Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN KELOMPOKAMAN JUDUL

STASE PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS

Evaluasi Program
(Posyandu Balita, Posyandu Lansia dan Program POPM)
di Puskesmas Banguntapan II, Bantul, Yogyakarta

Disusun Oleh:
1. Kurniawati 23451014
2. Mela Kurnia Agustin 23451016
3. Uswatun Hasanah 23451022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AKBIDYO
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karuniaNya kepada kami sehingga penulis mampu menyelesaikan
laporan kelompok dengan judul “Evaluasi Program (Posyandu Balita, Posyandu
Lansia dan Program DTKB) di Puskesmas Banguntapan II”.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas di Stase Komunitas Program


Studi Pendidikan Profesi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Akbidyo. Kami
sampaikan ucapan terimakasih kepada ibu Ketua dan Kaprodi Pendidikan Profesi
Bidan STIKes. Akbidyo yang telah memberikan ijin dan waktu untuk
melaksanakan kegiatan praktik Stase Komunitas ini. Terimakasih kepada ibu
Riris Wahyu W, S.Tr.Keb. Bdn selaku bidan clinical educater (CE) di Puskesmas
Banguntapan II dan terimakasih kami sampaikan kepada ibu Dr. Christina
Pernatun K, S.SiT., MPH selaku pembimbing akademik stase komunitas.

Laporan kegiatan stase komunitas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu saya mohon arahan dan bimbingan ibu-ibu pembimbing. Kami sangat berharap
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, akhir kata kami ucapkan
terimakasih

Yogyakarta, 10 Februari 2024


Hormat kami
Kelompok Praktikan
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................1

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ 2

KATA PENGANTAR............................................................................................ 3

DAFTAR ISI.......................................................................................................... 4

BAB I LATAR BELAKANG.................................................................................6

A. Pendahuluan...................................................................................................6

BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................. 9

A. Posyandu Balita........................................................................................... 9

B. Posyandu Lansia........................................................................................ 14

C. Program DTKB (POMP) Cacingan........................................................... 16

D. Analisis Pemecahan Masalah.....................................................................22

BAB III ANALISIS SWOT, POA DAN PEMECAHAN MASALAH.............30

POSYANDU BALITA......................................................................................... 30

1. Analisis Situasi...........................................................................................30

2. Analisis SWOT.......................................................................................... 31

3. Permasalahan Kelompok............................................................................33

4. Metode Pelaksanaan...................................................................................34

5. Planning Of Action.................................................................................... 35

6. Simpulan dan Rekomendasi.......................................................................35

7. Daftar Pustaka............................................................................................ 35

PROGRAM DTKB............................................................................................... 35
1. Analisis situasi........................................................................................... 36

2. Analisis SWOT........................................................................................38

3. Permasalahan kelompok.............................................................................39

4. Metode Pelaksanaan...................................................................................41

5. Planning Of Action.................................................................................... 41

POSYANDU LANSIA......................................................................................... 41

1. Analisis Situasi...........................................................................................41

2. Analisis SWOT.......................................................................................... 42

3. Permasalahan Kelompok............................................................................43

4. Metode Pelaksanaan...................................................................................45

5. Nama Kegiatan...........................................................................................45

BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................... 46
BAB I LATAR BELAKANG

A. Pendahuluan
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan berbasis
masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaran pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar atau sosial dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Poyandu yang terintegrasi adalah kegiatan pelayanan sosial dasar keluarga
dalam aspek pemantauan tumbuh kembang anak. Dalam pelaksanaannya
dilakukan secara koordinatif dan integratif serta saling memperkuat antar
kegiatan dan program untuk kelangsungan pelayanan di posyandu balita
sesuai dengan situasi/kebutuhan lokal yang dalam kegiatannya tetap
memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


(LAKIP) Direktorat Gizi Dan Kesehatan Ibu Dan Anak Tahun 2022 jumlah
persentase bayi yang mendapatkan pelayanan kesehatan 91,22% dari target
91%, persentase puskesmas yang melaksanakan pembinaan ke sekolah 4 kali
88,40% dari target 70%.

Posyandu Balita merupakan salah satu program kesehatan masyarakat


yang bertujuan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita serta
memberikan layanan kesehatan dasar seperti imunisasi, pemberian nutrisi,
serta penyuluhan kepada ibu dan keluarga mengenai pola hidup sehat untuk
memastikan tumbuh kembang balita yang optimal. Latar belakang evaluasi
program Posyandu Balita termasuk peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
di tingkat masyarakat, pencegahan penyakit menular dan tidak menular pada
anak usia dini, serta upaya untuk mengurangi angka kematian anak akibat
penyakit yang dapat dicegah.
Posyandu Lansia adalah program yang ditujukan untuk memberikan
pelayanan kesehatan primer kepada lansia di masyarakat. Tujuan dari
program ini antara lain adalah untuk memantau kesehatan fisik dan mental
lansia, memberikan informasi tentang gaya hidup sehat bagi lansia, serta
melakukan deteksi dini terhadap penyakit yang umumnya diderita oleh lansia
seperti hipertensi, diabetes, dan gangguan kesehatan lainnya. Latar belakang
evaluasi program Posyandu Lansia mencakup kebutuhan akan perhatian
kesehatan yang khusus bagi lansia di tingkat komunitas, peningkatan kualitas
hidup lansia melalui pelayanan kesehatan yang tepat, serta upaya pencegahan
penyakit kronis yang dapat mengganggu kualitas hidup lansia.
Program POPM (pemberian obat pencegah massal) di Puskesmas
bertujuan membebaskan atau menurunkan angka penyakit kecacingan pada
anak. Cacingan dapat merusak gizi anak yang terinfeksi sehingga
menyebabkan anemia bahkan kematian. Anak yang cacingan akan
mengakibatkan pertumbuhan fisik terganggu bahkan stunting, merusak
perkembangan kognitif (kemampuan belajar) anak. Dalam rangka
menurunkan prevalensi cacingan di Indonesia khususnya di wilayah kerja
Puskesmas Banguntapan II maka dilaksanakan pemberian obat pencegahan
masal (POPM) cacingan yang dilakukan satu tahun dua kali. POPM cacingan
adalah pemberian obat yang dilakukan untuk mematikan cacing secara
serentak kepada semua penduduk sasaran di wilayah kerja Puskesmas
Banguntapan II sebagai bagian dari upaya pencegahan penularan cacingan.
serta upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pola
hidup sehat sebagai langkah preventif utama dalam menghadapi penyakit
tidak menular.
Evaluasi program Posyandu Balita, Posyandu Lansia, dan Program
POPM (Pemberian obat pencegahan massal) di Puskesmas melibatkan
pemahaman mendalam tentang pentingnya pelayanan kesehatan primer bagi
berbagai kelompok usia, termasuk balita (anak usia 0-5 tahun), lansia (usia di
atas 60 tahun), dan juga upaya POPM (Pemberian obat pencegahan massal) di
tingkat komunitas.
Puskesmas Banguntapan II merupakan puskesmas pembantu
diwilayah kapanewon Banguntapan. Adapun wilayah kerja Puskesmas
Banguntapan II terdiri dari 4 desa yaitu desa Tamanan, Wirokerten,
Singosaren dan Jagalan. Dari 4 Desa tersebut terbagi atas 25 Dusun.
Puskesmas Banguntapan II terletak di desa Tamanan dengan luas wilayah
kerja sekitar 8.500 hektar. Kegiatan Posyandu dibawah pembinaan Puskesmas
Banguntapan II ada 4 kali Pelaksanaan Posyandu Balita selama bulan januari,
terdapat 36 posyandu lansia yang berada dibawah naungan Puskesmas
Banguntapan II, dan Program POPM (pemberian obat pencegah massal).
Dalam melakukan evaluasi terhadap ketiga program tersebut, penting
untuk mengidentifikasi indikator-indikator kinerja yang relevan seperti
cakupan pelayanan, kualitas pelayanan, kepatuhan masyarakat terhadap
program, dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Selain itu, latar
belakang evaluasi juga melibatkan pemahaman terhadap konteks sosial,
budaya, dan infrastruktur kesehatan di masyarakat setempat untuk
memastikan keberhasilan dan relevansi program-program tersebut dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat secara menyeluruh. Dalam kesempatan
ini kami mahasiswa praktikan stase komunitas Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan akan belajar bagaimana melakukan analisis evaluasi program
Posyandu Balita, Posyandu Lansia, dan Program POPM (pemberian obat
pencegah massal) di wilayah kerja Puskesmas Banguntapan II.
BAB II TINJAUAN TEORI

A. Posyandu Balita
1. Pengertian

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis


Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial untuk
mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian bayi
(Kemenkes RI, 2013). Pemberdayaan masyarakat adalah memanfaatkan
segala sumber daya yang ada di masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi
masalah kesehatan, kemudian mampu merencanakan dan memecahkan
masalah tersebut dengan menggunakan potensi setempat (Kemenkes RI,
2011).

Frekuensi kunjungan ke Posyandu dikategorikan menjadi dua, yaitu


rutin dan tidak rutin. Hal ini sesuai dengan Kemenkes RI (2008), bahwa
dikatakan cakupan pelayanan anak balita, dimana setiap anak umur 12 - 59
bulan memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan,
minimal 8 x dalam setahun yang tercatat di Kohort Anak Balita dan Pra
Sekolah, Buku KIA/KMS, atau buku pencatatan dan pelaporan lainnya.
Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan
pertinggi/panjang badan (BB/TB). Ditingkat masyarakat pemantauan
pertumbuhan adalah pengukuran berat badan per umur (BB/U) setiap
bulan di Posyandu. Balita dikatakan rutin ke Posyandu jika balita hadir
dalam mengunjungi Posyandu sebanyak ≥ 8 kali dalam 1 tahun, sedangkan
balita dikatakan tidak rutin ke Posyandu jika balita hadir dalam
mengunjungi Posyandu < 8 kali dalam 1 tahun (Camela dkk, 2015).
2. Sasaran Posyandu

Sasaran Posyandu adalah meliputi seluruh masyarakat, yaitu; Bayi, Anak


balita, lbu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui dan Pasangan Usia Subur
(PUS) (Kemenkes RI, 2013). Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
merupakan program kesehatan masyarakat yang dirancang untuk
menyediakan layanan kesehatan primer kepada berbagai kelompok usia di
tingkat komunitas. Sasaran utama Posyandu meliputi:

a. Balita (Bayi dan Anak Usia 0-5 Tahun): Posyandu menyediakan


pelayanan kesehatan dasar untuk balita, termasuk pemeriksaan
pertumbuhan dan perkembangan, imunisasi, pemberian nutrisi
tambahan seperti tablet besi, vitamin A, dan pemberian ASI (Air Susu
Ibu) eksklusif. Balita merupakan salah satu kelompok utama sasaran
Posyandu karena masa ini merupakan fase kritis dalam perkembangan
fisik, mental, dan emosional anak.

b. Ibu Hamil dan Menyusui: Posyandu juga memberikan layanan


kesehatan kepada ibu hamil dan ibu menyusui, termasuk pemeriksaan
kesehatan ibu hamil, penyuluhan tentang persalinan yang aman,
pemberian suplemen gizi, serta dukungan dan penyuluhan mengenai
pemberian ASI eksklusif.

c. Ibu dan Orang Tua: Orang tua, terutama ibu sebagai caregiver utama
dalam keluarga, menjadi sasaran Posyandu karena mereka memegang
peran penting dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan dan
perkembangan anak. Posyandu memberikan penyuluhan kepada ibu
dan orang tua tentang pola hidup sehat, pencegahan penyakit, dan
perawatan anak.

d. Lansia: Beberapa Posyandu juga menyediakan layanan kesehatan


untuk lansia di komunitas tersebut. Layanan ini mungkin termasuk
pemeriksaan kesehatan umum, pemantauan tekanan darah, penyuluhan
tentang gaya hidup sehat bagi lansia, serta pendampingan dalam
menghadapi masalah kesehatan yang khas pada usia lanjut.

e. Masyarakat Umum: Meskipun Posyandu terutama fokus pada


kelompok-kelompok yang disebutkan di atas, program ini juga terbuka
untuk masyarakat umum. Posyandu sering menjadi titik akses pertama
bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi kesehatan,
pemeriksaan kesehatan dasar, dan layanan kesehatan primer lainnya.

