Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

PENGABDIAN MASYARAKAT

ANALISIS PERILAKU ORANG TUA DAN KONDISI LINGKUNGAN


TERHADAP KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO TAHUN 2022

Oleh:
Kelompok 2
Wella Niki Putri F20036
Novita Sri Wulandari F20046
Tina RindiarumDwinimastuti F20059
Mochamad Ramadhan F20074

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN MANAJEMEN INFORMASI


KESEHATAN POLITEKNIK INDNUSA SURAKARTA
TAHUN 2022
Judul Pengabdian Masyarakat : Analisis Perilaku Orang Tua Dan Kondisi Lingkungan
Terhadap Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Grogol Sukoharjo Tahun 2022
Program Studi : Manajemen Informasi Kesehatan
Anggota Pengabdian : 4
Nama Mahasiswa yang : 1. Wella Niki Putri
Terlibat 2. Novita Sri Wulandari
3. Tina Rindiarum Dwinimastuti
4. Mochamad Ramadhan
Lokasi Kegiatan Mitra : JI.Raya Grogol No.47, Dusun II, Madegondo, Kec.
Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah
Jangka Waktu : 1 Hari
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui/Menyetujui, Mengetahui/Menyetujui,
DosenPendamping I DosenPendamping II

Sri Suparti,S.KM.,M.Kes(Epid) Wahyu RatriSukmaningsih, M.KM


NIDN. 0618087902 NIDN. 0615119401

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Terapan MIK

Wahyu Wijaya Widiyanto, S.Kom, M.Kom


NIDN. 0618098602

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, atas karunia yang
dilimpahkan,sehingga dapat menyelesaikan proposal yang berjudul“Analisis
Perilaku Orang Tua Dan Kondisi Lingkungan Terhadap Kejadian Ispa Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Sukoharjo Tahun 2022”dengan
baik tanpa suatu halangan apapun dan dapat terlaksana dengan lancar. Akan
terselenggaranya kegiatan pengabdian masyarakat ini berkat kerjasama dan
dukungan berbagai pihak, sehingga sudah sepantasnya kami menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Wahyu Wijaya Widiyanto, S.Kom, M.Kom, selaku Ketua Program
Studi Sarjana Terapan Manajamen Informasi Kesehatan Politeknik Indonusa
Surakarta
2. Ibu Sri Suparti, S.KM., M Kes (Epid) selaku dosen pembimbing I mata kuliah
Epidemiologi.
3. Ibu Wahyu Ratri Sukamningsih, M.KM selaku dosen pembimbing II mata
kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat.
4. Kepala Direktur Puskesmas Grogol Sukoharjo yang telah memberikan kami
izin untuk melakukan kegiatan pengabdian masyarakat.
5. Teman-teman yang telah membantu dan member dukungan dalam pelaksanaan
kegiatan pengabdian masyarakat.
6. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Perlu disadari bahwa dengan segala keterbatasan, kegiatan pengabdian
masyarakat ini masih jauh dari sempurna, sehingga masukkan dan kritikkan
yang kostruktif sangat penulis harapkan demi sempurnanya kegiatan ini.

