Anda di halaman 1dari 51

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL

(IMS)
DI RS NONI MEDIKA JAKARTA
TAHUN 2021

OLEH :

KELOMPOK I
1.EVI YUNITA
2.HIRA BAITI
3.NURDIYANAH
4.INDAH MULYANI
5.SHINTYA WULANDARI
6.ERVINA SINURAYA
7.ANITA LUSIANA
8.MUHAMMAD AFDHOL ZULFIKRI
9.ANNISA NUR PERTIWI

PEMBIMBING:

Dr. OMEGA TAHUN. M.Kes

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES ABDI


NUSANTARA JAKARTA TAHUN 2021
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL
(IMS)
DI RS NONI MEDIKA JAKARTA
TAHUN 2021

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan

Oleh
Nama : KELOMPOK I
NIM :

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES ABDI


NUSANTARA JAKARTA TAHUN 2021

i
PERNYATAAN PENGESAHAN

Judul Skripsi: Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Infeksi Menular Seksual (Ims) Di Rs
Noni Medika Jakarta Tahun 2021

Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara

Jakarta, ________________ 2021

Pembimbing

Dr. Maryati Sutarno SST, SPd, MARS


NIDN: 0320075401

Diketahui
STIKES Abdi Nusantara
Ketua

Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS


NIDN: 03-0906-7403

ii
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM S1 KEPERAWATAN STIKES ABDI NUSANTARA

Judul Skripsi : Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Infeksi Menular Seksual


(IMS) Di Rs Noni Medika Jakarta Tahun 2021

Nama : KELOMPOK I
NIM :

Jakarta, 03 November 2021

Ketua / Penguji I

………………………………………………
NIDN:

Anggota / Penguji II

………………………………………………
NIDN:

Anggota / Penguji III

………………………………………………
NIDN:

iii
“Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tua tercinta, sebagai impian kedua orang
tuaku” “Kupersembahkan untuk suami dan keluargaku tercinta, serta kakaku/adikku
tersayang”

iv
RIWAYAT HIDUP

I Identitas

Nama :

Tempat tanggal lahir :

Nama orang tua :

Agama :

Alamat :

II. Pendidikan

III. Pekerjaan
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA JAKARTA
Jakarta 03 November 2021

Nama : Kelompok I

Judul : Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Infeksi Menular Seksual


(IMS) Di Rs Noni Medika Jakarta Tahun 2021

ABSTRAK

Latar Belakang : Penyakit Infeksi menular seksual ( IMS) saat ini telah menjadi
isu nasional bahkan internasional. Hingga saat ini isu ini masih menjadi masalah
tidak hanya dinegara maju tetapi juga negara berkembang. Kompleksitas dari
penyakit ini tidak hanya menjadi masalah dibidang kesehatan tetapi juga telah
merebak menjadi masalah sosial dan ekonomi. Saat ini, diperkirakan terdapat 500
juta kasus IMS terjadi setiap tahunnya, padahal disisi lain IMS merupakan
penyakit yang dapat dicegah dan dapat diobati, sealain itu IMS memiliki
keterkaitan erat dengan prevalensi HIV dikarenakan IMS menjadi pintu masuk
HIV. salah satu diantaranya adalah sifilis yang dapat meningkatkan resiko tertular
HIV 300 kali lipat Metode: Penelitian ini bersifat observasional deskriptif dengan
study cross sectional dilaksanakan mulai bulan Januari 2018- Juni 2019 di RSUD
Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Penelitian dilakukan dengan jumlah sampel 72
orang. Pendekatan dilakukan menggunakan teknik total sampling berupa rekam
medis untuk semua variabel. Metode analisis data dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis Multivariat (analisa deksriptif).Hasil dan
Kesimpulan: 1. Angka kejadian IMS dengan HIV di RSUD Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa pada Januari 2018- Juni 2019 berjumlah 26 orang dengan
jumlah sampel sebanyak 26 orang2. Kasus IMS dengan HIV terjadi paling banyak
terjadi pada kelompok usia 26-35 tahun dan 36-45 tahun masing- masing
sebanyak 11 kasus (42%). 3. Kasus IMS dengan HIV lebih banyak diderita oleh
Pria sebanyak 20 kasus (77%) dengan jumlah 3 kali lebih banyak dari kasus
wanita sebesar 6 kasus (23%).4. Kasus IMS dengan HIV lebih banyak terjadi pada
penderita yang tidak memiliki pekerjaan dan swasta sebanyak 4 kasus (16%).5.
Kasus IMS dengan HIV lebih banyak dijumpai pada pasien dengan tingkat
pendidikan SMA sebanyak 13 kasus (50%).6. Pasien IMS dengan HIV di RSUD
Syekh Yusuf hanya dijumpai tiga penyakit IMS yaitu yang terbanyak Kandidiasis
15 kasus (65%), kemudian Kondiloma Akuminata 9 kasus (27%), dan Herpes
genitalis 2 kasus (8%).7. Kasus IMS dengan HIV pada priode Januari 2018-Juni
2019 lebih banyak dijumpai kasus baru sebesar 18 kasus (69%) dibandingkan
kasus lama sebanyak 8 kasus (31%).8. Orientasi seksual pasien IMS dengan HIV
sulit diidentifikasi9. Pasien IMS dengan HIV lebih banyak tinggal bersama
suami/Istri sebanyak 14 kasus (64%) dibandingkan tinggal bersama orang tua
sebanyak 8 kasus (36%).10. Pasien IMS dengan HIV lebih banyak menggunakan
jalur pelayanan JKN sebanyak 20 pasien (80%) dibandingkan jalur pelayanan
umum sebanyak 5 kasus (20%).11.

viii
Pasien IMS dengan HIV yang dirawat di VCT sebagian besar berasal dari rujuka
Poli penyakit dalam sebanyak 19 kasus (80%).12. Sebagian besar pasien IMS
dengan HIV pernah melakukan hubungan seksual pervagina berisiko sebanyak 11
kasus (61%) dan seks anal berisiko sebanyak 28%
Kata kunci: Infeksi Menular Seksual, HIV
“Relationship between Patient Characteristics and Sexually Transmitted Infections
(STI) at Noni Medika Hospital, Jakarta in 2021”
ABSTRACT
Background : Currently, sexually transmitted infection (STI) has become a national and
even international issue. Nowdays, this issue is still a problem for not only in developed
countries but also in developing countries. The complexity of this disease is not only a
problem in the health sector but also has become a social and economic problem. At
present, it is estimated that there are 500 million cases of STIs occurring each year,
although on the other hand, STIs are preventable and treatable diseases, besides that, STIs
are closely related to HIV prevalence because STIs are the entry point for HIV. one of
them is syphilis which can increase the risk of acquiring HIV 300 timesMethods: This
was an observational descriptive study with a cross sectional study conducted from
January 2018 to June 2019 at the Syekh Yusuf Hospital, Gowa Regency. The research
was conducted with a sample size of 72 people. The approach is carried out using a total
sampling technique in the form of medical records for all variables. Methods of data
analysis in this study using multivariate analysis techniques (descriptive analysis).Results
and Conclusions: 1. The incidence rate of STIs with HIV in the Syekh Yusuf Hospital,
Gowa Regency in January 2018- June 2019 was 26 people with a total sample size of 26
people. 2. The most cases of STIs with HIV occurred in the age group 26-35 years and
36-45 years, respectively with 11 cases (42%).3. Male STI cases with HIV were more
prevalent, as many as 20 cases (77%) with 3 times more cases than female cases by 6
cases (23%). 4. STI cases with HIV were more common among people who did not have
a job and private sector worker as many as 4 cases (16%). 5. STI cases with HIV were
more common in patients with high school education as many as 13 cases (50%). 6. STI
patients with HIV at Syekh Yusuf General Hospital only found three STIs, namely 15
cases of Candidiasis (65%), 9 cases of condyloma acuminata (27%), and 2 cases of
genital Herpes (8%).7. There were more new cases of STIs with HIV during the period
January 2018-June 2019 with 18 new cases (69%) compared to 8 old cases (31%).
JJJ. Sexual orientation of STI patients with HIV is difficult to identify
KKK. STI patients with HIV were more likely to live with husband / wife in 14 cases
(64%) compared to 8 cases (36%). 10. STI patients with HIV mostly used the JKN
service line as many as 20 patients (80%) compared to the general service line as many as
5 cases (20%). 11. STI patients with HIV who were treated in VCT mostly came from
Rujuka Poli Disease in 19 cases (80%). 12. Most of the STI patients with HIV had had
risky vaginal intercourse as much as 11 cases (61%) and risky anal sex was 28%
Key words: Sexually Transmitted Infections, HIV

