(IMS)
DI RS NONI MEDIKA JAKARTA
TAHUN 2021
OLEH :
KELOMPOK I
1.EVI YUNITA
2.HIRA BAITI
3.NURDIYANAH
4.INDAH MULYANI
5.SHINTYA WULANDARI
6.ERVINA SINURAYA
7.ANITA LUSIANA
8.MUHAMMAD AFDHOL ZULFIKRI
9.ANNISA NUR PERTIWI
PEMBIMBING:
Oleh
Nama : KELOMPOK I
NIM :
i
PERNYATAAN PENGESAHAN
Judul Skripsi: Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Infeksi Menular Seksual (Ims) Di Rs
Noni Medika Jakarta Tahun 2021
Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara
Pembimbing
Diketahui
STIKES Abdi Nusantara
Ketua
ii
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM S1 KEPERAWATAN STIKES ABDI NUSANTARA
Nama : KELOMPOK I
NIM :
Ketua / Penguji I
………………………………………………
NIDN:
Anggota / Penguji II
………………………………………………
NIDN:
………………………………………………
NIDN:
iii
“Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tua tercinta, sebagai impian kedua orang
tuaku” “Kupersembahkan untuk suami dan keluargaku tercinta, serta kakaku/adikku
tersayang”
iv
RIWAYAT HIDUP
I Identitas
Nama :
Agama :
Alamat :
II. Pendidikan
III. Pekerjaan
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA JAKARTA
Jakarta 03 November 2021
Nama : Kelompok I
ABSTRAK
Latar Belakang : Penyakit Infeksi menular seksual ( IMS) saat ini telah menjadi
isu nasional bahkan internasional. Hingga saat ini isu ini masih menjadi masalah
tidak hanya dinegara maju tetapi juga negara berkembang. Kompleksitas dari
penyakit ini tidak hanya menjadi masalah dibidang kesehatan tetapi juga telah
merebak menjadi masalah sosial dan ekonomi. Saat ini, diperkirakan terdapat 500
juta kasus IMS terjadi setiap tahunnya, padahal disisi lain IMS merupakan
penyakit yang dapat dicegah dan dapat diobati, sealain itu IMS memiliki
keterkaitan erat dengan prevalensi HIV dikarenakan IMS menjadi pintu masuk
HIV. salah satu diantaranya adalah sifilis yang dapat meningkatkan resiko tertular
HIV 300 kali lipat Metode: Penelitian ini bersifat observasional deskriptif dengan
study cross sectional dilaksanakan mulai bulan Januari 2018- Juni 2019 di RSUD
Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Penelitian dilakukan dengan jumlah sampel 72
orang. Pendekatan dilakukan menggunakan teknik total sampling berupa rekam
medis untuk semua variabel. Metode analisis data dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis Multivariat (analisa deksriptif).Hasil dan
Kesimpulan: 1. Angka kejadian IMS dengan HIV di RSUD Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa pada Januari 2018- Juni 2019 berjumlah 26 orang dengan
jumlah sampel sebanyak 26 orang2. Kasus IMS dengan HIV terjadi paling banyak
terjadi pada kelompok usia 26-35 tahun dan 36-45 tahun masing- masing
sebanyak 11 kasus (42%). 3. Kasus IMS dengan HIV lebih banyak diderita oleh
Pria sebanyak 20 kasus (77%) dengan jumlah 3 kali lebih banyak dari kasus
wanita sebesar 6 kasus (23%).4. Kasus IMS dengan HIV lebih banyak terjadi pada
penderita yang tidak memiliki pekerjaan dan swasta sebanyak 4 kasus (16%).5.
Kasus IMS dengan HIV lebih banyak dijumpai pada pasien dengan tingkat
pendidikan SMA sebanyak 13 kasus (50%).6. Pasien IMS dengan HIV di RSUD
Syekh Yusuf hanya dijumpai tiga penyakit IMS yaitu yang terbanyak Kandidiasis
15 kasus (65%), kemudian Kondiloma Akuminata 9 kasus (27%), dan Herpes
genitalis 2 kasus (8%).7. Kasus IMS dengan HIV pada priode Januari 2018-Juni
2019 lebih banyak dijumpai kasus baru sebesar 18 kasus (69%) dibandingkan
kasus lama sebanyak 8 kasus (31%).8. Orientasi seksual pasien IMS dengan HIV
sulit diidentifikasi9. Pasien IMS dengan HIV lebih banyak tinggal bersama
suami/Istri sebanyak 14 kasus (64%) dibandingkan tinggal bersama orang tua
sebanyak 8 kasus (36%).10. Pasien IMS dengan HIV lebih banyak menggunakan
jalur pelayanan JKN sebanyak 20 pasien (80%) dibandingkan jalur pelayanan
umum sebanyak 5 kasus (20%).11.
