Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN FIELD LAB

“KETERAMPILAN PEMBINAAN UKS:


KESEHATAN JIWA, NAPZA DAN GANGGUAN BELAJAR”
PUSKESMAS TASIKMADU

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK XIX
PRIMA ANUGRAH MUNANDAR G0016174
RADIET ADHRA NUGROHO G0016176
RIO WIJAYANTO G0016184
SEISHA MEI ZERLINA G0016200
SINDY FAJRIYATUL G0016204
SITI ZAHRA AFIFA G0016206
STEFANI DYAH G0016208
SUSANTI WAHYUDI G0016210
SYAFALIKHA DWIZAHRA G0016212
THARRA AUDREYA G0016214

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN FIELD LAB
TOPIK KETERAMPILAN PEMBINAAN UKS:
KESEHATAN JIWA, NAPZA DAN GANGGUAN BELAJAR

Disusun Oleh : Kelompok B9


Angkatan : 2016
Program Studi : S-1 Kedokteran
Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Tempat Pelaksanaan : Puskesmas Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar
Tanggal Pelaksanaan : Lapangan 1, 9 November 2018
Lapangan 2, 21 November 2018
Lapangan 3, 29 November 2018

Laporan ini telah disetujui dan disahkan di Puskesmas Tasikmadu, Kabupaten


Karanganyar
pada tanggal 29 November 2018 oleh :

Dosen Pembimbing Lapangan Kepala Puskesmas Tasikmadu


Fakultas Kedokteran UNS

Siti Ma’rufah, M.Sc, Apt Ibnu Ridhwan, dr


NIP. 1985012620130201 NIP. 197001252003121003

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii


BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................. 1
B. TUJUAN PEMBELAJARAN....................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................... 4
KEGIATAN YANG DILAKUKAN............................................................................. 4
A. Field Lab Koordinasi .................................................................................................... 4
B. Field Lab Pertemuan Hari Pertama ............................................................................... 4
C. Field Lab Pertemuan Hari Kedua ................................................................................. 5
D. Field Lab Pertemuan Hari Ketiga ................................................................................. 6
BAB III ......................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 7
A. Pengertian, Tujuan, dan Sasaran UKS .......................................................................... 7
B. Program UKS ................................................................................................................ 8
C. NAPZA ....................................................................................................................... 11
D. Hasil Penyuluhan ........................................................................................................ 15
BAB IV ....................................................................................................................... 19
PENUTUP ................................................................................................................... 19
A. Simpulan ..................................................................................................................... 19
B. Saran ........................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21
LAMPIRAN ................................................................................................................ 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) ditentukan oleh dua faktor yang
saling berhubungan dan saling tergantung yakni kesehatan dan pendidikan.
Kesehatan merupakan bagian penting untuk tercapainya keberhasilan suatu
pendidikan, sebaliknya pendidikan yang diperoleh akan mempengaruhi
tingkat kesehatan. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) mempunyai titik berat
pada upaya promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan
rehabilitatif yang berkualitas, menjadi sangat penting dan strategis untuk
mencapai status kesehatan yang setinggi-tingginya pada anak sekolah.
Pelaksanaan UKS ditingkat pendidikan dasar (TK dan SD) berbeda
dengan tingkat menengah (SMP dan SMA). Pelaksanaan UKS pada tingkat
pendidikan menengah lebih difokuskan pada upaya preventif perilaku
berisiko seperti penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan
Zat Adiktif lainnya), kehamilan tidak diinginkan, abortus yang tidak
aman,infeksi menular seksual, kesehatan reproduksi remaja, kecelakaan
dan trauma lainnya. Perilaku ini rentan dilakukan remaja karena sesuai
dengan ciri dan karakteristik remaja yang selalu ingin tahu, suka tantangan
dan ingin coba-coba hal baru. Untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian
Kesehatan RI telah memberikan perhatian khusus terhadap masalah
kesehatan remaja melalui pengembangan konsep ”Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja” (PKPR). PKPR dilakukan secara proaktif untuk
mendorong dan meningkatkan keterlibatan dan kemandirian remaja dalam
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya.
1
UKS dilakukan atas kerjasama berbagai sektor yang terlibat.
Kerjasama ini dilakukan oleh petugas kesehatan, petugas sekolah, peserta
didik, pemerintah setempat, orang tua murid dan kalangan lain dalam
masyarakat. UKS telah dikukuhkan pelaksanaanya secara terpadu lintas
sektor dan lintas program dalam surat keputusan bersama (SKB) Menteri
Pendidikan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor : 0408/U/1984, Nomor :
74/Tn.1984, Nomor : 60 Tahun 1984 tanggal 3 September 1984 tentang
Pokok Kebijaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah.
Peran petugas kesehatan dalam pelaksanaan UKS merupakan bagian
dari keberhasilan UKS itu sendiri. Petugas kesehatan memiliki peran
dalam memberikan pendidikan kesehatan dan upaya kesehatan dasar dalam
pelaksanaan program UKS. Mahasiswa kedokteran merupakan calon
petugas kesehatan yang nantinya juga memiliki peran dalam pelaksanaan
UKS sudah sepatutnya memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap
pelaksanaan progam UKS itu sendiri. Hal ini, akan dilakukan melalui
kegiatan laboratorium lapangan (Field Lab) Pembinaan UKS : NAPZA
pada tingkat pendidikan menengah (SMP dan SMA).

