TAHUN 2021
Oleh :
Kelompok 4 Kelas C
TAHUN 2021
Oleh :
Kelompok 4 Kelas C
Telah disetujui, diperiksa, dipertahankan dan siap diujikan dihadapan Tim Penguji Proposal
Penelitian program studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta
Mengetahui,
Pembimbing
Mengetahui
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta
Ketua,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian yang berjudul
dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil, untuk itu penulis mengucapkan
1. Ibu Hj. Lilik Susilowati, SKM, M.Kes, MARS, Ketua Yayasan Abadi Nusantara
Jakarta.
2. Ns. Sahrudi, M.Kep, Sp.KMB, Ketua Prodi STIKes Abdi Nusantara Jakarta
3. Bapak Direktur beserta jajaran Rumah Sakit Noni Medika Jakarta, yang telah
5. Para dosen dan seluruh staf yang terkait di program Studi S1 Keperawatan STIKes
6. Kedua orang tua yang kami cintai dan saudara-saudara tersayang, terimakasih atas
8. Dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
ii
Dalam penulisan Proposal Penelitian, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga
Proposal Penelitian ini dapat berguna bagi pembaca umumnya dan profesi Keperawatan
khususnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada
Penulis
iii
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA JAKARTA
Jakarta, Desember 2021
ABSTRAK
Latar Belakang : WHO memperkirakan 3,9 milyar orang, di 128 negara berada pada daerah
yang beresiko terinveksi virus dengue. Data menunjukkan bahwa DBD secara global
meningkat kasusnya hingga 30 kali dalam 50 tahun terakhir ini. Jumlah kasus DBD dunia
diperkirakan 390 juta setiap tahunnya yang ditemukan pada lebih dari 100 negara. Setiap
tahun sekitar setengah juta orang di dunia mengalami DBD berat, dimana sebagian
diantaranya seringkali diikuti dengan syok dan perdarahan. Dan sekitar 40% penduduk dunia
ada dalam risiko untuk mendapat sakit DBD. Di Asia Tenggara terdapat 100 juta kasus
demam dengue. Bedasarkan data statistik Dirjen P2PTVZ (Pencegahan & Pengendalian
Penyakit Tular Vektor & Zoonotik) Kemenkes menyebutkan lonjakan DBD pada 2021
berlangsung pada bulan Maret mencapai 3.469 kasus, pada bulan April jumlah kasus
kumulatif DBD adalah 6.122 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 65 kasus. Pada bulan
Mei mencapai 9.903 kasus dan pada bulan Juni 2021 total kasus DBD di Indonesia mencapai
16.320 kasus dengan jumlah kematian 147 kasus. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta terus melakukan berbagai upaya guna mengantisipasi
munculnya Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD di wilayah itu. Kasus DBD yang ditemukan
sampai pada bulan Maret 2021 terdapat 115 kasus , bulan April 135 kasus, pada bulan Mei
153 kasus dan sampai akhir Juni total mencapai 565 kasus, jumlah kasus tersebut terbagi
iv
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam
Berdarah Dengue Pada Anak usia 5-18 tahun di Rumah Sakit Noni Jakarta Tahun 2021.
Metode Penelitian : Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif observasi analitik
dengan pendekatan crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien anak
dengan kejadian DBD usia 5-14 tahun di Rumah Sakit Noni Jakarta bulan April sampai Juni
Hasil Penelitian : -
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PESETUJUAN ................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................4
1.3. Pertanyaan Penelitian..............................................................................4
1.4. Tujuan Penelitian...................................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................................5
1.6. Ruang Lingkup ......................................................................................... 5
vi
BAB I
PENDAHULUAN
(DHF) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang masih menyerang penduduk dunia saat ini.
meningkat secara dramatis di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Angka-
angka yang sebenarnya dari kasus DBD yang tidak dilaporkan dan banyak kasus yang
kesalahan klasifikasi. Salah satu perkiraan baru-baru ini menunjukkan bahwa infeksi
DBD sebesar 390 juta per tahun. Penelitian lain, memperkirakan 3,9 milyar orang, di
128 negara, berada pada daerah yang beresiko terinveksi virus dengue terutama yang
Diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat 100 juta kasus demam dengue (DD)
dan 500.000 kasus DHF yang memerlukan perawatan di rumah sakit, dan 90%
penderitanya adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun dan jumlah kematian
oleh penyakit DHF mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap tahunnya
(WHO, 2020).
Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam
jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, hingga tahun 2020, World
Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus
DBD tertinggi di Asia Tenggara. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan
salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita
1
mobilitas dan kepadatan penduduk (Achmadi, 2019).
Pada tahun 2020 jumlah penderita DBD di Indonesia yang dilaporkan sebanyak
129.650 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071 orang (IR/Angka kesakitan =
50,75 per 100.000 penduduk dan CFR/angka kematian = 0,83%). Dibandingkan pada
tahun 2019 dengan kasus sebanyak 100.347 serta IR 39,80 terjadi peningkatan kasus
pada tahun 2020. Target Renstra Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan DBD
tahun 2020 sebesar < 49 per 100.000 penduduk, dengan demikian Indonesia belum
Provinsi dengan angka kesakitan DBD tertinggi di Indonesia tahun 2020 yaitu
Bali sebesar 257,75 per 100.000 penduduk, Kalimantan Timur sebesar 188,46 per
100.000 penduduk, dan Kalimantan Utara sebesar 112,00 per 100.000 penduduk,
sedangkan di Jawa Barat sebesar 45,47 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2020).
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
terus melakukan berbagai upaya guna mengantisipasi munculnya Kejadian Luar Biasa
(KLB) DBD di wilayah itu. Kasus DBD yang ditemukan sampai pada bulan Maret
2021 terdapat 115 kasus , bulan April 135 kasus, pada bulan Mei 153 kasus dan sampai
akhir Juni total mencapai 565 kasus, jumlah kasus tersebut terbagi dalam rentang usia
2021)
pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), lokasi rumah
yang saling berdekatan, lingkungan rumah yang dekat dengan kebun, masyarakat masih
sering terlihat buang sampah sembarangan, peran serta masyarakat dalam menjalankan
PSN kurang dan kurangnya penyuluhan tentang DBD. Sehingga dapat digambarkan
2
melakukan pencegahan dengan mengendalikan vektor nyamuk Aedes aegypti.
Dini (SKD) dan pengendalian vektor yang dilakukan dengan baik, terpadu dan
Kepmenkes No.581 tahun 1992, bahwa kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir oleh RT/RW dalam bentuk
PSN dengan menekankan kegiatan 3M plus (mengubur kaleng kaleng bekas, menguras
tempat penampungan air secara teratur dan menutup tempat penyimpanan air dengan
rapat serta penggunaan bubuk abate). Keberhasilan terhadap kegiatan PSN ini dapat
diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95%
diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi (Kemenkes RI, 2020).
pemerintah melibatkan peranan kader Jumantik (juru pemantau jentik) yang bertugas
kuratif dan rehabilitatif yang dapat direalisasikan melalui pembentukan kader Jumantik
didapatkan data rekam medis Rumah Sakit Noni Medika Jakarta dengan kejadian DBD
pada bulan April 2021 sebanyak 25 kasus, bulan Mei 38 kasus, bulan Juni 42 kasus.
Berdasarkan data tersebut, maka peniliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
3
judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Berdarah Dengue Pada
Rumah Sakit Noni Medika Medika Jakarta selama tiga bulan berturut-turut (April 25
Apakah faktor usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan tempat tinggal
dapat mempengaruhi Kejadian Demam Berdarah Dengue Pada Anak di Rumah Sakit
Berdarah Dengue Pada Anak di Rumah Sakit Noni Medika Jakarta Tahun 2021.
Kejadian Demam Berdarah Dengue pada anak di Rumah Sakit Noni Medika
4
Dengue Pada Anak di Rumah Sakit Noni Medika Jakarta Tahun 2021.
Berdarah Dengue Pada Anak di Rumah Sakit Noni Medika Jakarta Tahun
2021.