ix
KATA PENGANTAR

Dengan senantiasa memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Infeksi Menular Seksual (IMS) Di Rs Noni
Medika Jakarta Tahun 2021”.
Dengan bimbingan dan pertolongan Allah penulis berani menghadapi berbagai
macam hambatan dan kesulitan demi lancarnya proses penyusunan skripsi ini. Dengan cinta
dan dukungan serta rahmat-Nya, sehingga segala keterbatasan penulis dapat dilalui dengan
baik.
Tapi penulis menyadari tidak ada kesempurnaan hakiki selain kepada dia-Lah.
Sehingga bentuk dan isi skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan juga masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan.

Selanjutnya dalam kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan terima


kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. …., Ketua Yayasan Abdi Nusantara Jakarta.

2. ….., Ketua STIKes Abdi Nusantara Jakarta

3. Terima kasih kepada ….. Kepala Rumah Sakit Noni Medica Jakarta yang

telah memberikan izin kepada penulis untuk pengambilan data.

4. Terima kasih yang setinggi-tingginya kepada … yang penuh kerelaan,

keikhlasan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan

perhatian dan arahan kepada penulis.

5. Seluruh staf pegawai Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.

vi
6. Ayahanda ….dan Ibunda tercinta …., kelaurga tercinta ….atas

dukungannya dalam pembuatan skripsi ini baik moril maupun spiritual.

7. Rekan-rekan program pendidikan sarjana keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta yang telah banyak memberikan motivasi

kepada penulis.

Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis serahkan segalanya, untuk semua

itu sekali lagi penulis mengucapkan banyak terima kasih dan mudah-mudahan Allah

SWT memberikan pahala yang berlipat ganda. Amin.

Billahi Taufiq Wal Hidayah Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 03 November 2021

Penulis

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI ........................................................................................................................i

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………………………………………………...xvi

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………xvii
DAFTAR GRAFIK……………………………………………………………………………..viii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................4

1.3 Pertanyaan Penelitian ....................................................................................................4

1.4 Tujuan Penelitian ..........................................................................................................5

1.4.1 Tujuan umum .............................................................................................................5

1.4.2 Tujuan khusus ............................................................................................................5

1.5 Manfaat penelitian ........................................................................................................6

1.5.1 Manfaat untuk Instansi pelayanan kesehatan .............................................................6

1.5.2 Manfaat untuk masyarakat .........................................................................................6

1.5.3 Manfaat untuk peneliti selanjutnya ............................................................................6


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori..............................................................................................................7

2.1.1 Definis IMS dan HIV .................................................................................................7

2.1.2 Epidemiologi ..............................................................................................................7


2.1.3 Macam Penyakit yang Tergolong IMS……………………………………………………………………. 28
2.1.3.1 Gonore282.1.3.2 Sifilis atau Raja Singa………………………………………………………………. 28
2.1.3.3 Klamidiasis………………………………………………………………………………………………………………….. 29
2.1.3.4 Ulkus Molle…………………………………………………………………………………………………………………. ..30
2.1.3.5 Herpes genitalis………………………………………………………………………………………………………….. ..31
2.1.3.6 Kandiloma Akuminata ..........................................................................................31

2.1.3.7 Trikomoniasis .......................................................................................................32

xi
2.1.3.8 Kandidiasis ............................................................................................................33

2.1.3.9 Pediculosis ............................................................................................................34

2.1.3.10 Bakterial Vaginosis .............................................................................................34

2.1.4 Cara penularan IMS .................................................................................................34

2.1.5 Patomekanisme HIV ................................................................................................35

2.1.6 Cara Penularan HIV .................................................................................................36

2.1.7 Hubungan IMS dengan Peningkatan Resiko tertular HIV .......................................36

2.1.8 Faktor Risiko ............................................................................................................37

2.2 Kerangka Teori ...........................................................................................................38

2.3 Kerangka Konsep ........................................................................................................39

2.4 Definisi Oprasional .....................................................................................................39

2.4.1 Usia ..........................................................................................................................39


2.4.2 Jenis Kelamin ...........................................................................................................39

2.4.3 Pekerjaan ..................................................................................................................39

2.4.4 Tingkat Pendidikan ..................................................................................................40

2.4.5 Status Pernikahan .....................................................................................................40

2.4.6 Penyakit IMS ...........................................................................................................40

2.4.7 Jenis Masa Kunjungan Pasien ..................................................................................41

2.4.8 Orientasi seksual ......................................................................................................41

xi
BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian .................................................................................................... 42

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................................................................................... 42

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................................................ 42

3.3.1. Populasi ........................................................................................................................................ 42

3.3.2. Sampel .......................................................................................................................................... 43

3.4. Teknik Pengambilan Sampel ..................................................................................................... 44

3.5. Instrumen Pengumpulan Data............................................................................. ......... 45


3.5.1. Sumber Data ……………………………………………………………………………………......46

3.5.2. Jenis Data…………………………………………………………………………..46


3.5.3. Prosedur Pengumpulan Data……………………………………………………..47

3.6. Metode Pengolahan dan Penyajian Data ...................................................................

3.6.1. Teknik Pengolahan Data ............................................................................

3.6.2 Analisis dan Penyajian Data .........................................................................

3.7 Etika Penelitian.....................................................................................................

xi
BAB 4 JADWAL DAN ANGGARANPENELITIAN

4.1. Jadwal Kegiatan ..................................................................................................

4.2. Alur Penelitian .....................................................................................................

4.3. Anggaran Penelitian ............................................................................................


3.6. Metode Pengolahan dan Penyajian Data ...........................................................

3.6.1. Teknik Pengolahan Data ............................................................................

3.6.2 Analisis dan Penyajian Data .........................................................................

3.7 Etika Penelitian.....................................................................................................


BAB 4 JADWAL DAN ANGGARAN PENELITIAN

4.1. Jadwal Kegiatan ..................................................................................................

4.2. Alur Penelitian .....................................................................................................

4.3. Anggaran Penelitian ............................................................................................


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................................ 39

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ........................................................................................ 39

Gambar 4.1 Alur Penelitian............................................................................................. 31


Gambar 6.1 Jumlah Kasus HIV Perkelompok Umur di Sulawesi Selatan tahun
2009-2016......................................................................................... 46

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Jadwal Kegiatan ............................................................................................................. 30

Tabel 4.2: Anggaran Penelitian ....................................................................................................... 32


Tabel 5.1: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Usia ........................................... 33
Tabel 5.2: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 34
Tabel 5.3: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Pekerjaan ................................ 35
Tabel 5.4: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Tingkat Pendidikan ..............36
Tabel 5.5: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Status Pernikahan ................. 37
Tabel 5.6: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Penyakit IMS ......................... 38
Tabel 5.7: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Jenis Masa Kunjungan ......... 39
Tabel 5.8: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Orientasi Seksual .................. 40
Tabel 5.9: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Teman Tinggal Bersama ..... 41
Tabel 5.10: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Asal Rujukan Poli ............... 42
Tabel 5.11: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Status Pasien ....................... 43
Tabel 5.12: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Faktor Risiko ....................... 44

xii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Usia .........................................33


Grafik 5.2: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 34
Grafik 5.3: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Pekerjaan .................................3
Grafik 5.4: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Tingkat Pendidikan ............ 36
Grafik 5.5: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Status Pernikahan ............... 37
Grafik 5.6: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Penyakit IMS ........................ 38
Grafik 5.7: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Jenis Masa Kunjungan ......39
Grafik 5.8: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Orientasi Seksual ................. 40
Grafik 5.9: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Teman Tinggal Bersama ..41
Grafik 5.10: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Asal Rujukan Poli ............42
Grafik 5.11: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Status Pasien ....................... 43
Grafik 5.12: Karakteristik Penderita IMS berdasarkan Faktor Risiko ..................... 44
Grafik 6.1: Proporsi asal rujukan poli pasien IMS dengan HIV di VCT ................ 53

xii
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Infeksi menular seksual atau IMS merupakan penyakit yang dapat

diperoleh akibat melakukan hubungan seksual beresiko salah satunya

hubungan seksual berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan alat pengaman.

