Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH PREMARITAL EDUCATION TERHADAP KESIAPAN

MENGHADAPI KEHAMILAN PERTAMA PADA WANITA USIA


SUBUR DI PUSKESMAS KLUET TIMUR TAHUN 2022

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :

SUMI YANTI
2101032060

PROGRAM STUDI KEBIDANAN D4 KEBIDANAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN UMUM
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2022
PENGARUH PREMARITAL EDUCATION TERHADAP KESIAPAN
MENGHADAPI KEHAMILAN PERTAMA PADA WANITA USIA
SUBUR DI PUSKESMAS KLUET TIMUR TAHUN 2022

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi D4 Kebidanan dan Memperoleh Gelar
Sarjana Terapan Kebidanan (S.Tr. Keb)

OLEH :

SUMI YANTI
2101032060

PROGRAM STUDI KEBIDANAN D4 KEBIDANAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN UMUM
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
20222
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Prematial Education Terhadap


Kesiapan Menghadapi Kehamilan Pertama
Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Kluet
Timur Tahun 2022
Nama Mahasiswa : Sumi Yanti
Nomor Induk Mahasiswa : 2101032060
Minat Studi : D4 Kebidanan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing :

Medan, Juni 2022

Pembimbing I Pembimbing II

(Fina Kusuma Wardani, SST., M.Kes) (Siti Aisyah, SST., M.K.M)

Fakultas Farmasi dan Kesehatan Umum


Institut Kesehatan Helvetia
Dekan,

(Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., Apt)


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persiapan pranikah yang dilakukan di Indonesia masih sebatas pemberian

imunisasi TT belum terkait dengan pemberian edukasi tentang kesehatan

reproduksi secara khusus. Dari segi pelayanan yang masih terbatas pada tenaga

professional yang memberi edukasi kurangnya pengetahuan para calon pasangan

sehingga memungkinkan tidak dilakukanya penundaan kehamilan, padahal

kehamilan diusia kurang dari 20 tahun bisa memunculkan berbagai komplikasi

pada saat melahirkan,bayi yang lahir dari ibu yang usianya dibawah 20 tahun bisa

menghadapi risiko 50% lebih tinggi mengalami stillbirth (lahir mati) atau bayi

meninggal dalam beberapa minggu pertama dibandingkan dengan bayi yang lahir

dari ibu yang berusia 20-29 tahun. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang berusia

dibawah 20 tahun lebih cenderung memilki berat badan lahir rendah dengan efek

risiko jangka panjang (1)

Pengetahuan akan kesehatan reproduksi yang masih kurang,disertai faktor

pendidikan, status ekonomi, perilaku, sosial budaya, dan media massa

berhubungan dengan kehamilan usia dini menyebabkan masih banyaknya para

pasangan muda dibawah umur 20 tahun memutuskan untuk menikah, padahal

sangat beresiko pada ibu dan bayi (2). Sehingga dilakukan konseling pra nikah

yang bertujuan atau dimaksudkan untuk membantu pasangan calon pengantin

untuk menganalisis kemungkinan masalah dan tantangan yang akan muncul

dalam rumah tangga mereka dan membekali mereka kecakapan untuk


memecahkan masalah termasuk dalam menentukan keinginan keluarga berencana

atau penundaan kehamilan (Rokhanawati et al., 2011)

Dalam bidang ilmu kebidanan, proses hamil dan melahirkan merupakan

hal yang alamiah dan fisiologis terjadi pada setiap perempuan. Kehamilan terjadi

karena adanya pertemuan sel ovum dan sel sperma dilanjutkan dengan

implementasi hasil pembuahan di dinding rahim. Kehamilan merupakan waktu

transisi bagi setiap wanita, yakni suatu masa antara kehidupan sebelum memiliki

anak dan kehidupan nanti setelah anak tersebut lahir (Varney, 2014)

Kehamilan pertama yang akan dilalui oleh setiap perempuan setelah

menikah akan membawa perubahan sosial maupun perubahan psikologis di dalam

kehidupannya. Beberapa diantaranya senang menghadapi kehamilan pertama dan

yang lainnya diketahui mengalami kecemasan. Hal ini tergantung bagaimana

seorang perempuan mempersiapkan kehamilan tersebut sehingga dapat

beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi selama proses kehamilan

(Fifiantyas Amalia, S.A. Nugraheni, 2018)