Berdarah Dengue Pada Anak di Rumah Sakit Noni Jakarta Tahun 2021.
bagi perawat dan rumah sakit terkait faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian
Demam Berdarah Dengue Pada Anak di Rumah Sakit Noni Medika Jakarta.
Rumah Sakit Noni Jakarta. dalam trimester ke dua tahun 2021, maka peneliti ingin
5
Pengambilan data dimulai bulan Maret – Juni 2021 untuk semua kejadian
Demam Berdarah Dengue pada anak yang dirawat inap. Jenis data yang di gunakan
berupa data sekunder dari rekam medis Rumah Sakit Noni Jakarta. Yang menjadi
Variable dependend dalam penelitian ini adalah Demam Berdarah Dengue dan
variabel independennya adalah usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan tempat
tinggal. Analisa data secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square
dan bantuan program SPSS versi 23,0. Desain studi yang digunakan adalah
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Demam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD (dengue
hemorrhagic fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri ototdan/atau nyeri sendi yang
renjatan dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif & Kusuma 2016).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod
Born Virus) yang akut ditularkanoleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes
menyerang masyarakat dalam bentuk wabah dan disertai dengan angka kematian
yang cukup tinggi, khususnya pada mereka yang berusia dibawah 15 tahun
(Harmawan 2018).
7
2.1.2 Etiologi
serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe
Gambar 2.1
Anatomi Sistem Hematologi
Sumber gambar : (Tedi Mulyadi 2015)
dan basa, mengatur suhu tubuh dengan cara konduksiatau hantaran, membawa panas
tubuh dari pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke seluruh
8
Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang warnanya merah.
Warna merah ini keadaannya tidak tetap, bergantung pada banyaknya oksigen dan
karbon dioksida di dalamnya. Darah berada dalam tubuh karena adanya kerja pompa
jantung. Selama darah berada dalam pembuluh, darah akan tetap encer. Tetapi bila
berada di luar pembuluh darah akan membeku. Fungsi darah (Syaifuddin, 2016) :
1. Sebagai sistem transpor dari tubuh, yaitu menghantarkan bahan kimia, oksigen,
Pada orang dewasa dan anak-anak sel darah merah, sel darah putih,dan sel
pembeku darah dibentuk dalam sumsum tulang. Sumsum seluler yang aktif
dinamakan sumsum merah dan sumsum yang tidak aktif dinamakan sumsum
kuning. Sumsum tulang merupakan salah satu organ yang terbesar dalam tubuh,
Darah terdiri dari dua komponen yaitu komponen padat yang terdiri
darisel darah (sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit, dan sel
pembeku darah atau trombosit) dan komponen cair yaitu plasma darah, Sel-sel
9
dioksida dibawa dari jaringan ke paru untuk dikeluarkan melalui jalan
mengakibatkan anemia.
Itulah sebabnya leukosit disebut juga fagosit. Sel darah putih yang
masuk sel. Membran ini bertugas untuk mengatur hidup sel dan
10
b. Plasma
3) Garam dan mineral plasma dan gas terdiri atas O2 dan CO2
2.1.4 Klasifikasi
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2015) :
1. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
2. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada kulit
3. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat
dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi
disertai dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak
tampak gelisah.
4. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur.
11
2.1.5 Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus
dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari
terjadi akibat dari penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi
seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya
normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka
akan menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama
tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik
bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
2018).
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
12
ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium,
pleura, dan perikardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan
gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan
bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan
timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif & Kusuma
2015) :
1. Demam dengue
a. Nyeri kepala
b. Nyeri retro-orbital
13
c. Myalgia atau arthralgia
d. Ruam kulit
Leukopenia
bersifatbifastik
Trombositopenia <100.00/ul
14
cairanyang adekuat
efusi pleura
sirkulasiyaitu:
3. Hipotensi
Demam berdarah dengue endemik di Asia Tenggara, India, Papua Nugini dan
wilayah Pasifik serta Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Epidemi sering
dilaporkan dari Asia Tenggara dan pernah terjadi epidemi di beberapa daerah
2004).
