Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL

PENGABDIAN MASYARAKAT

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT


SENTING DALAM UPAYA PENCEGAHAN
STUNTING PADA ANAK
Oleh:
Kelompok 1
Maristika Rahma Ardianti F20034
Puput Lestari F20039
Zahra Kirana Firdausi F20054

Maria Margareta Sega F20062


Irfan Setiawan F20077

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN
POLITEKNIK INDONUSA
SURAKARTA
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Pengabdian Masyarakat : Tingkat pengetahuan masyarakat senting dalam upaya


pencegahan stunting pada anak.
Program Studi : Manajemen Informasi Kesehatan
Anggota Pengabdian : 5
Nama Mahasiswa yang : 1. Maristika Rahma Ardianti
Terlibat 2. Puput Lestari
3. Zahra Kirana Firdausi
4. Maria Margareta Sega
5. Irfan Setiawan
Lokasi Kegiatan Mitra : Kelurahan Senting Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali
Jangka Waktu : 1 Hari

Surakarta, 14 Desember 2022

Mengetahui/Menyetujui, Mengetahui/Menyetujui,
Dosen Pendamping I Dosen Pendamping II

Sri Suparti,S.K.M.,M.Kes(Epid) Wahyu Ratri Sukmaningsih, M.KM


NIDN. 0618087902 NIDN. 0615119401

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Terapan MIK

Wahyu Wijaya Widiyanto, M.Kom


NIDN. 0018098602

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, atas karunia yang dilimpahkan,
sehingga dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Senting Dalam Upaya Pencegahan Stunting Pada Anak” dengan
baik tanpa suatu halangan apapun dan dapat terlaksana dengan lancar. Akan
terselenggaranya kegiatan pengabdian masyarakat ini berkat kerjasama dan
dukungan berbagai pihak, sehingga sudah sepantasnya kami menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Dosen Pembimbing kami Ibu Sri Suparti, S.KM., M Kes(Epid) dan Ibu Wahyu
Ratri Sukmaningsih, M.KM yang telah memberikan izin kepada tim
pengabdian Mahasiswa Jurusan Manajement Informasi Kesehatan dalam
melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat.
2. Kelurahan Senting Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali yang telah
memberikan kami kesempatan untuk melakukan kegiatan pengabdian ini di
desa yang Bapak pimpin.
3. Rekan-rekan tim mahasiswa Jurusan Manajemen Informasi Kesehatan sebagai
pelaksana kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah melaksanakan
kegiatan ini dengan baik.
Akhir kata, kami berharap semoga hasil kegiatan pengabdian ini bermanfaat bagi
pengembangan pengetahuan mengenai Pencegahan Stunting

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...............................................................................................


KATA PENGANTAR .......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................................
A. Analisis Situasi ..............................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................
C. Nama dan Tema Kegiatan .............................................................................
D. Tujuan ............................................................................................................
E. Sasaran ...........................................................................................................
F. Pelaksanaan ....................................................................................................
G. Susunan Panitia ..............................................................................................
H. Susunan Acara................................................................................................
BAB 2 PERMASALAHAN DAN SOLUSI
A. Pengertian Stunting ........................................................................................
B. Faktor Yang Mempengaruhi Stunting ...........................................................
C. Tanda Dan Gejala Stunting ..........................................................................
D. Cara Mencegah Stunting...............................................................................
BAB 3 METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................
B. Metode .........................................................................................................
C. Sampel .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi
Anak-anak Indonesia adalah aset bangsa yang paling berharga
merekalah penentu masa depan. Anak merupakan investasi jangka panjang
dan memberi dampak besar pada masa depan Indonesia, yang dimana
keberlangsungan bangsa ini tergantung kondisi anak-anak pada saat ini
(UNICEF 2020).
Stunting (kerdil) suatu kondisi dimana balita memiliki panjang atau
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan yang seharusnya pada
usia balita tersebut. Kondisi ini diukur dengan parameter tinggi badan yang
lebih dari minus dua standar deviasi dari median standar pertumbuhan anak
yang ditetapkan oleh WHO. Kondisi stunting merupakan masalah gizi kronik
yang mana disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi
ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi.
Balita yang mengalami stunting seiring dengan pertambahan usia akan
mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang
optimal (WHO 2018).
Prevalensi stunting di Indonesia menurut data Riskesdas 2018 pada
balita masih 30,8% dan pada balita 29,9%. Data mengenai prevalensi
Stunting pada balita di Indonesia pada tahun 2010 dilaporkan sebanyak
35,6%, kemudian pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 37,2%
dan pada tahun 2018 mengalami penurunan menjadi 30,8% (Apriluana and
Fikawati 2018).
Berdasarkan data presentase kejadian stunting pada balita di Provinsi
Jawa Tengah pada tahun 2016 yang meliputi balita sangat pendek sebesar
4,80% dan balita pendek sebesar 13,33%. Kejadian stunting pada balita di
Jawa Tengah meningkat pada tahun 2017 yang meliputi balita sangat pendek
sebesar sebesar 7,90% dan balita pendek sebesar 20,60%. Pada tahun 2018
mengalami peningkatan presentase pada balita sangat pendek sebesar 13,9%