3. Manfaat Posyandu

Posyandu dan Program DTKB (Deteksi, Tatalaksana, Konseling, dan


Rujukan Berbasis Komunitas) memiliki manfaat yang signifikan dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat, khususnya dalam hal pencegahan
penyakit dan peningkatan akses pelayanan kesehatan primer. Berikut
adalah beberapa manfaat dari kedua program tersebut:

a. Pantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Balita: Posyandu


memberikan layanan pemeriksaan rutin terhadap pertumbuhan dan
perkembangan balita, termasuk pengukuran berat badan, tinggi badan,
dan lingkar kepala. Hal ini membantu dalam mendeteksi dini masalah
kesehatan atau gizi pada balita dan memastikan bahwa pertumbuhan
mereka berjalan dengan baik.

b. Imunisasi Rutin: Posyandu menyediakan layanan imunisasi rutin bagi


balita sesuai dengan jadwal imunisasi nasional. Ini membantu
melindungi balita dari penyakit-penyakit menular yang dapat dicegah
melalui vaksinasi, seperti campak, polio, dan difteri.

c. Pendidikan Kesehatan dan Gizi: Posyandu menyelenggarakan


kegiatan penyuluhan dan edukasi kepada ibu dan keluarga tentang
pola hidup sehat, gizi seimbang, dan pentingnya pemberian ASI (Air
Susu Ibu) eksklusif. Hal ini membantu dalam peningkatan
pengetahuan dan perilaku sehat di tingkat rumah tangga.
d. Pemberian Suplemen Gizi: Posyandu juga memberikan suplemen gizi
seperti tablet besi dan vitamin A kepada balita dan ibu hamil untuk
mencegah anemia dan defisiensi vitamin yang dapat mengganggu
kesehatan.

e. Deteksi Dini dan Rujukan: Posyandu melakukan deteksi dini terhadap


masalah kesehatan dan gizi pada balita serta memberikan rujukan
kepada fasilitas kesehatan yang lebih tinggi jika ditemukan masalah
yang memerlukan perawatan lebih lanjut.

4. Kegiatan dan Tingkat Perkembangan Posyandu

Kegiatan utama di Posyandu meliputi kegiatan pemantauan tumbuh


kembang balita, pelayanan kesehatan ibu dan anak seperti imunisasi untuk
pencegahan penyakit, penanggulangan diare, konsultasi/pelayanan
keluarga berencana (KB), penyuluhan dan konseling/rujukan bila
diperlukan. Tingkat perkembangan posyandu secara umum dibedakan atas
4 tingkat sebagai berikut :

a. Posyandu Pratama

Posyandu Pratama merupakan Posyandu yang belum mantap,


ditandai olehkegiatan bulanan Posyandu yang belum terlaksana secara
rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang.
Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, di
samping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum
siapnya masyarakat.

b. Posyandu Madya

Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat


melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata
jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima
kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%.
c. Posyandu Purnama

Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat


melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata
jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan
utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program
tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat
yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni
kurang dari 50 % KK di wilayah kerja Posyandu.

d. Posyandu Mandiri

Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat


melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata
jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan
utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program
tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat
yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu. lntervensi yang dilakukan
bersifat pembinaan termasuk pembinaan program dana sehat, sehingga
terjamin kesinambungannya (Kemenkes RI, 2011).

B. Posyandu Lansia
1. Definisi Lansia

Undang Undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia


menjelaskan lansia adalah seorang manusia yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun. Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60
tahun keatas. Lansia dikatakan sebagai tahap perkembangan daur kehidupan
manusia perlahan - lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki dan
mempertahankan keadaan tubuh yang normal menurun sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita,
keadaan lansia tergantung pada faktor individu masing masing lansia.
Konsep kesehatan pada lansia berbeda dengan populasi lainnya (Darmojo
2011), ada beberapa hal yang diperhatikan pada lansia yaitu: status
fungsional, sindroma geriatric dan penyakit pada lansia, aspek kesehatan
pada lansia sangat penting karena pada umumnya daya tahan tubuh mereka
berkurang sejalan dengan bertambahnya umur (Rahmawati, 2015).

2. Tingkatan posyandu

a. Posyandu pratama adalah posyandu yang belum mantap, kegiatan


bulanan belum rutin dan jumlah kader kurang dari 5.

b. Posyandu madya adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan


kegiatan jam buka lebih dari 8 kali pertahun, rata-rata jumlah kader 5
atau lebih, cakupan kegiatan utama masih kurang dari 50 %.

c. Posyandu purnama adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan


kegiatan jam buka lebih dari 8 kali pertahun, rata-rata jumlah kader 5
atau lebih, cakupan kegiatan utama lebih dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan, sudah ada kegiatan dana sehat
tetapi peserta masih kurang 50% kepala keluarga (KK).

d. Posyandu mandiri adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan


kegiatan jam buka lebih dari 8 kali pertahun, rata-rata jumlah kader 5
atau lebih, cakupan kegiatan utama lebih dari 50%, mampu
menyelenggarakan program tambahan, sudah ada kegiatan dana sehat
dan peserta sudah lebih dari 50% kepala keluarga (KK)

3. Tujuan posyandu lansia

a. Tujuan umum

Meningkatkan derajat kesehatan lansia dan meningkatkan mutu


pelayanan kesehatan lansia dalam masyarakat untuk meningkatkan taraf
hidup lansia yang bahagia dan berguna. Meningkatkan peran serta
masyarakat untuk lebih mandiri dalam pelayanan kesehatan lansia dan
mengoptimalkan komunikasi antar lansia.
b. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari posyandu lansia adalah untuk meningkatkan


kesadaran lansia, meningkatkan kesehatan untuk diri lansia itu sendiri,
meningkatkan derajat kesehatan lansia, dan meningkatkan pelayanan
kesehatan lansia (Ismawati, 2010).

4. Sasaran posyandu lansia

Sasaran daripada posyandu lansia adalah sasaran langsung yaitu


kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun), kelompok usia lanjut (60 tahun
keatas), kelompok usia lanjut yang memiliki resiko tinggi (70 tahun keatas).
Sasaran tidak langsung, yaitu keluarga lansia tersebut, masyarakat umum,
organisasi sosial dalam bidang lansia (Ismawati dkk, 2010)

5. Bentuk kegiatan pelayanan dalam posyandu lansia

Pelayanan dalam posyandu lansia pertama yaitu pemeriksaan aktifitas


kegiatan sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian naik turun
tempat tidur, buang air besar atau kecil. Kedua, pemeriksaan status gizi
dengan cara menimbang berat badan dan tinggi badan, pencatatan dalam
grafik indeks masa tubuh (IMT). Pemeriksaan status mental, pengukuran
tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama 1 menit.

Pemeriksaan hemoglobin, pemeriksaan gula darah sebagai deteksi


awal adanya penyakit DM, pemeriksaan kandungan zat putih telur (protein)
dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal, pelaksanaan
rujukan ke puskesmas bila ada rujukan. Kegiatan penyuluhan dilakukan di
luar atau didalam posyandu atau kelompok lansia, kunjungan rumah oleh
kader dan didampingi puskesmas bagi anggota lansia yang tidak hadir di
posyandu, pemberian makanan tambahan (PMT) dan penyuluhan contoh
menu makanan. Kegiatan olahraga seperti senam lansia dan jalan santai
(Ma’rifatul, 2011)
C. Program POPM (Pemberian obat pencegah massal ) Cacingan
Cacingan, yang disingkat POPM (Program Obat Minum Massal dan
Pencegahan Cacingan), adalah program kesehatan yang bertujuan untuk
mendeteksi, mengobati, memberikan edukasi, serta melakukan upaya
pencegahan terhadap infeksi cacing usus di tingkat komunitas. Berikut
adalah beberapa aspek penting dalam Program POPM (Pemberian obat
pencegah massal) Cacingan:

1. Deteksi: Program ini melibatkan penggunaan metode pemeriksaan


cacingan, baik secara klinis maupun dengan menggunakan teknik
laboratorium seperti pemeriksaan tinja, untuk mendeteksi keberadaan
parasit cacing pada individu yang berisiko terinfeksi.

2. Tatalaksana: Setelah dilakukan deteksi, individu yang ditemukan


terinfeksi cacing akan diberikan obat minum massal (Mass Drug
Administration-MDA) sesuai dengan protokol pengobatan yang
ditetapkan oleh otoritas kesehatan. Obat yang umumnya digunakan
untuk mengobati cacingan adalah albendazole atau mebendazole.

3. Konseling: Program ini juga memberikan konseling kepada individu


yang terinfeksi maupun kepada masyarakat umum tentang cara
pencegahan infeksi cacing, pentingnya kebersihan lingkungan, serta
praktik hidup sehat yang dapat mengurangi risiko terinfeksi cacing.

4. Pencegahan: Selain memberikan pengobatan kepada individu yang


sudah terinfeksi, Program POPM (Pemberian obat pencegah massal)
Cacingan juga menekankan pada upaya pencegahan infeksi cacing
melalui promosi kebersihan lingkungan, perilaku hidup bersih dan sehat,
serta pendidikan tentang kebiasaan hidup yang dapat mencegah kontak
dengan telur cacing.

5. Monitoring dan Evaluasi: Program ini melibatkan kegiatan monitoring


dan evaluasi secara berkala untuk menilai efektivitas intervensi yang
dilakukan, memantau penyebaran infeksi cacing, serta mengevaluasi
tingkat partisipasi dan kepatuhan masyarakat terhadap program.

Program POPM (Pemberian obat pencegah massal) Cacingan


bertujuan untuk mengurangi beban penyakit dan dampak negatif yang
disebabkan oleh infeksi cacingan, terutama pada anak-anak dan kelompok
rentan lainnya di masyarakat. Dengan pendekatan yang komprehensif,
program ini berusaha untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara
menyeluruh melalui upaya deteksi dini, pengobatan, edukasi, dan
pencegahan infeksi cacingan di tingkat komunitas.

