Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KETERAMPILAN

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI IMUNISASI CATIN (TT1) PADA


PADA WANITA USIA SUBUR DAN SADARI DI RUANG KIA PUSKESMAS KUIN
RAYA BANJARMASIN

DISUSUN OLEH:
APRILLINA NELLA TINDAON ( 11194992110042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHA¥t

ftE SE l-tATAN REPRODUKSI !MUNISASI


CATIN (II) PADA
USIA SUBU R DAN SADARI DI RUAN
p @@ WA N )TA !A DUSKES s xuir‹
RAYA BANJARMASIN

Disusun Oleh:

Aprillina Nella Tindaon NIM. 1119499211OO42

Banjarmasin, Juni 2022

MenyetuJul,
PKM Kuln Raya Program Studi Profesi Bldan
Banjarmasin Fakultas Kesehatan
Preseptor X!infk (PX} Universtaa San Mulia Ban]armasin
Preeeptor Pendidikan tPP)

DwI"RahmawaO SST.
ASST NIK. 1166012012049
NIP. 196608 oe1ssz o3200»
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penuis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan laporan kasus yang
berjudul “Laporan Stase Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja
dengan Pernikahan Dini Di Ruang Kia Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin”.
Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr.RR.Dwi Sogi Sri Redjeki,S.KG.,M.Pd selaku Ketua Rektor Universitas Sari Mulia
Banjarmasin.
2. Anggrita Sari,S.Si.T.,M. P d.,M.Kes selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik dan
Kemahasiswaan.
3. Hariadi Widodo,S.Ked.,MPH selaku Wakil Rektor II Bidang Keuangan dan Sistem
Informasi.
4. H.Ali Rakhman Hakim, M.Farm., APT selaku Dekan Fakultas Kesehatan.
5. Ika Mardiatul Ulfa, S.S.T., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Fakultas
Kesehatan.
6. Dwi Rahmawati,SST.,M.Kes Selaku CT yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam penyusunan laporan tugas laporan stase
7. Norcahaya,SST Selaku CI Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan laporan tugas stase
8. Fitri Yuliana, SST., M.Kes selaku penguji Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin yang
bersedia memberikan bimbingan, saran, dan arahan dalam proses laporan kasus
Stase
Penulis menyadari adanya ketidaksempurnaan dari laporan kasus ini, karenanya
penulis mengharapkan kritik maupun saran yang sifatnya membangun untuk
menyempurnakan laporan kasus ini. Semoga hasil-hasil yang dituangkan lewat
laporan kasus ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu kesehatan umumnya dan
khususnya dalam kebidanan.

Banjarmasin, Juni 2022

Penulis
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Reproduksi
1. Pengertian

Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan social yang


utuh dan bukan hanya tidak ada penyakit atau kelemahan dalam segala hal
yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta
proses-prosesnya (Taufan, 2010).
2. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Fungis dan proses reproduksi tercermin dari kondisi kesehatan selama
siklus kehidupannya, mulai dari saat konsepsi, masa anak-anak, remaja,
dewasa hingga pasca usia produktif.
B. Calon Pengatin (Capeng)
1. Pengertian Calon Pengantin
Menurut Kemenkes RI (2018) calon pengantin adalah pasangan yang akan
melangsungkan pernikahan. Calon pengantin dapat dikatakan sebagai
pasangan yang belum mempunyai ikatan, baik secara hukum Agama ataupun
Negara dan pasangan tersebut berproses menuju pernikahan serta proses
memenuhi persyaratan dalam melengkapi datadata yang diperlukan untuk
pernikahan (Depag surabaya, 2010). CATIN atau Calon Pengantin menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan istilah yang digunakan pada
wanita usia subur yang mempunyai kondisi sehat sebelum hamil agar dapat
melahirkan bayi yang normal dan sehat serta Calon Pengantin laki-laki yang
akan diperkenalkan dengan permasalahan kesehatan reproduksi dirinya serta
pasangan yang akan dinikahinya (KBBI, 2019)
2. Penyakit yang perlu diwaspadai oleh capeng
Menurut Kemenkes RI (2018), Fisik dan mental yang sehat merupakan
pondasi awal keluarga dalam mewujudkan generasi yang berkualitas, oleh
karena itu pasangan calon pengantin harus terbebaskan dari penyakit yang
dapatmempengaruhi kesehatan janin dan tumbuh kembang anak. Terdapat
beberapa penyakit yang perlu diwaspadai pada masa sebelum dan selama
kehamilan, antara lain :
a. HIV-AIDS HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan Virus yang
menyerang dan melemahkan sistem pertahanan tubuh untuk melawan
infeksi sehingga tubuh mudah tertular penyakit (Kemenkes RI, 2013).
Pencegahan dan penanganan Infeksi Menular Seksual dan HIV/AIDS bagi
calon pengantin sangat penting, baik bagi calon pengantin perempuan
maupun laki-laki, mengingat calon pengantin merupakan salah satu
populasi rentan terhadap penularan penyakit tersebut. Perilaku calon
pengantin yang berisiko tinggi terhadap Infeksi Menular Seksual dan
HIV/AIDS antara lain penyalahgunaan narkoba, penggunaan jarum suntik
bersama, seks tidak aman, tato dan tindik (Kemenkes RI, 2017)
b. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Menurut Kemenkes RI (2013) Infeksi menular Seksual (IMS) adalah
berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain
melalui kontak seksual. Semua teknik hubungan seksual baik lewat vagina,
dubur atau mulut baik berlawanan jenis kelamin maupun dengan sesama
jenis kelamin bisa menjadi sarana penularan penyakit kelamin. Kelompok
umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular Infeksi Menular
Seksual adalah kelompok remaja sampai dewasa muda sekitar usia (15-24
tahun). Penyakit yang tergolong infeksi menular seksual adalah sebagai
berikut :
1) IMS yang disebabkan bakteri, yaitu: Gonore, infeksi genital non
spesifik, Sifilis, Ulkus Mole, Limfomagranuloma Venerum,Vaginosis
bacterial
2) IMS yang disebabkan virus, yaitu: Herpes genetalis, Kondiloma
Akuminata, Infeksi HIV, dan AIDS, Hepatitis B, Moluskus
Kontagiosum.
3) IMS yang disebabkan jamur, yaitu: Kandidiosis genitalis
4) IMS yang disebabkan protozoa dan ektoparasit, yaitu:
Trikomoniasis, Pedikulosis Pubis, Skabies (Kemenkes RI, 2013).
c. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit hati yang disebabkan oleh Virus
DeoxyriboNucleic Acid anggota family Hepadnavirus dari Genus
Orthohepadnavirus yang berdiameter 40-42 nm (Hardjoeno, 2007). Virus
tersebut penyebab terjadinya radang hati akut atau kronis bila berlanju
menjadi sirosis hati atau kanker hati (Mustofa & Kurniawaty, 2013).
Menurut Kemenkes RI (2013), faktor penyebab terjadinya penyakit
Hepatitis B adalah kontak lensi atau sekret dengan penderita hepatitis B,
tranfusi darah dan belum mendapat vaksinasi Hepatitis B. Jalur penularan
infeksi virus hepatitis B di Indonesia terbanyak adalah secara parenteral
yaitu secara vertikal (tranmisi) maternal-neonatal atau melalui hubungan
seksual, iatrogenik dan penggunaan jarum suntik bersama (Juffrie et al,
2010). Penanda seseorang teridentifikasi terinfeksi Hepatitis B adalah
melalui saliva air mata, cairan seminal, serebrospinal, asites dan air susu
ibu (Thedja, 2012).
d. Malaria
Menurut Saputra (2011) malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh
Plasmodium yang sering ditemukan di kawasan Tropika yang apabila
penyakit ini diabaikan dapat menjadi serius yaitu berdampak kematian.
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik yang
disebabkan oleh Protozoa Genus Plasmodium dengan gejala demam,
Anemia dan Splenomegali (Kemenkes RI, 2013). Malaria merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang dampak dari penyakit tersebut
adalah kematian terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil dan pada umur dewasa dan secara tidak langsung malaria
dapat menyebabkan Anemia dan menurunkan produktivitas kerja
(Harijanto, 2010).
e. Penyakit Keturunan (Penyakit Genetik)
Calon Pengantin perlu mengetahui tentang penyakit genetik karena
1) Penyakit genetik disebabkan oleh kelainan gen yang diturunkan saat
terjadinya pembuahan sperma terhadap ovum. Penyakit genetik
(Talasemia dan Hemofilia) dapa dilhat dengan riwayat keluarga calon
pengantin.
2) Bila salah satu calon pengantin menderita penyakit genetik maka
memungkin anak yang dilahirkan berpotensi menderita kelainan
tersebut. Konseling sebelum pernikahan diperlukan apabila salah satu
dari calon pengantin atau garis keturunannya menderita penyakit
tersebut.
3) Penyakit genetik yang dapat mempengaruhi kehamilan dan kesehatan
janin (Talasemia dan Hemofilia) (Tjokroprawi, 2015)
3. Pemeriksaan Kesehatan Bagi Calon Pengantin (CAPENG)
Pemeriksaan kesehatan Pranikah (Premarital Check Up) merupakan
pemeriksaan untuk memastikan status kesehatan dari kedua calon mempelai
laki-laki dan perempuan yang hendak menikah. Hal ini diperuntukan untuk
mendeteksi dini adanya penyakit menular, menahun dan kesuburan maupun
kesehatan jiwa seseorang. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk melakukan
tindakan terhadap permasalahan kesehatan terkait kesuburan dan penyakit
yang diturunkan secara genetik (laporan klinik prodia, 2012). Calon pengantin
perlu mendapatkan pemeriksaan kesehatan untuk menentukan status
keehatan agar dapat merencanakan dan mempersiapkan kehamilan yang
sehat dan aman. Pemeriksaan kesehatan yang diperlukan oleh calon
pengantin berpedoman pada buku saku calon pengantin KemenKes RI, (2018)
yaitu meliputi :