viii
Pasien IMS dengan HIV yang dirawat di VCT sebagian besar berasal dari rujuka
Poli penyakit dalam sebanyak 19 kasus (80%).12. Sebagian besar pasien IMS
dengan HIV pernah melakukan hubungan seksual pervagina berisiko sebanyak 11
kasus (61%) dan seks anal berisiko sebanyak 28%
Kata kunci: Infeksi Menular Seksual, HIV
“Relationship between Patient Characteristics and Sexually Transmitted Infections
(STI) at Noni Medika Hospital, Jakarta in 2021”
ABSTRACT
Background : Currently, sexually transmitted infection (STI) has become a national and
even international issue. Nowdays, this issue is still a problem for not only in developed
countries but also in developing countries. The complexity of this disease is not only a
problem in the health sector but also has become a social and economic problem. At
present, it is estimated that there are 500 million cases of STIs occurring each year,
although on the other hand, STIs are preventable and treatable diseases, besides that, STIs
are closely related to HIV prevalence because STIs are the entry point for HIV. one of
them is syphilis which can increase the risk of acquiring HIV 300 timesMethods: This
was an observational descriptive study with a cross sectional study conducted from
January 2018 to June 2019 at the Syekh Yusuf Hospital, Gowa Regency. The research
was conducted with a sample size of 72 people. The approach is carried out using a total
sampling technique in the form of medical records for all variables. Methods of data
analysis in this study using multivariate analysis techniques (descriptive analysis).Results
and Conclusions: 1. The incidence rate of STIs with HIV in the Syekh Yusuf Hospital,
Gowa Regency in January 2018- June 2019 was 26 people with a total sample size of 26
people. 2. The most cases of STIs with HIV occurred in the age group 26-35 years and
36-45 years, respectively with 11 cases (42%).3. Male STI cases with HIV were more
prevalent, as many as 20 cases (77%) with 3 times more cases than female cases by 6
cases (23%). 4. STI cases with HIV were more common among people who did not have
a job and private sector worker as many as 4 cases (16%). 5. STI cases with HIV were
more common in patients with high school education as many as 13 cases (50%). 6. STI
patients with HIV at Syekh Yusuf General Hospital only found three STIs, namely 15
cases of Candidiasis (65%), 9 cases of condyloma acuminata (27%), and 2 cases of
genital Herpes (8%).7. There were more new cases of STIs with HIV during the period
January 2018-June 2019 with 18 new cases (69%) compared to 8 old cases (31%).
JJJ. Sexual orientation of STI patients with HIV is difficult to identify
KKK. STI patients with HIV were more likely to live with husband / wife in 14 cases
(64%) compared to 8 cases (36%). 10. STI patients with HIV mostly used the JKN
service line as many as 20 patients (80%) compared to the general service line as many as
5 cases (20%). 11. STI patients with HIV who were treated in VCT mostly came from
Rujuka Poli Disease in 19 cases (80%). 12. Most of the STI patients with HIV had had
risky vaginal intercourse as much as 11 cases (61%) and risky anal sex was 28%
Key words: Sexually Transmitted Infections, HIV
ix
KATA PENGANTAR
Dengan senantiasa memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Infeksi Menular Seksual (IMS) Di Rs Noni
Medika Jakarta Tahun 2021”.
Dengan bimbingan dan pertolongan Allah penulis berani menghadapi berbagai
macam hambatan dan kesulitan demi lancarnya proses penyusunan skripsi ini. Dengan cinta
dan dukungan serta rahmat-Nya, sehingga segala keterbatasan penulis dapat dilalui dengan
baik.
Tapi penulis menyadari tidak ada kesempurnaan hakiki selain kepada dia-Lah.