dengue seringkali tergantung pada umur penderita. Pada bayi dan anak biasanya
didapatkan demam dengan ruam makulopapular saja. Pada remaja dan dewasa
mungkin hanya didapatkan demam ringan atau gambaran klinis lengkap dengan
15
panas tinggi mendadak, sakit kepala hebat, sakit bagian belakang kepala, nyeri otot
dan sendi serta ruam. Tidak jarang ditemukan pendarahan kulit, biasanya
Insiden DBD sama antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan, meskipun
pada beberapa laporan jenis kelamin laki-laki lebih banyak mengalami DBD dan
DSS dari pada perempuan. Dengue juga menginfeksi semua kelompok umur.
menderita infeksi dengan demam yang tidak spesifik dan sembuh dengan sendirinya.
oleh anak berumur dibawah 15 tahun. DI Amerika, dimana dengue secara progresif
(Soedarto, 2012)
menyerang keseluruh daerah baik tropis maupun subtropis kecuali daerah yang
memiliki ketinggian diatas 1.000 meter. Ketinggian menjadi hal yang penting untuk
yang berkisar dari nol meter sampai 1.000 meter diatas permukaan laut. Ketinggian
yang rendah (kurang dari 500 meter) memiliki tingkat kepadatan nyamuk yang
sedang sampai berat dan pada ketinggian diatas 1.000 meter di atas permukaan laut
Setiap tahun diseluruh dunia dilaporkan sekitar 390 juta penderita demam
16
dengue. Sekitar 3,9 miliar orang berasal dari 112 negara di kawasan tropis dan
subtropis hidup dalam resiko tertular infeksi dengue. Eropa dan dearah antartika
Epidemi dengue yang terbesar terjadi di Cuba tahun 1981, dimana 116.000
penderita menjalani rawat inap di rumah sakit dan selama satu hari saja dilaporkan
sebanyak 11.000 penderita dengue. Sejak tahun 2000, sedikitnya dilaporkan terjadi
epidemi dengue di 8 daerah atau negara yang sebelumnya tidak terdapat DBD, yaitu
Daerah pasifik barat seperti Samoa Amerika, Australia, Kamboja, Cina, Fiji,
dan Vietnam menunjukkan insidens yang naik turun dengan puncaknya terjadi pada
tahun 1998. Case Fatality Rate (CFR), angka kematian dengue di wilayah Pasifik
Barat di prakirakan sebesar kurang dari 1%, meskipun dibeberapa Negara ada yang
memiliki CFR lebih tiinggi dari angka tersebut. Selain Negara-negara Asia yang
termasuk Pasifik Barat, juga negara-negara Pasifik Barat lainya yang mengalami 23
epidemic dengue pada tahun 2008-2009 adalah Samoa Amerika, Cook Island,
dengue. Pada Tahun 2002 di Brazil, dilaporkan 700.000 penderita dengue dan
demam berdarah dengue. Sejak tahun 1970 epidemi dengue di Karibia meningkat
jumlah penderita dan beratnya penyakit. Epidemi besar dengue terjadi pada tahun
2005 dan 2006 di Puerto Rico, US Virgin Island, Republik Dominika, Barbados,
Demam dengue secara alami bukanlah penyakit yang terdapat di Uni Eropa
dan keadaan lingkungan benua eropa tidak memungkinkan penyebaran lebih lanjut
17
dengue impor yang dibawa penduduk eropa dari luar negeri. Meskipun demikian
sosial, personil militer dan imigran dari luar negeri meningkat dan terutama dari
Asia Tenggara, India, Amerika Tengah dan kadang-kadang dari Afrika. Meskipun
demam kedua paling sering dari turis yang dirawat di rumah sakit sesudah kembali
yang menderita demam berat menunjukkan respon imun primer dan 30% dari
mereka baru pertama kali mengunjungi daerah endemis dengue. Kasus impor dengue
yang diderita turis Eropa sebagian besar terjadi sesudah mengunjungi India, Thailan,
meingkatnya penularan kasus DBD adalah pada waktu musim hujan. Pada waktu
musim hujan, nyamuk Aedes Aegipty akan dapat berkembang biak dengan lebih baik
dikarenakan banyak tempat penampungan air yang tergenang dan cocok untuk
perkembangbiakan nyamuk. Kondisi suhu dan kelembapan yang sesuai juga dapat
Hasil penelitian Essy (2009) penderita DBD rawat inap di RSU. DR.