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu
melakukan Pembinaan UKS: Kesehatan Jiwa (NAPZA: Narkotika
Psikotropika dan Zat Adiktif, dan Gangguan Belajar). Adapun learning
outcome pembelajaran ini adalah diharapkan mahasiswa:
1. Mampu mengetahui pelaksanaan UKS di SMP dan SMA di wilayah
kerja Puskesmas.
2. Mampu memberikan masukan dan motivasi untuk meningkatkan
2
pembinaan dan pengembangan UKS kepada pengelola UKS masing-
masing SMP dan SMA di wilayah kerja Puskesmas.
3. Mampu merinci manajemen program dan prosedur Pembinaan UKS
khususnya tentang pembinaan kesehatan jiwa remaja terutama
NAPZA dan gangguan belajar.
4. Mengkaji dan memberikan pendidikan kesehatan tentang Pembinaan
UKS: Kesehatan Jiwa (NAPZA: Narkotika Psikotropika dan Zat
Adiktif, hubungannya dengan Gangguan Belajar) kepada pengelola
atau sasaran UKS masing-masing SMP dan SMA di wilayah kerja
Puskesmas.

3
BAB II

KEGIATAN YANG DILAKUKAN

A. Field Lab Koordinasi


Hari/tanggal : Rabu, 31 Oktober 2018

waktu : 09.00 - 09.45 WIB

tempat : Puskesmas Tasikmadu

kegiatan :

Sebelum melakukan kegiatan lapangan, kami terlebih dahulu


berkomunikasi dan membuat janji dengan puskesmas. Setelah dipersilakan
oleh Dokter Ibnu Ridhwan selaku kepala puskesmas untuk hadir di
puskesmas pada pukul 09.00 WIB, 2 orang perwakilan kami berangkat ke
Puskesmas Tasikmadu untuk melakukan koordinasi. Kami berangkat dari
kampus UNS pada pukul 08.30 WIB. Setelah sampai, kami langsung
menemui kepala puskesmas dan membahas mengenai kegiatan lapangan
yang akan dilakukan untuk topik FL ini. Kepala puskesmas juga memberi
arahan kepada kami untuk dapat menguasai bahasa jawa dengan baik agar
memudahkan dalam kegiatan penyuluhan. Koordinasi selesai pukul 09.45
WIB, kemudian kami pamit pulang dan kembali ke UNS.

B. Field Lab Pertemuan Hari Pertama


Hari/Tanggal : Jumat, 9 November 2018

Waktu: : 10.00 - selesai

Tempat : Puskesmas Tasikmadu

4
Kegiatan :

Kami melakukan kegiatan lapangan 1 di Puskesmas Tasikmadu untuk


melakukan kegiatan yang sudah diinstruksikan dan pada waktu yang sudah
ditentukan pada saat koordinasi. Kami melakukan kegiatan Lapangan 1
diluar jadwal seharusnya dikarenakan Puskesmas Tasikmadu memiliki
kegiatan lain. Kami berangkat dari kampus UNS pada pukul 09.30 WIB
menggunakan 2 buah mobil. Kami tiba di lokasi pada pukul 09.50 WIB.
Sesampainya di lokasi kami dipersilakan untuk menuju ke ruangan tempat
kami akan dilakukan pembekalan untuk pelaksanaan lapangan 2. Kemudian
kami diberi arahan oleh Kepala Puskesmas. Kami berunding mengenai cara-
cara penyuluhan, target penyuluhan, dan segala keperluan lainnya. Kami
merencanakan teknis yang akan kami gunakan untuk kegiatan lapangan
berikutnya. Setelah selesai, kami berpamitan pulang dan kembali ke UNS.