1
dan mengalami penurunan presentase pada balita pendek sebesar 19,4%
(Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten yang ada di
Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2018 di Kabupaten Boyolali dilaporkan
terdapat balita pendek atau stunting (TB/U) sebesar 10% kemudian pada
tahun 2019 prevalensi kejadian stunting di Kabupaten Boyolali menurun
menjadi 7,2%, akan tetapi pada tahun 2020 hingga bulan oktober prevalensi
kejadian stunting tersebut meningkat menjadi 9,26% menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Berdasarkan data tersebut dalam upaya
pencegahan stunting di Kabupaten Boyolali harus lebih diperhatikan
pelaksanaanya, agar angka kejadian stunting di Kabupaten Boyolali terus
menurun (Agiwahyuanto and Ernawati 2021).
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, menyatakan
bahwa kondisi stunting masih banyak dialami masyarakat di Kabupaten
Boyolali. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Boyolali melaksanakan
program pencegahan stunting yang akan di sosialisasikan kepada masyarakat.
Dengan melihat permasalahan mitra, maka tujuan pengabdian ini
adalah sesuai dengan program Pemerintah Kabupaten Boyolali yakni
memberikan pengetahuan dan informasi kepada masyarat khususnya di desa
Senting agar dapat mencegah terjadinya stunting.
B. Rumusan Masalah
Faktor-faktor apa saja yang dapat mengalami stunting, dan tanda gejala
stunting itu seperti apa, serta bagaimana mencegah stunting?
C. Nama Dan Tema Kegiatan
Nama kegiatan: Pengabdian Masyarakat
Judul Kegiatan: Upaya pencegahan stunting pada masyarakat Senting.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengukur tingkat pengetahuan masyarakat senting dalam upaya
pencegahan stunting pada anak

2
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan pengetahuan faktor penyebab stunting dan gejala
gejalanya serta bagaimana cara pencegahannya.
b. Memberikan pengetahuan tentang gizi seimbang pada masyarakat yang
belum dan sudah memiliki anak balita serta anak usia sekolah.
c. Meningkatkan derajat Kesehatan pada anak di Desa Senting.
E. Sasaran
Ibu ibu Pkk dan posyandu daerah Senting Sambi Boyolali
F. Pelaksanaan
Hari :
Tanggal :
Jam :
Tempat : Kelurahan Senting Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali
G. Susunan Panitia
1. Pembimbing I : Sri Suparti, M.Kes(Epid)
2. Pembimbing II : Wahyu Ratri Sukmaningsih, M.KM
3. Ketua : Irfan Setiawan
4. Pemateri : Puput Lestari
: Maristika Rahma Ardianti
: Zahra Kirana Firdausi
: Maria Margareta Sega
5. Dokumentasi :
6. Anggota :
H. Susunan Acara
No. Waktu Kegiatan Pelaksana
1. 10.00-10.15 Mendata peserta Semua Anggota
2. 10.15-10.20 Pembukaan Irfan Setiawan
3. 10.20-10.25 Pemberian Materi dalam bentuk PPT Puput Lestari
Maristika Rahma A
Zahra Kirana F
Maria Margareta S
4. 10.25-10.45 Pembagian dan Pengisian Kuesioner Semua Anggota