Pirngadi Medan, paling banyak pada bulan Januari (22,1%) dan terendah pada bulan
Hasil Penelitian Wahyuni dan Sabir (2011) penderita DBD rawat inap di RS
Wahidin Sudirohusodo Makassar, paling banyak pada bulan Maret (13,7%) dan
18
2.3 Pemeriksaan Penunjang
a. Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari
ketiga.
atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah infeksi. Untuk
antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Reaksi
primer merupakan reaksi tahap awal yang dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder
atau tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan berlangsung sangat cepat,
lanjutan dari reaksi primer dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro
reaksi sekunder dengan bentuk lain yang bermanifestasi dengan gejala klinik.
19
3. Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG
berdasarkan pada
darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus
dengue.
adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas yang jelas akan dilihat
(HI).
Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini adalah
6. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar
2.4 Penatalaksanaan
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang sebagai
sehingga mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga diberikan obat
20
2.4.1 Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok
dan untuk diagnosis DHF pada derajat I dan II menunjukkan bahwa anak
mengalami DHF vtanpa syok sedangkan pada derajat III danderajat IV maka
anak mengalami DHF disertai dengan syok. Tatalaksana untuk anak yang
1. Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu
5. Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
21
2.4.2 Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever Dengan Syok Penatalaksanaan
nasal.
secepatnya.
ml/kgBB dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam
22
2.5 Komplikasi
dengue yaitu perdarahan massif dan dengue shock syndrome(DSS) atau sindrom
syok dengue (SSD). Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun.
2.6.1 Pengkajian
utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk
rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit (Widyorini et al.
2017).
23
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
2. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmetis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan
ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek,
nyeri telan, mual, muntah, anoreksia,diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal,
serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III. IV), melena
atau hematemesis.
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami
5. Riwayat Imunisasi
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak
24
nafsu makan. Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan
nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan
7. Kondisi Lingkungan
8. Pola Kebiasaan
menurun.
hematuria.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
25
2. Grade II yaitu kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada
a. Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
12. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
pada grade II,III,IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering ,
13. Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto thorak
terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +,
15. Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
26
16. Pemeriksaan laboratorium
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus DHF yaitu (Erdin
27
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keenggananuntuk
makan)
Berikut adalah uraian dari diagnosa yang timbul bagi pasien dengue
1) Pengertian
adekuat.
2) Penyebab
a) Penurunan energi
b) Sindrom hipoventilasi
c) Kecemasan
a) Kriteria Mayor
Subjektif
(1) Dispnea
28
Objektif
kussmaul, cheyne-stokes)
3 Kriteria Minor
Subjektif
(1) Ortopnea
Objektif
2. Hipertermia (D.0130)
1) Pengertian
2) Penyebab
a. Kriteria Mayor
29
Objektif
(2) Kejang
(3) Takikardi
(4) Takipnea
1) Pengertian
2) Penyebab
a. Kriteria Mayor
Subjektif
Objektif
nyeri)
(3) Gelisah
30
b. Kriteria Minor
Objektif
(7) Diaforesis
1) Pengertian
metabolisme.
2) Penyebab
a. Kriteria Mayor
31
Objektif
ideal
b. Kriteria Minor
Subjektif
Objektif
(5) Sariawan
(8) Diare
5. Hipovolemia (D.0023)
1) Pengertian
dan/atauintraseluler.
2) Penyebab
32
3) Kriteria Mayor dan Minor
1. Kriteria Mayor
Objektif
b. Kriteria Minor
Subjektif
Objektif
33
6. Intoleransi aktivitas (D.0056)
1) Pengertian
2) Penyebab
b. Kelemahan
d. Kriteria Mayor
Subjektif
Objektif
e. Kriteria Minor
Subjektif
(7) Sianosis
1) Pengertian
34
2) Penyebab
a. Kriteria Mayor
Subjektif
Objektif
b. Kriteria Minor
Objektif
8. Ansietas (D.0080)
1) Pengertian
ancaman.