C. Field Lab Pertemuan Hari Kedua


Hari/Tanggal : Rabu, 21 November 2018

Waktu : 08.00 - 11.00 WIB

Tempat : Puskesmas Tasikmadu dan MTsN 5 Karanganyar

Kegiatan :

Kami berangkat dari kampus UNS pada pukul 06.30 WIB dan sampai di
puskesmas pada pukul 07.00 WIB. Kami menemui Kepala Puskesmas dan
langsung menuju tempat penyuluhan yaitu MTsN 5 Karanganyar. Kami tiba
di sekolah pukul 08.30 WIB. Sebelum melakukan penyuluhan kami diberi
beberapa arahan oleh Kepala Puskesmas dan Kepala Sekolah mengenai hal-
hal yang harus ditekankan dan sikap saat penyuluhan. Kami melakukan

5
penyuluhan di 4 kelas, yang masing-masing kelas terdiri dari gabungan duaa
kelas. Kami membagi diri menjadi 4 kelompok kecil yang beranggotakan 2
orang, 2 orang lain bertugas dokumentasi dan koordinasi.

Peyuluhan di mulai pukul 09.00 WIB. Diawali dengan pre-test, kemudian


penyuluhan 2 materi yaitu NAPZA dan Rokok yang diselingi dengan ice-
breaking. Penyuluhan ditutup dengan post-test dan sesi tanya-jawab.
Antusiasme siswa-siswa cukup tinggi. Penyuluhan berjalan dengan lancar
dan selesai pada pukul 10.30 WIB. Setelah itu kami pamit kepada pihak
sekolah dan kembali ke UNS.

D. Field Lab Pertemuan Hari Ketiga


Hari/Tanggal : Kamis, 29 November 2018

Waktu : 13.00 – selesai

Tempat : Puskesmas Tasikmadu

Kegiatan :

Pada pertemuan ketiga kegiatan field lab ini, kami nantinya akan
melaksanakan presentasi hasil kegiatan selama di lapangan dan
mengumpulkan laporan kepada puskesmas Tasikmadu

6
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Tujuan, dan Sasaran UKS


Dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan Pasal 79
menyatakan bahwa Kesehatan Sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat peserta didik belajar, tumbuh dan berkembang
secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi Sumber Daya Manusia yang
berkualitas. Usaha Kesehatan Sekolah adalah segala usaha yang dilakukan
untuk meningkatkan kesehatan peserta didik pada setiap jalur, jenis, dan
jenjang pendidikan mulai dari TK/RA sampai SMA/SMK/MA.

Pelaksanaan program UKS mengacu pada UU No. 20 tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, PP No. 17 tahun 2010
tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, PP No. 72 tahun 2012
tentang sistem kesehatan nasional serta Peraturan Bersama Menteri (PBM)
empat menteri yaitu menteri agama, menteri pendidikan dan kebudayaan,
menteri kesehatan, dan menteri dalam negeri tahun 2014.

Tujuan UKS berdasarkan PBM empat menteri 2014 adalah untuk


meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan
meningkatkan perilaku hiduo bersih dan sehat serta menciptakan lingkungan
pendidikan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dari peserta didik.

Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah untuk memupuk kebiasaan


hidup sehat dan mempertinggi derajat kesehatan peserta didik yang di
dalamnya mencakup:
7
1. Memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan
prinsip hidup sehat, serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan
kesehatan di sekolah dan di perguruan agama, di rumah tangga, maupun
di lingkungan masyarakat.
2. Sehat, baik dalam arti fisik, mental, sosial, maupun lingkungan
3. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk,
penyalahgunaan narkoba, alkohol, dan kebiasaan merokok serta hal-hal
yang berkaitan dengan masalah pornografi dan masalah sosial lainnya
(kementerian pendidikan, 2012).