Surakarta ,1 Desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Nama Dan Tema Kegiatan............................................................................5
D. Tujuan...........................................................................................................5
E. Sasaran Pelaksanaan.....................................................................................5
F. Susunan Panitia.............................................................................................6
G. Susunan Acara...............................................................................................6
BAB II SOLUSI PERMASALAHAN.....................................................................7
A. Pengertian ISPA............................................................................................7
B. Penyebab ISPA.............................................................................................8
C. Gejala Penyakit ISPA..................................................................................14
D. Akibat Penyakit ISPA.................................................................................14
E. Cara Pencegahan Penyakit ISPA................................................................16
BAB III METODE PENGABDIAN......................................................................17
1. Jenis Penelitian............................................................................................17
2. Tempat dan waktu Penelitian......................................................................17
3. Populasi dan Sampel Penelitian..................................................................17
4. Instrumen Pengumpulan Data.....................................................................17
5. Metode Pengumpulan Data.........................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Menurut WHO, ISPA adalah penyakit menular dari saluran pernapasan
atas atau bawah yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit
berkisar dari infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan,
tergantung pada patogen penyebabnya, faktor pejamu dan faktor
lingkungan.ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan penyakit
menular penyebab kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi di dunia.
ISPA diklasifikasikan menjadi infeksi saluran pernafasan atas (upper
respiratory tract infections) dan infeksi saluran pernafasan bawah(lower
respiratory tract infections). Infeksi saluran pernafasan atas sering terjadi
pada anak-anak dan dapat mengancam nyawa. Penyakit infeksi saluran
pernafasan bawah seperti pneumonia dan bronkitis merupakan kontributor
utama kematian akibat ISPA.
Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan salah satu tantangan
karena angka morbiditas dan mortalitasnya masih cukupt inggi. Balita
memiliki risiko lebih mudah terserang penyakiti ni, karena system kekebalan
tubuh mereka belum terbentuk sepenuhnya.Seseorang bisa tertular ISPA
ketika menghirup udara yang mengandung virus atau bakteri.Virus atau
bakteri ini dikeluarkan oleh penderita infeksi saluran pernapasan melalui
bersin atau ketika batuk. Selain itu, cairan yang mengandung virus atau
bakteri yang menempel pada permukaan benda bias menular ke orang lain
saat mereka menyentuhnya.Ini disebut sebagai penularan secara tidak
langsung. (Regency 2022)
Menurut WHO Kasus ISPA terbanyak terjadi di India 43 juta kasus, China
21 juta kasus, Pakistan 10 juta kasus dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria
masing-masing 6 juta kasus, semua kasus ISPA yang terjadi dimasyarakat 7-
13% merupakan kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit
(Aditama, 2012). Menurut Kemenkes RI (2017) kasus ISPA mencapai 28%
dengan 533,187 kasus yang ditemukan pada tahun 2016 dengan 18 provinsi

4
diantaranya mempunyai prevalensi di atas angka nasional (Kementerian
Kesehatan RI, 2017).Berdasarkan hasil Riskesdas (2018) prevalensi ISPA di
Indonesia sebesar 9,3% diantaranya 9,0% berjenis kelamin laki-laki dan 9,7%
berjenis kelamin perempuan (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Prevalensi
ISPA tertinggi terjadi pada kelompok umur satu sampai empat tahun yaitu
sebesar 13,7% (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Kasus ISPA terbanyak di
Indonesia yaitu terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur 15,4%, Papua
13,1%, Banten 11,9%, Nusa Tenggara Barat 11,7%, Bali 9,7% (Kementerian
Kesehatan RI, 2018).
Prevalensi ISPA pada balita di provinsi Jawa Tengah berdasarkan hasil
Riskesdas 2018 ditemukan sekitar 10.551 kasus yaitu 9,7% menurut
diagnosis oleh Tenaga Kesehatan dan 13,8% menurut diagnosis atau gejala
yang pernah dialami oleh responden. Adapun cakupan penemuan dan
penanganan ISPA pada balita di provinsi Jawa Tengah tahun 2020 sebesar
53,7%, menurun dibandingkan capaian tahun 2019 yaitu 67,7%. Salah satu
kasus ISPA tertinggi pada tahun 2020 terdapat di Kabupaten Banjarnegara
yaitu sebesar 2.826 (3,65%) kasus dari 77.441 jumlah perkiraan kasus ISPA
pada balita di Provinsi Jawa Tengah (Dinkes Jateng, 2021).
Sedangkan menurut profil kesehatan kabupaten Sukoharjo Penyakit yang
banyak diderita masyarakat Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2009 adalah
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan) sejumlah 111.349 kasus (33,25 %).pada
tahun 2018 pneumonia yang merupakan salah satu varian ISPA dilaporkan
ada 991 kasus, tahun 2017 sejumlah 993 kasus , tahun 2016 sebanyak 556
kasus (17,2%) dari 3.227 perkiraan jumlah kasus. s
ISPA merupakan salah satu penyebab kunjungan pasien di puskesmas (40-
60%) dan Rumah Sakit (15-30%). Kejadian ISPA di di Puskesmas Grogol
menunjukkan angka penderita ISPA tahun 2022 prevalensi ISPA sebesar
5.571 dan berada pada urutan teratas 10 besar penyakit di Puskesmas Grogol,
Sukoharjo.