1. Pemberian Obat cacing

Cacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing


dalam tubuh yang ditularkan melalui tanah, makan/minuman dan
media lainnya yang telah terkontaminasi oleh telur cacing. Tidak
terkecuali orang dewasa, anak-anak juga kerap kali terserang penyakit
yang satu ini. Bahkan, balita dan anak-anak usia sekolah dasar,
mempunyai presentase yang cukup tinggi dan merata, tidak hanya di
lingkungan yang kumuh dan buruk sanitasinya saja (16). Cacing
parasit ini biasanya masuk kedalam tubuh melalui makanan ataupun
pori-pori tubuh. Lingkungan yang tidak higienis dan kurang bersih
menjadi faktor utama serangan cacingan pada anak. Cacingan-
cacingan ini kemudian hidup di dalam rongga usus sehingga menjadi
gangguan pada pencernaan. Sebagai organisme parasit, cacingan yang
hidup di dalam organisme lain, termasuk dalam tubuh anak, ia
merampas zat makan dari tubuhnya yang menjadikan tempat
tinggalnya. Karenanya, anak-anak yang terkena penyakit ini
pertumbuhan tubuhnya akan terganggu begitu juga dengan sistem
pertahanan tubuhnya yang ikut menurun (5).
2. Jenis-jenis cacing yang menyerang anak-anak

Jenis-Jenis Cacing Yang Biasa Menyerang Anak –Anak yaitu :

1) CacingGelang

Cacing gelang (Ascaris lumbricoides) merupakan cacing


yang paling umum menginfeksi manusia. Ia mempunyai ukuran 10-
30 cm (untuk cacing dewasa) dengan tebal sebesar pensil dan dapat
hidup hingga 1-2 tahun, dan mempunyai siklus hidup yang
membutuhkan dua lingkungan yang berlainan, yaitu manusia dan
tanah dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Perkembangan hidup pada tubuh manusia dimulai dengan masuk
kedalam tubuh melalui makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi dengan telur cacing gelang. Cacing ini mengikuti
aliran darah menuju jantung, paru-paru, lambung, lalu terserang
diusus halus. Sehingga ia menyedot makanan yang sudah masuk
kedalam tubuh anak, dan akibatnya anak tersebut kekurangan gizi,
mengalami diare, mual, dan muntah-muntah.

2) Cacing Tambang (angkylostomiasis)

Ukuran jenis cacing tambang ini hanya 8-15 cm. Jenis


cacing ini setiap harinya mampu menyedot darah manusia hingga
mencapai 0,03cc sehingga apabila cacing ini menyerang anak maka
dapat menyebabkan anak kekurangan darah dan zat besi. Bahkan,
cacing yang hidup dalam usus ini sering menggigit diding usus
sehingga menyebabkan perdarahan dan meracuni penderita. Cacing
tambang ini masuk ke dalam tubuh melalui pori-pori atau makanan
yang terkontaminasi, lalu bergerak dalam tubuh mengikuti aliran
darah menuju jantung, paru-paru, tenggorokan kemudian ke anus.
Dan telur cacing tambang ini dapat keluar bersama kotoran atau
feses.
3) CacingKremi(Oxiyuriasis)

Cacing ini dikenal sebagai cacing kewawit atau cacing


kecil-kecil ini memiliki ukuran tubuhyang kecil dan halus seperti
benang, berwarna putih, dan memiliki panjang tubuh kira-kira 3-5
mm untuk cacing jantan dan 8-13 mm untuk cacing betina. Cacing
kremi ini memakan isi usus dan hidup serta bertelur di dalam usus
bantu dan usus sebelah bawah. Telur-telurnya akan merayap keluar
menuju dubur sehingga menimbulkan rasa gatal. Jika di garuk
dengan tangan, maka cacing ini akan menempel di ujung kuku dan
dapat masuk ke dalam mulut ketika dimakan. Karenanya, anak
tidak menjaga kebersihan tangannya.

4) Cacing Cambuk

Cacing cambuk dewasa mencapai panjang sekitar 1-2 mm.


Cacing ini hidup di usus besar dan bisa pula di usus buntu. Cacing
ini memperoleh makanan dengan cara membenamkan kepalanya di
dinding usus besar. Akibatnya, usus akan mengalami peradangan
atau infeksi sehingga penderitanya akan merasa nyeri pada perut,
kembung, mual, dan muntah-muntah. Apabila kondisi ini tidak di
tangani serius dapat berakibat perdarahan pada usus dan anemia.

5) CacingPita

Cacing yang mempunyai banyak jenis ini mempunyai


bentuk panjang pipih menyerupai pita dengan bentuk kepala yang
kecil dan mempunyai kait.

3. Gejala- Gejala Penyakit Cacingan Pada Anak Balita yaitu :

1) Bayi akan tampak lesu, lemah, lemas, dan terlihat pucat

2) Bayi rewel dan sering terlihat tidak nyaman

3) Perutbuncittetapibadannyakurus
4) Berat badan menurun

5) Anak akan merasa gatal pada bagian anusnya

6) Batuk berkepanjangan (15).

4. Penyebab penyakit cacingan pada anak balita yaitu :

1) Tertular

Serangan cacing bisa terjadi karena anak tertular dari teman-


temannya ketika anak bermain bersama atau dari lingkungan yang
kurang bersih. Kondisi- kondisi seperti ini sangat memungkinkan
anak untuk menelan larva atau telur cacing tersebut secara tidak
sengaja. Selain tertelan, penularan cacing juga dapat terjadi melalui
kulit, pakaian, makanan, dan tempat tidur.

2) Makanan dan Minuman yang Terkontaminasi Cacing

Cacing masuk kedalam tubuh anak bisa melalui makanan


atau minuman yang sudah terkontaminasi oleh telur-telur cacing.
Dalam waktu tertentu, telur-telur tersebut akan menetas dan
berkembang biak semakin banyak. Cacing-cacing ini akan
mengganggu sestem pencernaan anak. Salah satu makanan beresiko
cacaing adalah daging, ikan dan lain sebagainya.

3) Tanganyang Kotor

Serangan cacing juga dapat terjadi melalui tangan yang kotor.


Hal ini terjadi karena pada tangan yang kotor sangat dimungkinkan
terdapat cacing atau larvanya sehingga ketika anak makan atau
masukkan jari tangannya kemulut, cacing atau larva cacing bisa
masuk ke dalam tubuh.

4) Masakan yang Belum Matang

Masakan yang sudah dimasak tapi belum matang atau mentah,


kemungkinan cacing yang ada disitu belum mati dan masih bisa
berkembang biak dengan bebas. Ketika makan tersebut dikonsumsi
dan masuk kedalam tubuh anak, maka anak akan beresiko terserang
cacingan. Oleh karena itu, kita sangat dianjurkan untuk memasak
makanan hinnga matang namun tidak terlalu matang juga. Selain
itu, kita juga sangat dianjurkan untuk mencuci setiap bahan
makanan yang hendak akan dimasak, terutama untuk sayuran dan
daging.

5) Penularan melalui nyamuk

Cacing juga bisa ditularkan melalui nyamuk anopheles


barbirostri terhadap manusia, yang biasanya nyamuk ini
berkembang biak di daerah persawahan. Cacing ini hanya terdapat
di Indonesia Bagian Timur, seperti Flores, Rote, Alor, dan beberapa
pulau kecil di Nusa Tenggara Timur.

6) Penularan melalui Keong Air

Keong air mempunyai peranan penting sebagai hos pes


perantara dalam daur hidup cacing. Masing-masing spesies cacing
menggunakan spesies keong air tertentu. Jenis keong yang menjadi
perhatian di Indonesia pada saat ini, yaitu bekicot atau keong darat
Afrika (Afrika landsnail), Achatina fulica. Keong ini berasal dari
Afrika Timur, kemudian menyebar ke daratan Asia (17).

5. Cara Pencegahan Cacingan pada Anak Balita

Bagi ibu-ibu yang hendak menyajikan makanan, sedapat


mungkin mulai mewaspadainya sejak makanan itu belum diolah.
Sebab menurut beberapa penelitian, sejumlah sayur segar yang tidak
diolah dan tidak dibersihkan helai demi helai, cukup potensial sebagai
sarana tempat masuknya telur cacing kedalam tubuh. Berbagai
tanaman sayuran terkadang disiram dengan air yang telah tercemar.
Selain itu, terkadang sayuran yang ditanam pun diberikan pupuk
kadang yang belum matang.
Sebagai tindakan pencegahan, biasanya sayur itu dibersihkan
helai demi helai dan tidak sekedar dicelupkan ke dalam air saja, tapi di
bersihkan dengan air mengalir. Telur cacing yang melekat pada
helaian daun sayuran, akan terhanyut dan terbuang bersama air cucian.
Sedangkan sebagai upaya untuk memperkecil angka penderita
cacingan,yang paling ideal yaitu dengan melakukan perbaikan sanitasi
lingkungan yang disertai dengan pemberantasan cacingan dengan
pengobatan. Upaya pemberian obat cacing yang dilakukan setahun
tiga kali juga cukup membantu, meskipun pemberantasan sumber
penyakit cacingan belum sampai pada akar permasalahan (17).

D. Analisis Pemecahan Masalah


1. Analisis Situasi

Analisis situasi merujuk pada proses pemahaman dan evaluasi


mendalam terhadap suatu situasi atau konteks tertentu. Analisis ini bertujuan
untuk mengumpulkan, memahami, dan menginterpretasikan informasi yang
relevan untuk membuat keputusan yang informasional dan kontekstual.
Makna lain dari analisis situasi adalah membantu dalam memahami konteks
atau lingkungan di mana suatu peristiwa atau keputusan akan terjadi. Ini
mencakup faktor-faktor seperti kondisi fisik, sosial, politik, ekonomi, dan
budaya yang dapat mempengaruhi situasi tersebut. Melalui analisis situasi,
masalah dan peluang dapat diidentifikasi dengan jelas. Ini membantu
pemangku kepentingan untuk fokus pada area yang memerlukan perhatian
atau mengidentifikasi potensi untuk perbaikan dan perkembangan.

Analisis situasi melibatkan pengumpulan informasi dari berbagai


sumber untuk memastikan bahwa semua aspek yang relevan dipertimbangkan.
Informasi ini dapat mencakup data kuantitatif, kualitatif, dan pandangan dari
berbagai pihak terkait. Dalam beberapa konteks, analisis situasi dapat
digunakan untuk meramalkan atau memodelkan perkembangan masa depan.
Ini melibatkan penggunaan data historis dan tren untuk membuat perkiraan
yang masuk akal. Analisis situasi membantu dalam menentukan prioritas
tindakan atau keputusan. Dengan memahami pentingnya setiap aspek situasi,
organisasi atau individu dapat menetapkan langkah-langkah yang paling
mendesak atau strategis.

Hasil analisis situasi menyediakan dasar untuk pengambilan keputusan


yang informasional. Keputusan yang diambil lebih mungkin sesuai dengan
realitas dan kebutuhan situasi karena didasarkan pada pemahaman yang lebih
baik. Analisis situasi membantu dalam merancang strategi yang lebih efektif.
Dengan memahami kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman
dalam situasi, strategi dapat dirancang untuk mencapai tujuan dengan lebih
efisien. Dengan menganalisis situasi, risiko-risiko potensial dapat
diidentifikasi dan dievaluasi. Ini memungkinkan upaya untuk meminimalkan
dampak risiko atau menyiapkan rencana kontingensi jika situasi berkembang
tidak sesuai rencana.