3
5. 11.00-11.05 Penutupan Irfan Setiawan
6. 11.05-11.10 Pemberian Konsumsi Semua Anggota

4
BAB II
PERMASALAHAN DAN SOLUSI

A. Pengertian Stunting
Stunting adalah suatu kondisi kekurangan gizi kronis yang terjadi pada
saat periode kritis dari proses tumbuh dan kembang mulai janin. Stunting
didefinisikan sebagai kondisi anak usia 0-59 bulan, dimana tinggi badan
menurut umur (TB/U) berada dibawah minus 2 Standar Devaisi (>-2SD) dari
standar median WHO (WHO 2018).
Stunting akan berdampak pada proses tumbuh kembang otak yang
terganggu dan dalam jangka pendek berpengaruh pada kemampuan kognitif.
Pada jangka panjang mengurangi kapasitas untuk berpendidikan lebih baik
dan hilangnya kesempatan untuk peluang kerja dengan pendapatan lebih baik.
Dalam jangka panjang anak stunting yang berhasil mempertahankan
hidupnya, pada usia dewasa cenderung menjadi gemuk (obese), dan
berpeluang menderita penyakit tidak menular (PTM), seperti hipertensi,
diabetes, kanker, dan lain-lain (Pengusul 2021).
B. Faktor Yang Mempengaruhi Stunting
Faktor utama yang mempegaruhi stunting yaitu kemiskinan, sosial
budaya, paparan terhadap penyakit infeksi, kerawanan pangan, kurangnya
pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum dan pada masa hamil, dan akses
masyarakat terhadap layanan Kesehatan (Rabaoarisoa et al. 2017). Faktor
lanjutan lainnya yaitu:
1. Usia ibu hamil
Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir, kehamilan
dibawah 20 tahun merupakan risiko tinggi dibandingkan wanita cukup
umur.Akibat perkembangan organ reproduksi dan fungsi fisiologis belum
optimal, kurang siapnya Rahim untuk terjadinya implantasi bagi embrio
sehingga pada saat kehamilan sering terjadi komplikasi dan bayi yang
dilahirkan tidak cukup umur. Dalam tahap lanjut bayi dalam masa
pertumbuhan akan mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan akibat sering sakit dan mudah terkena penyakit infeksi

5
2. BBLR
BBLR adalah neonates dengan berat badan lahir saat kelahiran
kurang dari 2500 gram. BBLR sangat erat kaitannya dengan mortalitas
dan morbiditas janin. Keadaan ini dapat menghambat pertumbuhan dan
perkmbangan kognitif, kerentanan terhadap penyakit kronis di kemudian
hari.Secara populasi proporsi bayi dengan BBLR adalah gambaran
multimasalah kesehatam masyarakat yang mencakup ibu kekurangan gizi
jangka panjang, kesehatan yang buruk, perawatan kesehatan dan
kehamilan yang buruk. BBLR merupakan prediktor penting dalam
kesehatan dan kelangsungan hidup bayi yang baru lahir dan berhubugan
dengan risiko tinggi pada kematian bayi dan anak.
3. ASI Ekslusif
Air susu ibu ekslusif atau sering disebut ASI ekslusif adalah ASI
yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan sampai bayi berusia 6 bulan
tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman
lain. WHO menyatakan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang
diberikan ASI ekslusif selama 6 bulan tidak mengalami deficit
pertumbuhan Panjang badan dan berat badan dibandingkan dengan bayi
yang mendapatkan ASI ekslusif yang lebih singkat (3-4 bulan)
(Nugraheni et al. 2020).
Ciri-ciri ASI berkualitas bagus dapat di lihat dari warna, bau, rasa,
tekstur, volume, hingga efeknya pada perkembangan bayi. Berikut adalah
ciri-ciri ASI berkualitas baik yang bisa dilihat, seperti :
a. ASI Warna Kuning
ASI warna kuning keemasan yang kental umumnya adalah
pertanda dari susu kolostrum. Kolostrum adalah ASI bernutrisi
tinggi yang pertama kali diproduksi oleh kelenjar susu. ASI
kolostrum berwarna kuning biasanya mulai diproduksi sejak awal
trimaster kedua kehamilan dan terus berlangsung hingga hari ke 2
sampai ke 5 setelah kelahiran bayi, berikut gambar ASI warna
kuning.