1) Pemeriksaan Fisik
Menurut Surussin dan Moh. Muhsin (2014) pertumbuhan jasmani dalam
fase kehidupan manusia akan mengalami perkembangan yang sangat
signifikan ketika memasuki usia remaja, karena pada usia remaja sudah
mulai tumbuh dan berfungsi organ reproduksinya. Pertumbuhan fisik akan
semakin kuat saat mengakhiri usia remaja, demikian pula dengan fungsi
organ reproduksi akan berjalan dengan baik saat berakhir usia remaja dan
semakin matang ketika memasuki fase dewasa. Menurut ilmu kesehatan,
fase terbaik untuk melahirkan adalah usia 20-30 tahun. Pemeriksaan fisik
termasuk status gizi yang diperlukan oleh catin antara lain adalah
a. Pemeriksaan fisik, dilakukan untuk mengetahui dan mengidentifikasi
status kesehatan melalui pengukuran dan pemeriksaan (denyut nadi,
frekuensi nafas, suhu tubuh dan seluruh tubuh).
b. Pemeriksaan status gizi, dilakukan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi status gizi dan deteksi awal anemia, melalui
pengukuran atau pemeriksaan (berat badan, tinggi badan, LILA dan
tanda-tanda anemia) (BKKBN, 2006).
2) Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium)
Menurut Kemenkes RI (2018), menyatakan bahwa Pemeriksaan
penunjang(laboratorium) yang diperlukan oleh catin terdiri dari :
a) Pemeriksaan darah meliputi (Hemoglobin (HB) dan golongan darah).
b) Dalam kondisi tertentu/atas saran dokter dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium yaitu sebagai berikut (Gula darah, HIV, IMS (Sifilis),
Hepatitis, TORCH, Malaria (daerah endemis), Talasemia dan
pemeriksaan lain sesuai indikasi).
1) Penyakit genetik, misalnya : Talasemia, buta warna, Hemofilia dan
lain-lain
2) Penyakit tertentu yang diturunkan, misalnya kecenderungan
Diabetes Mellitus (kencing manis), Hipertensi (tekanan darah
tinggi), kelainan jantung, dan sebagainya.
3) Penyakit infeksi misalnya, Penyakit Menular Seksual (PMS),
Hepatitis B dan HIV/AIDS.
4) Vaksinasi, Hal ini dilakukan untuk kekebalan terhadap virus
Rubella. Infeksi Rubella pada kehamilan dapat menimbulkan
kelainan pada janin seperti kepala kecil, tuli, kelainan jantung dan
bahkan kematian. Perlu pula pemeriksaan virus Herpes karena
dapat menyebabkan cacat janin dan kelahiran prematur
(Kemenkes RI, 2013).
Pemeriksaan kesehatan pranikah disesuaikan dengan gejala tertentu
yang dialami calon pasangan secara jujur, berani dan objektif (Hamdani,
2012). Adapun pemeriksaan tersebut sebagai berikut :
1) Pemeriksaan Hemoglobin
Menurut Kemenkes RI (2013) anemia adalah kondisi kekurangan
sel darah merah atau hemoglobin antara Kadar HB <1d/gl atau
<10,5 g/dl. Pemeriksaan hemoglobin yaitu pemeriksaan molekul
protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media
transportasi oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan
membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paruparu. Calon
pengantin biasanya juga diminta untuk melakukan pemeriksaan
darah Anti Cardiolipin Antibody (ACA). Penyakit yang berkaitan
dengan hal itu bisa mengakibatkan aliran darah mengental
sehingga darah si ibu sulit mengirimkan makanan kepada janin
yang berada di dalam rahimnya. Selain itu jika salah satu calon
pengantin memiliki catatan Down Syndrome karena kromosom
dalam keluarganya, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih
intensif lagi. Sebab riwayat itu bisa mengakibatkan bayi lahir idiot
(Hamdani, 2012)
2) Pemeriksaan HbsAG ( Hepatitis B Surface Antigen)
Hepatitis B merupakan infeksi menular serius yang terjadi pada
hati disebabkan oleh virus hepatitis B. Hepatitis B bisa menjadi
kronis setelah beberapa bulan seja terinfeksi pertama kali
(Kemenkes RI, 2013).
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
infeksi virus hepatitis B, diagnosis hepatitis B, screening
pravaksinasi dan memantau Clearence Virus. Selain itu
pemeriksaan ini juga bermanfaat jika ditemukan salah satu
pasangan menderita Hepatitis B maka dapat diambil langkah
antisipasi dan pengobatan secepatnya (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2014). HBsAg (Hepatitis B surface antigen) merupakan
suatu protein antigen dimana antigen tersebut dapat menjadi
indikator awal dari hepatitis B akut dan sering kali (digunakan
untuk) mengidentifikasi orang-orang yang terinfeksi sebelum
gejalagejala muncul. HBsAg dapat dideteksi pada cairan tubuh
yang terinfeksi dan menghilang dari darah selama masa
pemulihan. Pada beberapa orang (khususnya mereka yang
terinfeksi adalah anakanak atau mereka yang memiliki sistem
kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada penderita AIDS), infeksi
kronis dengan VHB dapat terjadi dan HBsAg tetap positif (Sri W.
dkk, 2008).
3) Skrinning dan Imunisasi Tetanus
Sejak tahun 1986 sudah ditetapkan oleh pemerintah tentang
aturan resmi untuk Imunisasi Tetanus Toxsoid (TT) (Ekastyapoo,
2010). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia No. 2
tahun 1989 tentang Imunisasi Tetanus Toxsoid calon pengantin
ditekankan untuk di seluruh Indonesia melaksanakan, memantau
serta melaporkan secara berkala hasil dari pelaksanaan
bimbingan dan pelayanan Imunisasi Tetanus Toxsoid calon
pengantin sesuai dengan pedoman pelaksanaan. Peraturan
tersebut masih berjalan sampai sekarang yaitu merupakan
kewajiban untuk calon pengantin melaksanakan Imunisasi Tetanus
Toxsoid dan menunjukkan surat/kartu bukti imunisasi TT1 sebagai
administrasi pernikahan yang bisa dilakukan di pelayanan
kesehatan terdekat Puskesmas atau Rumah sakit (Lestari, 2017).
Calon pengantin wanita harus melakukan imunisasi Tenanus
Toxoid untuk mencegah dan melindungi diri terhadap penyakit
tetanus, sehingga akan memiliki kekebalan seumur hidup untuk
melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus. Setiap
perempuan usia subur (15-49 tahun) diharapkan sudah
mendapatkan 5 kali Imunisasi Tetanus Toxsoid lengkap, jika status
Imunisasi Tetanus Toxsoid belum lengkap, maka calon pengantin
perempuan harus melengkapi status Imunisasi Tetanus Toxsoid di
Puskesmas (Kemenkes RI, 2018).
C. Pemeriksaan Payudara Klinis SADANIS
1. Pengertian
Pemeriksaan klinis payudara dikerjakan oleh petugas kesehatan yang terlatih,
bisa dokter, perawat atau bidan mulai dari tingkat pelayanan kesehatan primer.
2. Kelebihan SADANIS
Kelebihan dari pemeriksaan SADANIS adalah biaya yang tidak mahal, tidak
membutuhkan peralatan dengan teknologi tinggi, dan bisa 16 diakukan kapan
saja oleh petugas kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan primer
3. Sasaran
Pemeriksaan SADANIS Sasaran pemeriksaan SADANIS adalah wanita usia di
atas 20 tahun. Namun prioritas ini adalah pada usia wanita 30-50 tahun dengan
target 50% wanita sampai tahun 2019. Pemeriksaan SADANIS dapat dilakukan
setahun sekali.
4. Tahapan pemeriksaan SADANIS
a. Persiapan