Analisis situasi tidak hanya diterapkan dalam bisnis atau manajemen,


tetapi juga dalam berbagai konteks seperti kebidanan, kesehatan, kebijakan
publik, dan penelitian ilmiah. Tujuan utamanya adalah memastikan keputusan
dan tindakan didasarkan pada pemahaman yang komprehensif terhadap
situasi yang dihadapi.

2. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah suatu metode yang digunakan untuk memahami


kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan
ancaman (Threats) yang memengaruhi suatu entitas, baik itu organisasi,
proyek, atau individu. Analisis ini membantu dalam merinci faktor-faktor
internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja atau tujuan yang
ingin dicapai. Berikut adalah penjelasan tentang setiap elemen dalam analisis
SWOT:

1. Strengths (Kekuatan): Kekuatan mencakup sumber daya atau


kemampuan internal yang memberikan keunggulan kompetitif. Ini bisa
berupa keahlian khusus, aset fisik, tim yang terampil, teknologi mutakhir,
merek yang kuat, atau keunggulan biaya.

2. Weaknesses (Kelemahan): Kelemahan adalah faktor internal yang dapat


menghambat pencapaian tujuan atau memberikan kelemahan dalam
bersaing. Ini dapat melibatkan keterbatasan sumber daya, kurangnya
keahlian khusus, sistem yang kurang efisien, atau masalah manajemen
internal.

3. Opportunities (Peluang): Peluang mencakup faktor-faktor eksternal yang


dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan atau meningkatkan kinerja.
Peluang dapat muncul dari tren pasar, perubahan regulasi, perkembangan
teknologi, kebutuhan pelanggan, atau peluang pasar baru.

4. Threats (Ancaman): Ancaman melibatkan faktor-faktor eksternal yang


dapat menghambat pencapaian tujuan atau menyebabkan risiko. Ancaman
dapat berasal dari persaingan yang ketat, perubahan pasar, situasi ekonomi
yang tidak stabil, perkembangan teknologi pesaing, atau perubahan
regulasi yang merugikan.

Langkah-langkah dalam melakukan analisis SWOT:

1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal: Kenali kekuatan dan


kelemahan internal organisasi serta peluang dan ancaman eksternal
yang mungkin mempengaruhi. Faktor-faktor ini dapat mencakup
aspek-aspek seperti produk, layanan, operasi, pasar, dan lingkungan
bisnis.

2. Evaluasi Faktor-Faktor Internal: Evaluasi kekuatan dan kelemahan


dengan jujur dan obyektif. Pertimbangkan bagaimana setiap faktor
dapat mempengaruhi tujuan dan kinerja organisasi.

3. Identifikasi Peluang dan Ancaman: Tinjau tren pasar, perubahan


industri, atau faktor-faktor eksternal lainnya yang dapat menciptakan
peluang atau ancaman. Identifikasi faktor-faktor yang tidak dapat
dikendalikan oleh organisasi.

4. Menggabungkan Faktor-Faktor: Identifikasi strategi yang dapat


memanfaatkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang atau mengatasi
kelemahan dan menghadapi ancaman. Tinjau bagaimana faktor-faktor
ini dapat berinteraksi dan saling memengaruhi.

5. Merancang Strategi: Berdasarkan analisis SWOT, rancang strategi


untuk memaksimalkan kekuatan, mengatasi kelemahan,
memanfaatkan peluang, dan mengelola ancaman. Pilih strategi yang
konsisten dengan tujuan dan nilai organisasi.

Analisis SWOT membantu organisasi untuk memiliki wawasan


yang lebih baik tentang posisi mereka di pasar atau dalam konteks
tertentu. Ini dapat menjadi alat yang berguna dalam perencanaan
strategis, pengembangan produk, pengambilan keputusan, dan
manajemen risiko.

3. Strategi Pemecahan Masalah

Strategi pemecahan masalah merupakan serangkaian langkah yang


direncanakan dan dilaksanakan untuk mengatasi atau menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam
merancang dan menerapkan strategi pemecahan masalah:

a. Identifikasi Masalah:

Langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah secara jelas dan


spesifik. Pastikan masalah telah didefinisikan dengan baik agar
langkah-langkah selanjutnya dapat terarah dengan baik.

b. Analisis Akar Penyebab:


Selanjutnya, lakukan analisis menyeluruh untuk menemukan akar
penyebab masalah. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan atau
berkontribusi terhadap masalah tersebut.

c. Penentuan Tujuan:

Tentukan tujuan yang ingin dicapai dengan strategi pemecahan


masalah. Tujuan harus spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan
terbatas waktu (SMART).

d. Penemuan Solusi Alternatif:

Identifikasi berbagai solusi alternatif yang mungkin untuk mengatasi


masalah. Libatkan orang-orang yang terlibat dalam proses ini dan
pertimbangkan berbagai opsi dengan memperhitungkan keuntungan,
kerugian, dan konsekuensi dari setiap solusi.

e. Evaluasi dan Seleksi Solusi:

Evaluasi solusi alternatif berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan


sebelumnya. Pilih solusi yang paling efektif dan sesuai untuk
mengatasi akar penyebab masalah.

f. Perencanaan Pelaksanaan:

Setelah solusi dipilih, buat rencana tindakan yang terinci untuk


melaksanakan solusi tersebut. Tetapkan langkah-langkah yang
diperlukan, alokasikan sumber daya yang diperlukan, dan tentukan
siapa yang bertanggung jawab untuk setiap langkah.

g. Pelaksanaan Rencana Tindakan:

Implementasikan rencana tindakan yang telah dibuat. Pastikan setiap


langkah dilakukan sesuai dengan rencana dan dalam waktu yang
ditetapkan.

h. Pemantauan dan Evaluasi:


Lakukan pemantauan terhadap pelaksanaan rencana tindakan. Evaluasi
kemajuan secara berkala untuk memastikan bahwa solusi yang dipilih
berhasil dan menyelesaikan masalah yang diidentifikasi.

i. Perbaikan Berkelanjutan:

Jika diperlukan, lakukan perbaikan atau penyesuaian terhadap rencana


tindakan. Ambil tindakan korektif jika ada hambatan atau masalah
yang muncul selama proses implementasi.

j. Pelaporan dan Pembelajaran:

Terakhir, buat laporan tentang hasil dan pembelajaran dari strategi


pemecahan masalah yang telah dilaksanakan. Bagikan informasi ini
kepada pihak terkait untuk pembelajaran dan perbaikan di masa depan.

Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, organisasi atau individu dapat


merancang dan melaksanakan strategi pemecahan masalah yang sistematis
dan efektif untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

Pemosisian EFAS (External Factors Analysis Summary) dan IFAS


(Internal Factors Analysis Summary) merupakan langkah dalam analisis
strategis yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal dan
internal yang memengaruhi kinerja sebuah organisasi atau perusahaan.
Berikut adalah penjelasan singkat tentang kedua konsep ini:

a. EFAS (External Factors Analysis Summary):

EFAS adalah analisis yang mengevaluasi faktor-faktor


eksternal yang memengaruhi organisasi atau perusahaan. Faktor-faktor
ini meliputi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dari
lingkungan eksternal, seperti faktor pasar, kebijakan pemerintah, tren
industri, persaingan, dan faktor-faktor lain di luar kendali organisasi.
Langkah-langkah dalam pemosisian EFAS meliputi:

1) Identifikasi faktor-faktor eksternal yang signifikan.


2) Penilaian terhadap setiap faktor eksternal berdasarkan dampaknya
terhadap organisasi.

3) Pemberian bobot atau nilai penting terhadap setiap faktor eksternal


yang dinilai.

4) Perumusan strategi berdasarkan analisis EFAS untuk


memanfaatkan peluang yang ada dan mengatasi ancaman yang
dihadapi.

b. IFAS (Internal Factors Analysis Summary):

IFAS adalah analisis yang mengevaluasi faktor-faktor internal yang


memengaruhi organisasi atau perusahaan. Faktor-faktor ini meliputi
kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) internal
organisasi, seperti sumber daya manusia, aset, budaya organisasi,
sistem manajemen, dan faktor-faktor internal lainnya. Langkah-
langkah dalam pemosisian IFAS meliputi:

1) Identifikasi kekuatan dan kelemahan internal organisasi.

2) Penilaian terhadap setiap kekuatan dan kelemahan internal


berdasarkan signifikansinya.

3) Pemberian bobot atau nilai penting terhadap setiap kekuatan dan


kelemahan internal yang dinilai.

4) Perumusan strategi berdasarkan analisis IFAS untuk


memanfaatkan kekuatan internal yang ada dan mengatasi
kelemahan internal yang dihadapi.

Dengan melakukan pemosisian EFAS dan IFAS, organisasi atau


perusahaan dapat memahami lingkungan eksternal dan
internalnya dengan lebih baik, mengidentifikasi faktor-faktor
kunci yang memengaruhi kinerja, dan merumuskan strategi yang
sesuai untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
4. POA atau Plan of Action

POA atau Plan of Action (rencana tindakan) merupakan dokumen


yang merinci langkah-langkah spesifik yang akan diambil untuk mencapai
tujuan atau memecahkan masalah yang telah ditetapkan. Berikut adalah
langkah-langkah dalam pembuatan POA:

a. Identifikasi Tujuan:

Tentukan tujuan yang ingin dicapai dengan POA. Pastikan tujuan


tersebut spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan terbatas waktu
(SMART).

b. Identifikasi Masalah:

Jelaskan masalah atau tantangan yang ingin diatasi dengan POA


secara jelas dan spesifik. Tinjau hasil analisis masalah untuk
memahami akar penyebab dan dampak dari masalah tersebut.

c. Penentuan Pendekatan:

Pilih pendekatan atau strategi yang akan diambil untuk menyelesaikan


masalah. Pertimbangkan solusi-solusi alternatif yang telah
diidentifikasi sebelumnya.

d. Rencana Tindakan:

Rincikan langkah-langkah spesifik yang akan diambil untuk


menerapkan pendekatan atau strategi yang telah dipilih. Tentukan
siapa yang bertanggung jawab untuk setiap langkah, kapan langkah
tersebut akan dilaksanakan, dan sumber daya apa yang dibutuhkan.

e. Penjadwalan:

Susun jadwal atau timeline untuk setiap langkah dalam rencana


tindakan. Tentukan tanggal atau periode waktu kapan setiap langkah
akan dilaksanakan dan selesaikan.
f. Penetapan Metrik atau Indikator Kinerja:

Tentukan metrik atau indikator kinerja yang akan digunakan untuk


mengevaluasi kemajuan dalam melaksanakan rencana tindakan.
Pastikan metrik tersebut terkait dengan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.

g. Alokasi Sumber Daya:

Tentukan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan rencana


tindakan, seperti anggaran, personil, waktu, dan materi.

h. Monitoring dan Evaluasi:

Tetapkan proses pemantauan dan evaluasi untuk mengukur kemajuan


dan efektivitas pelaksanaan rencana tindakan. Tentukan siapa yang
bertanggung jawab untuk memantau kemajuan, kapan evaluasi akan
dilakukan, dan bagaimana hasilnya akan dilaporkan.

i. Komunikasi dan Kolaborasi:

Komunikasikan rencana tindakan kepada semua pihak yang terlibat


dan pastikan adanya kolaborasi antar tim atau departemen yang
terlibat dalam pelaksanaan rencana tindakan.

j. Revisi dan Penyesuaian:

Siapkan untuk melakukan revisi atau penyesuaian terhadap rencana


tindakan jika diperlukan seiring dengan kemajuan pelaksanaan. Tinjau
kemajuan secara berkala dan ambil tindakan korektif jika diperlukan.

Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, praktikan dapat membuat


POA yang terstruktur dan terperinci untuk mengatasi masalah-masalah
di Posyandu atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. POA yang
baik akan membantu memandu proses pelaksanaan dengan lebih
efektif dan efisien.
BAB III ANALISIS SWOT, POA DAN PEMECAHAN MASALAH

POSYANDU BALITA

1. Analisis Situasi
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. Pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu
adalah suatu upaya mensinergikan berbagai layanan yang dibutuhkan
masyarakat meliputi perbaikan kesehatan dan gizi, pendidikan dan
perkembangan anak, peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan
keluarga dan kesejahteraan sosial.

UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas


dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama
masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan
lernbaga terkait Iainnya. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan
kegiatan pengembangan/pilihan. Kegiatan utama, mencakup;

1. kesehatan ibu dan anak;

2. keluarga berencana;

3. imunisasi; - gizi;

4. pencegahan dan penanggulangan diare.

Kegiatan pengembangan/pilihan, masyarakat dapat menambah


kegiatan baru disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan, dinamakan
Posyandu

1. Terintegrasi. Kegiatan baru tersebut misalnya;

2. Bina Keluarga Balita (BKB);


3. Tanaman Obat Keluarga (TOGA); - Bina Keluarga Lansia (BKL);

4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);

5. Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.

Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan


dasar yangada di posyandu terutama:

1. Bayi dan anak balita;

2. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui;

3. Pasangan usia subur;

4. Pengasuh anak.

Posyandu Balita Kembang Harapan, berdomisili di dusun Krobokan,


kelurahan Tamanan, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta, merupakan salah satu Posyandu binaan dari Puskesmas
Banguntapan II. Secara fungsional posyandu Kembang Harapan melakukan
kegiatan peningkatan kesejahteraan ibu dan bayi melalui kegiatan, pemeriksaan
ibu hamil, penimbangan balita, pemberian makanan dan suplemen tambahan
serta edukasi kesehatan.

2. Analisis SWOT
Analisis SWOT membantu organisasi untuk memiliki wawasan yang
lebih baik tentang posisi mereka di pasar atau dalam konteks tertentu. Ini dapat
menjadi alat yang berguna dalam perencanaan strategis, pengembangan produk,
pengambilan keputusan, dan manajemen risiko.Mengacu dari kajian diatas
dapat dirumuskan temuan dari analisis SWOT pada Posyandu Balita Kembang
Harapan sebagai berikut:
Tabel. 2 Analisis Swot

SWOT Analisis situasi

Kekuatan / Potensi 1. Keterlibatan Masyarakat: Adanya partisipasi aktif dari


(Strengthness) masyarakat setempat dalam kegiatan Posyandu, termasuk ibu-ibu
balita dan tokoh masyarakat.
2. Tenaga Kesehatan dan Kader yang Kompeten: Adanya tenaga
kesehatan yang terlatih dan kompeten, seperti bidan dan perawat,
dan kader yang terlibat dalam kegiatan Posyandu.
3. Infrastruktur yang Memadai: Ketersediaan fasilitas dan
infrastruktur yang memadai, seperti ruang pertemuan, tempat
pemeriksaan, dan aksesibilitas yang baik.

Kendala / Kelemahan 1. Kurangnya Pendidikan Masyarakat: Keterbatasan pemahaman


(Weakness) masyarakat tentang pentingnya Posyandu dan manfaat kesehatan
anak, memerlukan upaya pendidikan dan sosialisasi yang lebih
intensif.
2. Pengelolaan Data yang Tidak Efisien: Kurangnya sistem yang
efisien dalam pengelolaan data, sehingga informasi kesehatan
anak tidak terkelola secara optimal.

Peluang (Opportunity) 1. Kerjasama dengan Pihak Eksternal: Peluang untuk menjalin


kerjasama dengan pihak eksternal, seperti organisasi non-
pemerintah (NGO) atau perusahaan lokal, untuk mendukung
pembiayaan dan pengadaan sumber daya.
2. Pelatihan dan Pendidikan Tambahan: Kesempatan untuk
mengadakan pelatihan dan pendidikan tambahan bagi tenaga
kesehatan dan kader serta masyarakat, guna meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam pencegahan penyakit dan
perawatan ibu-balita. Khususnya pada saat kegiatan penimbangan
dan pengukuran TB/BB Balita.
3. Pemanfaatan Teknologi Informasi:Pemanfaatan teknologi
informasi, seperti aplikasi mobile atau sistem informasi
kesehatan, untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan data dan
informasi.

Tantangan / Ancaman 1. Perubahan Kondisi Sosial dan Ekonomi: Ancaman terkait


(Threatness) dengan perubahan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang
dapat mempengaruhi partisipasi dan dukungan terhadap kegiatan
Posyandu.
2. Ketidaksetaraan Akses: Ancaman terkait dengan
ketidaksetaraan akses, terutama bagi keluarga yang tinggal di
daerah terpencil atau sulit dijangkau.

3. Permasalahan Kelompok
Permasalahan utama di posyandu Kembang Harapan ini kesempatan untuk
mengadakan pelatihan dan pendidikan tambahan bagi tenaga kesehatan dan
kader serta masyarakat, guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam pencegahan penyakit dan perawatan ibu-balita. Khususnya pada saat
kegiatan penimbangan dan pengukuran TB/BB Balita. Selain itu juga
terbatasnya sumber daya keuangan yang dapat menghambat pelaksanaan
kegiatan yang lebih bervariasi dan kurangnya sistem yang efisien dalam
pengelolaan data, sehingga informasi kesehatan anak tidak terkelola secara
optimal.

Solusi Permasalahan

1. Kampanye sosialisasi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,

2. Mencari pendanaan tambahan melalui kerjasama dengan pihak eksternal,

3. Memperbarui sistem pengelolaan data untuk meningkatkan efisiensi.

4. Melakukan pelatihan penggunaan alat ukur (Tb, Bb dan meltine) pada kader.
Pelatihan dapat dilakukan oleh bidan desa atau petus puskesmas langsung.
Sehingga kader posyandu Kembang Harapan benar-benar terlatih dan
terampil sehingga hasil pengukuran akurat
Tabel. 2 Gambaran prioritas permasalahan, solusi permasalahan dan target
luaran

No Prioritas Masalah Solusi Permasalahan Target Luaran

1 Kesalahan pengukuran Mengadakan pelatihan dan Tenaga kesehatan dan kader yang
tinggi badan pendidikan tambahan bagi terampil
tenaga kesehatan dan
masyarakat, guna
meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan dalam
pencegahan penyakit dan
perawatan balita.

Kurangnya Mengadakan kampanye Meningkatnya tingkat partisipasi


Pemahaman edukasi dan sosialisasi yang ibu-ibu balita dalam kegiatan
Masyarakat: Banyaknya intensif kepada masyarakat Posyandu, terlihat dari jumlah
ibu-ibu balita yang untuk meningkatkan peserta yang aktif mengikuti
belum sepenuhnya pemahaman tentang pemeriksaan dan kegiatan
memahami pentingnya pentingnya kesehatan balita edukasi.
kesehatan balita dan dan manfaat Posyandu.
manfaat Posyandu.
Pengelolaan Data yang Pemanfaatan teknologi Keberhasilan dalam pengolahan
Tidak Efisien: informasi, seperti aplikasi data hasil pemeriksaan kesehatan
Kurangnya sistem yang mobile atau sistem informasi anak, misalnya data hasil
efisien dalam kesehatan, untuk pemeriksaan antropometri dan
pengelolaan data, meningkatkan efisiensi data lainnya.
sehingga informasi pengelolaan data dan
kesehatan anak tidak informasi.
terkelola secara optimal.

4. Metode Pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan:

a. Pihak puskesmas mengecek permasalahan yang terjadi dilapangan yaitu


kesalahan dalam melakukan pengukuran tinggi badan dan menanyakan
kenapa kesalahan tersebut bisa terjadi
b. Menentukan waktu untuk melakukan perteuan sekaligus pelatihan
penggunaan alat antropometri (Tb, Bb dan metline) pada kader

c. Melakukan evaluasi terhadap kader pasca dilakukan pelatihan

Tabel 3. Gambaran partisipasi masyarakat, evaluasi dan keberlanjutan


program

No Nama Kegiatan Partisipasi masyarakat Evaluasi dan keberlanjutan

1 Posyandu Balita Belum dilaksanakan Belum dilaksanakan


Kembang Harapan

5. Planning Of Action
No Nama Kegiatan Rencana Bentuk Kegiatan Sasaran/ Peserta

Waktu

1 Posyandu Balita 03 Maret 2024 Pemaparan materi dan Kader kesehatan


Kembang Harapan pelatihan secara langsung Kembang
Harapan

6. Simpulan dan Rekomendasi


Posyandu adalah kegiatan yang dikelola dang diselenggarakan oleh
masyarakat sebagai upaya kesehatan untuk mempercepat penurunan AKI dan
AKB. Kegiatan posyandu balita merupakan pelayanan kesehatan kepada balita
dan anak dengan melakukan penimbangan Berat badan (BB), Panjang
badan/Tinggi Badan (PB/TB), dan lingkar kepala (LK) secara rutin setiap satu
bulan sekali, agar bisa dipantau pertumbuhan dan perkembangan balita dan
anak. Kegiatan posyandu balita ini bertujuan untuk memberikan layanan
kesehatan balita dan anak, meliputi imunisasi, pemberian makanan tambahan,
dan penyuluhan tentang kesehatan balita dan anak.

Diharapkan terdapat pelatihan yang dilakukan untuk kader kesehatan yang


bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader.

7. Daftar Pustaka
Kemenkes RI. Panduan Posyandu. Kementrian Kesehat RI. Published 2012:1-
33.

Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Jakarta,


2006.

Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat, Jakarta, 2010.

PROGRAM POPM (Pemberian obat pencegah massal) cacing


1. Analisis situasi

World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa 1,5


milyar populasi di seluruh dunia mengalami infeksi STH. Prevalensi
infeksi STH di Indonesia tergolong dalam kategori tinggi, terutama pada
penduduk dengan sanitasi yang buruk, dengan data yang bervariasi
antara 2,5% - 62% (PERMENKES, 2017 dalam (Elmiyanti et al., 2022).
Penelitian di 10 provinsi di Indonesia menyebutkan bahwa angka
kejadian infeksi oleh Ascaris lumbricoides senilai lebih dari 70%
ditemukan antara lain di beberapa desa di Sumatera (78%), Kalimantan
(79%), Sulawesi (88%), Nusa Tenggara Barat (92%) dan Jawa Barat
(90%) (Tapiheru & Zain, 2021).

Infeksi Soil Transmitted Helminth (STH) atau penyakit


kecacingan merupakan salah satu penyakit yang paling umum terjadi di
seluruh dunia. Penyakit ini ditularkan oleh telur cacing yang berada di
dalam tinja manusia yang dapat mencemari tanah di suatu tempat
dengan sanitasi yang buruk. Spesies yang sering menginfeksi manusia
adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris
trichiura) dan cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale) (WHO, 2022).