Angka kejadian infeksi ini mengalami peningkatan diusia seksual aktif karena

dipicu instabilitas emosional. Perkembangan teknologi informasi

mengakibatkan fenomena IMS di masyarakat mengalami perluasan spektrum

yang sebelumnya hanya terjadi di kalangan komunitas perkotaan juga merebak

ke komunitas pedesaan (Adam, 2011).

Penyakit Infeksi menular seksual ( IMS) saat ini telah menjadi isu nasional

bahkan internasional. Hingga saat ini isu ini masih menjadi masalah tidak

hanya dinegara maju tetapi juga negara berkembang. Kompleksitas dari

penyakit ini tidak hanya menjadi masalah dibidang kesehatan tetapi juga telah

merebak menjadi masalah sosial dan ekonomi. Saat ini, diperkirakan terdapat

500 juta kasus IMS terjadi setiap tahunnya, padahal disisi lain IMS merupakan

penyakit yang dapat dicegah dan dapat diobati (Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, 2016).

Angka kejadian IMS di Indonesia saat ini cenderung meningkat. Pada

tahun 2015 angka kesakitan IMS adalah sebanyak 19.973 kasus. Angka ini

cenderung mengalamai peningkatan jika dibandingkan dengan angka

kesakitan IMS pada tahun 2012 sebanyak 16.110 kasus dan pada tahun 2010

1
sebanyak 11.141 kasus IMS (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,

2015).

Peningkatan angka penderita IMS ini tidak lepas dari perilaku seksual

beresiko seperti berganti – ganti pasangan dan seks pra nikah serta

peningkatan angka pekerja seks komersial di masyarakat. Selain itu, adanya

kebijakan dari pemerintah menutup area lokalisasi mengakibatkan pemerintah

sulit melakukan kontrol terhadap penyebaran penyakit IMS (R. Handayani,

2013).

Penyakit IMS memiliki keterkaitan erat dengan prevalensi HIV

dikarenakan IMS menjadi pintu masuk HIV. salah satu diantaranya adalah

sifilis yang dapat meningkatkan resiko tertular HIV 300 kali lipat (Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Hal ini tampak dari prevalensi HIV di

indonesia yang juga cenderung mengalami peningkatan. pada tahun 2015

angka kesakitan HIV mencapai 30.935 kasus sedangkan ditahun 2016 angka

kesakitan HIV berujumlah 41.250 kasus dan ditahun 2017 mencapai 48.300

kasus (Direktorat Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia, 2017).

2
IMS merupakan pintu masuk bagi Virus HIV. Pada tahun 2013 angka

kejadian HIV dan IMS diseluruh dunia mencapai 35 juta jiwa dengan jumlah

kasus baru sebanyak 2,1 juta kasus dengan jumlah kematian akibat HIV dan

IMS menyentuh angka 1,5 Juta jiwa (Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, 2014).

Di Indonesia sendiri kasus baru IMS setiap tahunnya cukup sering

ditemukan, pada tahun 2016 terdapat 7,055 kasus baru sifilis , 7,537 kasus

duh uretra dan 41,832 duh vaginal serta1.055 kasus ulkus genital yang

telah dilaporkan. Di tahun yang sama terdapat 79,268 Wanita yang

melporkan mengalami pengeluaran duh vagina. Menurut SDKI 10%

perempuan telah melaporkan mengalami sejumlah gejala terkait IMS.

Secara keseluruhan, jumlah IMS 5 tahun terakhir yang dilaporkan di

negara ini telah memiliki trend yang meningkat (Direktorat Jendral

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementria Kesehatan Republik

Indonesia, 2016).

Pada dasarnya Penyebaran penderita IMS sulit didata secara akurat sesuai

dengan jumlah penderita sebenarnya dilapangan, hal ini dikarenakan banyak

kasus infeksi menular seksual yang tidak memberikan gejala yang khas

(asimptomatik), bahkan jika penyakit tersebut menimbulakn gejala, terkadang

membutuhkan waktu hinga berbulan – bulan hingga bertahun tahun, terutama

kejadian IMS yang terjadi pada Wanita. Sehingga penderita yang terdata

dilapangan tidak mencakup jumlah penderita sesungguhnya (Purwani, 2010)

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

Berdasarkan data tersebut angka kejadian IMS di Indonesia terbilang

tinggi dan serius. Beragam faktor menjadi acuan terkait peingkatan angka
kesakitan IMS di Indonesia diantaranya seks beresiko, peran petugas

kesehatan, dan peran media informasi hingga pengetahuan, status ekonomi,

dan akses pelayanan kesehatan (Masni, t.thn.).

Dengan latar belakakang tersebut, melalui penelitian ini penulis ingin

mencari tahu Analisis Hubungan karakteristik penderita infeksi menluar

seksual dengan HIV di RS Noni Medika Jakarta pada Tahun 2021. Setelah

melakukan penelitian ini diharapkan hasilnya mampu dijadikan pertimbangan

dalam upaya intervesi pencegahan berupa deteksi dini dan promosi kesehatan

secara umum.
4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah “Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Infeksi

Menular Seksual (IMS) Di Rs Noni Medika Jakarta Tahun 2021?”

1.3 Pertanyaan Penelitian

1.3.1 Bagaimana Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Infeksi Menular

Seksual (IMS) Di Rs Noni Medika Jakarta Tahun 2021?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Karakteristik

Pasien Dengan Infeksi Menular Seksual (IMS) Di Rs Noni Medika

Jakarta Tahun 2021.

1.4.2 Tujuan khusus

a. Diketahuinya gambaran hubungan karakteristik pasien dengan infeksi


menular seksual (ims) di rs noni medika jakarta tahun 2021
b. Diketahuinya hubungan karakteristik jenis kelamin pasien dengan
infeksi menular seksual (IMS) di RS Noni medika Jakarta Tahun 2021
c. Diketahuinya hubungan karakteristik usia pasien dengan infeksi menular
seksual (IMS) di RS Noni medika Jakarta Tahun 2021
d. Diketahuinya hubungan karakteristik pekerjaan pasien dengan infeksi
menular seksual (IMS) di RS Noni medika Jakarta Tahun 2021
e. Diketahuinya hubungan karakteristik tingkat pendidikan pasien dengan
infeksi menular seksual (IMS) di RS Noni medika Jakarta Tahun 2021
f. Diketahuinya hubungan karakteristik status perkawinan pasien dengan
infeksi menular seksual (IMS) di RS Noni medika Jakarta Tahun 2021
1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Manfaat untuk Instansi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi terkait

Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Infeksi Menular Seksual

(IMS) sehingga dapat meningkatkan pelayanan masyarakat serta

mengendalikan populasi kunci IMS sehingga angka kesakitan IMS

dapat dikontrol melalalui edukasi dan promosi keshatan.