1) Inform consent
2) Meminta pasien membuka pakaian dari pinggang ke atas dan duduk di
meja periksa dengan kedua lengan di sisi tubuhnya.
b. Inspeksi
1) Melihat bentuk dan ukuran payudara. Perhatian apakah ada perbedan
bentuk, ukuran, puting, kerutan, lipatan, atau kerutan pada kulit.
Ketidakberaturan atau perbedaan ukuran dan bentuk mengindikasikan
adanya massa.
2) Melihat putting susu dan memperhatiakan ukuran dan bentuknya serta
arah jatuhnya. Memeriksa apakah terdapat ruam atau nyeri pada kulit
dan adanya cairan dari puting.
3) Meminta pasien untuk mengangkat tangan ke atas kepala kemudian
menekan kedua tangan di pinggang untuk mengecangkan otot
dadanya. Memeriksa ukuran, bentuk dan simetri, lekukan puting atau
kulit payudara, dan kelainan pada setiap posisi.
c. Palpasi
1) Meminta pasien untuk berbaring dan meletakkan bantal di bawah
punggung pada sisi yang akan diperiksa.
2) Meletakkan kain bersih di atas perut pasien.
3) Meletakkan lengan kiri ibu ke atas kepala. Memperhatikan payudara
untuk melihat apakah tampak sama dengan payudara kanan dan
apakah terdapat lekukan atau lipatan.
4) Dengan tiga jari, melakukan palpasi payudara dengan teknik spiral
mulai dari sisi terluar payudara. Perhatikan jika ditemukan benjolan
atau nyeri (tenderness).
5) Dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, menekan putting
payudara dengan lembut. Perhatikan jika terdapat pengeluaran cairan:
bening, keruh, atau berdarah.
6) Mengulangi langkah tersebut untuk payudara sebelahnya.
7) Jika menemukan keraguan tentang temuan, ulangi langkahlangkah, ibu
duduk dengan kedua lengan di sisi badannya.
8) Untuk memalpasi bangian pangkal payudara, ibu diminta untuk
mengangkat lengan kirinya setinggi bahu kemudian menekan 18 sisi
luar dari otot pektroralis sambil bertahap menggerakan jarijari ke
pangkal ketiak untuk memeriksa pakah terdapat pembesaran kelenjar
getah bening atau kekenyalan. Penting untuk melakukan palpasi pada
pangkal payudara karena biasanya disisi ini terdapat kanker.
9) Mengajari ibu untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri.
10) Mencacat dan dokumentsikan hasil temuan.
D. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
1. Pengertian
Pemeriksaan payudara sendiri adalah suatu upaya pendeteksi dini
terjadinya kanker payudara. Pencegahan untuk deteksi dini ada tidaknya
kanker payudara lebih baik daripada mengobati pada saat keadaan kanker
payudara pada stadium lanjut dan menjadi lebih berat penanganannnya.
Perempuan seharusnya menyadari arti pentingnya mencegah suatu penyakit
kanker payudara dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) (Mumpuni
dan Andang, 2014).
Pemeriksaan payudara yang di lakukan sendiri dengan belajar melihat
dan memeriksa perubahan payudaranya sendiri setiap bulan melalui
pemeriksaan secara teratur akan diketahui adanya benjolan atau masalah lain
sejak dini walaupun masih berukuran kecil sehingga lebih efektif untuk di obati.
SADARI dilakukan pada hari ke 7-10 yang di hitung sejak hari pertama haid
(saat payudara sudah tidak mengeras dan nyeri) atau bagi yang telah
menopause pemeriksaan dilakukan memilih tanggal yang sama setiap
bualnnya (misalnya setiap taanggal 1 atau tanggal lainnya).
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk, jari tengah
dan jari manis yang di gerakkan secara bersamaan pada payudara yang
sedang dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan Payudara Sendiri dianggap
sebagai cara paling murah, aman dan sederhana serta penting dalam
mendeteksi karena sekitar 75-85% benjolan di payudara penderita ditemukan
pada saat dilakukan pemeriksaan payudara sendiri
2. Program Deteksi Dini Kanker Payudara
Program deteksi dini kanker payudara yang dianjurkan oleh American
Cancer Society adalah sebagai berikut:
a. Umur 20-25 tahun : SADARI satu bulan sekali.
b. Umur 25-35 tahun : SADARI satu bulan sekali dan pemeriksaan dokter 1
tahun sekali.
c. Umur 35 tahun : basaline mammografi.
d. Umur >35-50 tahun : SADARI satu bulan sekali, pemeriksaa dokter 6 bulan
sekali dan mammografi sesuai anjuran dokter.
e. Usia > 50 tahun : SADARI satu bulan sekali, pemeriksaa dokter 6 bulan
sekali dan mammografi satu tahun sekali.
3. Manfaat SADARI
Manfaat periksa payudara sendiri (SADARI) adalah untuk mendeteksi
sedini mungkin adanya kelainan pada payudara karena kanker payudara pada
hakikatnya dapat diketahui secara dni oleh para wanita usia subur. Setiap
wanita mempunyai bentuk dan ukuran payudara yang berbeda, bila wanita
memeriksa payudara secara teratur, setiap bulan setelah haid, wanita dapat
merasakan bagaimana payudara wanita yang normal. Bila ada perubahan
tentu wanita dapat mengetahui dengan mudah dan dapat diberikan penangan
segera apabila didapatkan sesuatu yang tidak normal.
4. Waktu Melakukan SADARI
Waktu yang tepat untuk melakukan SADARI yaitu hari ke 7 sampai 10
terhitung sejak hari pertama menstruasi atau pada saat payudara lemas dan
tidak keras/bengkak.
5. Langkah-langkah Pemeriksaan payudara sendiri
Wanita hendaknya sadar akan bagiamana keadaan normal payudaranya
dan segera melaporkan apapun perubahan yang terjadi pada ahli kesehatan.
a. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah didepan cermin dengan tangan di
sisi tubuh dan lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat
perubahan dalam hal ukuran, bentuk atau warna kulit, atau jika ada kerutan
lekukan seperti lesung pipi pada kulit.
b. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat tangan di atas
kepala melanjutkan dengan meletakkan kedua tangan dipunggung sambil
menekan agar otot dada berkontraksi. Bungkukan badan untuk melihat
apakah kedua payudara menggangntung seimbang.
c. Tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara
lembut untuk melihat apakah ada cairan yang keluar.
d. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil
berdiri atau berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring,
diletakkan sebuah bantal dibawah pundak ssi payudara yang akan
diperiksa.
e. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk menekan
payudara kiri dengan ketiga jari tengan (telunjuk, tengah, dan manis).
Mulailah dari daerah puting susu dan gerakkan ketiga jari tersebut dengan
gerakan memutar keluar di seluruh permukaan payudara.
f. Rasakan apakah terdapat benjolan dan penebalan. Pastikan untuk
memeriksa daerah yang berada di antara payudra, dibawah lengan, dan
dibawah tulang selangka.
g. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk
payudara sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan
ini akan membantu untuk mengetahui lebih awal apabila ada kelainan pada
payudara yaitu dengan menggunakan teknik yang sama setiap bulannya
Gambar 1.1 Cara Melakukan SADARI