Saat seorang perempuan memasuki proses kehamilan akan terjadi

perubahan-perubahan yang tampak secara fisik dan juga adaptasi psikologis yang

akan dilalui oleh perempuan hamil tiap trimesternya, oleh sebab itu perlu

persiapan yang baik untuk melalui proses kehamilan sampai persalinan. Jika

perempuan yang telah menikah tidak siap menghadapi kehamilan dapat

menyebabkan kecemasan dan rasa khawatir sehingga terjadi peningkatan hormon

adrenalin yang berakibat buruk pada perkembangan janin dan outcome persalinan
nantinya, yaitu depresi post partum dan meningkatnya angka kekerasan pada anak

(Rokhanawati, 2017)

Persiapan sebelum kehamilan meliputi persiapan fisik, persiapan

psikologis dan lain sebagainya. Persiapan kehamilan ini harus dilakukan pada

masa prakonsepsi. Salah satu yang dapat dipersiapkan adalah pengetahuan calon

ibu tentang kehamilan, sehingga saat terjadi kehamilan seorang perempuan telah

siap baik fisik maupun psikis. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Feurborn (2015) jika pelayanan kesehatan dan persiapan dilakukan setelah

perempuan dinyatakan hamil kemungkinan akan menyebabkan keterlambatan

dalam mencegah kecacatan pada janin, kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)

dan kematian janin. Meningkatnya angka kesakitan dan kematian pada ibu dan

bayi dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang kehamilan,

persalian, dan nifas (Stephenson, 2016)

Kemampuan seorang perempuan untuk beradaptasi saat kehamilan

pertama tergantung pada kesiapan yang dimilikinya. Apabila seorang perempuan

Tidak Siap menghadapi kehamilan, dapat menyebabkan kecemasan lebih lanjut

sehingga meningkatkan hormon adrenalin yang kemungkinan berdampak buruk

pada outcome persalinan (Wulandari, 2006). Outcome persalinan yang dimaksud

diantaranya dijelaskan dalam penelitian Tudiver, F dan Tudiver, J (2008), bahwa

kegagalan dalam adaptasi dan persiapan sebelum hamil dapat mempersulit masa

kehamilan dan persalinan, menyebabkan depresi post partum, serta meningkatkan

perilaku kekerasan pada anak yang dilahirkan.


Resiko terjadinya komplikasi kehamilan, anemia, Kekurangan energi

Kronik (KEK), dan tidak merawat kehamilan dengan baik sering terjadi karena

kurangnya pengetahuan calon ibu. Persentase ibu hamil beresiko mengalami KEK

di Indonesia yaitu sebanyak 37,36%, sedangkan di Sumatera Barat sebanyak

31,81% . Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi anemia pada ibu hamil yaitu

sebesar 48,9,% dan mengalami peningkatan dari tahun 2013 dengan prevalensi

37,1 % (Riskesdas, 2018).

Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu adalah

peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku baik ibu, keluarga dan

komunitas (Riskesdas, 2013). Bidan sebagai profesional yang dekat dengan

perempuan bertanggung jawab untuk memberikan pengetahuan, dukungan,

perawatan, dan nasehat kepada perempuan sebelum dan selama kehamilan

((Yulizawati et al., 2019)

Pemerintah Indonesia telah memfasilitasi bagi calon pengantin untuk

menambah pengetahuan sebelum menikah yaitu melalui pendidikan pranikah

(premarital education). Program premarital education adalah program yang

bertujuan untuk menyiapkan calon pengantin dalam menghadapi kehidupan

setelah menikah dan mempersiapkan kehamilan. Berpedoman pada Peraturan

Direktur Jenderal Masyarakat Islam Indonesia Nomor 379 tahun 2018 tentang

petunjuk pelaksanaan bimbingan perkawinan pranikah bagi calon pengantin,

materi yang akan diberikan diantaranya paparan kebijakan bimbingan perkawinan,

mempersiapkan keluarga sakinah, membangun hubungan dalam keluarga,

memenuhi kebutuhan keluarga, menjaga kesehatan reproduksi dan


mempersiapkan generasi berkualitas yang dapat bekerjasama dengan instansi

kesehatan seperti puskesmas setempat.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Rokhanawati et al.,

2017) tentang pengaruh pendidikan pranikah terhadap kesiapan menghadapi

kehamilan pertama didapatkan bahwa 55,8% mengatakan Tidak Siap menghadapi

kehamilan pertama namun setelah diberikan intervensi didapatkan 60,5% telah

siap menghadapi kehamilan pertama. Menurut Suprastowo (2018), Perempuan

sering merasa kebingungan pada saat kehamilan pertama dan kesulitan

menjalankan peran sebagai ibu. Hasil penelitian diperoleh 72,7% responden

mengatakan butuh konseling perencanaan kehamilan dan informasi perawatan

kehamilan.