5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh perilaku orang tua terhadap kejadian ISPA pada
balita?
C. Nama Dan TemaKegiatan
Nama kegiatan : Pengabdian Masyarakat
Judul kegiatan : AnalisisPerilaku Orang Tua Dan Kondisi Lingkungan
Terhadap Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol
Sukoharjo Tahun 2022
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat perilaku orang tua dan kondisi lingkungan
terhadap kejadian ISPA di wilayah Grogol Sukoharjo
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui perilaku orang tua terhadap kejadian ISPA dilihat
dari……
b. Untuk mengetahui kondisi lingkungan terhadap kejadian ISPA dilihat
dari……
E. Sasaran Pelaksanaan
Hari : Sabtu
Tanggal : 17 Desember2022
Jam : 11.00-11.45 WIB
Tempat : JI.Raya Grogol No.47, Dusun II, Madegondo, Kec. Grogol,
Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah
F. SusunanPanitia
1. Pembimbing I : Sri Suparti, M.Kes(Epid)
2. Pembimbing II : Wahyu Ratri Sukmaningsih, M.KM
3. Ketua : Wella Niki Putri
4. Pemateri : 1. Novita Sri Wulandari
2. Tina Rindiarum Dwinimastuti
5. Dokumentasi : Mochamad Ramadhan

6
G. Susunan Acara
No. Waktu Kegiatan Pelaksana
1. 10.00-10.15 Mendata peserta Mochamad Ramadan
2. 10.15-10.20 Pembukaan Wella Niki Putri
10.20 -10.30 Sambutan Bu Sri Suparti / Bu Wahyu
Ratri Sukmaningsih
3. 10.30-11.00 Pemberian Materi dalam bentuk Novita Sri Wulandari
PPT
4. 11.00-11.30 Pembagian dan Pengisian Kuesioner Tina Rindiarum D
5. 11.30-11.40 Penutupan Wella Niki Putri
6. 11.40-11.50 Foto bersama Mochamad Ramadhan

7
BAB II
SOLUSI PERMASALAHAN

A. PengertianISPA
ISPA atau Acute Respiratory Insfection (ARI) menurut Depkes RI adalah
infeksi akut yang berlangsung kurang dari 14 hari disebabkan oleh
mikroorganisme di saluran pernapasan mulai dari hidung, telinga, laring,
trachea, bronchus, bronchioles sampai dengan paru-paru. Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) khususnya pneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada golongan usia balita. Pneumonia merupakan
masalah kesehatan yang serius baik di negara maju maupun di negara
berkembang. ISPA merupakan kelompok penyakit yang kompleks dan
heterogen disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat mengenai setiap tempat
di sepanjang saluran pernapasan. Untuk kepentingan pencegahan dan
pemberantasan, maka penyakit ISPA dapat diklasifikasikan menurut lokasi
anatomis, etiologi dan berat ringannya penyakit(Depkes 2020).
Penyakit ISPA jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan
komplikasi yang lebih serius seperti infeksi pada paru, infeksi pada selaput
otak(meningitis), penurunan kesadaran, gagal napas, bahkan dapat
menyebabkan kematian terutama pada balita yang belum memiliki ketahanan
tubuh yang kuat. Sifat alamiah yang dimiliki oleh balita ialahcenderung rewel
dan sulit untuk minum obat.Apalagi pada anak yang pernaht erpapar oleh
minum obat yang rasanya pahit, tentunya hal ini menyebabkan rasa trauma
pada anak untuk minum obat, sehingga diperlukan metode tambahan untuk
mendukung proses penyembuhan anak.Terapi pijat batuk pilek untuk balita
telah menunjukkan efek positif untuk mengatasi permasalahan pada bayi
prematur, masalah pencernaan termasuk sembelit dan diare, serta untuk
penyakit saluran pernapasan seperti asma dan ISPA(Nurbariyah et al. 2022).

8
B. Penyebab ISPA
Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian ISPA yaitu factor
Intrinsik dan ekstrinsik antara lain:
1. Faktor Intrinsik adalah faktor yang meningkatkan kerentanan
(susceptibility) pejamu terhadap kuman penyebab, dalam hal ini adalah:
a. Umur Balita
Umur mempunyai pengaruh besar terhadap terjadinya ISPA. ISPA yang
terjadi pada anak dan bayi akan memberikan gambaran klinik yang
tampak lebih berat dibandingkan dengan orang dewasa. Gambaran
klinik tersebut terutama disebabkan oleh infeksi virus pada bayi dan
anak yang belum memperoleh kekebalan alamiah, dalam penentuan
klasifikasi
penyakit ISPA dibedakan atas dua kelompok berdasarkan umurnya,
yaitu:
1) Kelompok umur 2 bulan - 5 tahun, klasifikasi dibagi atas
pneumonia berat, pneumonia, dan bukan pneumonia.
2) Kelompok umur< 2 bulan, klasifikasi dibagi atas pneumonia berat
dan bukan pneumonia.