a. Semasa mandi
Angkat sebalah tangan, menggunakan satu jari gerakkan secara mendatar
perlahan-lahan ke serata tempat bagi setiap payudara. Gunakan tangan kanan
untuk memeriksa payudara sebelah kiri dan tangan kiri untuk payudara kanan.
Periksa dan cari bila terdapat gumpalan / kebetulan keras, menebal di
payudara.
b. Berdiri di hadapan cermin
Dengan mengangkat kedua tangan keatas kepala, putar-putar tubuh perlahan-
lahan dari sisi kiri. Cekak pinggang anda, tekan turun perlahan-lahan ke bawah
untuk menegakan dengan teliti segala perubahan seperti besar, bentuk dan
kontur setiap paydara. Lihat pula jika terdapat kekakuan, lekukan atau puting
tersorot kedalam. Dengan perlahan-lahan, picit kedua puting an perhatikan jika
terdapat cairan keluar. Priksa lanjut apa cairan itu kelihatan jernih atau
mengandung darah.
c. Berbaring
Untuk memeriksa payudara sebelah kanan, letakkan bantal di bawah bahu
kanan dan tangan kanan diletakkan dibelakang kepala. Tekan jari anda
mendatar dan bergerak perlahan-lahan dalam bentuk bulatan kecil, bermuka
dari bagian pangkal payudara. Selepas satu putaran, jari diletakkan 1 inci
(2,5cm) kearah puting. Laukan putaran untuk memeriksa setiap bagian
payudara untuk memeriksa setiap payudara termasuk puting. Ulangi hal yang
sama pada payudara setelah kiri dengan meletakkan bantal dibawah bahu kiri
dan tangan kiri diletakkan dibelakang kepala. Coba rasakan sama ada terdapat
sebarang gumpalan dibawah dan disepanjang tulang selanka. Pencegahan
yang dilakukan para wanita untuk mengetahui gejala-gejala kanker dengan
pemeriksaan payudara sendiri adalah cara mudah yang dilakukan setiap bulan
7-10 hari setelah haid. Hal tersebut bisa dilihat dari penyebab kanker payudara,
gejala-gejala dan pengobatan kanker payudara jika sudaah stadium lanjut.
BAB II
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI IMUNISASI CATIN (TT1) PADA
PADA WANITA USIA SUBUR DAN SADARI DI RUANG KIA PUSKESMAS KUIN
RAYA BANJARMASIN