WHO memperkirakan 42% sasaran beresiko cacingan di dunia


berada di regional negara Asia tenggara. Gambaran epidemiologi
cacingan di Indonesia menunjukkan penularan masih terjadi di pedesaan
maupun perkotaan.

Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2023 bahwa evaluasi


pasca pemberian obat cacing dari tahun 2017 hingga tahun 2021
menunjukkan bahwa terdapat 66 kabupaten/kota yang memiliki
prevalensi cacingan di bawah 5%, dan 26 kabupaten/kota yang memiliki
prevalensi cacingan diatas 10% (Kementerian Kesehatan, 2023).

Eliminasi Filariasis dan Pengendalian Penyakit Kecacingan.


Menurut Riskesdas tahun 2018, prevalensi Filariasis nasional adalah
0,8%. Angka ini sama dengan angka di Provinsi Jawa Tengah,
sedangkan di DIY lebih rendah (Jawa Tengah: 0,8%; DIY: 0,5%). Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2021 menunjukkan bahwa Provinsi Jawa
Tengah menduduki urutan ke-6 tertinggi jumlah kasus filariasis di
Indonesia (405 kasus), berbanding terbalik dengan DIY yang menempati
urutan ke-2 terendah (2 kasus). Pada tahun 2021, terdapat dari 9
Kabupaten/Kota endemis filariasis di Jawa Tengah, 5 atau 55,6% di
antaranya masih melaksanakan POPM, serta 4 atau 44,4%
kabupaten/kota yang berhasil menurunkan Mf rate.

Untuk mengatasi permasalahan cacingan Kementerian Kesehatan


melakukan kebijakan untuk Penanggulangan Cacingan dengan
memutuskan mata rantai penularan Cacingan. Upaya pemutusan rantai
penularan Cacingan yaitu 1) pemberian obat massal pencegahan
Cacingan pada nak usia 12 bulan sampai 12 tahun 2) peningkatan
higiene sanitasi, dan 3) pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat
melalui promosi kesehatan.

Keberhasilan program Penanggulangan Cacingan sangat


ditentukan oleh dukungan seluruh jajaran lintas sektor baik Pemerintah
di Pusat maupun Daerah serta dukungan seluruh lapisan masyarakat.
Untuk mendapat dukungan dari lintas sektor dan lintas program terkait
dalam mensukseskan pelaksanaan POPM (pemberian Obat
pencegahan Masal) Cacingan di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun
2019, Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta telah
melaksanakan pertemuan Advokasi dan sosialisasi tingkat DIY, tingkat
kabupaten kota serta Advokasi dan sosialisasi dengan warga sekolah
(Dinkes, 2019).

Strategi dalam mewujudkan target program Penanggulangan


Cacingan adalah meliputi:

a. meningkatkan komitmen Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah


untuk menjadikan program Penanggulangan Cacingan sebagai
program prioritas;

b. meningkatkan koordinasi lintas program, lintas sektor, dan peran


serta masyarakat dengan mendorong kemitraan baik dengan
kelompok usaha maupun lembaga swadaya masyarakat;

c. mengintegrasikan kegiatan Penanggulangan Cacingan dengan


kegiatan POPM Filariasis, penjaringan anak sekolah, usaha
kesehatan sekolah, dan pemberian vitamin A di posyandu dan
pendidikan anak usia dini serta menggunakan pendekatan keluarga;

d. mendorong program Penanggulangan Cacingan masuk dalam


rencana perbaikan kualitas air serta berkoordinasi dengan
kementerian yang bertanggung jawab dalam penyediaan sarana air
bersih;
e. melakukan sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat di pendidikan
anak usia dini dan sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah; dan

f. melakukan pembinaan dan evaluasi dalam pelaksanaan


Penanggulangan Cacingan di daerah.

2. Analisis SWOT

KEKUATAN / POTENSI KENDALA / KELEMAHAN

(Strengthness) (Weakness)

1. Mempunyai sumber daya 1. Sumber daya terbatas:


manusia (SDM) yang Puskesmas mungkin
berpotensi dibidangnya menghadapi tantangan dalam
yaitu Tenaga Kesehatan dan hal pendanaan terbatas,
Kader yang Kompeten. peralatan, dan persediaan
2. Kegiatan yang sudah medis yang mempengaruhi
terjadwal dengan baik dan kualitas dan ketersediaan
tepat sasaran. layanan.
3. Dukungan dari pemerintah:
2. Masalah kepegawaian:
puskesmas didukung oleh
puskesmas mungkin saja
pendanaan dan kebijakan
kekurangan tenaga
pemerintah, yang dapat
Kesehatan, yang
memberikan stabilitas dan
menyebabkan peningkatan
sumber daya bagi
beban kerja dan
operasionalnya.
kemungkinan penundaan
dalam pelayanan.

3. Keterbatasan infrastruktur:
puskesmas mungkin
mempunyai fasilitas yang
kurang memadai, sehingga
sulit untuk mengakomodasi
populasi pasien yang semakin
bertambah.

PELUANG (Opportunity) TANTANGAN /


ANCAMAN
 Program yang terencana
mampu diaplikasikan di (Threatness)
masyarakat dengan
 puskesmas sangat
adanya kerjasama dari
bergantung pada pendanaan
pihak ketiga seperti kader,
pemerintah, yang dapat
dan Guru sekolah.
terkena pemotongan
 Promosi Kesehatan dan
anggaran atau perubahan
Pendidikan: puskesmas
politik, yang berpotensi
dapat memanfaatkan
mempengaruhi ketersediaan
peluang untuk mendidik
sumber daya.
Masyarakat tentang
 Tidak semua anak bisa
Langkah-langkah
menerima obat cacing yang
Kesehatan preventif, gaya
diberikan oleh petugas
hidup sehat, dan
Kesehatan dikarenakan
pengelolaan penyakit
kondisi anak sedang sakit
untuk mengurangi beban
batuk maupun pilek. Oleh
penyakit.
karena itu perlu adanya
 Keterlibatan Masyarakat
bantuan dari kader, guru
dan kemitraan: puskesmas
sekolah serta orangtua dalam
dapat bekrja sama dengan
membantu pemebrian obat
organisasi Masyarakat
cacing kepada anak dan
setempat, untuk
Tingkat kehadiran balita di
meningkatkan pelayanan Posyandu yang rendah
dan memperluas karena orangtuanya kerja.
jangkauan layanan
Kesehatan yang tersedia.

3. Permasalahan kelompok

a. Banyaknya pasien di Puskesmas yang harus terlayani


pada satu kali waktu pelayanan dan kekurangan tenaga
kesehatan sehingga jam kerja tenaga yang terlibat pada
kegiatan pemberian obat cacing berakhir tidak pasti di
Puskesmas yang mengakibatkan bisa terjadi
keterlambatan datangnya tenaga tersebut ke lokasi yaitu
tempat pemberian obat cacing.

b. Tidak semua orangtua anak bisa menerima obat cacing


yang diberikan oleh petugas Kesehatan dengan beberapa
alasan, dikarenakan obat cacing itu sendiri memiliki
beberapa efek samping pada anak seperti mual, muntah,
pusing, diare. Tergantung imunitas tubuh masing-masing
anak.

Solusi permasalahan
a. Koordinasi dengan kader serta guru sekolah untuk bisa
melakukan kegiatan pemberian obat cacing terlebih
dahulu ketika petugas puskesmas berhalahangan hadir
dalam kegiatan.
b. Petugas Kesehatan melakukan pendekatan kepada
orangtua serta menjelaskan kepada orangtua pentingnya
bagi anak untuk minum obat cacing, menjelaskan
manfaat, efek samping, tanda gejala efek samping serta
cara mengatasi efek samping dari obat cacing itu sendiri.
dan anak yang tidak bisa hadir dalam pemberian obat
cacing, petugas dapat menitipkan obat cacing kepada
guru, kader untuk anak yang tidak dapat hadir.

No Prioritas Solusi
Target luaran
permasalahan permasalahan

1. Banyaknya pasien di Puskesmas


yang harus terlayani pada satu
Koordinasi dengan kader Dengan adanya
kali waktu pelayanan dan
serta guru sekolah untuk kerjasama antara
kekurangan tenaga kesehatan
bisa melakukan kegiatan anggota puskesmas
sehingga jam kerja tenaga yang
pemberian obat cacing dengan kader dan
terlibat pada kegiatan pemberian
terlebih dahulu ketika guru dapat
obat cacing berakhir tidak pasti
petugas puskesmas mengakomodasikan
di Puskesmas yang
berhalahangan hadir pelayanan kegiatan
mengakibatkan bisa terjadi
dalam pemerian obat pemberian obat
keterlambatan datangnya tenaga
cacing. cacing dengan baik.
tersebut ke lokasi yaitu tempat
pemberian obat cacing.

2. Tidak semua anak bisa Bekerjasama dengan Dengan adanya


menerima obat cacing yang kader, guru dan orangtua kerjasama antara
diberikan oleh petugas dalam memberikan obat anggota puskesmas
Kesehatan. Oleh karena itu perlu cacing kepada anak yang bersama kader, dan
adanya bantuan dari kader, guru tidak mau minum obat guru, serta orangtua
sekolah serta orangtua dalam cacing serta untuk anak dapat mengatasi
membantu pemebrian obat yang tidak bisa hadir masalah.
cacing kepada anak dan anak dalamsss pemberian obat
yang tidak hadir pada saat cacing, petugas dapat
pembagian obat cacing karena menitipkan obat cacing
terhalang dalam berbagai hal kepada guru, kader untuk
contohnya ketika sakit, dll. anak yang tidak dapat
hadir.

4. Metode Pelaksanaan

No Nama Partisipasi Evaluasi dan

Kegiatan masyarakat Keberlanjutan

1 Program POPM Kader, guru sekolah Kerjasama antar petugas


(Pemberian obat puskesmas dan kader, guru
pencegah sekolah dapat merealisasikan
massal) kegiatan dengan baik dan
Cacingan. dapat diterima oleh sasaran
Program POPM (Pemberian
obat pencegah massal)
Cacingan dengan itu
kegiatan ini dapat terus
meningkatkan kualitas
pelayanan.
5. Planning Of Action

Rencana
No Nama Kegiatan Bentuk Kegiatan Sasaran/ Peserta
Waktu

1 Program POPM 08.00 - 10.00 WIB Pemberian obat cacing Balita, Anak
(Pemberian obat prasekolah
pencegah massal)
Cacingan

POSYANDU LANSIA

1. Analisis Situasi
Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis.
Dengan berubahnya penampilan, menurunnya fungsi panca indra
menyebabkan lanjut usia merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa
tidak berguna lagi. Masalah ekonomi yang dialami orang lanjut usia adalah
tentang pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan sandang,
pangan, perumahan, kesehatan, rekreasi dan sosial. Dengan kondisi fisik dan
psikis yang menurun menyebabkan lansia kurang mampu menghasilkan
pekerjaan yang produktif. Di sisi lain mereka dituntut untuk memenuhi
berbagai macam kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin meningkat dari
sebelumnya, seperti kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan
kesehatan secara rutin, perawatan bagi yang menderita penyakit ketuaan dan
kebutuhan rekreasi.