b. Berat Badan Lahir


Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan
digunakan untuk mendiagnosis bayi normal atau berat badan lahir
rendah. Berat badan bayi ketika dilahirkan sebesar 2.500 gram atau
lebih diklasifikasikan sebagai berat badan lahir normal, sedangkan yang

9
ketika lahir mempunyai berat badan lahir kurang dari 2.500 gram
diklasifikasikan sebagai berat badan lahir rendah (BBLR).
Berat badan lahir bayi dapat dipengaruhi status gizi ibu hamil, karena
status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan. Apabila status gizi buruk, baik sebelum kehamilan dan
selama kehamilan, akan menyebabkan berat badan lahir rendah
(BBLR). Di samping itu, akan mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi mudah
terinfeksi, dan abortus, dalam usia 0-4 bulan, anak sangat peka terhadap
infeksi dan tidak jarang penyakit infeksi ini membawa kematian lebih-
lebih apabila bayi lahir dengan berat badan di bawah normal. Infeksi
saluran pernafasan, penyakit campak, dan batu krejan merupakan
penyakit yang paling sering diderita anak.

c. Pemberian ASI Eksklusif


Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang paling baik dan tepat untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi bayi. ASI sangat ideal
untuk bayi yang masih sangat tergantung pada air susu untuk
mempertahankan hidupnya. Bayi yang disusui ibu lebih terjaga dari
penyakit infeksi dan mempunyai kemungkinan untuk hidup lebih lama.
ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi bila diberikan sampai umur 6
bulan,meskipun setelah umur 6 bulan bayi memperoleh makanan

10
tambahan, pemberian ASI harus dilanjutkan minimal sampai 12
bulan,ASI yang keluar pada hari pertama setelah bayi lahir terdiri dari
cairan berwarna kekuning-kuningan yang disebut colostrum. Berbagai
fakta menunjukkan bahwa colostrum sangat baik untuk bayi karena di
dalamnya terdapat zat-zat penolak infeksi, seperti zat terhadap
kekebalan terhadap infeksi.

d. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan zat gizi dan penggunaan zat gizi tersebut, atau keadan
fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam tubuh. Keseimbangan
ini bertujuan agar tidak terjadi keadaan malnutrisi yaitu keadaan akibat
kelebihan atau kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Status gizi
adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variable
tertentu, misalnya gizi kurang. Gizi kurang disebabkan tidak
seimbangnya makanan yang masuk kedalam tubuh dengan kebutuhan
tubuh seseorang.
Keadaan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yang ditentukan oleh
kualitas dan kuantitas makanan. Kualitas makanan menunjukkan
adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan
makanan. Kuantitas menunjukkan kuantum masing-masing zat gizi
terhadap kebutuhan tubuh. Kalau susunan makanan memenuhi
kebutuhan hidup, baik dari sudut kualitas maupun kuantitasnya, maka
tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan gizi sebaik-baiknya. Jika
konsumsi makanan baik kualitas maupun kuantitasnya melebihi

11
kebutuhant ubuh, dinamakan konsumsi berlebih, maka akan terjadi
suatu keadaan gizi lebih. Sebaliknya, konsumsi yang kurang, baik
kualitas maupun kuantitasnya akan member kondisi kesehatan gizi
kurang atau kondisi defisiensi.Jika di suatu daerah atau dalam suatu
masyarakat tidak ada peristiwa epidemic suatu jenis penyakit tertentu
tetapi terdapat angka morbiditas tinggi terutama diantara bayi dan
kelompok balita, mungkin ini disebabkan oleh kesehatan gizi yang
rendah. Kesehatan gizi yang rendah menyebabkan kondisi daya tahan
tubuh menurun, sehingga berbagai penyakit dapat timbul dengan
mudah. Seorang anak yang sehat tidak akan mudah terserang berbagai
jenis penyakit, termasuk penyakit infeksi karena akan meningkat pada
keadaan kesehatan gizi yang baik dan akan menurun bila kesehatan
gizinya menurun.