Sehingga bentuk dan isi skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan juga masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan.
3. Terima kasih kepada ….. Kepala Rumah Sakit Noni Medica Jakarta yang
5. Seluruh staf pegawai Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta.
vi
6. Ayahanda ….dan Ibunda tercinta …., kelaurga tercinta ….atas
kepada penulis.
Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis serahkan segalanya, untuk semua
itu sekali lagi penulis mengucapkan banyak terima kasih dan mudah-mudahan Allah
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………………………………………………...xvi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………xvii
DAFTAR GRAFIK……………………………………………………………………………..viii
BAB 1 PENDAHULUAN
xi
2.1.3.8 Kandidiasis ............................................................................................................33
xi
BAB 3 METODE PENELITIAN
xi
BAB 4 JADWAL DAN ANGGARANPENELITIAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GRAFIK
xii
BAB I
Pendahuluan
Angka kejadian infeksi ini mengalami peningkatan diusia seksual aktif karena
Penyakit Infeksi menular seksual ( IMS) saat ini telah menjadi isu nasional
bahkan internasional. Hingga saat ini isu ini masih menjadi masalah tidak
penyakit ini tidak hanya menjadi masalah dibidang kesehatan tetapi juga telah
merebak menjadi masalah sosial dan ekonomi. Saat ini, diperkirakan terdapat
500 juta kasus IMS terjadi setiap tahunnya, padahal disisi lain IMS merupakan
tahun 2015 angka kesakitan IMS adalah sebanyak 19.973 kasus. Angka ini
kesakitan IMS pada tahun 2012 sebanyak 16.110 kasus dan pada tahun 2010
1
sebanyak 11.141 kasus IMS (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2015).
Peningkatan angka penderita IMS ini tidak lepas dari perilaku seksual
beresiko seperti berganti – ganti pasangan dan seks pra nikah serta
2013).
dikarenakan IMS menjadi pintu masuk HIV. salah satu diantaranya adalah
sifilis yang dapat meningkatkan resiko tertular HIV 300 kali lipat (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Hal ini tampak dari prevalensi HIV di
angka kesakitan HIV mencapai 30.935 kasus sedangkan ditahun 2016 angka
kesakitan HIV berujumlah 41.250 kasus dan ditahun 2017 mencapai 48.300
2
IMS merupakan pintu masuk bagi Virus HIV. Pada tahun 2013 angka
kejadian HIV dan IMS diseluruh dunia mencapai 35 juta jiwa dengan jumlah
kasus baru sebanyak 2,1 juta kasus dengan jumlah kematian akibat HIV dan
Indonesia, 2014).
ditemukan, pada tahun 2016 terdapat 7,055 kasus baru sifilis , 7,537 kasus
duh uretra dan 41,832 duh vaginal serta1.055 kasus ulkus genital yang
Indonesia, 2016).
Pada dasarnya Penyebaran penderita IMS sulit didata secara akurat sesuai
kasus infeksi menular seksual yang tidak memberikan gejala yang khas
kejadian IMS yang terjadi pada Wanita. Sehingga penderita yang terdata
tinggi dan serius. Beragam faktor menjadi acuan terkait peingkatan angka
kesakitan IMS di Indonesia diantaranya seks beresiko, peran petugas
seksual dengan HIV di RS Noni Medika Jakarta pada Tahun 2021. Setelah
dalam upaya intervesi pencegahan berupa deteksi dini dan promosi kesehatan
secara umum.
4
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi valid bagi masyarakat
masyarakat akan penyakit IMS baik dari segi jenis kelamin, usia,
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebgai sumber data dan bahan rujukan
sectional
BAB II
Tinjauan Pustaka
dari orang yang sebelumnya telah terinfeksi oleh patogen penyebab seperti
jamur, parasit, bakteri maupun virus. Penularan ini dapat melalui penis,
vagina, anal (dubur) dan oral(mulut). Selain itu, infeksi menular seksual
juga dapat menjangkit janin atau bayi yang ditularkan pada saat berada
dalam kandungan ibu ataupun dalam proses kelahiran ataupun melalui alat
manusia melalaui perantara darah, semen, dan sekret Vagina (Z, Djoerban
2.1.2.1. Gonore
Inflamatory Desease (PID) dan berbagai penyakit infeksi lainnya. IMS ini
Faktor resiko kejadian Infeksi ini yaitu pasangan seksual lebih dari
satu, usia muda, PSK, status belum menikah, penasun, tingkat pendidikan
Sifilis atau lebih dikenal dengan raja singa merupakan salah satu
sifilis diantaranya :
28
lain seperti mulut tanpa disertai rasa nyeri atupun perdarahan
lebih.