1.5.2 Manfaat untuk masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi valid bagi masyarakat

yang dapat berperan dalam meningkatkan motivasi dan kewaspadaan

masyarakat akan penyakit IMS baik dari segi jenis kelamin, usia,

pekerjaan, tingkat pendidikan, status perkawinan sehingga diharapkan

dapat menurunkan angka kejadian penyait IMS.

1.5.3 Manfaat untuk peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebgai sumber data dan bahan rujukan

bagi peneliti yang meneliti terkait kesehatan reproduksi khususnya dengan

kejadian infeksi menular seksual.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini di lakukan untuk menegtahui adakah

Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Infeksi Menular Seksual

(IMS) yang akan di lakukan di RS Noni Medika Jakarta pada Tahun

2021. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen berupa

penelitian Analitik kuantitif dan menggunakan rancangan cross

sectional
BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1. Infeksi Menular Sexsual

2.1.1. Definis IMS dan HIV

Penyakit infeksi menular seksual atau biasa disebut penyakit

kelamin Adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui kontak seksual

dari orang yang sebelumnya telah terinfeksi oleh patogen penyebab seperti

jamur, parasit, bakteri maupun virus. Penularan ini dapat melalui penis,

vagina, anal (dubur) dan oral(mulut). Selain itu, infeksi menular seksual

juga dapat menjangkit janin atau bayi yang ditularkan pada saat berada

dalam kandungan ibu ataupun dalam proses kelahiran ataupun melalui alat

medis yang telah terkontaminasi (Marmi, 2014).

Sementara HIV (Human Immunodeficiency Virus ) Adalah

patogen penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) yang

menyerang sel-sel kekebalan tubuh. Virus HIV masuk kedalam tubuh

manusia melalaui perantara darah, semen, dan sekret Vagina (Z, Djoerban

& S, Djauzi, 2015).


2.1.2. Macam Penyakit yang Tergolong IMS

2.1.2.1. Gonore

Gonore atau lebih dikenal dengan kencing nanah gonore

merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteria

Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini umumnya dapat menyebabkan

penyakit peradangan didaerah genital seperti ureteritis, servisitis, Pelvic

Inflamatory Desease (PID) dan berbagai penyakit infeksi lainnya. IMS ini

dapat menyerang laki-laki maupun perempuan. Prognosis penyakit ini baik

apabila dilakukan pengobatan dini (Murtiastutik, 2007).

Faktor resiko kejadian Infeksi ini yaitu pasangan seksual lebih dari

satu, usia muda, PSK, status belum menikah, penasun, tingkat pendidikan

dan sosial ekonomi yang rendah serta penggunaan alat kontrasepsi

(kondom) saat berhubungan serta adanya riwayat infeksi sebelumnya

(Refti WG, 2018).

2.1.2.2. Sifilis atau Raja Singa

Sifilis atau lebih dikenal dengan raja singa merupakan salah satu

penyakit hubungan seksual disebabkan oleh Treponema pallidium dengan

perjalanan penyakit yang sangat kronis dan bertahap, tahapan penyakit

sifilis diantaranya :

%. Tahap primer : munculnya luka umumnya hadir setalah 3 -12

minggu setelah terinfeksi didaerah kemaluan ataupun daerah

28
lain seperti mulut tanpa disertai rasa nyeri atupun perdarahan

dan meninggalkan sensasi benjolan dibawah kulit.

3 Tahap sekunder : setelah terinfeksi selama 2 hingga 6 bulan

sifilis akan memunculkan gejala seperti ruam di kulit yang

umumnya dapat ditemukan di wajah maupun telapak tangan

ataupun kaki yang dapat berlangsung hingga 6 bulan bahkan

lebih.

4 Tahap tersier: setelah memasuki tahap ini, umunya gejala klinis

dari sifilis akan menghilang tetapi bakteri masih dapat

ditularkan ke orang lain melalaui hubungan seksual. Sifilis

yang tidak kunjung diobati hingga mencapai dua tahun akan

menyerang berbagai organ seperti pembuluh darah, jantng,

otak, tulang hingga ke syaraf dan akhirnya menyebabkan

kecacatan hingga kematian (Goverment of western Australia

Departement of Health, 2013).

Luka yang terbentuk setelah terinfeksi sifilis umumnya akan

memudahkan vius HIV memasuki tubuh penderita melalaui kontak

seksual, selain itu penyakit sifilis juga dapat ditularkan dari Ibu ke janin,

umumnya pasien yang menderita sifilis akan melahirkan bayi yang mati

ataupun cacat jika tidak melakukan pemeriksaan (kunjungan) secara

berkala (Goverment of western Australia Departement of Health, 2013).

2.1.2.3. Klamidiasis

29
Infeksi klamidia merupakan infeksi yang paling sering terjadi pada

penyakit IMS yang disebabkan oleh infeksi bakteri Chlamydia trachomatis

(CT) yang umumnya tidak menghasilkan gejala setidaknya pada 70%

wanita yang terinfeksidan 50% pada pria yang terinfksi. Infeksi ini

umumnya menyerang serviks dan uretra yang menyebabkan pengeluaran

vaginal discharge berlebih, intermenstrual bleeding atupun disuria (Silva

et al, 2011) (World Health Organization, 2016).

Umumnya infeksi klamidia menyerang di usia produktif secara

seksual seperti terutama pada rentan usia 15-49 tahun, dengan insidensi

yang cukup tinggi sekitar 38:1000 bagi wanita dan 33:1000 untuk pria.

Selain itu infeksi bakteri ini juga dapat menimbulkan komplikasi yang

serius terutama pada wanita seperti PID, kehamilan ektopik, salpingitis,

dan infertilitas (pada wanita) dan epididimitis (pada pria) (Kirby Institute

2018b, 2018) (World Health Organization, 2016).

2.1.2.4. Ulkus Molle

Ulkus molle atau kankroid merupakan penyakit menular seksual

ulseratif akut, yang umumnya terjadi di organ genitalia. Penyakit ini

disebabkan oleh infeksi Haemophilus ducreyi. Penyakit ini umumnya

terdiri atas satu atau lebih ulkus genital dengan ciri lembut dan nyeri,

regional lymphadenitis hingga dapat berkembang menjadi buboes

(LatnenSclager, et al., 2017).

Gejala klinis chanchroid biasanya dimulai setelah 3 – 7 hari setelah

terinfeksi dengan kemunculan papula erythomatous yang biasanya

ditemukan pada daerah frenulum pada pria ataupun vulva dan serviks pada

30
wanita yang terus mengalami perkembang menjadi pustula yang akan

ruptur dalam beberapa hari dan berkembang menjadi ulkus superfisial

dengan tepi yang kasar dengan eksudat purulen disertai dengan rasa nyeri.

Ulkus ini dapat bertahan berbulan bulan jika tidak ditangani dengan baik,

bahkan sering ditemukan kasus ulkus bertambah karena pergesekan kulit

yang menimbulakan “ulkus ciuman”, selain itu limafadenitis inguinalis

yang terbentuk biasanya unilateral disertai rasa nyeri yang berkembang

menjadi bubo yang dapat pecah spontan (Lautenschlager S, 2012) (Center

of Desease Control and Prevention, 2015).

2.1.2.5. Herpes genitalis

Herpes genitalis umumnya disebabkan oleh Herpes Simpleks

Genitalis 2 (HSV2) walaupun di beberapa kasus juga dapat ditularkan oleh

HPV1 yang ditularkan melalui hubungan seksual. Infeksi penyakit Ini

berlangsung seumur hidup dan tidak dapat disembuhkan. Umumnya

wanita ditemukan lebih sering terinfeksi dibanding pria karena transmisi

HSV lebih efektif dari pria ke wanita daripada wanita ke pria (World

Health Organization, 2017).

Infeksi virus ini umumnya asimtomatik ataupun minim gejala

dengan insidensi 10-20% penderita memiliki riwayat herpes sebelumnya.