Penelitian Ferlyn (2017) menyebutkan bahwa apabila pelayanan kesehatan

dan persiapan dilakukan setelah masa konsepsi, kemungkinan akan

mengakibatkan keterlambatan dalam mencegah kecacatan janin, kejadian bayi

berat lahir rendah dan kematian janin. Hal ini didukung penelitian Konchak, P.S

(2015), bahwa masa 17-56 hari pascakonsepsi merupakan periode teratogenik

sehingga informasi tentang kehamilan perlu diberikan sebelum hamil.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Pengaruh premarital education terhadap kesiapan menghadapi

kehamilan pertama pada wanita usia subur di Puskesmas Kluet Timur Tahun

2022.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah ada Pengaruh premarital education terhadap

kesiapan menghadapi kehamilan pertama pada wanita usia subur di Puskesmas

Kluet Timur Tahun 2022?”

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kesiapan menghadapi kehamilan pertama pada wanita

usia subur sebelum dilakukan premarital education di Puskesmas Kluet

Timur Tahun 2022.

2. Untuk mengetahui kesiapan menghadapi kehamilan pertama pada wanita

usia subur sesudah dilakukan premarital education di Puskesmas Kluet

Timur Tahun 2022.

3. Untuk mengetahui Pengaruh premarital education terhadap kesiapan

menghadapi kehamilan pertama pada wanita usia subur di Puskesmas

Kluet Timur Tahun 2022.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis,

sekurang kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia

pendidikan.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Responden

Sebagai bahan penambah pengetahuan tentang premarital education dan

kesiapan menghadapi kehamilan.

b. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Diploma IV

Kebidanan Helvetia dan untuk menambah wawasan secara mendalam

tentang premarital education dan dapat menjadi sumber data bagi peneliti

selanjutnya.
c. Bagi Institusi Pendidikan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadikan sumber ilmu

pengetahuan khususnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang

pengaruh premarital education terhadap kesiapan mengahdapi kehamilan

pertama, sehingga dapat digunakan sebagai tambahan sumber informasi

dan referensi terutama pada perpustakaan terkait.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Penelitian Indriani Tahun 2019 tentang Pengaruh premarital education

terhadap kesiapan pengantin wanita mengahdapi kehamilan pertama di KUA

Kecamatan Lubuk Begakung Kota Padang Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebelum diberikan premarital education 46,9% responden tidak siap dalam

menghadapi kehamilan pertama sedangkan setelah diberikan premarital education

95,9% telah siap menghadapi kehamilan pertama. Hasil analisis Paired sample T-

Test dan Uji Chi-Square didapatkan nilai p-value = 0,001. Terdapat pengaruh

pemberian premarital education terhadap kesiapan calon pengantin wanita

menghadapi kehamilan pertama di KUA Kecamatan Lubuk Begalung Kota

Padang. Diharapkan tenaga kesehatan lebih maksimal memberikan informasi

tentang kesiapan kehamilan.

Penelitian Ni Nyoman Sasnitiari dan Risna Dewi Yanti Tahun 2020

tentang Pengaruh premarital class berbasis media sosial terhadap kesiapan

kesehatan reproduksi pada calon pengantin, Hasil penelitian dengan uji Mann

Whitney menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan rerata kesiapan kesehatan

reproduksi menghadapi pra nikah antara kelompok intervensi dengan kelompok

kontrol dengan nilai p 0.057 (p<0,05). Jika dilihat dari median peningkatan

kesiapan, maka kelompok kontrol memiliki peningkatan yang lebih baik

dibandingkan kelompok intervensi. Kesimpulan tidak terdapat perbedaan antara


kelompok intervensi menggunakan premarital class grup social media WhatsApp

dengan kelompok kursus pra nikah yang diadakan oleh kementerian agama Kota

Bogor.

2.2. Premarital Education

2.2.1 Pengertian Premarital Education/Pendidikan Pranikah

Menurut George F. Kneller sebagaimana yang dikutip oleh Helmawati

dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Keluarga; Teoritis dan Praktis”

memberikan penjelasan mengenai pendidikan dalam arti secara luas dan secara

sempit. Pendidikan dalam arti luas dijelaskan sebagai suatu tindakan dan

pengalaman seseorang yang dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan

jiwa, fisik serta wataknya. Adapun pendidikan dalam arti sempit menurut George

ialah sebuah proses mengubah (mentransformasi) pengetahuan, nilai, serta

keterampilan dari suatu generasi ke generasi setelahnya yang diwariskan oleh

masyarakat melalui lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal seperti

sekolah, perguruan tinggi dan sebagainya (Helmawati, 2014).