seksual, selain itu penyakit sifilis juga dapat ditularkan dari Ibu ke janin,
umumnya pasien yang menderita sifilis akan melahirkan bayi yang mati
2.1.2.3. Klamidiasis
29
Infeksi klamidia merupakan infeksi yang paling sering terjadi pada
wanita yang terinfeksidan 50% pada pria yang terinfksi. Infeksi ini
seksual seperti terutama pada rentan usia 15-49 tahun, dengan insidensi
yang cukup tinggi sekitar 38:1000 bagi wanita dan 33:1000 untuk pria.
Selain itu infeksi bakteri ini juga dapat menimbulkan komplikasi yang
dan infertilitas (pada wanita) dan epididimitis (pada pria) (Kirby Institute
terdiri atas satu atau lebih ulkus genital dengan ciri lembut dan nyeri,
ditemukan pada daerah frenulum pada pria ataupun vulva dan serviks pada
30
wanita yang terus mengalami perkembang menjadi pustula yang akan
dengan tepi yang kasar dengan eksudat purulen disertai dengan rasa nyeri.
Ulkus ini dapat bertahan berbulan bulan jika tidak ditangani dengan baik,
HSV lebih efektif dari pria ke wanita daripada wanita ke pria (World
Gejala herpes ditandai satu atau lebih lepuh pada genital ataupun anal
atupun luka terbuka yang disertai dengann gejala sistemik seperti demam
31
Kondiloma akuminata atau genital warts merupakan penyakit yang
sangat sering terjadi. Disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV) yang
klinis kutil pada daerah genital. Ada beberpa faktor risiko penyebab
dari satu
seksualnya
kanker termasuk kanker vulva, anus, penis, mulut dan tenggorokan serta
2.1.2.7. Trikomoniasis
kontak seksual dengan pasangan lebih dari satu ataupun hubungan seksual
tanpa alat pengaman serta dapat ditularkan melalaui penggunaan sex toys
penyakit ini tidak dapat ditularkan melalui anal seks, oral seks, ciuman,
32
4. Sakit, kemerahan, bengkak ataupun sensasi gatal pada daerah
sekitar vagina
2018).
2.1.2.8. Kandidiasis
vagina dan vulva yang disebabkan infeksi jamur kandida yang dapat
terjadi secara primer atau sekunder yang bersifat akut, subakut maupun
infeksi yang dapat mengalami kekambuhan hingga 4 kali atau lebih dalam
2007).
gatal pada daerah vagina, keputihan yang banyak tanpa disertai bau,
33
2.1.2.9. Pediculosis
benda seperti handuk, seprai dan dapat juga melalui duduk di toilet. Kutu
ini termasuk kelompok serangga kutu penggigit yang hidup pada rambut
sensasi gatal di kulit rambut. Kutu ini hanya dapat bertahan hidup sekitar
satu bulan akan tetapi dapat bertelur berkali-kali semasa hidupnya (daily &
dkk, 2007).
34
2.1.3. Cara penularan IMS
kontak seksual dengan penderita (> 95%) baik secara genito genital seks,
oral seks (mulut) maupun anal seks (dubur), selain itu beberapa penyakit
IMS seperti kutu pubis dapat ditularkan tanpa melalaui hubungan seksual
sekret vagina. Virus ini yang memiliki materi genetik RNA yang dapat
virus ini pun dapat menyerang sel makrofag, sel Langerhans kulit, sel
dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag alveoli paru, sel retina, sel
serviks uteri dan sel-sel mikroglia otak. Virus yang masuk kedalam
meningkat dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri (sel inang
retroviral akut yang diikuti penurunan jumlah CD4 dan peningkatan kadar
RNA HIV dalam plasma. CD4 secara perlahan menurun dalam beberapa
tahun, laju ini akan meingkat lebih cepat pada 1,5 – 2,5 tahun sebelum
pasien menjadi AIDS. Saat jumlah CD4 dalam darah <200/mm3 maka
viral load jumlah virus HIV dalam darah akan cepat meningkat yang
memicu infeksi oportunistik, berat badan turun secara cepat dan muncul
35
komplikasi neurulogis. Pada pasien tanpa pengobatan ARV, rata-rata
kemampuan bertahan setelah CD4 turun < 200/mm3 adalah 3,7 tahun
genito genital seks, anal seks maupun oral seks. Terlebih jika
al., 2015).
