitmen membantu
program kelas pedui hipertensi.
5. Puskesmas Pomalaa bertanggung jawab atas pembinaan kelas peduli hipertensi.
6. Hal-hal lain yang dianggap perlu akan dibicarakan pada tingkatan
kelas/tongkatan dusun.

2. PEMBINAAN KELAS PEDULI HIPERTENSI

Setelah pencanangan kelas peduli hipertensi dilanjutkan dengan pembinaan kelas


peduli hipertensi di dusun masing-masing. Pembinaan ini diharapkan dapat terlaksanan ke
setiap kelas minimal sekali sebulan. Dalam pembinaan ini dilakukan kegiatan sebagai
berikut:

1. Pembentukan struktur pengurus kelas masing-masing (khusus pembinaan I)


2. Kontrol tekanan darah semua anggota
3. Pendistribusian obat ke semua anggota kelas
4. Penyuluhan dengan tema yang berhubungan dengan hipertensi
5. Diskusi tentang pengembangan kelas dann kegiatan untuk mendukung kelas

Pada saat pembinaan I kelas peduli hipertensi di desa di tetapkan beberapa keputusan yakni
1. Susunan Pengurus kelas masing-masing
2. Pengurus bertanggung jawab memastikan semua anggotanya teratur minum
obat.
3. Akan diadakan senam bersama dengan peserta dari semua kelas. Direncanakan
senam ini dua kali sebulan dengan jadwal setiap MInggu sore pada MInggu I
dan III bulan berjalan.

Dengan pembinaan berkesinambungan maka diharapkan tujuan terbentuknya kelas


peduli hipertensi bisa tercapai yakni penderita mengerti tentang hipertensi dan dengan
sukarela minum obat teratur. Pada akhirnya diharapkan semua anggota kelas peduli
hipertensi dapat terkontrol tekanan darahnya dan dan terhindar dari komplikasi hipertensi.
4. PARTISIPASI LINTAS SEKTOR
Dalam proses pembinaan kelas peduli hipertensi ini, dilibatkan juga lintas sektor
terkait yakni Polsek pomalaa dan Danramil 02 Wundulako. Kedua intitusi ini talah
menandatangani MOU (Perjanjian kerja sama) dengan Puskesmas Pomalaa untuk
membantu penanganan hipertensi. Peran ini akan dijalankan lebih banyak dijalankan oleh
Babinsa (TNI) dan Bhabinkantibmas (Polri). Diharapak kedua institusi ini dapat
menjalankan peran sebagai berikut
1. Membantu penyebarluasan informasi tentang hipertensi
2. Mendorong dan memotivasi penderita untuk berobat teratur
3. Membantu proses pembinaan kelas peduli hipertensi
4. Membantu dalam upaya penemuan kasus baru penderita hipertensi.

Untuk menjalankan fungsi tersebut maka perlu diadakan seminar bagi para Babinsa
dan Bhabinkantibmas yang membahas tentang hipertensi. Dengan seminar ini diharapkan
para babinsa dab bhabinkantibmas dapat memahami penyakit hipertensi dengan baik,
sehingga memudahkan peran mereka dalam membantu keberhasilan Kelas peduli
hipertensi. Nantinya semina ini juga melibatkan kepala desa/lurah serta pengurus kelas
peduli hipertensi. Seminar ini rencananya akan dilaksnakan pada awal tahun 2019.
KENDALA PELAKSANAAN KELAS PEDULI HIPERTENSI
Dalam pelaksanaan kelas peduli hipertensi didapatkan kendala utama adalah
ketersediaan obat. Dalam data PIS-PK didapatkan ada 1822 keluarga yang memiliki satu
atau lebih penderita ipertensi.Kita asumsikan saja bahwa satu keluarga satu orang
penderita. Berarti ada sebanyak 1822 penderita hipertensi. Jika mereka semua meminum
obat anti hipertensi Amlodipin 5 mg sekali sehari maka dibutuhkan 1822 tablet sehari, itu
berarti jika 1 box amlodipine berisi 30 tablet maka dibutuhkan 1822 box setahun atau
21.864 box setahun. Ini suatu jumlah yang fantastis.
Kendala lainnya adalah dana dan sumber daya manusia yang dibutuhkan juga
cukup besar untuk pembinaannya. Jika diasumsikan 1 kelas peduli hipertensi berangotan
25 orang maka akan ada sekitar 72 kelas. Jika semua kelas harus diadakan pembinaan
minimal 1x sehari maka membutuhkan 72 kunjungan sehari, atau perlu membina 2 atau 3
kelas setiap hari. Ini diasumsikan jika tidak ada penderita baru. Jika menghitung
kemungkinan penambahan penderita maka semakin banyak lagi yang dibutuhkan.
INDIKATOR KEBERHASILAN KELAS PEDULI HIPERTENSI
Setelah dicanangkan pada tanggal………. 2018, maka kelas peduli hipertensi telah
menghasilkan kemajuan berarti dalam upaya penanggulangan hipertensi. Data yang paling
mudah dilihat adalah peningkatan jumlah penderita yang berobat teratur. Dari data
memperlihatkan bahwa jumlah penderita yang berobat teratur mencapai 83%.. Pelaksanaan
senam juga telah berlangsung 2 kali, meskipun jadwalnya tidak sepenuhnya sesuai
kesepakatan awal.
Meskipun demikian, keberhasilan ini sama sekali belum dapat dijadikan barometer
bahwa konsep ini adalah skema ideal untuk penanggulangan hipertensi. Masih butuh waktu
lama untuk menguji metode ini.
RENCANA TINDAK LANJUT KELAS PEDULI HIPERTENSI
Melihat keberhasilan dari percontohan kelas peduli hipertensi maka rencana tindak
lanjut dari kegiatan ini adalah:
1. Membentuk kelas peduli hipertensi di semua desa/kelurahan di Kecamatan Pomalaa
2. Melibatkan sebanyak mungkin lintas sektor terkait dalam kelas peduli hipertensi
3. Mengharakan konsep kelas peduli hipertensi dapat menjadi model penanganan
hipertensi yang nantinya diterapkan oleh daerah lain, bahkan jika perlu menjadi
model yang diterapkan secara nasional.