e. Status Imunisasi
Pola penyakit selalu berubah dari masa ke masa sesuai dengan ilmu
perkembangan dan teknologi, keadaan lingkungan, serta cara hidup
manusia itu sendiri Pada umumnya tubuh balita tidak akan mampu
melawan antigen (kuman atau racun kuman) yang kuat. Karena itu
balita akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas. Tubuh belum
mempunyai pengalaman untuk membentuk antibody atau antitoksin
terhadap antigen. Tetapi pada reaksi yang kedua, ketiga, dan
berikutnya, tubuh balita sudah dapat membuat zat antibodi. Dalam
waktu yang singkat setelah antigen atau kuman masuk ke dalam tubuh,

12
akan dibentuk jumlah zat antibodi yang cukup tinggi. Dengan cara
reaksi antigen, tubuh balita dengan kekuatan zat antibodynya dapat
menghancurkan antigen atau kuman, berarti bahwa balita telah menjadi
kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.Imunisasi yang berpengaruh
terhadap ISPA yaitu BCG, DPT, dan Campak. Imunisasi BCG
bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit
tuberkulosis (TBC). Pada balita yang terinfeksi, kuman TBC dapat
menyerang berbagai alat tubuh, yang paling sering diserang adalah
paru-paru. Vaksin DPT dapat menimbulkan kekebalan aktif terhada
pdifteria, pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Penyakit batuk rejan bila
diderita balita akan cukup parah, bahkan dapat menyebabkan kematian
pada balita berumur kurang dari satu tahun.Komplikasi yang sering

terjadi adalah kejang, kerusakan otak atau radang paru. Sedangkan


vaksin campak diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap
penyakit campak secara aktif. Komplikasi penyaki tcampak yang sering

2. Faktor Ekstinsik adalah factor risiko yang dapat meningkatkan exposure


(pemaparan) dari penjamu terhadap kuman penyakit,yang terdiri dari:
a. Ventilasi Rumah
Fungsi dari ventilasi rumah ialah untuk menjaga aliran udara di dalam
rumah tersebut tetap segar, sehingga keseimbangan O2 yang diperlukan
oleh penghuni rumah akan terjaga, dan mengurangi kandungan CO2
yang bersifat racun. Kekurangan ventilasi akan menyebabkan udara
dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari
kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan menjadi media yang baik

13
untuk bakteri patogen, dalam hal ini juga bias menyebabkan terjadinya
penyakit infeksi pada pernafasan seperti halnya ISPA dan untuk
membebaskan udara ruang dari bakteri-bakteri, terutama bakteri
patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus-menerus.
b. Kepadatan Penghuni Rumah
Perumaha nmenurut WHO adalah suatu struktur fisik yang digunakan
untuk tempat berlindung. Lingkungan dari struktur tersebut termasuk
juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang
berguna untuk kesehatan jasmani, rohani, dan sosialnya baik untuk
keluarga dan individu. perumahan dan lingkungan buruk akan
menimbulkan masalah kesehatan, diantaranya penularan penyakit antar
anggota keluarga maupun kepada orang lain terutama ISPA dan
pencemaran lingkungan. Rumah sehat harus memenuhi syarat untuk
kebutuhan fisiologis (pencahayaan dan ventilas cukup), psikologis,
mencegah penularan penyakit. Menurut Kepmenkes RI (2005), luas
ruangan kamar tidur minimal 8 m2 dan tidak diajurkan lebihd ari 2
orang. Bangunan yang sempit dan tidak sesuai jumlah penghuninya
akan berdampak kurangnya O2 dalam ruangan sehingga daya tahan
tubuh penghuninya menurun dan cepat menimbulkan penyakit ISPA.
c. Jenis Bahan Bakar Untuk Memasak
Di pedesaan masih sering dijumpai rumah tangga yang menggunakan
kayu sebagai bahan bakar. Apabila perhawaan rumah tidak baik dan
tidak ada cerobong asap, maka asap akan memenuhi seluruh ruangan,
apalagi ibu-ibu sering menggendong bayi/anak balitanya di dapur. Asap
akan memperparah penderita sakit pernafasan, lebih-lebih pada bayi/
balita dan orang tua. Sedapat mungkin digunakan bahan bakar yang
tidak menimbulkan pencemaran udara indoor atau yang sisa
pembakarannya disalurkan keluar rumah.
d. Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga
Pada keluarga yang merokok, secara statistic anak yang mempunyai
kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari
keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari penelitian lain didapat