Didalam posyandu lansia ini, para lansia dilayani dan diberi kemudahan
dalam pemeriksaan kesehatan mereka. Mereka hanya diminta dating tanpa
dipungut biaya sama sekali, begitu juga dengan lansia yang sudah tidak
sanggup lagi untuk berjalan jauh akan diantar ke tempat pelayanan oleh kader.
2. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu metode yang digunakan untuk memahami
kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan
ancaman (Threats) yang memengaruhi suatu entitas, baik itu organisasi, proyek,
atau individu. Analisis ini membantu dalam merinci faktor internal dan
eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja atau tujuan yang ingin dicapai.
Berikut adalah penjelasan tentang setiap elemen dalam analisis SWOT:

Analisis SWOT membantu organisasi untuk memiliki wawasan yang


lebih baik tentang posisi mereka di pasar atau dalam konteks tertentu. Ini dapat
menjadi alat yang berguna dalam perencanaan strategis, pengembangan produk,
pengambilan keputusan, dan manajemen risiko. Mengacu dari kajian diatas
dapat dirumuskan temuan dari analisis SWOT pada Posyandu Lansia di dusun
Wirokersebagai berikut:

SWOT Analisis situasi

Kekuatan / Potensi 4. Adanya dukungan dari kelurahan dan Puskesmas


(Strengthness) Banguntapan II
5. Adanya anggota kader dalammenginformasikan
kepada anggota untuk ikut penyuluhan, cek Kesehatan
yang diadakan oleh puskesmas dan pembentukan
posyandu lansia.
6. Tersedianya tempat dan waktu
7. Adanya penerimaan warga mengenai posyandu lansia.

Kendala / Kelemahan Kurangnya pemahaman lansia mengenai pentingnya


(Weakness) posyandu lansia yang dapat menghambat pelaksanaan
kegiatan posyandu.

Peluang Memberikan pengetahuan tentang manajemen


(Opportunity) posyandu lansia, dan tata cara komunikasi terhadap
lansia.

Tantangan / Ancaman Dibutuhkan dukungan yang sangat besar dari apparat


(Threatness) pemerintah setempat dan petugas Kesehatan dalam
tindak lanjut program serta dibutuhkannya kesadaran
yang tinggi dari masyarakat untuk memanfaatkan
fasilitas yang ada serta program yang telah dibuat.

3. Permasalahan Kelompok
Permasalahan utama yang dihadapi oleh kelompok yaitu pada penggunaan
bahasa yang berbeda membuat kurang berhasilnya komunikasi antara
mahasiswa dan lansia pada saat posyandu berlangsung. Adapun
permasalahan utama di posyandu lansia dusun wirokerten ini yaitu jarak
rumah dengan lokasi posyandu yang relative sedikit jauh jika ditempuh
dengan berjalan kaki. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar
untuk ke posyandu lansia. Dukungan keluarga sangat berperan dalam
mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu
lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat untuk lansia dan mengingatkan
lansia jika lupa jadwal posyandu.

Solusi Permasalahan

1) Sosialisasi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dan keluarga

2) Melakukan penjemputan oleh kader kepada lansia yang rumah nya jauh
dari lokasi posyandu lansia.

Tabel. 2 Gambaran prioritas permasalahan, solusi permasalahan dan target


luaran

No Prioritas Solusi Permasalahan Target


Masalah Luaran

Pengetahuan Mengenai rendahnya pengetahuan Lansia


lansia yang terhadap pentingnya posyandu lansia,
rendah maka solusi untuk hal tersebut yaitu
tentang dilakukan penyuluhan mengenai hal-hal
manfaat yang diperiksa seperti pemeriksaan fisik
posyandu (BB,TB,Tekanan darah, dan lingkar
perut), Pemeriksaan laboratorium
sederhana seperti pemeriksaan kadar asam
urat,gula darah dan kolesterol,
pemeriksaan status gizi. Hal tersebut harus
disampakan kepada lansia bahwa
pemeriksaan ini sangat penting untuk
mengetahui kondisi Kesehatan yang
sedang dialami agar dapat diberikan
penanganan untuk mengobati dan
meminimalisir terjadinya komplikasi yang
tidak diinginkan.

Jarak rumah Jarak posyandu yang dekat akan membuat Tenaga


dengan lokasi lansia mudah menjangkau posyandu tanpa kesehatan
posyandu harus mengalami kelelahan atau dan kader
yang relative kecelakaan fisik karena penurunan daya
jauh jika tahan atau kekuatan fisik tubuh.
ditempuh Kemudahan dalam menjangkau lokasi
dengan jalan posyandu ini berhubungan dengan
kaki keamanan atau keselamatan bagi lansia.
Jika lansia merasa aman atau merasa
mudah untuk menjangkau lokasi posyandu
tanpa harus menimbulkan kelelahan atau
masalah yang lebih serius, maka hal ini
dapat mendorong minat atau motivasi
lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.
Dengan demikian, keamanan ini
merupakan eksternal dari terbentuknya
motivasi untuk menghadiri posyandu
lansia. Solusi untuk lansia yang memiliki
jarak yang jauh dan kondisi Kesehatan
nya

Kurangnya Dukungan keluarga sangat berperan dalam Masyarakat


dukungan mendorong minat atau kesediaan lansia dan
keluarga untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. keluarga
untuk Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi
mengantar lansia apabila selalu menyediakan diri
maupun untuk mendampingi atau mengantar lansia
mengingatkan ke posyandu, mengingatkan lansia jika
lansia untuk lupa jadwal posyandu, dan berusaha
datang ke membantu mengatasi segala permasalahan
posyandu. kesehatan lansia.

4. Metode Pelaksanaan
No Nama kegiatan Partisipasi Evaluasi dan
Masyarakat Keberlanjutan

1 Program posyandu Dokter, bidan, Dokter, bidan dan kader


lansia dan kader dan lansia bekerjasama dengan
baik saat posyandu
lansia berlangsung.
Posyandu dilakukan di
aula pantai cemara
sewu, posyandu
dilakukan guna skrining
Kesehatan dan berjalan-
jalan ke pantai cemasa
sewu.

5. Nama Kegiatan
No Nama Kegiatan Rencan Bentuk Kegiatan Sasaran/
a Peserta

Waktu

1 Posyandu lansia 17 Maret 2024 Cek Kesehatan Kader dan lansia


dan jalan-jalan ke (Asam urat, dusun
08.00-11.30 WIB
pantai cemara kolesterol dan wirokerten
sewu. gula darah)
BAB III PEMBAHASAN
Evaluasi revitalisasi posyandu dan pelatihan kader melihat beberapa aspek
yaitu jumlah kader yang aktif setelah revitalisasi, motivasi kader, insentif yang
diterima oleh kader, sarana prasarana yang ada di posyandu, kegiatan posyandu,
pembinaan posyandu, pelatihan kader, frekuensi dan materi pelatihan kader.
Dalam pelaksanaanya, tujuan kegiatan posyandu lebih diarahkan pada upaya
untuk menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran,
sedangkan tingginya angka kematian ibu sangat erat kaitannya dengan kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan reproduksi dan pemeriksaan
kesehatan selama kehamilan. Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan
dasar yang memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita sehingga
dapat mendetksi secara dini masalah kesehatan yang terjadi pada bayi adan balita,
sehingga mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat (Depkes,2006).

Beberapa kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran, perubahan hasil


pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan, serta analisis dan asumsi yang
keliru yang biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang tidak cukup,
kesalahan alat dan kesulitan pengukuran (Susilowati, 2018). Apabila pengukuran
tidak dilakukan dengan benar dan terjadi kesalahan pengukuran, maka tidak akan
menutup kemungkinan tenaga kesehatan dapat salah mendiagnosa seorang anak
yang sehat, masuk dalam kategori mengalami kekerdilan atau stunting.
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri ini sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari
berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini
biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti
lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Depkes, 2007).

Salah satu indikator untuk mengetahui kasus stunting adalah berdasarkan


tinggi badan anak. Masalahnya, alat ukur manual yang dipakai selama ini belum
tentu tingkat keakuratannya dipertanyakan. Padahal kesalahan dalam mengukur
tinggi badan anak, selisih 1 cm saja, dapat memengaruhi angka stunting di daerah.
Anak yang harusnya tak masuk kategori stunting, bisa tercatat stunting hanya
karena pengukuran yang keliru.

Jumlah total posyandu balita yang ada diwilayah kerja Puskesmas


Banguntapan II yaitu 47 posyandu yang terbagi kedalam 4 desa, yaitu Desa
Tamanan, Wirokerten, Singosaren dan Jagalan. Untuk evaluai program posyandu
ini dilaksanakan di posyandu Kembang Harapan. Total bayi baita yang terdapat di
posyandu tersebut ada 29 orang anak. Pelaksanaan posyandu sering dikenal
dengan sebutan sistem lima meja, dimana masing-masing meja mempunyai
kegiatan yang khusus yaitu meja satu (pendaftaran), meja dua (penimbangan),
meja tiga (pencatatan), meja empat (penyuluhan) dan meja lima (pelayanan
kesehatan) dan hal tersebut sudah diterapkan di Posyandu Kembang Harapan.
Dari hasil pengamatan terdapat beberapa hal ketidaksesuaian yang ditemukan,
yaitu data pengukuran tinggi badan anak yang mengalami penurunanan dalam
waktu 3 bulan ini. Setelah dilakukan pengukuran ulang sudah didapatkan hasil
yang sesuai dengan keadaan anaknya. Kader menjawab hasil pengukuran yang
tidak sesuai tersebut dikarenakan perbedaan orang yang melakukan pengukuran,
perbedaan alat yang digunakan dan kondisi ketenangan anak sehingga
mempengaruhi hasil pengukuran. Dan setelah dilakukan wawancara dengan
pengelelola kader posyandu di Puskesmas Banguntapan II didapatkan bahwa rata-
rata umur kader kesehatan yang terdapat di Posyandu Kembang Harapan adalah
berumur 35 tahun dan sering dilakukan kegiatan pelatihan atau kegiatan sharing
ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh pihak puskesmas Banguntapan II, kegiatan
tersebut dilakukan minimal 2 bulan sekali. Kegiatan tersebut bertujuan untuk
menambah pengetahuan, keterampilan dan wawasan kader posyandu, selain itu
juga tempat untuk saling bertukar informasi terkait dengan kondisi posyandu atau
kondisi anak, bayi, balita dan pihak puskesmas mengetahui kondisi dan masalah
dilingkungan tersebut sehingga mencari solusi untuk penyelesainnya.