2) Penyebab
a. Krisis situasional
35
c. Kurang terpapar informasi
a. Kriteria Mayor
Subjektif
Objektif
a. Tampak gelisah
b. Tampak tegang
c. Sulit tidur
b. Kriteria Minor
Subjektif
(2) Anoreksia
(3) Palpitasi
Objektif
(4) Diaforesis
(5) Tremor
36
(8) Kontak mata buruk
1) Pengertian
tubuh).
2) Faktor Risiko
c. Proses keganasan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
Kriteria Hasil :
b. Dispneu menurun
37
Intervensi :
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Kriteria Hasil :
a. Menggigil menurun
Intervensi :
Observasi
38
3. Monitor kadar elektrolit
Terapeutik
Edukasi
Kriteria Hasil :
2. Meringis menurun
3. Gelisah menurun
Intervensi :
Observasi
intensitas nyeri
39
2. Identifikasi skala nyeri
nyeriTerapeutik
Kolaborasi
untuk makan)
Kriteria Hasil :
Observasi
40
4. Monitor asupan makan
laboratorium
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
kapiler
Hasil :
4. Kadar Hb membaik
41
Intervensi :
Observasi
haus lemah)
NaCl 0,4%)
Kriteria Hasil :
Intervensi :
Observasi
42
2. Monitor pola dan jam tidurTerapeutik
suara, kunjungan)
menenangkanEdukasi
tidak berkurang
Kolaborasi
makanan
informasi
Kriteria Hasil :
meningkat
Observasi
43
4. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
3. Konsentrasi membaik
Intervensi :
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
44
9.Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi
(trombositopenia)
Kriteria Hasil :
2. Hemoglobin membaik
3. Hematokrit membaik
Intervensi :
Observasi
kehilangan darah
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
45
2.6.3 Implementasi Keperawatan
telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian
proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan
yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
1. Manusia (Anak)
Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien) adalah anak yang
diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari 18 (delapan belas) tahun
dalam masa tumbuh kembang, dengan kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik,
46
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan
perilaku sosial. Ciri fisik pada semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisiknya
lambat. Perkembangan konsep diri sudah ada sejak bayi akan tetapi belum
usia anak. Pola koping juga sudah terbentuk sejak bayi di mana bayi akan
kematangan yang berbeda dibanding orang dewasa karena struktur fisik anak
dan dewasa berbeda mulai dari besarnya ukuran hingga aspek kematangan fisik.
2. Sehat-sakit
pelayanan keperawatan pada anak adalah suatu kondisi anak berada dalam status
kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis dan
meninggal. Rentang ini suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang
bersifat dinamis dalam setiap waktu. Selama dalam batas rentang tersebut anak
seperti apabila anak dalam rentang sehat maka upaya perawat untuk
sosial maupun spiritual. Demikian sebaliknya apabila anak dalam kondisi kritis
atau meninggal maka perawat selalu memberikan bantuan dan dukungan pada
keluarga. Jadi batasan sehat secara umum dapat diartikan suatu keadaan yang
47
sempurna baik fisik, mental dansosial serta tidak hanya bebas dari penyakit dan
kelemahan.
3. Lingkungan
kesehatan anak. Lingkungan internal seperti anak lahir dengan kelainan bawaan
maka di kemudian hari akan terjadi perubahan status kesehatan yang cenderung
sakit, sedang lingkungan eksternal seperti gizi buruk, peran orang tua, saudara,
4. Keperawatan
anggotanya dapat dirawat secara efektif dan keluarga sangat berperan dalam
keselamatan anak dan mensejahterakan anak untuk mencapai masa depan anak
yang lebih baik, melalui interaksi tersebut dalam terwujud kesejahteraan anak.