6
Gambar Warna ASI Kuning 1

b. Warna ASI putih


Ketika bayi baru lahir berusia sekitar 3 atau 4 minggu,
tubuh anda mulai memproduksi ASI matang (ASI matur), ciri
warna ASI matang yang bagus pun bisa berubah tergantung dari
kandungan lemaknya. Pada waktu pertama keluar, warna ASI
matur akan tampak lebih putih bening atau sedikit kebiruan
dengan tekstur encer, jenis ASI ini disebut dengan foremik. ASI
matur akan terus berubah seiring pertumbuhan bayi anda, susu
matang yang keluar pada 1 bulan pertama mungkin tidak sama
dengan susu yang keluar pada bulan ke 5 menyususi. Itu juga
berubah sepanjang hari, jumlah protein,lemak dan laktosa
bervariasi selama waktu yang berbeda dalam sehari, warna ASI
yang tadinya kuning akan berangsur memutih, berikut gambar
ASI warna putih

7
Gambar Warna ASI Putih 2

c. Aroma seperti susu sapi


Ciri ASI yang bagus serta berkualitas lainnya, umumnya
mempunyai aroma seperti susu sapi. ASI yang telah dibekukan
dan dicairkan aromanya akan sedikit asam. Namun, jika aroma
ASI terlalu masam artinya tidak bagus dan tidak sehat, karena
tidak di simpan dengan baik. Ada juga yang mengatakan ciri ASI
beraroma seperti sabun, karena tingginya kandungan lipase (enzim
yang membantu memecah lemak) di dalammya.
d. Terasa manis
ASI yang baik biasanya akan terasa manis seperti susu sapi.
Namun, kemungkinan rasanya berbeda, seperti lebih lembut dan
lebih manis layaknya susu almond. Makanan yang ibu konsumsi
juga memperngaruhi rasa ASI.
e. Konsisten lebih encer
ASI mengandung lebih banyak lemak dan laktosa, sehingga
teksturnya jadi kental serta creamy. Jenis ASI ini di sebut hindmilk
dengan kualitas warna berkualitas biasanya putih jernih. Akan
tetapi, seiring berjalannya waktu ASI yang bagus bisa berubah
menjadi lebih encer dan lebih ringan daripada susu sapi pada
umumnya.

8
Gambar ASI Foremilk dan Hindmilk 3

Adapun kandungan nutrisi dalam ASI yang berkualitas :


a. Protein
Ada 2 jenis protein, yaitu whey dan kasei, dengan
perbandingan 60 persen protein whey dan 40 persen protein
kasein. Perpaduan tersebut membuat protein ASI lebih mudah
dicerna dan diserap oleh usus bayi. Sebaiknya, susu formula
mengandung lebih banyak kasein, sehingga lebih sulit di cerna
oleh si kecil. Selain whey dan kasein, beberapa jenis protein
lain dalam ASI juga berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh
bayi terhadap penyakit. Contoh protein ini salah satunya
adalah laktoferin, lisozime,faktor bifiduddan sektori igA.
b. Lemak
ASI mengadung lemak esensial yang berfungsi
mendukung perkembangan otak bayi, penyerapan vitamin
yang larut dalam lemak, serta menjadi sumber energi. Asem
lemak rantai panjang dalam ASI sangat penting bagi
pertumbuhan otak, pengelihatan dan sistem saraf bayi.
c. Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI berkaitan erat dengan
kecukupan asupan vitamin ibu. Jadi setiap ibu menyususi
harus mengonsumsi makanan dengan gizi yang cukup.
d. Karbohidrat