Posyandu lansia merupakan suatu wadah untuk kegiatan lanjut usia di


masyarakat. Posyandu lansia yang memiliki faktor pendukung dan penghambat
baik secara ekstern dan intern. Partisipasi di dalam masyarakat sangat penting
dengan adanya keikutsertaan warga masyarakat dalam mengikuti kegiatan yang
diadakan oleh kelompok-kelompok sosial.Partisipasi lanjut usia dapat berasal dari
dalam individu dan dari luar individu. Dari dalam berasal dari individu sendiri
yaitu kesadaran, pengetahuan dan tanggung jawab. Dari luar meliputi kader
(pengurus) serta teman-teman yang selalu mendukung partisipasi lanjut usia untuk
mengikuti lansia. Posyandu lansia pada Puskesmas Banguntapan II sudah sangat
baik, tenaga kesehatan seperti bidan dan perawat turun langsung ke lapangan pada
saat dilakakukan nya posyandu lansia. Tenaga kesehatan sudah sangat baik,
namun ada sedikit kendala atau hambatan yang terjadi yaitu kurang kesiapan dari
kader. Contohnya kader yang sudah lanjut usia terkadang salah pada saat
penulisan hasil pemeriksaan yang akan membuat hasil kesehatan lansia menjadi
berbeda diagnosis dan penanganannya, namun walaupun begitu untuk semangat
dari para kader sudah sangat baik. Partisipasi dari para lansia diberbagai tempat
posyandu berbeda-beda, ada yang bersemangat dan ada pula yang tidak. Kondisi
tersebut bisa terjadi karena faktor internal dan faktor eksternal, contohnya seperti
kondisi lansia yang sudah lemah yang terkadang tidak dapat emmungkinkan untuk
ikut serta dalam posyandu lansia, kondisi cuaca yang kadang tidak menentu
seperti hujan, dan ada sebagian pihak keluarga yang tidak mendukung lansia
untuk ikut serta dalam posyandu.

Hal ini sesuai dengan penelitian Juniardi (2014) menyatakan bahwa juga dukungan
keluarga sangat berperan dalam mendorong minat dan kesediaan lansia untuk ikut
kegiatan posyandu lansia, sehingga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia
apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke
posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu dan berusaha
membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia. Keluarga juga
merupakan support sistem dalam menjaga dan mempertahankan kesehatan lansia.

Program POPM (Pemberian obat pencegah massal) yaitu program


pemberian obat cacing pada anak, program ini adalah salah satu program
pemerintah yang wajib dilaksankan. Tujuannya untuk membebaskan atau
menurunkan angka penyakit cacingan dan antisipasi penularan penyakit kaki
gajah (filariasis) pada anak usia prasekolah dan anak usia sekolah melalui
pemerian obat cacing terintegrasi.

Penyakit cacing atau biasa disebut cacingan masih di anggap sebagai hal
spele oleh Sebagian Masyarakat indonseia. Padahal jika dilihat dari dampak
jangka Panjangnya, kecacingan menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi
penderita dan keluargnya. Kerugian akibat cacingan tidak terlihat secara langsung,
karena itu penyakit ini sering dianggap sepele oleh Masyarakat. Kecacingan dapat
menyebabkan anemia (kurang darah), berat bayi lahir rendah, gangguan ibu
bersalin, lemas, mengantuk, malas belajar, IQ menurun, Prestasi dan produktivitas
menurun. Jenis cacing yang banyak menyerang adalah cacing gelang (Ascaris
Lumbricoides), cacing tambang (Ankylostoma Duodenale dan Necator
Americanus), dan cacing cambuk (Trichuris Trichuria. Penyakit ini pada
umumnya menyerang pada anak-anak karena daya tahan tubuhnya masih rendah
(Dinas Kesehatan DIY, 2019).

Infeksi cacingan bisa menyerang usia berapapun, dan anak-anak masih


memiliki resiko paling tinggi terserang penyakit ini sebab anak-anak masih suka
bermain disegala tempat termasuk yang bisa jadi menjadi terkontaminasi berbagai
bibit penyakit.

Untuk mengatasi permasalahan cacingan Puskemas Banguntapan II ikut


andil menjalankan program pemerintah dalam Penanggulangan Cacingan dengan
memutuskan mata rantai penularan Cacingan.Upaya pemutusan rantai penularan
Cacingan yaitu 1) pemberian obat massal pencegahan Cacingan pada nak usia 12
bulan sampai 12 tahun disetiap sekolah 2) peningkatan higiene sanitasi, dan 3)
pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat melalui promosi kesehatan.

Tempat pelaksanaan Pemberian obat cacing ini di laksanakan di posyandu,


PAUD, TK dan SD yang berada di Wilayah kerja puskesmas Banguntapan II.
Pemberan obat cacing tersebut dilakukan rutin setiap satu tahun sekali meskipun
kota Yogyakarta bukan merupakan wilayah endemik penyakit kaki gajah. Obat
cacing yang diberikan adalah obat cacing yang mengandung albendazole, karena
nilai ampuh untuk mencegaj infeksi cacing, pemberian obat cacing massal secara
gratis.

Menurut penelitian (Sarjono.dkk,2020) menyatakan bahwa Albendazole


merupakan obat oral spektrum luas. Obat ini efektif terhadap cacing kremi, cacing
tambang dan ascariasis. Obat ini bekerja menghambat pembentukan mikrotubulus.

Menurut Teori obat cacing dapat memberikan efek samping yang berbeda-
beda, Adapun efek samping setelah minum obat cacing secara umum yaitu
mual ,diare,pusing, sakit perut.

Total cakupan tempat pelaksanaan Pemberian obat cacing yang berada di


Wilayah kerja puskesmas Banguntapan II sejumlah 89 tempat, yaitu posyandu
sebanyak 47, TK sebanyak 22, SD sebanyak 20.

Tempat pelaksanaan Pemberian obat cacing ini di laksanakan di posyandu


yang berada di Wilayah kerja puskesmas Banguntapan II Yang pertama ada Desa
Jagalan, terdapat ada lima posyandu yang dilakukan pemberian obat cacing yaitu:
1) Posyandu Bintang Blok D RW V Bodon 2) Citran Tunas mekar Blok C2 RW
IV Bodon 3) Kuntum Harapan Blok A RW I Sayangan 4) Ngesti Yogyakarta Blok
C1 RW III Bodon Jagalan 5) Tunas Harapan Blok B RW II Sayangan. Kedua ada
Desa Singosaren, terdapat ada 4 posyandu yang dilakukan pemberian obat cacing
di Desa Singosaren yaitu 1) Buana Sari Sewoyan 2) Candrasari Singosaren III 3)
Kartika Sari Singosaren I 4) Surya Sari Sarirejo II. Ketiga ada Desa Wirokerten,
terdapat ada 17 posyandu yang dilakukan pemberian obat cacing di Desa
Wirokerten. Kelima ada Desa Tamanan, terdapat ada 21 posyandu yang dilakukan
pemberian obat cacing di Desa Tamanan.

Tempat pelaksanaan Pemberian obat cacing ini juga di laksanakan di


Sekolah TK yang berada di Wilayah kerja puskesmas Banguntapan II. terdapat
ada 22 TK yang dilakukan pemberian obat cacing yaitu: 1) TK pertiwi 25
Glondong 2) TK Mutihan 3) TK Al islamiyah Grojogan 4) TK Aba Kepuh Wetan
5) TK Darul Ilmi Samp 6) TK Embun Kepuh Wetan 7) TK Al qudwah 8) TK
Tahfiz Alqur’an Jamilurrohman 9) TK Pertiwi 24 Samp 10) TK PKK Bakti
Tamanan 11) TK Pertiwi Tamanan 12) TK Bakti Baitulssalam 13) TK Aba
Kauman 14) TK Honocoroko Tamanan 15) TK Aba Kragilan 16) TK Alqudwah
Tam 17) TK Aba Glagah 18) TK Kibar 19) Daycare Alifah 20) TK LKMD
Singosaren 21) TK Aba Anisa 22) TK Aba Bodon. Adapun Tempat pelaksanaan
Pemberian obat cacing ini juga di laksanakan di Sekolah SD yang berada di
Wilayah kerja puskesmas Banguntapan II. Terdapat 20 sekolah SD yang dilakukan
pemberian obat cacing oleh petugas Puskesmas Banguntapan II, yaitu: 1) SD Muh
bodon 2) SDN Tamanan 3) SDN Grojogan 4) MI Al Islamiyah grog 5) SDN
Sampangan 6) SDN Wirokerten 7) Singosaren 8) SD Muh Bodon 9) SD Tamanan
10) SD Grojogan 11) MI Islamiyah Grojogan 12) SD Sampangan 13) SD
Wirokerten 14) SD Singosaren 15) SD AL Qudwah 16) SD Telaga Ilmu 17) SD
Mutihan 18) MTQ Jamillurohman 19) SD Diniyah Singosaren 20) SLB
Qotrunnada.

Puskesmas banguntapan II juga menyampaikan untuk menghindari anak


dari sumber penularan cacingan menerapkan PHBS yaitu dengan cara mencuci
tangan dengan sabun baik itu setelah BAB, setelah mencebok Anak, sebelum
menyiapkan makanan, sebelum makan, dasn lain-lain. Selain itu biasakan minum
air bersih atau air matang yang sudah direbus.

Hal ini sesuai dengan penelitian (M. Jamilatun, 2019) menyatakan bahwa
berbagai Upaya perlu dilakukan untuk mencegah kejadian kecacingan dan anemia
dengan peningkatan kebersihan diri dapat dilakukan dengan mencuci tangan
deangan bersih dan benar. Melakukan pemotongan kuku (M. A. S. Jamilatu, 2020).

Program POPM (pemberian obat pencegah massal) cacingan di Puskesmas


Banguntapan II sudah sangat baik, program pemberian obat cacing sudah di
jalankan dengan baik oleh petugas Kesehatan Puskesmas Bangun tapan II seperti
Bidan, Perawat, petugas gizi yang sudah ditugaskan langsung turun ke lapangan
melakukan pelaksanaan pemberian obat cacing kepada anak. Berdasarkan
informasi yang didapat, program pemberian obat pencegah massal kecacingan
sudah terlaksana dengan merata di seluruh wilayah kerja Puskesmas banguntapan
II. Akan tetapi ada beberapa kendala atau hambatan yang terjadi dalam
pelaksanaan program pemberian obat pencegah massal kecacingan khususnya di
sekolah dasar yaitu tidak semua anak bisa menerima obat cacing yang diberikan
petugas Kesehatan dengan alasan takut rasa obat cacingnya pahit dan juga ada
anak yang tidak bisa hadir dalam pemberian obat cacing. Beberapa Upaya untuk
mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan perencanaan obat
yang lebih baik, dan melakukan kerjasama antara anggota puskesmas dengan
kader dan guru dapat mengakomodasikan pelayanan kegiatan pemberian obat
cacing dengan baik. Tenaga Kesehatan/kader serta guru berperan penting dalam
pengawasan pada saat kunjungan untuk memastikan obat yang diberikan tidak
hanya diterima, tetapi juga diminum.
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Posyandu balita dapat memberikan pelayanan kesehatan dasar yang


memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita sehingga dapat
mendetksi secara dini masalah kesehatan yang terjadi pada bayi adan balita,
sehingga mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Tidak hanya
posyandu balita yang berjalan sesuai dengan peraturan mentri kesehatan,
program posyandu lansia juga sudah berjalan dengan baik. Meskipun
posyandu lansia sudah berjalan dengan baik, namun masih terdapat kendala
seperti kurangnya sarana dan prasarana, kesulitan transportasi, dan jarak yang
relatif jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki. Selain itu, dari factor lansia
masih ditemukan masalah rendahnya kehadiran lansia, kesadaran, dan
pengetahuan tentang posyandu lansia.

B. Saran

Diharapkan agar para kader posyandu tetap berperan aktif dalam pelaksanaan
program posyandu sehingga masyarakat mendapatkan pelyanan kesehatan
dasar yang memadai yang pada akhirnya dapat meningkatkan taraf kesehatan
ibu dan anak.

Anda mungkin juga menyukai