basah yang dapat dijadikan sebagi pintu masuk bagi virus HIV
36
sehingga risiko tertular kian besar. Menurut Kementrian Kesehatan
berikut:
kali
1:1000
positif
yaitu faktor perilaku seksual, selain itu beberapa penyakit IMS serta HIV
dapat ditularkan dari Ibu ke bayi dan disisi lain IMS juga merupakan
IMS dan HIV diantaranya adalah perilaku seksual bergota ganti pasangan
37
kondom dapat mencegah transmisi penyakit dari pasangan seksual (A, et
al., 2010).
2.2. Kerangka Teori
Patogen
IMS
Infeski
Faktor Risiko Menular
Utama seksual non
HIV
1.Partner
seksual lebih Infeski
dari satu Menular
seksual
2.Hubungan
seksual tanpa
Pengaman
Independen Dependen
1. Jenis kelamin
2. usia Kejadian Infeksi
3. pekerjaan Menular Sexsual
4. tingkat pendidikan
5. status perkawinan
`
3.3 Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian, kerangka konsep dan data yang tersedia, maka
hipotesis penelitian akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik pasien terhadap infeksi menular
seksual berdasarkan jenis kelamin di RS Noni Medika Jakrta Tahun 2021.
b. Terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik pasien terhadap infeksi menular
seksual berdasarkan usia di RS Noni Medika Jakrta Tahun 2021.
c. Terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik pasien terhadap infeksi menular
seksual berdasarkan pekerjaan di RS Noni Medika Jakrta Tahun 2021.
d. Terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik pasien terhadap infeksi menular
seksual berdasarkan tingkat pendidikan di RS Noni Medika Jakrta Tahun 2021.
e. Terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik pasien terhadap infeksi menular
seksual berdasarkan status perkawinan di RS Noni Medika Jakrta Tahun 2021.
BAB IV
METODE PENELITIAN
pasien terhadap Infeksi menular seksual (IMS) di RS Noni Medika Jakarta Tahun 2021,
yaitu dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional merupakan variable sebab atau
resiko (independent variable) dan akibat (dependen variable) atau kasus yang terjadi pada
objek penelitian diukur dan dikumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam
satu kali waktu (dalam waktu yang bersamaan), dan tidak ada follow up (Setiadi, 2013).
(Notoatmojo, 2010). Penelitian ini akan dilakukan di Jatinegara yang berlokasi di Jalan
Cemara, RS Noni Medika Jakarta. Waktu merupakan seluruh rangkaian saat ketika proses
perubahan atau keadaan berada atau berlangsung (Notoatmojo, 2010). Penelitian ini
4.3.1 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya atau dengan kata lain populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti (Setiadi; 2015 hal 101-102). Populasi
dalam penelitian ini adalah keseluruhan subjek penelitian yaitu pasien di RS Noni
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain sampel adalah elemen-elemen
pupolasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya (Setiadi, 2015).
Teknik pengambilan sampel yang dipilih peneliti adalah Non Probability
sampling yaitu dengan Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
teknik accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara
menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum dan jumlah quotum yang sudah
ditetapkan dapat terpenuhi. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagian
pasien di RS Noni Medika Jakarta yang berada di wilayah Jakarta Pusat yang berjumlah
30 orang yaitu menggunakan pendapat WHO bahwa standar minimal dalam sampel
penelitian adalah 30 responden. Arikunto (2006), apabila jumlah populasi yang kurang
dari 100 diambil semua, tetapi jika lebih dari 100 dapat diambil 10-15% atau 20%-25%
dari jumlah populasi.