9
Jenis karbohidrat dalam ASI adalah laktosa. Tipe karbohidrat
ini menyediakan kira kira 40 persen kalori yang didapatkan
bayi dari ASI. Laktosa berfungsi menurunkan jumlah bakteri
jahat dan mempertahankan jumlah bakteri baik di dalam usus
bayi. Dengan ini, penyerapan kalsium, fosfor , dan magnesium
bisa terbantu.
4. Riwayat penyakit infeksi (diare dan ISPA)
Diare dan ISPA merupakan penyakit infeksi yang banyak ditemui
pada balita,.Beberapa penelitian menunjukkan polusi udara dapat
meningkat insiden penyakit saluran pernafasan (ISPA). Hal ini karena
masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat ISPA pada bati dan
balita. Kematian akibat diare umumnya karena buang air besar terus
menerus sehingga penderita kehilangan cairan dan elektrolit sehingga
menyebabkan terjadinya dehidrasi.
5. Keberagaman konsumsi makanan
Masalah gizi kurang sering terjadi pada bayi setelah usia 6 bulan
akibat ASI yang diberikan tidak lagi mencukupi kebutuhan fisiologis
bayi. MP ASI diberikan tepat pada usia 6-24 bulan karena pada usia
tersebut merupakan waktu yang sangat rawat terjadinya malnutrisi dan
pencernaan bayi sudah mulai kuat. Untuk pedoman MP-ASI menurut
WHO/UNICEF setiap bayi usia 6-23 bulan mengkonsumsi sekurangnya 4
kelompok jenis makanan (dari 7 kelompok bahan makanan: serelia, umbi-
umbian, kacang-kacangan, buah dan olahan, susu dan olahan, telur dan
olahan,
dagiang dan olahan) dengan frekuensi minimal 3x sehari (minimum
acceptable diet). Terjadinya gagal tumbuh (growth faltering) mulai sejak
bayi berusia 2 bulan, dampak dari calon ibu hamil (remaja puteri) yang
sudah bermasalah, dilanjutkan dengan ibu hamil yang juga bermasalah
(Rabaoarisoa et al. 2017).
6. Vitamin A
Vitamin A (retinol) berperan penting dalam pembentukan,
produksi dan pertumbuhan sel darah merah, sel limfosit, anti bodi, dan sel

10
epitel pelapis ttubuh. Jika anak kekurangan vitamin A maka anak akan
rentan terkena penyakit infeksi seperti ISPA, campak , dan siare. Vitamin
A diberikan pada bulan Februari dan Agustus.Vitamin A kapsul biru
(dosis 100.000 IU) diberikan untuk bayi 6-11 bulan, dan kapsul merah
(dosis 200.000 IU) diberikan untuk bayi 12-59 bulan.
C. Tanda dan gejala Stunting
Gejala Stunting:
1. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil
untuk usianya
3. Berat badan rendah untuk anak seusianya
4. Pertumbuhan tulang tertunda
D. Cara Mencegah Stunting
Upaya pencegahan baiknya dilakukan sedini mungkin. Pada usia
1.000 hari pertama kehidupan, asupan nutrisi yang baik sangat dianjurkan
dikonsumsi oleh ibu hamil. Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
dirinya, asupan nutrisi yang baik juga dibutuhkan jabang bayi yang ada dalam
kandungannya.
Lebih lanjut, pada saat bayi telah lahir, penelitian untuk mencegah Stunting
menunjukkan bahwa, konsumsi protein sangat mempengaruhi pertambahan
tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan.
Anak yang mendapat asupan protein 15 persen dari total asupan kalori
yang dibutuhkan terbukti memiliki badan lebih tinggi dibanding anak dengan
asupan protein 7,5 persen dari total asupan kalori. Anak usia 6 sampai 12
bulan dianjurkan mengonsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat badan.
Sementara anak usia 1 – 3 tahun membutuhkan protein harian sebesar 1,05
g/kg berat badan.
Oleh karena itu pencegahan stunting harus dilakukan secara
komprehensif, melibatkan seluruh komponen. Program yang dapat dilakukan
untuk pencegahan antara lain:
1. Mempersiapkan pernikahan yang baik