Sasaran pelayanan UKS menurut Departemen kesehatan adalah seluruh


peserta didik dari tingkat pendidikan taman kanak-kanak, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, pendidikan agama, pendidikan kejuruan, pendidikan
khusus, ataupun pendidikan sekolah luar biasa. Selain peserta didik sasaran
UKS adalah pendidik, tenaga kependidikan, dan masyarakat sekolah (PBM,
2014)

B. Program UKS
Program UKS merupakan bagian penting untuk menciptakan perilaku
hidup bersih dan sehat peserta didi. Berdasarkan PBM tahun 2014 Kegiatan
UKS dilaksanakan melalui trias UKS yaitu pendidikan kesehatan (health
education), pelayanan kesehatan (health service) dan pembinaan lingkungan
sekolah sehat.

1. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan,


perilaku, sikap, dan keterampilan untuk hidup bersih dan sehat.
Penanaman dan pembiasaan hidup bersih dan sehat serta daya tangkal
8
terhadap pengaruh buruk dari luar serta pembudayaan pola hidup sehat
agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan kesehatan di sekolah dapat dilaksanakan melalui kegiatan


intrakurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, dan penyuluhan kesehatan dari
petugas kesehatan puskesmas. Melalui kegiatan intrakurikuler,
pendidikan kesehatan merupakan bagian dari kurikulum sekolah dapat
berupa mata pelajaran yang berdiri sendiri seperti bimbingan konseling
(BK).

Pendidikan kesehatan dapat juga dimasukkan ke dalam kegiatan


ekstrakurikuler dalam rangka menanamkan perilaku hidup bersih dan
sehat. Contohnya melalui kegiatan Palang Merah Remaja (PMR), OSIS,
Ekstrakurikuler olahraga, dan lainnya. Penyuluhan kesehatan dapat
dilakukan oleh petugas kesehatan kepada kader/pengelola UKS atau
kepada peserta didik. Materi penyuluhan berkaitan dengan perilaku hidup
bersih dan sehat, pencegahan perilaku berisiko seperti penyalahgunaan
NAPZA, pergaulan bebas, dan kenakalan remaja lainnya.

2. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan Kesehatan dilaksanakan melalui:


a. Stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK)
b. Penjaringan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan berkala
c. Pemeriksaan dan perawatan gigi dan mulut
d. Pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
e. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)/pertolongan pertama pada
penyakit (P3P)
f. Pemberian imunisasi
9
g. Tes kebugaran jasmani
h. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
i. Pemberian tablet tambah darah
j. Pemberian obat cacing
k. Pemanfaatan halaman sekolah sebagai taman obat keluarga
(TOGA)/apotek hidup
l. Penyuluhan kesehatan dan konseling
m. Pembinaan dan pengawasan kantin sehat
n. Informasi gizi
o. Pemulihan pasca sakit
p. Rujukan kesehatan ke puskesmas/rumah sakit.

3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat

Pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dimaksud meliputi


lingkungan fisik, psikis, dan sosial. Adapun Pembinaan Lingkungan
Sekolah yang dimaksud adalah :

a. Pelaksanaan kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban,


keamanan, kerindangan, dan kekeluargaan (7K)
b. Pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan termasuk bebas
asap rokok, pornografi, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya
(NAPZA) dan kekerasan
c. Pembinaan kerja sama antar masyarakat sekolah

Pembinaan UKS khususnya di bidang kesehatan jiwa (akibat penggunaan


NAPZA: Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif) difokuskan
pada remaja tingkat SMP dan SMA. Pemantauan kesehatan jiwa dan deteksi

10
dini penggunaan obat terlarang pada anak remaja di lingkungan sekolah
merupakan langkah yang harus ditempuh oleh UKS, sehingga peserta didik
menjadi sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan belajar yang
tinggi.