PENUTUP
Demikanlah pemaparan kami tentang program kelas peduli hipertensi, mudah-
mudahan kegiatan ini dapat terus berlangsung dan jangkauan cakupannya semakin luas
baik dari kelompok yang terbentuk maupun keterlibatan lintas sektor. Dengan program
yang berkesinambungan dan terus-menerus, maka cita-cita untuk mengatasi penyakit
hipertensi dan mencegah komplikasinya dan pada akhirnya bisa menurunkan biaya
pengobatan dapat terwujud .
Puskesmas, sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan mempunyai peran yang
sangat penting untuk mengatasi masalah kesehatan. Upaya kuratif, preventif dan
rehabilitatif sebagai upaya pokok puskesmas harus dijalankan konsisten dan
berkesinambungan
Permasalahan kesehatan adalah sesuatu yang kompleks. Satu masalah kesehatan
tidak berdiri sendiri dan merupakan hasil akumulasi dari berbagai faktor. Masalah
kesehatan tidak bisa diatasi oleh orang kesehatan saja, tapi menjadi tanggung jawab
semua pihak.
Upaya peningkatan mutu puskesmas merupakan salah satu kegiatan pokok dan vital
puskesmas sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan kinerja, serta upaya memberi
pelayanan paripurna ke masyarakat. Semua upaya ini dharapkan bermuara pada kepuasan
masyarakat serta terwujudnya visi Puskesmas Pomalaa yakni masyarakat pomalaa yang
sehat. Keberhasilan peningkatan mutu sangat tergantung dari
1. Kemampuan mengindentifikasi masalah
2. Kemampuan menganalisis masalah
3. Kemampuan mengetahui penyebab masalah
4. Kemampuan mengetahui akar penyebab masalah
5. Kemampuan memutuskan rencana tindak lanjut penyelesaian masalah
6. Kemampuan melaksanakan tindak lanjut
7. Kemampuan mengevaluasi pelaksanaan tindak lanjut
8. Partisipasi semua pegawai dalam upaya peningkatan mutu
Dalam mengatasi masalah, harus di analisis penyebab masalah dan akar penyebab
masalah. Pneyelesaian masalah bisa diilakukan dengan cara tindakan koreksi, korektif dan
preventif. Berikut penjelasannya:
a. Akar Masalah
Akar masalah adalah alasan paling mendasar yang menyebabkan terjadinya ketidak
sesuain . Alasan paling mendasar yang menyebabkan terjadinya kondisi yang tidak
diinginkan. Akar masalah dirumuskan setelah melalui proses pengkajian mendalam
oleh orang yang berkompeten dan setelah melalui proses identifikasi yang sungguh-
sungguh terhadap suatu ketidaksesuaian yang telah terjadi atau terhadap suatu
kondisi tidak diinginkan yang telah terjadi.
b. Koreksi
Koreksi dirumuskan setelah ketidaksesuain terjadi atau setelah kondisi tidak
diinginkan terjadi. Fokus tindakan koreksi adalah menghilangkan atau meminimalisir
akibat dari suatu ketidaksesuaian . Koreksi adalah tindakan untuk menghilangkan
ketidaksesuaian yang telah terjadi atau ditemukan. Tindakan koreksi bersifat
memperbaiki secara langsung.
c. Tindakan Korektif
Tindakan korektif berfokus pada penyebab (akar penyebab masalah) dari suatu
keadaan yang telah terjadi. Tindakan korektif merupakan jawaban untuk mengobati
“akar penyakit”. Tindakan ini dirumuskan setelah terjadinya ketidak sesuaian atau
setelah kondisi yang tidak diinginkan terjadi. Tindakan korektif diharapkan dapat
mencegah ketidaksesuaian yang sama (kondisi tidak diinginkan yang sama) agar
tidak terjadi lagi dikemudian hari.
d. Tindakan Preventif
Fokus tindakan preventif adalah suatu keadaan yang diduga berpotensi akan terjadi,
namun hal itu sebenarnya belum terjadi (belum actual terjadi). Tindakan preventif
bertujuan untuk menghilangkan penyebab dari ketidaksesuaian yang dianggap
potensial akan terjadi. Tindakan preventif diharapkan dapat mencegah
ketidaksesuaian/kondisi yang tidak diinginkan aga jangan terjadi.
Kerangka acuan ini focus ada upaya preventif, sebagai tindkan dalam mengatasi akar
penyebab masalah. Dalam hal ini upaya preventif yang dipilih Puskemas Pomalaa
adalah “PENANGANAN KASUS BERPOTENSI KLB”. Penanganan ini bertujuan
untuk mereson cepat dan menyeluruh jika ada kasus berpotensi KLB, sehingga dapat
dicegah kasus tersebut menjadi KLB
VII. TUJUAN
 Tujuan Umum: dari upaya preventif mencegah suatu keadaan yang diduga
berpotensi akan terjadi. Dengan upaya preventif diharapkan masalah kesehatan
yang berpotensi terjadi dapat dicegah.
 Tujuan khusus: Melakukan upaya preventif dengan tindakan mencegah suatu
kasus yang terjadi yang berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa.
VIII. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
No Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
01 Penemuan/identifikasi  Penemuan kasus berpotensi KLB di
kasus berpotensi KLB tempat pelayanan
 Campak  Penemuan kasus gizi buruk di unit
 Malaria pelayanan
 DBD
Penemuan Kasus Gzi
buruk