14
bahwa ISPA meningkat2 kali lipat akibat orang tua merokok. Polusi
udara oleh CO terjadi selama merokok. Asap rokok mengandung CO
dengan konsentrasi lebih dari 20.000 ppm selama dihisap. Konsentrasi
tersebut terencer dan menjadi 400-500 ppm. Konsentrasi CO yang
tinggi di dalam asap rokok yang terhisap mengakibatkan kadar COHb
di dalam darah meningkat. Selain berbahaya terhadap orang yang
merokok, adanya asap rokok yang mengandung CO juga berbahaya
bagi orang yang berada di sekitarnya karena asapnya dapat terisap.
Semakin banyak jumlah rokok yang dihisap oleh keluarga, semakin
besar memberikan risiko terhadap kejadian ISPA, khususnya apabila
merokok dilakukan oleh ibu bayi. (Ilmu et al. 2010)
C. GejalaPenyakit ISPA
Penyebab utama ISPA adalah infeksi virus, yaitu virus rhinovirus,
adenovirus, coxsackie, parainfluenza, dan RSV (respitatory syncytial virus).
Namun, pada kasus tertentu, ISPA pada anak juga bias disebabkan oleh
infeksi bakteri. Virus dan bakteri penyebab ISPA dapat menyebar dan menular
dengan beberapa cara, misalnya saat anak menghirup percikan bersin dari
seseorang yang terinfeksi ISPA. Penyebaran juga dapat terjadi saat anak
memegang benda yang telah terkontaminasi virus atau kuman penyebab ISPA
dan secara tidak sadar menyentuh hidung atau mulutnya sendiri. Saat
mengalami ISPA, anak-anak dapat menunjukan gejala berupa:
1. Hidung tersumbat atau pilek
2. Bersin
3. Batuk- batuk
4. Sakit tenggorokan hingga suara serak
5. Mata terasa sakit, berair, serta kemerahan
6. Sakit kepala
7. Nyeri otot
8. Demam
9. Sakit ketika menelan

15
D. Akibat Penyakit ISPA
Ada banyak hal yang bias terjadi saat ISPA menyerang balita. Penyakit
ISPA pada balita jika diabaikan bias menjadi sebuah penyakit berkepanjangan.
Berikut ini beberapa hal yang muncul sebagai akibat dari ISPA pada anak:
1. Pertusis
Pertusis atau batuk rejan adalah batuk yang tak terkendali dan keras. Batuk
ini bahkan membuat penderitanya sulit bernapas. Batuk Rejan disebabkan
oleh bakteri Bordetella pertusis.Suara rejan terjadi ketika penderitanya
menghirup napas setelah batuk. Siapa pun bias terserang penyakit ini,
tetapi bayi memiliki risiko yang sangat parah, bahkan mengancam jiwa.
Ada baiknya pemberian vaksin mulai dari usia 2 bulan untuk tindakan
pencegahan komplikasi penyakit ISPA pada balita dan anak.
2. Pneumonia
Salah satu penyebab umum pneumonia adalah infeksi bakteri. Pneumonia
bakteri biasanya menyebabkan batuk yang menghasilkan lender dari paru-
paru (dahak). Siapa saja dapat terinfeksi, terutama mereka yang menderita
penyakit pernapasan, menderita infeksi virus, dan baru pulih dari operasi.
Batuk yang menetap sering terjadi pada penyakit ISPA, akhirnya batuk itu
menjadi produktif dan memungkinkan tubuh mengeluarkan lendir.
3. Bronchitis
Bronkitis adalah kondisi di mana bronkus (saluran udara di dalam paru-
paru) meradang. Kadang-kadang disebut juga dada dingin. Dalam keadaan
komplikasi penyakit ISPA pada anak seperti ini, paru-paru membengkak
dan menghasilkan lendir yang menyebabkan batuk. Anak juga mungkin
merasa lelah, dengan sakit tubuh ringan, sakit kepala, sakit tenggorokan,
dan mata berair.Bronkitis akut bias bertahan dari lima hari hingga tiga
minggu. Jika termasuk kronis, penyakit ini akan berlangsung setidaknya
tiga bulan selama dua tahun berturut-turut.Debu, alergen, dan gas beracun
juga dapat menyebabkan dan berkontribusi terhadap bronkitis. Tetapi,
untuk bronchitis akut biasanya disebabkan oleh virus yang masuk ke paru-
paru karena ISPA.