Gejala herpes ditandai satu atau lebih lepuh pada genital ataupun anal

atupun luka terbuka yang disertai dengann gejala sistemik seperti demam

atapun nyeri tubuh serta pembengkakan kelenjar getah bening. (World

Health Organization, 2017).

2.1.2.6. Kandiloma Akuminata

31
Kondiloma akuminata atau genital warts merupakan penyakit yang

sangat sering terjadi. Disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV) yang

ditularkan melalaui kontak seksual. virus ini memunculkan manifestasi

klinis kutil pada daerah genital. Ada beberpa faktor risiko penyebab

Genital warts, diantaranya

5 Hubungan seksual tanpa alat pengaman dengan pasangan lebih

dari satu

6 Memilki riwayat IMS yang lain sebelumnya

7 Hubungan seksual dengan seseorang tanpa mengetahui riwayat

seksualnya

8 Aktif berhubungan seksual diusia muda

Beberapa tipe dari HPV dapat menimbulkan komplikasi seperti

kanker termasuk kanker vulva, anus, penis, mulut dan tenggorokan serta

dapat menyebabkan masalah pada kehamilan (Habif TP, 2016).

2.1.2.7. Trikomoniasis

Trikomoniasis disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis

yang dapat menginfeksi vagina, urthra ataupun dibawah kulit penis.

Trikomoniasis umumnya menginfeksi wanita yang ditularkan melalui

kontak seksual dengan pasangan lebih dari satu ataupun hubungan seksual

tanpa alat pengaman serta dapat ditularkan melalaui penggunaan sex toys

bersama-sama walaupun dengan jumlah kasus yang sedikit. Infeski

penyakit ini tidak dapat ditularkan melalui anal seks, oral seks, ciuman,

pelukan, ataupun penggunaan alat makan yang sama.

Manisfestasi gejala klinis pada trichomoniasis diantaranya :

32
4. Sakit, kemerahan, bengkak ataupun sensasi gatal pada daerah

sekitar vagina

5. Perubahan vaginal discharge baik dari jumlah, warna maupun

bau yang ditimbulkan

6. Sensasi luka bakar saat miksi

7. Adanya discharge dari penis (Sexual Health charity FPA,

2018).

2.1.2.8. Kandidiasis

Kandidiasis Vulvoginasis (KVP) merupakan infeksi mukosa

vagina dan vulva yang disebabkan infeksi jamur kandida yang dapat

terjadi secara primer atau sekunder yang bersifat akut, subakut maupun

kronis. Kandidiasis Vulvovaginalis Rekuren (KVVR) disebutkan sebagai

infeksi yang dapat mengalami kekambuhan hingga 4 kali atau lebih dalam

setahun. KVVR umumnya lebih banyak diderita perempuan dengan status

sosial tertentu dan dalam masa kehamilan. Tingginya angka kekambuhan

KVVR pada perempuan selama masa hidupnya mencapai 70-75%

setidaknya sekali KVVR selama hidupnya, dan sekitar 40-45% cenderung

berulang mengalami kekambuhan atau serangan kedua (Murtiastutik,

2007).

Infeksia kandida dapat memberikan beberapa gejala seperti rasa

gatal pada daerah vagina, keputihan yang banyak tanpa disertai bau,

gumpalan putih mirip keju di dinding vagina,serta tanda-tanda radang pada

vulva ataupun vagina yang disertai maserasi, pseudomembran, fisura, dan

lesi satelit papulopastular (daily & dkk, 2007).

33
2.1.2.9. Pediculosis

Pediculosis atau kutu pubis merupakan parasit yang dapat

ditularkan secara seksual maupun non seksual seperti melalui kontak

benda seperti handuk, seprai dan dapat juga melalui duduk di toilet. Kutu

ini termasuk kelompok serangga kutu penggigit yang hidup pada rambut

dan bertahan hidup dengan menghisap darah, sehingga menimbulkan

sensasi gatal di kulit rambut. Kutu ini hanya dapat bertahan hidup sekitar

satu bulan akan tetapi dapat bertelur berkali-kali semasa hidupnya (daily &

dkk, 2007).

2.1.2.10. Bakterial Vaginosis

Bakterial Vaginosis (BV) merupakan penyakit yang disebabkan

oleh gangguan keseimbangan flora normal bakteri vagina seperti

Lactobacilus crispatus dan Lactobacilus jenesenii dengan infeksi patogen

seperti jamur (kandidiasis) ataupun infeksi trikomonas. Selain itu, BV juga

dapat disebabkan oleh gangguan pH serta penggunaan antibiotik yang

dapat mengganggu keseimbangan flora normla vagina. Bakteri laktobasilus

pada vagina mampu mencegah pertumbuhan mikroorganisme vagina lain

seperti Gardnerella vaginalis, Mobiloncus, Bacteroides, dan Mycoplasma.

Gejala yang ditimbulkan oleh BV umumnya keputihan homogen yang

abnormal (terutama pasca senggama) disertai bau tidak sedap, keputihan

pada BV jumlahnya bervariasi dan menghilang sekitar 2 minggu sebelum

haid (daily & dkk, 2007)

34
2.1.3. Cara penularan IMS

Sebagian besar penularan Infeksi menular seksual terjadi melalaui

kontak seksual dengan penderita (> 95%) baik secara genito genital seks,

oral seks (mulut) maupun anal seks (dubur), selain itu beberapa penyakit

IMS seperti kutu pubis dapat ditularkan tanpa melalaui hubungan seksual

dengan perantara benda yang digunakan secara bersama sama seperti

handuk maupun seprai yang telah terkontaminasi.

2.1.4. Patomekanisme HIV

Virus HIV menginfeksi tubuh melalui perantara darah, semen dan

sekret vagina. Virus ini yang memiliki materi genetik RNA yang dapat

menginfeksi limfosit CD4 (Cluster Differential Four) yang berperan

penting dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh,

dengan melakukan perubahan sesuai dengan DNA inangnya. Selain itu

virus ini pun dapat menyerang sel makrofag, sel Langerhans kulit, sel

dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag alveoli paru, sel retina, sel

serviks uteri dan sel-sel mikroglia otak. Virus yang masuk kedalam

limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga populasinya

meningkat dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri (sel inang

virus) (Pinsky L, Douglas PH, 2009). Hal ini memunculkan sindrom

retroviral akut yang diikuti penurunan jumlah CD4 dan peningkatan kadar

RNA HIV dalam plasma. CD4 secara perlahan menurun dalam beberapa

tahun, laju ini akan meingkat lebih cepat pada 1,5 – 2,5 tahun sebelum

pasien menjadi AIDS. Saat jumlah CD4 dalam darah <200/mm3 maka

viral load jumlah virus HIV dalam darah akan cepat meningkat yang

memicu infeksi oportunistik, berat badan turun secara cepat dan muncul

35
komplikasi neurulogis. Pada pasien tanpa pengobatan ARV, rata-rata

kemampuan bertahan setelah CD4 turun < 200/mm3 adalah 3,7 tahun

(Pinsky L, Douglas PH, 2009).

2.1.5. Cara Penularan HIV

6 Melalaui hubungan seksual dengan orang yang positif HIV baik

genito genital seks, anal seks maupun oral seks. Terlebih jika

tidak menggunakan alat pengaman (kondom) tauapun

melakukan hubungan berganti – ganti pasangan

7 Menggunakan jarum bersama yang terkontaminasi HIV positif

8 Dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya.

Penularanya dapat terjadi selama kehamilan, saat melahirkan

dan saat menyusui.

9 Melalui transfusi darah yang telah terinfeksi HIV positif (I, et

al., 2015).