disesuaikan dengan usia anak serta pertumbuhan dan perkembangan karena perawatan
yang tidak optimal akan berdampak tidak baik secara fisiologis maupun psikologis anak
48
itu sendiri (Yuliastati Nining 2016). Perawat harus memahami dan mengingat beberapa
prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan keperawatan anak, dimana prinsip tersebut
1. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik,
artinya bahwa tidak boleh memandang anak dari segi fisiknya saja
49
kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang
maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai
Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan menurut
definisi WHO, batasan usia anak adalah sejak anak di dalam kandungan sampai usia 19
tahun. Berdasarkan Konvensi Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-bangsa yang dimaksud Anak adalah setiap orang yang berusia di
bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan
Perawat merupakan anggota dari tim pemberi asuhan keperawatan anak dan
orang tuanya. Perawat dapat berperan dalam berbagai aspek dalam memberikan
pelayanan kesehatan dan bekerjasama dengan anggota tim lain, dengan keluarga
50
anak. Perawat merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang bekerja dengan
anak dan orang tua. Beberapa peran penting seorang perawat, meliputi (Yuliastati
Nining 2016) :
orang tua maupun secara tidak langsung dengan menolong orang tua
fisik maka perawat dapat saling bertukar pikiran dan pendapat dengan
51
holistik dan komprehensif. Perawat berada pada posisi kunci untuk
kerjasama dengan keluarga juga harus terbina dengan baik tidak hanya
secara aktif.
anak.
52
anak dengan tujuan meningkatkan kualitas praktik/asuhan keperawatan
pada anak. Pada peran ini diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam
proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga mengalami
Rasa cemas pada orang tua akan membuat stress anak meningkat.
terapi juga pada orang tuanya terjadi (Mendiri & Prayogi 2016).
14. Faktor yang menyebabkan stress akibat hospitalisasi yaitu (Mendiri &
Prayogi 2016) :
a. Lingkungan
yang baru bagi dirinya dan hal ini akan mengakibatkan stress pada
anak.
53
b. Berpisah dengan Keluarga
kesepian, jauh dari keluarga dan suasana rumah yang akrab dan
harmonis.
c. Kurang Informasi
Anak akan merasa takut karena dia tidak tahu apa yang akan
penyakitnya.
d. Masalah Pengobatan
akan menyakitkan.
54
percaya dan pembinaan kasih sayangnya terganggu. Pada bayi usia
usia 8 bulan atau lebih telah mengenal ibunya sebagai orang yang
55
Tahap Protes
56
berespon dengan menarik diri dari hubungan
interpersonal.
orang tuannya dan anak juga dapat membentuk rasa percaya dengan
57
Anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit akan merasa
tidak memerlukan selalu ditemani oleh orang tuanya. Pada usia ini
waktu merasa nyeri atau sakit dengan cara menggigit bibir atau
kelompok. Anak tidak merasa takut berpisah dengan orang tua akan
58
diri, perkembangan dan kemampuan anak. Reaksi yang timbul bila
dalam keluarga :
Orang tua akan mengalami stress jika anaknya sakit dan dirawat dirumah
prosedur dan pengobatan anak serta dampaknya terhadap masa depan anak. Orang
tua bereaksi dengan tidak percaya terutama jika penyakit anaknya secara tiba-tiba
dan serius. Setelah menyadari tentang keadaan anak, maka mereka akan bereaksi
dengan marah dan merasa bersalah, sering menyalahkan diri karena tidak mampu
2. Reaksi Sibling
Reaksi sibling terhadap anak yang sakit dan dirawat dirumah sakit
adalah marah, cemburu, benci dan bersalah. Orang tua seringkali mencurahkan
perhatiannya lebih besar terhadap anakyang sakit dibandingkan dengan anak yang
sehat. Hal ini akan menimbulkan perasaan cemburu pada anak yang sehat dan
59
2.12 Karakteristik DBD
dibandingkan periode tahun lalu. Jika pada 2009 jumlah penderita DBD
sebanyak 3883 orang, pada 2010 ini naik menjadi 5556 kasus. Kota
kelompok umur tertinggi yang menderita DBD adalah 1–3 tahun sebanyak
60
41 anak dan perempuan 45 anak, jumlah trombosit terbanyak pada
perawatan rata-rata 4,26 hari dan lama rawat inap paling singkat 1 hari
sedangkan paling lama 9 hari, keadaan saat pulang tertinggi dengan keadaan
ada.