16
E. Cara Pencegahan Penyakit ISPA
Mencegah memang selalu lebih baik daripada mengobati. Oleh karena
itu, pastikan diri melakukan kebiasaan-kebiasaan berikut.
1. Anak-anak wajib mendapatkan vaksin pertusis, campak, gondok, dan
rubella yang dikenal sebagai vaksin MMR untuk menurunkan risiko
terjangkit infeksi pernafasan berat.
2. Lebih sering cuci tangan dengan sabun atau pakai hand sanitizer, terutama
setelah selesai beraktivitas di tempat umum.
3. Jangan lupa kenakan masker standar sebagai tindak pencegahan dari
berbagai infeksi virus.
4. Hilangkan kebiasaan menyentuh wajah, mulut, atau mata, apalagi jika
belum cuci tangan dengan sabun. Ini akan mencegah virus, bakteri, atau
parasit lain masuk kedalam tubuh.
5. Konsumsi makanan sehat dan seimbang, terutama yang banyak
mengandung vitamin C.
6. Terapkan pola hidups ehat dan hindari merokok untuk menjaga kesehatan
tubuh secara keseluruhan.
7. Hindari orang-orang yang sedang sakit infeksi saluran pernafasan karena
dapat menular dengan mudah melalui percikan ludah, dan kontak tangan
ketangan.

17
BAB III
METODE PENGABDIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam
pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data
yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yakni
mencari dan mengumpulkan data yang ada di lapangan dengan tujuan untuk
mengetahui faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena
di masyarakat.
B. Tempat dan waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian di lakukan di
Puskesmas Grogol Sukoharjo.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Penelitian hanya dapat
dilakukan bagi populasi terhingga dan subyeknya tidak terlalu banyak.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Grogol.Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Jadi dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel warga
desa……….
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrument penelitian yang di gunakan adalah kuesioner,berupa teknik
pengumpulan data dari sejumlah orang atau responden melalui seperangkat
pertanyaan untuk dijawab. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner
tertutup dimana pertanyaan yang diberikan berupa checklist. Dengan begitu,
responden hanya dapat menjawab pertanyaan dengan pilihan yang tersedia.
Hasil kuesioner tertutup tergolong mudah diolah dan tak memakan banyak
waktu.

18
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan
dalam kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian
ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Angket
Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir
yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada
seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau
tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis: 2008:
66).
Penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner, daftar pertanyaannya
dibuat secara berstruktur dengan bentuk pertanyaan pilihan berganda
(multiple choicequestions) dan pertanyaan terbuka (open question).
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang persepsi desain
interior dari responden.Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif
yaitu penelitian dengan menggunakan data tahun 2022. Sumber data dalam
penelitian ini adalah data 10 besar penyakit dari laporan operasional di
Puskesmas Grogol Sukoharjo.

19
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2020. “ARTIKEL PENELITIAN Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas Pada Balita Factors Related to the
Incidence of Upper Respiratory Tract Infections in Infants.” Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada 10: 57–62.
Ilmu, Jurusan, Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, and
Universitas Negeri Semarang. 2010. “Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan Tahun 2009.”
Nurbariyah, Siti, Fauziah Hanum, Nur Adriyani, and Linda Yanti. 2022. “Medika:
Jurnal Ilmiah Kesehatan Terapi Pijat Guna Membantu Proses Penyembuhan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita.” Ilmiah Kesehatan 826: 2020–
23. https://unu-ntb.e-journal.id/medika.
Regency, Kerinci. 2022. “Faktor Resiko Gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut
( ISPA ) Pada Balita Di Puskesmas Depati VII Kabupaten Kerinci.” 2(2):
94–103.
Depkes, RI. 2020. “ARTIKEL PENELITIAN Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas Pada Balita Factors Related to the
Incidence of Upper Respiratory Tract Infections in Infants.” Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada 10: 57–62.
Ilmu, Jurusan, Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, and
Universitas Negeri Semarang. 2010. “Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan Tahun 2009.”
Nurbariyah, Siti, Fauziah Hanum, Nur Adriyani, and Linda Yanti. 2022. “Medika:
Jurnal Ilmiah Kesehatan Terapi Pijat Guna Membantu Proses Penyembuhan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita.” Ilmiah Kesehatan 826: 2020–
23. https://unu-ntb.e-journal.id/medika.

20

Anda mungkin juga menyukai