Pengkajian Data

Hari/Tanggal : Jumat, 25 Juni 2022


Jam : 10.00 WITA
A. Data Subjektif
1. Identitas
Pasien Calon Suami
Nama Nn. A Tn. M
Umur 25 Tahun 25 Tahun
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Swasta Swasta
Alamat Jl. Belitung Darat Jl. Belitung Darat

2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan ingin suntik TT karena ingin menikah 1 bulan lagi.
3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche umur : 12 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Teratur/tidak : Tidak teratur
d. Lamanya : 7 hari.
e. Banyaknya : 1-2 kali ganti pembalut / hari
f. Dismenorea : Tidak ada
4. Riwayat Obstetri
Pasien mengatakan belum pernah hamil dan bersalin.
5. Riwayat Ginekologi
a. Riwayat keputihan : Tidak ada
b. Riwayat perdarahan di luar : Tidak ada
c. Riwayat perdarahan saat berhubungan badan : Tidak ada
d. Riwayat nyeri saat berhubungan : Tidak ada
e. Riwayat tumor pada payudara dan alat kandungan : Tidak ada
6. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menurun, seperti asma,
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit menular seperti TBC, hepatitis,
HIV/AIDS.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dari keluarga tidak memiliki penyakit keturunan seperti
hipertensi, jantung, asma, diabetes penyakit menular seperti TBC, hepatitis,
HIV/AIDS.

7. Pola Kebutuhan Nutrisi sehari-hari


a. Nutrisi
Jenis : Nasi, lauk pauk (ikan, telur, tahu, tempe), sayur
(bayam, kangkung)
Frekuensi : 3 kali sehari
Porsi : 1 piring
Minum : Air putih 7-8 gelas/ hari
Pantangan : Tidak ada
b. Eliminasi
1) BAB
Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : Lembek
Warna : Kuning kecoklatan
Masalah : Tidak ada
2) BAK
Frekuensi : 4-6 kali sehari
Warna : Kuning jernih
Bau : Pesing
Masalah : Tidak ada
3) Personal hygiene
Frekuensi mandi : 2x sehari
Frekuensi gosok gigi : 2x sehari
Frekuensi ganti pakaian: Sesuai kebutuhan
4) Aktifitas
Pasien mengatakan beraktivitas seperti biasanya yaitu bekerja dan
melakukan perkerjaan rumah seperti bersih-bersih.
5) Tidur dan istirahat
Siang hari : ±1 jam
Malam hari : ±7 jam
Masalah : Tidak ada
8. Data Psikososial dan Spiritual
a. Tanggapan pasien terhadap : Pasein merasa Nyaman dengan
keadaan dirinya keadaan dirinya sekarang.
b. Ketaatan pasien beribadah : Pasien melakukan sholat 5 waktu
c. Pengetahuan pasien tentang : Pasien tidak mengetahui.
Kesehatan reproduksi pra nikah
d. Hubungan sosial pasien dengan : Pasien mengatakan hubungan
keluarga dengan keluarga baik.
e. Penentu/Pengambil keputusan : Ayah
dalam keluarga
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Berat badan : 58 Kg
d. Tinggi badan : 156 cm
e. TTV
1) Tekanan darah : 110/70 mmHg
2) Suhu : 36,5oC
2. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
1) Muka : Tidak tampak oedema dan tidak pucat
2) Payudara : Simetris, tidak tampak adanya benjolan yang abnormal.
3) Abdomen : Tidak nampak adanya jaringan parut/bekas luka operasi
4) Tungkai : Tungkai atas dan bawah simetris antara kanan dan kiri,
tidak tampak adanya edema
b. Palpasi
1) Payudara : Tidak ada nyeri tekan tidak ada benjolan abnormal
tidak ada pengeluran cairan di payudara kiri dan kanan.
2) Abdomen : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan.
C. Analisa Data
Diagnosa : Wanita Usia Subur usia 25 tahun
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : KIE tentang Imunisasi TT

