PENDAHULUAN
garam berlebihan, kelebihan berat badan atau obesitas, adanya riwayat keluarga
dengan kondisi medis yang sama, kurang asupan buah dan sayuran, jarang
mulai dari suatu waktu tertentu, tetapi di mulai sejak permulaan kehidupan
53,6 %, penyakit jantung 4,5 %, stroke 4,4 %, masalah mulut 17 %, gagal ginjal
sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang Hipertensi. artinya 1 dari 3 orang
setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang
terkena Hipertensi., dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal
31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%)
34,11%. Jawa Barat merupakan provinsi yang menempati posisi pertama sebesar
39,60% angka ini lebih besar dibandingkan dengan prevalensi di Provinsi Jawa
Indonesia, 2018).
besar yaitu faktor yang melekat atau tidak dapat diubah seperti jenis kelamin,
umur, genetik dan faktor yang dapat diubah seperti pola makan, kebiasaan olah
raga dan lain-lain. Untuk terjadinya Hipertensi perlu peran faktor risiko tersebut
secara bersama - sama (common underlying risk factor), dengan kata lain satu
faktor risiko saja belum cukup menyebabkan timbulnya Hipertensi (Depkes RI,
2003).
Perubahan gaya hidup seperti perubahan pola makan menjurus ke sajian
siap santap yang mengandung banyak lemak, protein, dan garam tinggi tetapi
Hipertensi dibandingkan perempuan saat usia <45 tahun tetapi saat usia > 65
orang tua memiliki riwayat penyakit Hipertensi anaknya akan beresiko terkena
kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menjadi penyebab
terjadinya Hipertensi misalnya aktivitas fisik dan stres. Pola makan yang salah
2017).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan didapatkan data rekam medis
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi penyakit Hipertensi pada lansia
pada tahun 2018 sebanyak 800 pasien, tahun 2019 sebanyak 1000 pasien, dan
2020 sebanyak 1800 pasien. Dan dari 10 penyakit terbesar yang ada di Rumah
itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Faktor – faktor
Daerah Kabupaten Bekasi selama 3 tahun berturut – turut (2018 - 9.33%, 2019 –
8.68%, dan 2020 – 21.54%).Maka perlu adanya kajian ilmiah mengenai faktor
hipertensi pada lansia penderita Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Bekasi.
kejadian hipertensi pada lansia penderita Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Bekasi.
pada lansia penderita Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi.
pada lansia penderita Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi.
masukan bagi perawat dan rumah sakit terkait faktor – faktor yang
1.5.1.1 Diharapkan hasil penelitian menjadi referensi / informasi bagi ilmu keperawatan
Dapat dijadikan bahan tambahan dalam pengajaran serta menambah literatur untuk
Daerah Kabupaten Bekasi dalam 3 tahun terakhir ini, maka peneliti ingin
lansia di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bekasi tahun 2021. Pengambilan
data dimulai januari – desember 2021 pada pasien yang di rawat inap. Jenis data
yang digunakan berupa data sekunder dari rekam medis Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Bekasi. Yang menjadi variable dependend dalam penelitian ini
square dan bantuan program SPSS. Desain studi yang digunakan adalah
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Pengertian
lainnya seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi
tekanan darah, makin besar resikonya (Sylvia A.price, 2006 yang dikutip oleh
darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 90 mmHg atau
lebih (Barbara Hearrison yang dikutip oleh M. Asikin et al. 2016 : hal. 102).
(TDS) pada level 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik (TDD) pada
level 90 mmHg atau lebih. (Black & Hawks, 2014 : hal. 901).
tekanan darah sistolik maupun diastolik yang naik diatas tekanan darah normal.
Jadi, hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan
tekanan darah sistolik yaitu 140 mmHg atau lebih dan meningkatnya tekanan
darah diastolik yaitu 90 mmHg atau lebih.
2.2 Lansia
2.2.1 Etiologi
Menurut Asikin et al. (2016 : hal. 75) dan Black & Hawks (2014: hal. 904)
1. Usia
2. Jenis Kelamin
meningkat pada usia paruh baya, sehingga pada usia di atas 65 tahun insiden
3. Ras
Hipertensi pada orang yang berkulit hitam lebih sedikit dua kalinya
hipertensi di antara orang berkulit hitam tidak jelas, akan tetapi peningkatannya
dikaitkan dengan kadar renin yang lebih rendah, sensivitas yang lebih besar
4. Pola Hidup
pekerjaan yang penuh stres berhubungan dengan kejadian hipertensi yang lebih
faktor resiko tinggi bagi pengidap hipertensi dan penyakit arteri koroner.