Lingkungan
1. Angka bebas jentik Kejadian DBD
Host
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Status Sosail Ekonomi
4. Lingkungan Tempat tinggal
5. Tingkat pengetahuan Responden
6. Pemberantasan sarang
nyamuk dan Pelaksanaan 3 M
plus
7. Kebiasaanmenggantung pakaian
8. Penggunaan obat nyamuk
(Nursalam, 20016).
Usia
Jenis Kelamin
Kejadian Demam
Status Sosial Ekonomi
(pekerjaan) Berdarah Dengue
(DBD)
Tempat tinggal
Domisili)
62
3.2 Definisi Operasional
Definisi Skala
Variabel Operasional Alat Hasil Ukur
ukur
Kejadian Penyakit yang Observasi 1. Dengue Nominal
Demam disebabkan oleh disertai
Berdarah virus dengue perdarahan
Dengue (DBD melalui gigitan 2. Dengue tanpa
nyamuk Aedes perdarahan
aegypti
Usia Umur pasien Observasi 1.kurang dari 5 Ordinal
anak dengan tahun
kejadian DBD 2. 5 sampai 18
yang di rawat tahun
inap
menggunakan
cut off point data
Jenis Merupakan jenis Observasi 1. Laki-laki Nominal
Kelamin kelamin 2. Perempuan
responden
Status Sosial Penghasilan yang Obervasi 1. Penghasilan Ordinal
Ekonomi diperoleh sehari- kurang dari
(pekerjaan) hari untuk UMR
pemenuhan 2. Penghasilan
nutrisi lebih dari atau
sama dengan
UMR
63
3.3 Hipotesa Penelitian
Tahun 2021
64
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
resiko dan akibat diteliti dalam waktu yang bersamaan (simultan). Variabel
(pekerjaan) dan domisili (tempat tinggal). Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data skunder pasien anak dengan kejadian Demam
berdarah dengue tahun 2021. Jenis uji statistik yang digunakan untuk
beralamat di Jl. Kramat Jaya No. 1 Tugu Utara, Jakarta Utara, Daerah
bulan yaitu pada bulan April. Mei dan Juni 2021. Data yang diambil adalah
4.3.1 Populasi
65
tercatat di rekam medis Rumah Sakit Noni Medika Jakarta pada
4.3.2 Sampel
1. Kriteria Inklusi :
2. Kriteria Exlusi:
Semua pasien anak rawat inap dengan diagnosa medis Demam berdarah
dengue yang catatan rekam medis nya tidak lengkap.
sampel yang diambil oleh peneliti adalah 106 populasi dari jumlah total penderita
3. Surat izin penelitian diberikan kepada pihak yang terkait, dalam hal ini
66
sekunder dari RS Noni Medika Jakarta
diperoleh dari data yang diterima dari bagian Rekam Medis RS Noni
untuk mendata data setiap pasien yang ada pada lembar rekam
medis. Jenis data yang akan diambil oleh peneliti adalah tentang
lingkungan (domisili)
lunak berupa program SPSS versi 23,0. Adapun tahap – tahap pengolahan
67
1. Editing
Dengan cara memasukan data hasil formulir check list dalam SPSS di
kolom variabel view dan data view. Selanjutnya setiap variabel baik
2. Coding
3. Processing
memasukan data atau entry data hasil coding ke data view untuk
4. Cleaning
direvisi.
68
variabel yang disebutkan dalam kerangka konsep, yaitu : kejadian
dari 2 cara, yaitu tahap analisis univariat dan tahap analisis bivariat.
Adapun uji statistik yang digunakan adalah uji chi square dengan
bila P value > α (0,05) maka,Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan
69
antara orang sakit dengan faktor resiko dan orang tidak sakit dengan
faktor resiko.
70
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, 2013. Konsep dan Penerapan metodologi penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen penelitian keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H, 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & SDKI SLKI SIKI. Jakarta: Medi Action.
Purwanto, H. 2016 Pengantar Ilmu perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
71
WHO, 2018. Demam Berdarah Dengue Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan
Pengendalian , Jakarta : ECG
72