D. Pentalaksanaan
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yaitu tanda-tanda vital didapat
yaitu, TD : 110/70 mmHg, Suhu : 36 0C, pada pemeriksaan payudara tidak ada
benjolan yang abnormal.
R/: Agar ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dan keadaan
ibu.
E “Ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan”
2. Memberikan konseling kepada catin tentang kesehatan reproduksi pranikah,
yaitu konsep pernikahan dan perubahan peran catin yang akan menjadi
seorang istri dan calon ibu serta usia kematangan organ reproduksi perempuan
untuk persiapan kehamilan
R: Informasi tentang masalah potensi yang dapat terjadi setelah menikah,dan
cara efektif mencegah atau mengatasi masalah-masalah tersebut. Untuk
menambah wawasan dan kesiapan perencanaan kehamilan.
E: “klien mengerti tentang penjelasan yang diberikan”
3. Memberikan konseling tentang kebersihan organ reproduksi diantaranya:
a. Sebaiknya pakaian dalam diganti minimal 2 kali sehari.
b. Tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non sintetik.
c. Pakailah handuk yang bersih, kering, tidak lembab/bau
d. Membersihkan organ reproduksi luar dari depan ke belakang dengan
menggunakan air bersih dan dikeringkan menggunakan handuk atau tisu.
e. Khusus untuk perempuan, tidak boleh terlalu sering menggunakan cairan
pembilas vagina dan jangan memakai pembalut tipis dalam waktu lama.
f. Pergunakan pembalut ketika mentruasi dan diganti paling lama setiap 4 jam
sekali atau setelah buang air
g. Bagi perempuan yang sering keputihan, berbau dan berwarna harap segera
memeriksakan diri ke petugas kesehatan.
R: Persiapan diri dan kesehatan reproduksi pra nikah perlu disiapkan oleh
catin agar area organ reproduksi siap dan terjaga
E: “Pasien bersedia mengikut saran yang diberikan”
4. Memberitahukan klien tentang manfaat pemberian imunisasi tetanus toxoid
pada calon pengantin yaitu upaya pencegahan dan perlindungan terhadap
penyakit tetanus (bayi/ibu) sehingga akan memiliki kekebalan terhadap
penyakit tersebut.
R: Menurut Kemernkes (2015) dan PMK No. 97 tahun 2014, kegiatan suntik
catin bertujuan untuk menekan angka kejadian tetanus, latar belakang kenapa
diperlukan suntik dikarnakan banyak ibu yang melalukan persalinan didukun
dan angka kejadian tetanus neonatorum yang tinggi pada masa lalu sehingga
pemerintah membuatkan program pasangan usia subur yang mau menikah
harus imunisasi TT
E: “pasien mengetahui tentang imunisasi tetanus toxoid pada calon pengantin”
5. Memberikan suntik caten (vaksinasi tetanus toksoid) TT1 secara IM di lengan
yang tidak dominan untuk bekerja. Imunisasi TT untuk pencegahan terhadap
tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer 0,5 ml yang diberikan secara
intramuskuler.
R: Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit tetanus
dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk mencapai kekebalan
penuh (Dinkes, 2018
E: “vaksinasi TT1 sudah diberikan”
6. Memberitahukan klien efek samping imunisasi TT:
a. Biasanya di tempat bekas suntikan terjadi pembengkakan ringan seperti
nyeri, kemerahan, kadang-kadang ada gejala demam. Bila hal ini terjadi,
tidak perlu melakukan tindakan yang berlebihan, karena ini akan sembuh
sendiri dan berlangsung selama 1-2 hari.
b. Imunisas TT adalah antigen yang sangat aman untuk ibu hamil dan tidak
berbahaya bagi janin. Ibu hamil yang tidak mendapatkan imunisasi tidak
ada perbedaan mengenai resiko cacat bawaan ataupun abortus (Depkes
RI, 2008)
7. Memberitahukan Lama masa perlindungan dan interval Imunisasi TT, sebagai
berikut :
a. Setelah melakukan TT1, interval TT2 minimal 4 minggu dengan waktu
perlindungan selama 3 tahun.
b. Setelah melakukan TT2, interval TT3 minimal 6 bulan dengan waktu
perlindungan selama 5 tahun.
c. Setelah melakukan TT3, interval TT4 minimal 1 tahun dengan waktu
perlindungan selama 10 tahun.
d. Setelah melakukan TT4, interval TT5 minimal 1 tahun dengan waktu
perlindungan selama 25 tahun.
R: Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit tetanus
dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk mencapai kekebalan
penuh (Dinkes, 2018)
E: “klien mengerti tentang penjelasan yang diberikan”
8. Meminta persertujuan ibu untuk dilakukan
SADARI “ibu bersedia untuk dilakukan SADARI”
9. Menjelaskan kepada ibu tentang SADARI Pemeriksaan payudara sendiri
adalah suatu upaya pendeteksi dini terjadinya kanker payudara. Pencegahan
untuk deteksi sini ada tidaknya kanker payudara lebih baik daripada mengobati
pada saat keadaan kanker payudara pada stadium lanjut dan menjadi lebih
berat penanganannnya. Perempuan seharusnya menyadari arti pentingnya
mencegah sesuatu penyakit kanker payudara dengan pemeriksaan payudara
sendiri. Waktu yang tepat untuk melakukan SADARI yaitu hari ke 7 sampai 10
terhitung sejak hari pertama menstruasi atau pada saat payudara lemas dan
tidak keras/bengkak.
R: Agar ibu mengetahui tentang SADARI dan manfaatnya
E: “ibu mengerti tentang SADARI”
10. Melakukan SADARI kepada ibu:
a. Membantu ibu untuk membuka baju bagian atas.
b. Perhatikan kedua payudara dengan tangan di sisi tubuh dan lihat apakah
ada perubahan pada payudara. Lihat perubahan dalam hal ukuran, bentuk
atau warna kulit, atau jika ada kerutan lekukan seperti lesung pipi pada
kulit.
c. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat tangan di atas
kepala melanjutkan dengan meletakkan kedua tangan dipunggung sambil
menekan agar otot dada berkontraksi. Bungkukan badan untuk melihat
apakah kedua payudara menggangntung seimbang.
d. Tekan masing-masing puting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara
lembut untuk melihat apakah ada cairan yang keluar.
e. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil
duduk atau berbaring. Jika memeriksa payudara sambil berbaring,
diletakkan sebuah bantal dibawah pundak sisi payudara yang akan
diperiksa.
f. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk menekan
payudara kiri dengan ketiga jari tengan (telunjuk, tengah, dan manis).
Mulailah dari daerah ketiak sampai ke puting susu dan gerakkan ketiga jari
tersebut dengan gerakan memutar searah jarum jam di seluruh permukaan
payudara.
g. Rasakan apakah terdapat benjolan dan penebalan. Pastikan untuk
memeriksa daerah yang berada di antara payudra, dibawah lengan, dan
dibawah tulang selangka.
h. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk
payudara sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan
ini akan membantu untuk mengetahui lebih awal apabila ada kelainan pada
payudara yaitu dengan menggunakan teknik yang sama setiap bulannya.
i. Menjelaskan kepada ibu setiap melakukan SADARI lakukan di depan
cermin.
E: “SADARI sudah dilakukan dan ibu mengerti bagaimana cara melakukan
sadari”
8. Menganjurkan klien untuk melakukan kunjungan ulang imunisasi TT ke 2 yaitu 1
bulan kemudian tanggal 09 Juli 2022
E: “klien mengerti dan bersedia 1 bulan lagi suntik TT yang ke 2”.
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil data subjektif Ny A mengatakan ingin suntik TT karena ingin
menikah 1 bulan lagi. Memberikan suntik caten (vaksinasi tetanus toksoid) TT1 secara
IM di lengan yang tidak dominan untuk bekerja. Imunisasi TT untuk pencegahan
terhadap tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer 0,5 ml yang diberikan
secara intramuskuler.