58
4.4 Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dalam 1 kelompok pasien di RS Noni Medika
berdasarkan kebetulan, siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok
1. Uji Validitas
Validitas instrument penelitian atau tingkat ketepatan instrument
penelitian adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk
mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapkan.
Untuk menguji validitas angket, digunakan rumus Pearson Product Moment
dengan taraf signifikansi ditentukan 5%. Jika diperolehb korelasi yang lebih
besar dari r table pada taraf signifikansi 5% berarti butir pertanyaan tersebut
valid (Hidayat, 2007).
Teknik korelasi yang digunakan korelasi pearson product moment:
r= N(∑XY)-(∑X∑Y)
V[ N∑X2-(∑X)2][N∑Y2-(∑Y)2]
Keputusan uji:
Bila r hitung lebih besar dari r table, artinya variabel valid
Bila r hitung lebih kecil dari r table, artinya variabel tidak valid.
Uji validitas dilakukan dijalan alternative Cibubur dengan jumlah 30
orang responden dari 12 pertanyaan prilaku pekerjaan seks komersial terdapat
6 pertanyaan yang tidak valid dikarenakan nilai r kurang dari 0,572 dan
terdapat 6 pertanyaan prilaku pekerja seks komersial yang valid, dari 20
pertanyaan pengetahuan pekerja seks komersial terdapat 11 pertanyaan yg
tidak valid karena nilai r kurang dari 0,444 dan terdapat 9 pertanyaan
pengetahuan pekerja seks komersial yang valid, dari 14 pertanyaan tentang
status perkawinan pada pekerja seks komersial terdapat 9 soal tidak valid
karena nilai r kurang dari 0,532 ada 5 soal yang valid, dari 15 pertanyaan
sumber pendapatan pekerja seks komersial terdapat 10 pertanyaan tidak valid
karena nilai r kurang dari 0,514 dan terdapat 5 pertanyaan sumber pendapat
pekerja seks komersial yang valid, dari 14 pertanyaan trauma masa lalu
pekerja seks komersial terdapat 8 pertanyaan tidak valid dikarenakan nilai r
kurang dari 0,532 dan terdapat 6 pertanyaan trauma masa lalu pekerja seks
komersial yang valid, dari 20 pertanyaan pekerja seks komersial tedapat 12
pertanyaan tidak valid karena nilai r kurang dari 0,572 dan terdapat
62 8
pertanyaan pengaruh orang lain pada pekerja seks komersial yang valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan keadaan yang mengukur bahwa instrumen yang
digunakan menghasilkan hasil pengukuran yang tidak berubah-ubah dan
konsisten (Wibowo, 2014). Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan dan
sejauh mana hasil pengukurannya tetap konsisten bila dilakukan pengukuran
dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan alat ukur yang sama.
Suatu ukuran yang menunjukan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten
bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dan
dengan alat ukur yang sama. Pertanyaan diakatan reliable jika jawaban
seorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Jadi jika misalnya responden menjawab “ya” sudah menikah dalam status
pernikahan nya, maka jika beberapa waktu kemudian ia ditanya lagi lagi untuk
hal yang sama, maka seharusnya tetap konsisten pada jawaban semuala yaitu
setuju.
Pengukuran reliabilitas pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua
cara:
a. Repeated measure atau ukur ulang. Pertanyaan ditanyakan pada responden
berulang pada waktu yang berbeda (misal sebulan kemudian) dan
kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya.
b. One Shot atau diukur sekali saja. Disini pengukurannya hanya sekali dan
kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain. Pada umumnya
pengukuran dilakukan dengan one shot dengan beberapa pertanyaan
pengujian reliabilitas dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu.
Jadi jika pertanyaan tidak valid, maka pertanyaan tersebut dibuang.
Pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid kemudian baru secara bersama-
sama diukur reliabilitasnya.
Rumus:
Keterangan:
α = Koefisien reliabilitas instrument Alopha Cronbach
n = Jumlah butir pertanyaan
S2 = Varian skor secara keseluruhan
Untuk mengetahui reliabilitas dilakukan dengan cara melakukan uji
Cronbach Alpha.
Keputusan Uji:
- Bila Cronbach Alpha ≥ 0,6 – artinya variabel reliabel.
- Bila Cronbach Alpha ≤ 0,6 – artinya variabel tidal reliabel.