02  Penanganan kasus  Penangan menyeluruh dengan


berpotensi KLB melibatkan lintas program (Promkes,
 Penemuan kasus Kesling, survelans, programmer
gizi buruk terkait
 Penanganan melibatkan lintas sektor
terkait seperti pemerntah
desa/keluarahan
 Pendampingan kasus gizi buruk

IX. Cara Melaksanakan kegiatan


a. Cara melaksanakan kegiatan
Dalam melaksanakan kegiatan preventif adalah kegiatan yang berftujuan
mencegah kejadian yang diperkirakan bisa terjadi, tapi belum terjadi. Pada kasus
berpotensi KLB dilakukan upaya agar kasus tersebut tidak berkembang menjadi
KLB
 Kasus Malaria dan DBD, selain penanganan kasus tersebut maka
dilakukan upaya preventif agar tidak menjadi KLB Malaria atau DBD
yakni
1. Mencari masyarakat disekitar penderita yang demam yang berpotensi
sebagai kasus primer atau sebagai kasus sekunder untuk segera
diputuskan mata rantai penularannya
2. Melihat kondisi lingkungan dirumah penderita dan disekitarnya untuk
melihat adanya kemungkinan potensi sarang nyamuk termasuk melhat
adanya jentik nyamuk sebagai vector. Pada kegiatan ini termasuk
melakukan pemberantasan sarang nyamuk jika diperlukan
3. Melakukan penyuluhan ke masyarakat disekitar penderita untuk
meningkatan kewaspadaan KLB agar masyarakat dapat mengambil
langkah pencegahan KLB
 Kasus Campak, selain penanganan kasus campak tersebut, juga dlakukan
upaya preventif agar tidak terjadi KLB campak yakni:
1. Mencari masyarakat disekitar penderita yang demam yang berpotensi
sebagai kasus primer atau sebagai kasus sekunder untuk segera
diputuskan mata rantai penularannya.
2. Melihat kondisi lingkungan rumah dan pekarangan penderita untuk
dilakukan perbaikanguna mencegah berkembangnya kasus tersebut
3. Melakukan penyuluhan untuk menngkatkan kewaspadaan masyarakat
terhadap potensi KLB
 Kasus Gizi buruk, selain penanganan kasus gizi buruk tersebut maka juga
dilakukan penanganan kasus lain untuk mencegah kasus gizi buruk
lainnya yaitu
1. Penanganan kasus BBLR
2. Penanganan kasus bumil KEK
3. Penanganan kasus gizi kurang

b. Sasaran
1. Penderita dan keluarga kasus berpotensi KLB (campak, Malaria dan
DBD)
2. Masayarakat yang tempat tinggalnya disekitar kasus berpotensi KLB
3. Penderita BBLR
4. Penderita Gizi Kurang
5. Penderita bumil KEK
c. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setiap ada kasus, untuk melihat keberhasilan
intervensi dalam mencegah kejadian yang diperekirakan bisa terjadi tanpa
upaya preventif yang cukup.
d. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan Pelaporan dilaksanakan setiap ada kasus dengan melaporkan
- Jenis Kegiatan
- Waktu pelaksanaan
- Sasaran
- Proses kegiatan
- Hasil kegiatan
- Evaluasi kegiatan
- Rencana tindak lanjut

Anda mungkin juga menyukai