C. NAPZA
NAPZA adalah akronim dari Narkotik, Alkohol, Psikotropika, dan Zat
Adiktif lainnya (Kemenkes 2010). NAPZA adalah zat alami atau sintetis
yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis, serta
menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004). Pengertian NAPZA menurut
kemenkes adalah zat yang mempengaruhi struktur atau fungsi beberapa
bagian tubuh orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko
penggunaan NAPZA bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering,
cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang
dikonsumsi (Kemenkes, RI, 2010). NAPZA adalah istilah pengganti dari
substances dalam pedoman diagnostic DSM-IV TR dan drugs dalam buku-
buku WHO.

1. Jenis-Jenis NAPZA
NAPZA dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif lainnya.
a. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya
rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika memiliki daya adiksi

11
(ketagihan) yang sangat berat. Narkotika juga memiliki daya toleran
(penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi. Ketiga
sifat narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotika tidak
dapat lepas dari narkotika. Berdasarkan Undang-Undang No. 35 Tahun
2009, jenis narkotika dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu narkotika
golongan I, golongan II, dan golongan III.
1) Narkotika golongan I adalah : narkotika yang paling berbahaya.
Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak boleh digunakan
untuk kepentingan apapun kecuali untuk penelitian atau ilmu
pengetahuan. Contohnya ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan
lain-lain.
2) Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya adiktif
kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya
adalah petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol, dan lain-
lain.
3) Narkotika golongan III adalah : narkotika yang memiliki daya
adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.
Contohnya adalah kodein dan turunannya.
b. Psikotropika
Adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintetis,
yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
normal dan perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan dokter
untuk mengobati gangguan jiwa. Berdasarkan Undang-Undang No. 5
tahun 1997, psikotropika dapat dikelompokkan ke dalam 4 golongan
yaitu:

12
1) Golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat
kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang
diteliti khasiatnya. Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, dan
STP.
2) Golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif kuat serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
amfetamin, metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
3) Golongan III adalah : psikotropika dengan daya adiksi sedang serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah
lumibal, buprenorsina, fleenitrazepam, dan sebagainya.
4) Golongan IV adalah : psikotropika yang memiliki daya adiktif
ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya
adalah nitrazepam (BK, mogadon, dumolid), diazepam, dan lain-
lain.
c. Bahan Adiktif Lainnya
Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan
psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya :
1) Rokok
2) Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan
3) Thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair, aseton,
cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan dicium dapat
memabukkan.

13
2. Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat
patologis, paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga
menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial. Sebetulnya
NAPZA banyak dipakai untuk kepentingan pengobatan, misalnya
menenangkan klien atau mengurangi rasa sakit. Tetapi, karena efeknya
“enak” bagi pemakai, maka NAPZA kemudian dipakai secara salah, yaitu
bukan untuk pengobatan tetapi untuk mendapatkan rasa nikmat.
Penyalahgunaan NAPZA secara tetap ini menyebabkan pengguna merasa
ketergantungan pada obat tersebut sehingga menyebabkan kerusakan fisik
(Sumiati, 2009). Menurut pasal 1 UU RI No. 35 Tahun 2009
ketergantungan adalah kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk
menggunakan narkotika secara terus menerus dengan takaran yang
meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila
penggunaannya dikurangi dan atau dihentikan secara tiba-tiba,
menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.
Ketergantungan terhadap NAPZA dibagi menjadi 2, yaitu (Sumiati,
2009) :
1. Ketergantungan fisik adalah keadaan bila seseorang mengurangi atau
menghentikan penggunaan NAPZA tertentu yang biasa ia gunakan, ia
akan mengalami gejala putus zat. Selain ditandai dengan gejala putus
zat, ketergantungan fisik juga dapat ditandai dengan adanya toleransi.
2. Ketergantungan psikologis adalah suatu keadaan bila berhenti
menggunakan NAPZA tertentu, seseorang akan mengalami kerinduan
yang sangat kuat untuk menggunakan NAPZA tersebut walaupun ia
tidak mengalami gejala fisik.