2.1.7. Hubungan IMS dengan Peningkatan Resiko tertular HIV

HIV merupakan bagian dari penyakit dari IMS yang meiliki

keterkaitan erat dalam hal penularan, penularan keduanya sama sama

ditularkan melalaui hubungan seksual beresiko akibat perilaku

bergonta–ganti pasangan serta seks tanpa menggunakan kondom (alat

pengaman). Hal ini memungkinkan orang tersebut terinfeksi salah satu

patogen IMS yang dapat menyebabkan perlukaan terbuka ataupun

basah yang dapat dijadikan sebagi pintu masuk bagi virus HIV

36
sehingga risiko tertular kian besar. Menurut Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia HIV dan IMS memilki keterkaitan sebagai

berikut:

1. Adanya IMS meningkatkan penularan virus HIV hingga 5-10

kali

2. Adanya IMS meningkatkan risiko HIV dari 1:10 menjadi

1:1000

3. orang dengan IMS berupa borok , dan pengeluaran nanah 40 dan

10 kali lebih beresiko terkena infeksi HIV dari pasangan yang

positif

4. sesorang dengan HIV dan IMS lebih cenderung menularkan HIV

pada pasangan seksual yang negatif (Direktorat Jendral

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia, 2017).

2.1.7. Faktor Risiko

Faktor risiko utama penularan IMS dan HIV memiliki kemiripan

yaitu faktor perilaku seksual, selain itu beberapa penyakit IMS serta HIV

dapat ditularkan dari Ibu ke bayi dan disisi lain IMS juga merupakan

faktor dari HIV itu sendiri.

Perilaku seksual beresiko yang berkaitan erat dengan penularan

IMS dan HIV diantaranya adalah perilaku seksual bergota ganti pasangan

(pasangan seksual lebih dari satu) serta perilaku seksual tanpa

menggunakan alat pengaman (kondom) padahal disisi lain penggunaan

37
kondom dapat mencegah transmisi penyakit dari pasangan seksual (A, et

al., 2010).
2.2. Kerangka Teori

Patogen
IMS
Infeski
Faktor Risiko Menular
Utama seksual non
HIV
1.Partner
seksual lebih Infeski
dari satu Menular
seksual
2.Hubungan
seksual tanpa
Pengaman

IMS dengan HIV

Usia Jenis Pekerjaan


HIV
Kelamin

Tingkat Status Karakteristik


Pendidikan Pernikahan IMS
Variabel yang tidak diteliti
Jumlah Orientasi
Kunjungan Seksual
Variabel yang diteliti
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep


Kerangka konsep pada dasarnya adalah hubungan antara konsep yang ingin diamati
dan diukur melalui penelitian- penelitian yang akan dilakukan (Notoadmodjo, 2010).
Berdasarkan sumber teori yang didapatkan, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah
tentang hubungan karakteristik pasien dengan Infeksi Menular Seksual (IMS) di RS Noni
Medika Jakarta Tahun 2021, untuk memperjelas apa yang akan diteliti maka dibuatlah
kerangka konsep sebagai berikut:

Independen Dependen

1. Jenis kelamin
2. usia Kejadian Infeksi
3. pekerjaan Menular Sexsual
4. tingkat pendidikan
5. status perkawinan

Gambar 3.1. Kerangka Konsep


3.2. Definisi Operasional
Tabel: 3.2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur
Variabel Dependen
1. Kejadian Karakteristik Kuesione Wawancara 1. ya (penderita Ordinal
Infeksi pasien
r sebanyak 5 infeksi menular
Menular mengenai
Seksual infeksi pertanyaaan seksual)
menular
2. tidak
seksual
Menggunakan (Penderita
skala linkert, infeksi menular
bernilai: tidak seksual)
1. STS
2. TS
3. S
4. SS
Variabel Independen
2. Jenis perbedaan kuisioner Wawancara 1. laki-laki nominal
kelamin antara dengan memilih 1
2. perempuan
perempuan jawaban.
dengan laki-laki
secara biologis Menggunakan tipe
sejak seorang itu soal ceklist
dilahirkan
3. Usia Usia Reproduksi Kuesione Wawancara Ordinal
sehat dimana r sebanyak 1 1. resiko Tinggi
hormon dan pertanyaan (usia 15 – 49
fungsi tubuh tahun)
masih bekerja Menggunakan tipe 2 resiko Rendah
secara optimal soal isian (usia <16
(Elizabeth, tahun atau >24
2010) tahun)

4. Pekerjaan Suatu tugas atau kuisioner Wawancara 1. Resiko tinggi Ordinal


kerja yang sebanyak 1 (tidak
menghasilkan pertanyaaan bekerja)
uang bagi 2. resiko rendah
seseorang Mengguanakan (Bekerja)
skala Guttman,
bernilai:
1. Ya
2. Tidak

5. Tingkat Jenjang Kuesione Wawancara 1. rendah (≤ Ordinal


Pendidika pendidikan r sebanyak 1 SMP)
n formal terakhir pertanyaan 2. tinggi
yang ditempuh (≥SMA)
oleh responden Menggunakan tipe
yang dibuktikan isian
oleh ijazah

5. Status Ikatan/ Kuesione Wawancara Nominal


perkawina komitmen r sebanyak 5 soal 1.tidak
n emosional dan menikah
legal antara Mengguanakan 2. menikah
seorang pria skala Guttman,
dengan seorang bernilai:
wanita 1. ya
melibatkan 2. tidak
aspek ekonomi,
social,
tanggungjawab
pasangan,
keadaan fisik,
serta hubungan
seksual (Olson
& DeFrain
2006)

`
3.3 Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian, kerangka konsep dan data yang tersedia, maka
hipotesis penelitian akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik pasien terhadap infeksi menular
seksual berdasarkan jenis kelamin di RS Noni Medika Jakrta Tahun 2021.
b. Terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik pasien terhadap infeksi menular
seksual berdasarkan usia di RS Noni Medika Jakrta Tahun 2021.
c. Terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik pasien terhadap infeksi menular
seksual berdasarkan pekerjaan di RS Noni Medika Jakrta Tahun 2021.
d. Terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik pasien terhadap infeksi menular
seksual berdasarkan tingkat pendidikan di RS Noni Medika Jakrta Tahun 2021.
e. Terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik pasien terhadap infeksi menular
seksual berdasarkan status perkawinan di RS Noni Medika Jakrta Tahun 2021.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan metode yang

digunakan adalah metode analitik bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik

pasien terhadap Infeksi menular seksual (IMS) di RS Noni Medika Jakarta Tahun 2021,

yaitu dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional merupakan variable sebab atau

resiko (independent variable) dan akibat (dependen variable) atau kasus yang terjadi pada

objek penelitian diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam

satu kali waktu (dalam waktu yang bersamaan), dan tidak ada follow up (Setiadi, 2013).

4.2 Waktu dan Tempat

Lokasi penelitian merupakan tempat atau lokasi penelitian tersebut dilakukan

(Notoatmojo, 2010). Penelitian ini akan dilakukan di Jatinegara yang berlokasi di Jalan

Cemara, RS Noni Medika Jakarta. Waktu merupakan seluruh rangkaian saat ketika proses

perubahan atau keadaan berada atau berlangsung (Notoatmojo, 2010). Penelitian ini

dilaksanakan sejak bulan November sampai dengan Januari 2022.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya atau dengan kata lain populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti (Setiadi; 2015 hal 101-102). Populasi

dalam penelitian ini adalah keseluruhan subjek penelitian yaitu pasien di RS Noni

Medika Jakarta, Jakarta Pusat.


4.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain sampel adalah elemen-elemen
pupolasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya (Setiadi, 2015).
Teknik pengambilan sampel yang dipilih peneliti adalah Non Probability
sampling yaitu dengan Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
teknik accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara
menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum dan jumlah quotum yang sudah
ditetapkan dapat terpenuhi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagian
pasien di RS Noni Medika Jakarta yang berada di wilayah Jakarta Pusat yang berjumlah
30 orang yaitu menggunakan pendapat WHO bahwa standar minimal dalam sampel
penelitian adalah 30 responden. Arikunto (2006), apabila jumlah populasi yang kurang
dari 100 diambil semua, tetapi jika lebih dari 100 dapat diambil 10-15% atau 20%-25%
dari jumlah populasi.
58
4.4 Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dalam 1 kelompok pasien di RS Noni Medika

Jakarta dengan menggunakan teknik accidental sampling yaitu teknik sampel

berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok

sebagai sumber data (Setiadi, 2015).