Hasil dari olahan data nilai alpha cronbach prilaku adalah 0,914, karena
nilai alpha > dari r tabel (0,914 > 0,572) maka penelitian dikatakan realibilitas. Dari
olahan data pengetahuan adalah 0,802 karena nilai alpha > dari r tabel (0,802 > 0,444)
maka penelitian dikatakan reliabilitas. Dari olahan data status pernikahan adalah
0,814 karena nilai alpha > dari r tabel (0,814 > 0,532) maka penelitian dikatakan
reliabilitas. Dari olahan data sumber pendapatan adalah 0,890 karena nilai alpha >
dari tabel (0,890 > 0,514) maka penelitian dikatakan valid. Dari olahan data trauma
masa lalu adalah 0,968 karena nilai alpha > dari r tabel (0,968 > 0,532) maka
pertanyaan dikatan valid. Dari olahan data pengaruh orang lain adalah 0,951 karena
Tabel 4.2:
Skoring skala Guttman
Skor alternative jawaban
Alternative jawaban
Positif Negative
Ya 1 0
Tidak 0 1
Jawaban dari responden dapat dibuat skor tertinggi “satu” dan skor
terendah “nol”, untuk alternative jawaban dalam kuisioner, penyusun menetapkan
kategori untuk setiap pernyataan positif, yaitu ya = 1 dan tidak = 0, sedangkan
kategori untuk setiap pernyataan negative, yaitu ya = 0 dan tidak = 1.
Skala likert. Ada 2 bentuk skala likert yaitu, untuk pertanyaan positif
sebagai berikut : sangat setuju (SS)=4, setuju (S)= 3, tidak setuju (TS)=2, sangat
tidak setuju (STS)=1, dan pertanyaan negative dikonversikan sebagai berikut:
sangat setuju (SS)= 1, setuju(S)=2, tidak setuju(TS)= 3, sangat tidak setuju(STS)=
4. Pertanyaan negative dikonversikan supaya dapat dijumlahkan dengan
pernyataan positif dan diambil rata-ratanya.
4.7 Pengolahan Data
Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, maka ada empat
tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui. Data yang telah terkumpul kemudian
diolah baik secara manual maupun dengan menggunakan computer dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
Keterangan:
1. Perhitungan Pearson Chi- Square dipakai bila table lebih dari 2x2,
misalnya 3x2, 2x3 dan seterusnya.
2. Perhitungan Continuity Correction dipakai bila table 2x2 dan tidak ada
nilai Expection (E) kurang dari 5 atau kurang dari 20% dari jumlah sel
dalam tabel.
3. Perhitungan Fisher’s Exact Test dipakai bila tabel 2x2 dan dijumpai nilai
Expection (E) kurang dari 5 atau kurang dari 20% dari jumlah sel dalam
tabel.
Ada tidaknya hubungan secara statistik antara variabel independen
dengan variabel dependen yang diuji dilakukan dengan cara membandingkan
nilai P dengan α = 0,05 dengan kesimpulan pembacaan sebagai berikut:
Ashanti, V., Nurhayati, E., & Roekmantara, T. (2021). Gambaran Tingkat Pengetahuan
tentang Infeksi Menular Seksual dan Kejadian Infeksi Menular Seksual pada Remaja.
Kesehatan Reproduksi Remaja dan Infeksi Menular Seksual - Google Books. (n.d.). Retrieved
January 13, 2022, from
https://www.google.co.id/books/edition/Kesehatan_Reproduksi_Remaja_dan_Infeksi/6mlNE
AAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=pencegahan+ims&printsec=frontcover
Metodologi Penelitian Kuantitatif - Google Books. (n.d.). Retrieved January 13, 2022, from
https://www.google.co.id/books/edition/Metodologi_Penelitian_Kuantitatif/A6fRDwAAQB
AJ?hl=id&gbpv=1&dq=metodologi+penelitian+dasar+tahun+2019&printsec=frontcover
Qurbaniah, M., & Abrori, P. (2017). Infeksi Menular Seksual: Buku Ajar. 114.
https://books.google.co.id/books?id=X7BUDwAAQBAJ
Tuntun, M. (2018). Faktor Resiko Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). Jurnal
Kesehatan, 9(3), 419–426.