5. Nutrisi
hipertensi esensial. Paling tidak 40% dari klien yang akhirnya terkena hipertensi
akan sensitif terhadap garam dan kelebihan garam mungkin menjadi penyebab
menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalaium, kalium, dan magnesium dapat
dicatat oleh klien atau praktisi kesehatan. Pada akhirnya tekanan darah akan
naik, dan jika keadaan ini tidak “terdeteksi” selama pemeriksaan rutin, klien
akan tetap tidak sadar bahwa tekanan darahnya naik. Jika keadaan ini dibiarkan
tidak terdiagnosis, tekanan darah akan terus naik, manifestasi klinis akan
menjadi jelas, dan klien pada akhirnya akan datang ke rumah sakit dan
pandangan kabur atau penglihatan ganda, atau mimisan (Black & Hawks, 2016 :
hal. 906).
3 Patofisiologi
hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu hipertensi primer dan hipertensi
sekunder.
antara faktor yang mengatur curah jantung dan resistensi vaskular sistemik,
meningkatkan tekanan darah pada pasien ini. Kadar renin plasma rendah lebih
sering dijumpai pada orang Afro Amerika dari pada orang kulit putih. Lima
belas pasien hipertensi lainnya mempunyai kadar renin plasma lebih tinggi
dari normal.
Untuk pasien ini, asupan garam tidak berdampak banyak pada tekanan darah
(Huether & Mc Cance, 2008 yang dikutip oleh Priscilla et al. 2016 : hal.
1268).
vasomotor dan ekskresi natrium dan air. Endotelium vaskular itu sendiri
retensi natrium oleh ginjal, (2) peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, (3)
hipertrofi otot polos vaskular, dan (4) perubahan transpor ion melintasi
membran sel (Huether & Mc Cance, 2008 yang dikutip oleh Priscilla et al.
2016).
darah (Huether & Mc Cance, 2008 yang dikutip oleh Priscilla et al. 2016).
(mis., stenosis arteri renalis) atau fungsi ginjal (mis., glomerulonefritis, gagal
tepat di distal arteri subklavia. Penurunan aliran darah ginjal dan perifer
atas dan bawah umum terjadi, dengan nadi lemah dan pengisian kapiler buruk
di ekstremitas bawah.
4 Klasifikasi
Tekanan darah normal apabila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan
tekanan darah diastolik <80 mmHg. Hipertensi ringan atau pra hipertensi apabila
tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan tekanan darah diastolik 80-90 mmHg.
Hipertensi sedang atau hipertensi derajat 1 apabila tekanan darah sistolik 140-
159 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-99 mmHg. Sedangkan hippertensi
berat atau hipertensi derajat 2 apabila tekanan darah sistolik lebih >160 mmHg
dan tekanan darah diastolik >100 mmHg (Iskandar, 2004 yang dikutip oleh
5 Komplikasi
Menurut yahya (2005) yang dikutip oleh Wijaya & Putri (2013: hal. 58) bila
hipertensi tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai
darah dari arteri tersebut, komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ – organ
sebagai berikut:
1. Jantung
penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan
sehingga banyak cairan tertahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat
menyebabkan sesak nafas atau odema. Kondisi ini disebut gagal jantung.
2. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak
3. Ginjal
laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang
4. Mata
6 Pemeriksaan Diagnostik
hipertensi.
hipertensi.
(penyebab).
adanya diabetes.
11. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi.
14. Foto dada : Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katup,
feokromositoma.
gangguan konduksi.