4.5 Prosedur dan Instrument Pengambilan Data

4.5.1 Prosedur Pengambilan Data

Prosedur pengumpulan data adalah langkah-langkah prosedur dan strategi yang


digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data dalam penelitian. Dalam
melaksanakan penelitian, prosedur yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Setelah mendapatkan izin dari STIKes Abdi Nusantara Jakarta untuk melakukan
pengambilan data, peneliti akan menghubungi Management Rumah Sakit Noni Medika
Jakarta untuk mendapatkan izin untuk memulai pengumpulan data.
2. Setelah mendapatkan izin dari tempat tersebut, kemudian peneliti menindaklanjuti untuk
mengumpulkan data.
3. Peneliti mulai melakukan pengumpulan data yaitu dengan menggunakan kuesioner,
dimana kuesioner tersebut dibagikan langsung oleh peneliti.
4.5.2 Instrumen Pengambilan Data

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan skala


likert. Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket dengan beberapa pertanyaan.
Alat ini digunakan bila responden dalam jumlah besar dan dapat membaca dengan
baik (Hidayat, 2012). Skala likert ini digunakan oleh peneliti untuk mengukur
sikap tentang masalah atau gejala yang ada dimasyarakat atau yang dialami
responden sebelum lembar kuesioner dibagikan pada responden, dilakukan uji
validitas reliabilitas terlebih dahulu. Uji validitas dalam penelitian ini diambil di
RS Noni Medika Jakarta, Jakarta Pusat yaitu sebanyak 10 responden.

1. Uji Validitas
Validitas instrument penelitian atau tingkat ketepatan instrument
penelitian adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk
mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapkan.
Untuk menguji validitas angket, digunakan rumus Pearson Product Moment
dengan taraf signifikansi ditentukan 5%. Jika diperolehb korelasi yang lebih
besar dari r table pada taraf signifikansi 5% berarti butir pertanyaan tersebut
valid (Hidayat, 2007).
Teknik korelasi yang digunakan korelasi pearson product moment:

r= N(∑XY)-(∑X∑Y)

V[ N∑X2-(∑X)2][N∑Y2-(∑Y)2]

Keputusan uji:
Bila r hitung lebih besar dari r table, artinya variabel valid
Bila r hitung lebih kecil dari r table, artinya variabel tidak valid.
Uji validitas dilakukan dijalan alternative Cibubur dengan jumlah 30
orang responden dari 12 pertanyaan prilaku pekerjaan seks komersial terdapat
6 pertanyaan yang tidak valid dikarenakan nilai r kurang dari 0,572 dan
terdapat 6 pertanyaan prilaku pekerja seks komersial yang valid, dari 20
pertanyaan pengetahuan pekerja seks komersial terdapat 11 pertanyaan yg
tidak valid karena nilai r kurang dari 0,444 dan terdapat 9 pertanyaan
pengetahuan pekerja seks komersial yang valid, dari 14 pertanyaan tentang
status perkawinan pada pekerja seks komersial terdapat 9 soal tidak valid
karena nilai r kurang dari 0,532 ada 5 soal yang valid, dari 15 pertanyaan
sumber pendapatan pekerja seks komersial terdapat 10 pertanyaan tidak valid
karena nilai r kurang dari 0,514 dan terdapat 5 pertanyaan sumber pendapat
pekerja seks komersial yang valid, dari 14 pertanyaan trauma masa lalu
pekerja seks komersial terdapat 8 pertanyaan tidak valid dikarenakan nilai r
kurang dari 0,532 dan terdapat 6 pertanyaan trauma masa lalu pekerja seks
komersial yang valid, dari 20 pertanyaan pekerja seks komersial tedapat 12
pertanyaan tidak valid karena nilai r kurang dari 0,572 dan terdapat
62 8
pertanyaan pengaruh orang lain pada pekerja seks komersial yang valid.

2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan keadaan yang mengukur bahwa instrumen yang
digunakan menghasilkan hasil pengukuran yang tidak berubah-ubah dan
konsisten (Wibowo, 2014). Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan
sejauh mana hasil pengukurannya tetap konsisten bila dilakukan pengukuran
dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan alat ukur yang sama.
Suatu ukuran yang menunjukan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten
bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan
dengan alat ukur yang sama. Pertanyaan diakatan reliable jika jawaban
seorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Jadi jika misalnya responden menjawab “ya” sudah menikah dalam status
pernikahan nya, maka jika beberapa waktu kemudian ia ditanya lagi lagi untuk
hal yang sama, maka seharusnya tetap konsisten pada jawaban semuala yaitu
setuju.
Pengukuran reliabilitas pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua
cara:
a. Repeated measure atau ukur ulang. Pertanyaan ditanyakan pada responden
berulang pada waktu yang berbeda (misal sebulan kemudian) dan
kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya.
b. One Shot atau diukur sekali saja. Disini pengukurannya hanya sekali dan
kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain. Pada umumnya
pengukuran dilakukan dengan one shot dengan beberapa pertanyaan
pengujian reliabilitas dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu.
Jadi jika pertanyaan tidak valid, maka pertanyaan tersebut dibuang.
Pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid kemudian baru secara bersama-
sama diukur reliabilitasnya.
Rumus:

Keterangan:
α = Koefisien reliabilitas instrument Alopha Cronbach
n = Jumlah butir pertanyaan
S2 = Varian skor secara keseluruhan
Untuk mengetahui reliabilitas dilakukan dengan cara melakukan uji
Cronbach Alpha.
Keputusan Uji:
- Bila Cronbach Alpha ≥ 0,6 – artinya variabel reliabel.
- Bila Cronbach Alpha ≤ 0,6 – artinya variabel tidal reliabel.

Hasil dari olahan data nilai alpha cronbach prilaku adalah 0,914, karena

nilai alpha > dari r tabel (0,914 > 0,572) maka penelitian dikatakan realibilitas. Dari

olahan data pengetahuan adalah 0,802 karena nilai alpha > dari r tabel (0,802 > 0,444)

maka penelitian dikatakan reliabilitas. Dari olahan data status pernikahan adalah

0,814 karena nilai alpha > dari r tabel (0,814 > 0,532) maka penelitian dikatakan

reliabilitas. Dari olahan data sumber pendapatan adalah 0,890 karena nilai alpha >

dari tabel (0,890 > 0,514) maka penelitian dikatakan valid. Dari olahan data trauma

masa lalu adalah 0,968 karena nilai alpha > dari r tabel (0,968 > 0,532) maka

pertanyaan dikatan valid. Dari olahan data pengaruh orang lain adalah 0,951 karena

alpha > r tabel ( 0,951 >0,572) maka pertanyaan dikatakan valid.

4.6 Pengumpulan Data


4.6.1 Tenaga Pengumpulan Data

Adapun tenaga pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti


sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpulan data
yaitu dengan metode pengumpulan data berdasarkan pembagian kuesioner.
4.6.2 Tata Cara Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data ini menggunakan teknik data primer, yaitu


pengumpulan data dengan membagikan lembar kuesioner yang berupa daftar
pertanyaan tertutup kepada responden untuk diisi. Sebelumnya responden
diberikan penjelasan tentang maksud daan tujuan, adanya jaminan kerahasiaan
jawaban dan manfaat partisipasinya dalam penelitian.