Berdasarkan data objektif TD : 110/70 mmHg, Suhu : 36 0C, pada pemeriksaan


payudara tidak ada benjolan yang abnormal, Berdasarkan data subjektif dan objektif
didapatkan analisa data, diagnosa pada Ny A penatalaksanaan yang dilakukan yaitu
KIE tentang SADARI dan mengajarkan ibu melakukan SADARI. Manfaat periksa
payudara sendiri (SADARI) adalah untuk mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan
pada payudara karena kanker payudara pada hakikatnya dapat diketahui secara dni
oleh para wanita usia subur. Setiap wanita mempunyai bentuk dan ukuran payudara
yang berbeda, bila wanita memeriksa payudara secara teratur, setiap bulan setelah
haid, wanita dapat merasakan bagaimana payudara wanita yang normal. Bila ada
perubahan tentu wanita dapat mengetahui dengan mudah dan dapat diberikan
penangan segera apabila didapatkan sesuatu yang tidak normal.
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN, 2006, Buku Saku Bagi Petugas Lapangan Program KB Nasional Materi
Konseling, Jakarta: BKKBN.

Departemen Agama. Pedoman Konselor Keluarga Sakinah. Surabaya: Departemen


Agama; 2010.

Hadiyanti, Diana. 2018. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Berbasis Komunitas


Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Praktik Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) Pada Perempuan Di Wilayah Puskesmas Martapura 1.
http://repository.unair.ac.id/77134/

KBBI, 2019. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Available at:
http://kbbi.web.id/pusat

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kemenkes
RI. Diakses pada tanggal 31 Januari 2019 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatanindonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-tahun-2017.pdf

Marfianti, Erlina. 2020. Peningkatan Pengetahuan Kanker Payudara dan Ketrampilan


Periksa Payudara Sendiri (SADARI) untuk Deteksi Dini Kanker Payudara di
Semutan Jatimulyo Dlingo. https://journal.uii.ac.id/JAMALI/article/view/17847

Taufan dan Setiawan A. (2010). Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.


Jogjakarta: Nuha Medika
“ AA XONSUZ,'z<sI

v»o» iviai›asiswa /l¿r/ti•« Ue/‹e Trna„

DCc

Pendidikan Profesi Bidan

Zulliati. *1.KCb
jk t j 66I ! 2011047

Anda mungkin juga menyukai