11
Pernikahan seharusnya tidak hanya mempertimbangkan
kepentingan calon ayah dan ibu atau pasangan yang akan menikah, namun
juga perlu mempertimbangkan kepentingan calon anak yang akan
dilahirkan. Variasi genetik harus dipertimbangkan untuk mendapatkan
keturunan yang bebas dari risiko penyakit atau gangguan termasuk
gangguan pertumbuhan. Hal inilah yang menyebabkan adanya larangan
pernikahan sesama saudara atau keluarga. Faktor genetik calon orang tua
berdasarkan bukti penelitian berhubungan dengan stunting. Seorang
wanita yang tinggi badannya kurang dari normal diusahakan menikah
dengan pria yang tinggi badannya normal atau lebih, demikian juga
sebaliknya. Dengan demikian variasi genetik menjadi lebih besar
sehingga anak yang dilahirkan memiliki peluang lebih besar untuk
memperoleh tinggi badan normal. Jika seorang wanita pendek menikah
dengan pria pendek, variasi genetik menjadi lebih sedikit, sehingga
kemungkinan besar juga akan memperoleh keturunan atau anak yang
pendek.
2. Pendidikan Gizi
Pendidikan kesehatan dan gizi seharusnya diberikan sejak dini.
Pendidikan dasar yang berisi informasi umum tentang kesehatan dan gizi
selain diberikan dalam bentuk mata pelajaran juga harus diaplikasikan
dalam kehidupan sekolah sehari - hari sehingga siswa mempunyai
pengetahuan dan kebiasaan hidup sehat baik di rumah maupun di sekolah
salah satu contoh materi pendidikan gizi yang harus diberikan di sekolah
dan atau masyarakat pesan gizi seimbang yang berisi pedoman pola
makan yang benar untuk berbagi kelompok masyarakat. Selain dapat pula
diberikan pendidikan untuk masyarakat dengan menggunakan metode
antara lain melalui penyuluhan, konseling secara langsung kepada
masyarakat atau melalui media komunikasi seperti media cetak, media
elektronik dan media sosial internet.

12
Gambar Piring Makanku Porsi Sekali Makan 4

Gambar Tumpeng Gizi Seimbang 5

3. Suplementasi ibu hamil


Status kesehatan dan status gizi ibu yang baik sangat dibutuhkan
oleh janin supaya dapat tumbuh dan berkembang dengan normal. Oleh
karena itu ibu hamil harus terpenuhi kebutuhan zat gizinya baik untuk
dirinya sendiri maupun untuk janinnya. Selain zat gizi yang dibutuhkan
sehari-hari, ada beberapa zat gizi khusus yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin. Zat gizi tersebut adalah protein
dan beberapa mikronutrien yaitu asam folat, zat besi, Iodium dan kalsium.

13
Mikronutrien ini dibutuhkan dalam jumlah lebih banyak pada saat
kehamilan. Sementara asupan ibu hamil biasanya kurang karena sering
terjadi penurunan nafsu makan dan mual muntah.
4. Suplementasi ibu menyusui
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan utama bagi bayi. Oleh
karena itu kuantitas dan kualitas ASI tidak boleh kurang. Kualitas dan
kuantitas ASI sangat tergantung pada asupan gizi ibu menyusui.
Kebutuhan zat gizi selama menyusui hampir sama dengan kebutuhan zat
gizi saat hamil zat-zat gizi mikro terutama asam folat dan vitamin B12
sangat dibutuhkan untuk produksi ASI. Bahan makanan sumber zat besi
dan vitamin B12 yang paling adalah dari produk hewani. Namun sayang
pola makanan penduduk indonesia terutama ibu menyusui kurang
menyukai produk hewani. Selain itu bahan makanan dari produk hewani
cenderung mahal sehingga kurang diminati oleh karena itu suplementasi
zat gizi seperti vitamin B12 dan asam folat merupakan salah satu cara
untuk mengatasi permasalahan ini preparat vitamin B12 dan asam folat
mudah diperoleh tidak mahal dan dapat diperoleh dimana saja tanpa resep
dokter.
5. Suplementasi mikronutrien untuk balita
Berdasarkan hasil-hasil penelitian di Indonesia dapat disimpulkan
bahwa balita di Indonesia sebagian besar mengalami defisiensi
mikronutrien seperti vitamin A, zat besi, seng, kalsium, vitamin D, dll.
Suplementasi mikronutrien pada balita selain berpengaruh langsung ke
pertumbuhan juga berpengaruh terhadap kejadian penyakit infeksi seperti
ISPA dan diare. Seng dan zat besi merupakan zat gizi yang penting untuk