4.6.3 Alat Pengukur Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner


dengan menggunakan skala jawaban yaitu skala guttman dan skala likert.
Skal Guttman disebut juga skala scalogram yang sangat baik untuk
meyakinakan hasil penelitian mengenai kesatuan dimensi dan sikap atau sifat
yang diteliti (Setiadi, 2013). Adapun skoring perhitungan responden dalam
skala Guttman adalah:

Tabel 4.2:
Skoring skala Guttman
Skor alternative jawaban
Alternative jawaban
Positif Negative
Ya 1 0
Tidak 0 1

Jawaban dari responden dapat dibuat skor tertinggi “satu” dan skor
terendah “nol”, untuk alternative jawaban dalam kuisioner, penyusun menetapkan
kategori untuk setiap pernyataan positif, yaitu ya = 1 dan tidak = 0, sedangkan
kategori untuk setiap pernyataan negative, yaitu ya = 0 dan tidak = 1.
Skala likert. Ada 2 bentuk skala likert yaitu, untuk pertanyaan positif
sebagai berikut : sangat setuju (SS)=4, setuju (S)= 3, tidak setuju (TS)=2, sangat
tidak setuju (STS)=1, dan pertanyaan negative dikonversikan sebagai berikut:
sangat setuju (SS)= 1, setuju(S)=2, tidak setuju(TS)= 3, sangat tidak setuju(STS)=
4. Pertanyaan negative dikonversikan supaya dapat dijumlahkan dengan
pernyataan positif dan diambil rata-ratanya.
4.7 Pengolahan Data

Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, maka ada empat
tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui. Data yang telah terkumpul kemudian
diolah baik secara manual maupun dengan menggunakan computer dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

1. Pengeditan Data (Editing)


Editing yaitu upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh
atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
setelah data terkumpul.
2. Mengkode Data (Coding)
Coding yaitu kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori. Dengan menggunakan daftar kode untuk
memudahkan peneliti melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. 66
3. Memasukkan Data (Data Entry)
Data Entry yaitu kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master table atau database computer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau dengan membuat table kontingensi.
4. Pembersihan Data (Cleaning)
Cleaning yaitu membersihkan data dengan tujuan untuk mengecek kembali
data yang dimasukkan, untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau
koreksi.

4.9. Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan Analisis Univariat
dna Analisis Bivariat.
4.9.1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan data yang diperoleh dan dianalisis
menggunakan analisis univariat (statistik deskriptif). Analisis ini dilakukan
dengan mendeskripsikan semua data dari variabel dalam bentuk distribusi
frekuensi dan persentase dengan menggunakan rumus (Notoadmodjo, 2012):
Keterangan:
f : Rata-rata
X : Jumlah yang didapat
N : Jumlah sampel

4.9.2. Analisis Bivariat


Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independen (umur, usia, tingkat pendidikan, status perkawinan, pekerjaan)
dengan variabel dependen (pasien Infeksi Menular Seksual). Selanjutnya
dilakukan analisis dengan tabel silang hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen. Dari table silang dilakukan uji Kai Kuadrat (Chi-
Square) untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen (Ridwan, 2013).
Uji Chi- Square tersebut dengan menggunakan rumus sebagi berikut:
2

Keterangan:

x2 : nilai Chi- quadrat

fo : frekuensi yang diobservasi

fe : jumlah frekuensi yang diharapkan

Keuntungan pembacaan hasil uji adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan Pearson Chi- Square dipakai bila table lebih dari 2x2,
misalnya 3x2, 2x3 dan seterusnya.
2. Perhitungan Continuity Correction dipakai bila table 2x2 dan tidak ada
nilai Expection (E) kurang dari 5 atau kurang dari 20% dari jumlah sel
dalam tabel.
3. Perhitungan Fisher’s Exact Test dipakai bila tabel 2x2 dan dijumpai nilai
Expection (E) kurang dari 5 atau kurang dari 20% dari jumlah sel dalam
tabel.
Ada tidaknya hubungan secara statistik antara variabel independen
dengan variabel dependen yang diuji dilakukan dengan cara membandingkan
nilai P dengan α = 0,05 dengan kesimpulan pembacaan sebagai berikut:

1. Bila nilai P ≤ α (0,05) menunjukkan bahwan tidak terdapat hubungan yang


bermakna antara variabel-variabel yang sedang diuji (Ho diterima)
2. Bila nilai P > α (0,05) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara variabel-variabel yang sedang diuji (Ha diterima).

4.10 Odds Ratio


Rasio odds (odds ratio) adalah perbandingan kemungkinan peristiwa terjadi
dalam satu kelompok dengan kemungkinan hal yang sama terjadi di kelompok lain.
Rasio odds adalah ukuran besarnya efek dan umumnya digunakan untuk
membandingkan hasil dalam uji klinik. Odds Ratio (OR) adalah ukuran asosiasi
paparan (faktor risiko) dengan kejadian penyakit; dihitung dari angka kejadian
penyakit pada kelompok berisiko (terpapar faktor risiko) dibanding angka kejadian
penyakit pada kelompok yang tidak berisiko (tidak terpapar faktor risiko).
Sebagai contoh usia pasien terhadap infeksi menular seksual, Odds Ratio yang
dimaksud dalam contoh tersebut adalah seberapa besarkah pasien yang terpapar
terhadap infeksi menular seksual. Maka jawabannya bisa 2 kali lipat, 3 kali lipat, atau
5,5 kali lipat. Artinya pasien yang di usia reproduksi memiliki resiko2 kali lipat
terkena infeksi menular seksual dibandingkan dengan pasien yang sudah
menopause/dibawah usia reproduksi.
DAFTAR PUSTAKA

(Ashanti et al., 2021; BUKU AJAR EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL


DAN HIV/AIDS - Google Books, n.d.; Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Infeksi Menular
Seksual, n.d.; Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Infeksi Menular Seksual - Google Books,
n.d.; Metodologi Penelitian Kuantitatif - Google Books, n.d.; Pendekatan Komunitas Sebagai
Upaya Pencegahan Dan Pengendalian HIV/AIDS Di ... - Google Books, n.d.; Qurbaniah &
Abrori, 2017; Tuntun, 2018)

Ashanti, V., Nurhayati, E., & Roekmantara, T. (2021). Gambaran Tingkat Pengetahuan
tentang Infeksi Menular Seksual dan Kejadian Infeksi Menular Seksual pada Remaja.

BUKU AJAR EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV/AIDS - Google


Books. (n.d.). Retrieved January 13, 2022, from
https://www.google.co.id/books/edition/BUKU_AJAR_EPIDEMIOLOGI_PENYAKIT_ME
NULAR/WCxMEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=0

Kesehatan reproduksi remaja dan infeksi menular seksual. (n.d.). 104.

Kesehatan Reproduksi Remaja dan Infeksi Menular Seksual - Google Books. (n.d.). Retrieved
January 13, 2022, from
https://www.google.co.id/books/edition/Kesehatan_Reproduksi_Remaja_dan_Infeksi/6mlNE
AAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=pencegahan+ims&printsec=frontcover

Metodologi Penelitian Kuantitatif - Google Books. (n.d.). Retrieved January 13, 2022, from
https://www.google.co.id/books/edition/Metodologi_Penelitian_Kuantitatif/A6fRDwAAQB
AJ?hl=id&gbpv=1&dq=metodologi+penelitian+dasar+tahun+2019&printsec=frontcover

Pendekatan Komunitas sebagai Upaya Pencegahan dan Pengendalian HIV/AIDS di ... -


Google Books. (n.d.). Retrieved January 13, 2022, from
https://www.google.co.id/books/edition/Pendekatan_Komunitas_sebagai_Upaya_Pence/xvR
EEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=pencegahan+ims&printsec=frontcover

Qurbaniah, M., & Abrori, P. (2017). Infeksi Menular Seksual: Buku Ajar. 114.
https://books.google.co.id/books?id=X7BUDwAAQBAJ

Tuntun, M. (2018). Faktor Resiko Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). Jurnal
Kesehatan, 9(3), 419–426.

Anda mungkin juga menyukai