7 Penatalaksanaan
bersepeda, salah satu anjuran yang umumnya sulit dilakukan, anjuran hidup
sayuran serta olahraga dinamik seperti lari, berenang, bersepeda, salah satu
anjuran yang umumnya sulit dilakukan, anjuran hidup tanpa stress terutama
2. Penatalaksanaan farmakologis
Yogiantoro (2016) yang dikutip oleh Masriadi (2016 : hal. 370) menyatakan
c. Terapi dimulai secara bertahap dan target tekanan darah tercapai secara
ditingkatkan dosisnya.
e. Pilihan memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan
komplikasi
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Hipertensi pada Lansia
makanan yang diawetkan dan komsumsi garam dapur serta bumbu penyedap
memompanya dan tekanan darah menjadi naik, selain itu natrium yang
berlebihan akan menggumpal pada dinding pembuluh darah, dan natrium akan
plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Konsumsi natrium yang berlebih
vitamin, dan mineral. Akan tetapi dalam daging berlemak dan jeroan
mengandung lemak jenuh dan kolesterol. Kadar lemak tinggi dalam darah dapat
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah karena banyaknya lemak yang
menempel pada dinding pembuluh darah. Keadaan seperti ini dapat memacu
jantung untuk memompa darah lebih kuat sehingga memicu kenaikan tekanan
darah. Konsumsi makanan berlemak dalam penelitian ini diukur dengan cara
yang tertera pada tabel FFQ. Dari penelitian ini ditemukan bahwa tidak terdapat
tergantung pada jumlah rokok yang dihisap per hari. Bila seseorang berhenti
merokok maka manfaatnya dapat segera dirasakan, orang tersebut akan bebas
dari karbon monoksida dalam satu hari, bebas dari pengaruh nikotin dalam satu
beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang
masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah
untuk disuplai ke otot- otot jantung. Merokok pada penderita darah tinggi
cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung
harus memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri (Bianti
Nuraini, 2015).
a. Naik tangga, pilih naik tangga daripada naik eskalator atau elvator
b. Jalan kaki
f. Berdiri setiap satu jam. Jika pekerjaan mengharuskan anda banyak duduk,
cobalah untuk berdiri atau berjalan beberapa menit setiap satu jam. Anda bisa
4.Kebiasaan Olahraga
4.Kebiasaan Olahraga
berusia >45
tahun
Variabel Independen
mengkonsumsi 2. Tidak
perhari
(AKG 2019)
merokok perilaku 10
responden batang/ha
yang ri)
merokok. 2.Tidak
(Tidak
Pernah
Merokok)
dilakukan 3 sebanyak
rutnitas seminggu
menit
sebanyak
<2 kali
seminggu)
3. Buruk
(tidak
pernah
berolahrag
a)
3.1 Hipotesis
METODOLOGI PENELITIAN
ini adalah data skunder pasien Hipertensi tahun 2021. Jenis uji
kuadrat).
dua bulan yaitu pada bulan September dan Oktober 2021. Data
4.3.1 Populasi
4.3.2 Sampel
Kriteria Exlusi:
lengkap.
4.3.2.2 Besar Sampel
N
n=
1+ N (d)2
Keterangan:
N = Jumlah Populasi
n = Jumlah Sampel
(0,1).
1200
n = = 92.30
1 + 1200 (0,01)
N
I =
n
Keterangan:
N = Jumlah populasi
I = intervalnya
Maka perhitungannya:
misalnya 13, 26, 39, 42, dan seterusnya sampai mencapai jumlah
93 anggota sampel.
Nusantara Jakarta.
Kabupaten Bekasi.
yang diperoleh.
penelitian.
4.5 Alat Pengambilan Data
check list untuk mendata data setiap pasien yang ada pada
olahraga.
4.6 Pengolahan Data
1. Editing
data.
2. Coding
operasional.
3. Processing
4. Cleaning
(Notoatmodjo, 2014).
2017).
Arif, D., & Hartinah, D. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian
content/uploads/2019/03/Laporan-Riskesdas-2018-Nasional.pdf
https://www.kemkes.go.id/article/view/19051700002/hipertensi-penyakit-paling-
banyak-diidap-masyarakat.html
Kurniadi, H., & Nurrahmani, U. (2014). STOP! Gejala Penyakit Jantung Koroner,
Mahmudah, S., Maryusman, T., Arini, F. A., & Malkan, I. (2017). Hubungan Gaya
Hidup Dan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Kelurahan
https://doi.org/10.23917/biomedika.v8i2.2915
Pitriani, Risa. Yanti, J. S., Afni, R. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Suntara, D. A., Roza, N., & Rahmah, A. (2021). Hubungan Hipertensi Dengan Kejadian