14
D. Hasil Penyuluhan
Kelompok kami melakukan pengambilan data dengan mengadakan
pretest dan post test yang dikerjakan oleh murid-murid di MTs dimana berisi
materi tentang UKS dan NAPZA, hasil pengujian kami adalah sebagai
berikut:

VIII-A Pretest Posttest


Adam Jordan 83 100
Ahmad Rifqy Nur Fauzan 67 83
Alfariski Eko Ardiyansyah 100 100
Aprillia Nur Lailla 67 67
Arif Rahmad Hidayat 83 100
Arika Nur Hayati 83 100
Bayu Prasetyo 100 100
Dewi Artika Ardhanasari 67 67
Dilla Pardani
Dimas Setiawan 83 100
Elva Ayu Yuliawati 83 100
Fadhilah Pramesti Wicaksana 67 67
Fahrozi Candra Ferdiansah 67 67
Fara Tamara Aprilia 100 100
Hardiansyah Arfin
Romandhoni 100 100
Jeany Soffiyatin 83 100
Juvilla Joe Satriani A. W. 100 100
Lagaida Alien Ramadhani 67 83
Lutfhi Miftahul Huda 83 100
Maritsa Ayu Wardhani 83 100
Mella Yuliana 100 100
Muh Mughni Khairuzzain 83 100
Muhammad Nashurallah 100 100
Muhammad Nur Aziz - -
Nadila Hayyu Cahyani 100 100
Nonik Nopita Ningsih 100 100

15
Rizqi Maulaya 83 83
Sindi Nurfatika 67 100
Siti Yuniarti 67 83
Tegar Dwi Raharjo 83 100
Uswatun Hasanah 67 67
Vanty Andrianto 50 100

VII-B Pretesr Posttest


Abdullah Sajad 67 83
Adi Wahyu Romadhon 67 83
Adilia Rachma Juwita 50 67
Anisa Qurniastuti 67 67
Arviona Rosita Dewi 67 67
Danik Sulistyowati 67 67
Destalia Pratiwi 83 100
Dewi Ramawati
Dhita Annisa Putri 67 67
Dimas Wahyu Andika 67 83
Eriya Damayanti 100 100
Faishol Madhani Wicaksono
Faizah Nur Aini
Fajar Wicaksono 50 100
Fifi Sudarwati 50 83
Fitria Ayu Novita Sari 67 100
Fitriani Rohmadani 67 100
Heni Nurlita Rahmawati 67 67
Iffah Ramadhani 83 83
Indira Oktaviani 83 100
Juliana Dellavita Wulan
Fatimah 83 83
Lutfiana Nur Laili 83 83
Nathasya Putri Novitasari 67 83
Nur Fitria Rahmawati 33 50
Rahma Bayu Ningtyas 83 83
16
Romadona Muhamad Tholip 67 100
Saka Aditya Alamsyah 83 100
Syifa Aulia Anandita 100 100
Taslimin 67 83
Tegar Ardan Fadilah 83 83
Yogi Kurniawan Nur Fauzi 100 100
Yusup Nur Hidayah 67 83

Rata-rata Pretest : 77,14

Rata-rata Post Test : 88,39

Berdasarkan nilai rata-rata dari pre test dan post test yang kami lakukan
di atas maka dapat kami simpulkan bahwa siswa di MTsN 5 Karanganyar
mengalami peningkatan dari 77,14 menjadi 88,39 yang menunjukkan bahwa
tingkat pengetahuan siswa dari MTsN 5 Karanganyar mengenai NAPZA dan
bahayanya mengalami peningkatan dan penyuluhan yang kami lakukan
cukup berhasil untuk meningkatkan pengetahuan siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa penyuluhan NAPZA dan bahaya rokok bagi siswa
cukup penting untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi siswa agar
tidak terjerumus pada bahaya NAPZA dan rokok sehingga diharapkan
dengan meningkatnya pengetahuan siswa maka dapat menurunkan
prevalensi dari pengguna NAPZA dan rokok terutama dari kalangan remaja
sehingga nantinya dapat tercipta generasi penerus bangsa yang lebih baik
lagi.

Meskipun begitu, masih terdapat beberapa siswa yang nilainya post test-
nya tidak lebih baik dari nilai pre test-nya, hal ini menunjukkan bahwa
masih terdapat beberapa siswa yang masih tingkat pemahamannya masih
belum meningkat meskipun telah dilakukan penyuluhan. Hal ini mungkin
17
dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu kesalahan dari kami yang mungkin
belum jelas dalam menyampaikan materi NAPZA dan bahaya rokok, dapat
juga disebabkan oleh terbatasnya fasilitas seperti proyektor yang
menyulitkan kami untuk menyampaikan materi secara lebih efektif dan dapat
juga disebabkan oleh tidak efektifnya penyampaian materi dengan metode
classical karena jumlah audience yang terlalu banyak sehingga siswa tidak
bisa terfokus kepada pembicara yang dapat menyebabkan kondisi tidak
kondusif dan siswa tidak memperhatikan pembicara yang akhirnya
materipun tidak dapat diserap dengan baik.