6. Mendorong peningkatkan aktivitas anak di luar ruangan.


Aktivitas di luar ruangan artinya aktivitas yang dilakukan di luar
ruangan sehingga anak terpapar sinar matahari secara langsung. Manfaat
dari paparan sinar matahari adalah untuk membentuk vitamin D sehingga
anak terhindar dari defisiensi vitamin D. Selain kalsium dan mineral lain,
agar dapat tumbuh optitmal tulang juga membutuhkan vitamin D. Vitamin

14
D dapat diperoleh dari makanan dan dari tubuh kita sendiri yang mampu
membentuk vitamin D dengan bantuan sinar matahari. Makanan sumber
vitamin D sebagian besar berasal dari produk hewani yang harganya
relatif mahal. Sementara pembentukan vitamin D dengan bantuan sinar
matahari tidak membutuhkan biaya sama sekali.

15
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analitik yaitu dengan jenis desain
studi epidemeologi Cross Sectional Study yaitu dengan cara observasi dan
pengumpulan yang disajikan secara deskriptif atau dalam bentuk uraian.
Dengan menggunakan data program kerja dalam penanganan penderita
stunting pada anak di Kelurahan Senting Kecamatan Sambi Kabupaten
Boyolali.
B. Metode
Metode analisis yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah
analisis deskriptif. Yang dimana pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau
menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian dan
menggambarkan keadaan dari penderita stunting pada anak.
C. Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kelurahan Senting
Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali. Sampel dalam penelitian ini adalah
ibu-ibu PKK dan Posyandu Kelurahan Senting, Sambi Boyolali.

16
DAFTAR PUSTAKA
Agiwahyuanto, Faik, and Dyah Ernawati. 2021. “Analisis Literasi Kartu Menuju
Sehat Terhadap Peningkatan Kualitas Dan Mutu Kader Posyandu.” HIGEIA
Journal Of Public Health Research And Development 5(207): 2.
Apriluana, Gladys, and Sandra Fikawati. 2018. “Analisis Faktor-Faktor Risiko
Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita (0-59 Bulan) Di Negara
Berkembang Dan Asia Tenggara.” Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan 28(4): 247–56.
Kementerian Kesehatan RI. 2020. “Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas).” jakarta.
Nugraheni, Dini et al. 2020. “Asi Eksklusif Dan Asupan Energi Berhubungan
Dengan Kejadian Stunting Pada Usia 6 – 24 Bulan Di Jawa Tengah.”
Journal of Nutrition College 9(2): 106–13.
Pengusul, Tim. 2021. 19 Proposal Kejadian Stunting Anak Usia 24-59 Bulan
Pada Masa Pandemi Covid 19 ( Studi Analitik Di Wilayah Kerja Puskesmas
Rawat Inap Sidomulyo Pekanbaru ).
Rabaoarisoa, Chitale Remonja et al. 2017. “The Importance of Public Health,
Poverty Reduction Programs and Women’s Empowerment in the Reduction
of Child Stunting in Rural Areas of Moramanga and Morondava,
Madagascar.” PLoS ONE 12(10): 1–18.
UNICEF. 2020. “Situasi Anak Di Indonesia - Tren, Peluang, Dan Tantangan
Dalam Memenuhi Hak-Hak Anak.” Unicef Indonesia: 8–38.
WHO. 2018. Reducing Stunting in Children: Equity Considerations for Achieving
the Global Nutrition Targets 2025.

17

Anda mungkin juga menyukai