18
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Kegiatan Field Lab Pembinaan UKS: Kesehatan Jiwa (NAPZA:
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) di Puskesmas Tasikmadu,
Karanganyar berjalan dengan lancar dan edukatif baik bagi pihak mahasiswa
maupun siswa-siswi MTsN 5 Karanganyar.
Kegiatan field lab di Puskesmas Tasikmadu, Karanganyar dilakukan 3
kali. Kegiatan meliputi pemberian surat tugas dan berkas pada saat
koordinasi, penyuluhan mengenai NAPZA ( Narkotika, Psikotropika, dan
Zat adiktif lainnya) pada lapangan kedua, serta pelaporan hasil kegiatan yang
kami lakukan selama kegiatan field lab pada lapangan ketiga.
Hal hal yang dilakukan selama kegiatan field lab antara lain: review
materi tentang NAPZA; penjelasan singkat mengenai NAPZA, materi yang
akan disampaikan ketika penyuluhan serta bentuk penyuluhan yang akan
diadakan di MTsN 5 Karanganyar di Puskesmas Tasikmadu; penyuluhan
mengenai NAPZA serta rokok kepada siswa-siswi kelas 8 MTsN 5
Karanganyar, serta presentasi dan pelaporan dari hasil kegiatan kami.
Penyuluhan meliputi pengertian NAPZA dan rokok serta bahaya-bahaya
yang diakibatkan oleh NAPZA dan rokok. Dalam penyuluhan juga
dilakukan pre test dan post test untuk mengetahui peningkatan pengetahuan
siswa-siswa MTS 5 Karangmojo mengenai NAPZA. Penyuluhan juga
disertai dengan ice breaking sehingga lebih menarik. Respons para siswa
sudah cukup baik terhadap penyuluhan, sekalipun kondisi dibeberapa kelas

19
kurang kondusif dimana masih ada siswa yang tidak memperhatikan dan
kurangnya prasarana seperti proyektor.
Dilihat dari penyuluhan, masih ada siswa-siswi yang masih belum terlalu
paham mengenai NAPZA. Maka dari itu, penyuluhan mengenai NAPZA
sangat penting dalam rangka memberikan informasi yang memadai untuk
masyarakat, terutama remaja.

B. Saran
1. Penyuluhan kesehatan ini diharapkan dapat menyampaikan informasi
serta meningkatkan pemahaman siswa-siswi mengenai NAPZA
(Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif), untuk menumbuhkan
kesadaran dan pencegahan mengingat tingginya prevalensi kejadian di
masyarakat, terutama dikalangan remaja.
2. Peran pihak Puskesmas dalam terkait peningkatan program penyuluhan
NAPZA yang dilakukan secara meluas sangat diperlukan.
3. Mahasiswa diharapkan dapat mempersiapkan diri dengan baik sehingga
tanggap dalam melaksanakan kegiatan Field Lab. Sekalipun terdapat
keterbatasan waktu, diharapkan mahasiswa dapat memaksimalkan
kegiatan Field Lab dan memahami seluruh tujuan pembelajaran

20
DAFTAR PUSTAKA

Badan Narkotika Nasional Indonesia. 2015. Indonesia Darurat Narkoba. Jakarta


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktoran Jenderal Pendidikan Dasar.
2012. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah.
Jakarta
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan
Penggunaan Napza. Jakarta.
Sumiati, et al. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Menteri Kesehatan RI,
Menteri Agama RI, dan Menteri Dalam Negeri RI. 2014. Pembinaan dan
Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah. Jakarta

21
LAMPIRAN

Pengarahan dari Kapuskes pada Lapangan 1 Kegiatan Lapangan 2 penyuluhan di kelas

Kegiatan Lapangan 2 penyuluhan di kelas Kegiatan Lapangan 2 suasana saat penyuluhan


berlangsung

22

Anda mungkin juga menyukai