Pra nikah tersusun dari dua kata yaitu “pra” dan “nikah”, kata “pra”

sebagaimana yang tercantum di dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” ialah

sebuah awalan yang memiliki makna “sebelum”. Sedangkan kata “nikah”

diartikan di dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” ialah sebagai sebuah ikatan

atau perjanjian (akad) perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan

yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hokum Negara dan agama (Wardani,

2019).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa

pendidikan pra nikah merupakan sebuah proses atau upaya untuk memberikan

perubahan atau transformasi pengetahuan, nilai-nilai serta keterampilan yang lebih

baik mengenai pernikahan, sebelum pernikahan itu sendiri dilakukan terhadap

calon mempelai. Pendidikan pra nikah ini penting untuk dipelajari bagi setiap

orang guna membekali diri agar mampu menjalani kehidupan pernikahan dengan

langgeng.

2.2.2 Manfaat Pendidikan Pranikah/Premarital Education

Menurut (Anggraini & Amir, 2021) pendidikan pra nikah dapat

memberikan manfaat diantaranya ialah untuk mencapai sebuah keluarga yang

damai, tentram, dan bahagia serta senantiasa diliputi rasa kasih sayang antar

anggota keluarga sehingga mereka dapat bersosial dengan baik di dalam

masyarakat. Keluarga yang bahagia tidak akan terwujud dengan mudah tanpa

adanya pendidikan atau kebiasaan-kebiasaan baik yang dimulai dari dalam

keluarga itu sendiri. Dengan demikian, dalam mewujudkan keluarga yang bahagia

hendaknya anggota keluarga menyadari pentingnya sebuah proses pendidikan

yang sesuai sehingga proses transformasi perilaku dan sikap anggota keluarga

akan tercermin dalam kepribadian yang baik yang sesuai dengan tuntunan sesuai

dengan agama.

Robert F. Stahmann (2015) dalam jurnal yang berjudul “Premarital

Counselling: a focus for family therapy, Journal of Family Therapy”


menyebutkan: “Typical goals of the various approaches to marital preparation

include: (a) easing the transition from single to married life, (b) increasing coule

stability and satisfaction for short and long term, (c) enhancing the

communications skills of the couple, (d) increasing friendship and commitment to

the relationship, (e) increasing couple intimacy, (f) enhancing problem-solving

and decisions-making skills in such areas as marital roles and finances”.

Kutipan di atas menjelaskan bahwa ada beberapa manfaat yang didapatkan

dalam menerapkan persiapan sebelum melakukan pernikahan, hal tersebut adalah

meliputi; (a) memudahkan peralihan masa transisi dari masa lajang (single) ke

dalam kehidupan pernikahan, (b) meningkatkan stabilitas dan kepuasan pasangan

untuk jangka pendek dan jangka panjang, (c) meningkatkan keterampilan

komunikasi antar pasangan, (d) meningkatkan komitmen terhadap hubungan, (e)

meningkatkan keintiman pasangan, (f) meningkatkan keterampilan dalam

memecahkan masalah dan pengambilan keputusan seperti dalam ranah keuangan,

manajemen konflik, dan sebagainya.

2.3 Kesiapan Menghadapi Kehamilan

2.3.1 Pengertian

Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal

melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah

satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Menjaga
jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan,

namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2018).

Kesiapan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap

pasangan suami istri. Baik itu secara psikolog/mental, fisik dan finansial adalah

hal yang tidak boleh diabaikan (Kurniasih, 2015)

Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk

mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat

dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga

(Nurul, 2013)

2.3.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Kehamilan

Menurut Mirza (2018) ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam

merencanakan kehamilan, antara lain:

1. Kesiapan aspek psikologis


Apabila memutuskan untuk hamil, sebaiknya mulai menjalani konseling

prahamil. Konseling ini merupakan berisi saran dan anjuran, seperti dengan

cara melakukan pemeriksaan fisik (pemeriksaan umum dan kandungan) dan

laboratorium. Sebab, tujuan dari konseling prahamil ini akan mempersiapkan

calon ibu beserta calon ayah dan untuk menyiapkan kehamilan yang sehat

sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan begitu, bisa

segera dideteksi bila ada penyakit yang diturnkan secara genetis, misalnya:

diabetes militus, hipertensi, dan sebagainya. Konseling prahamil dilakukan

untuk mencegah cacat bawaan akibat kekurangan zat gizi tertentu atau

terpapar zat berbahaya

2. Kesiapan fisik

Pengaruh fisik juga sangat mempengaruhi proses kehamilan. Tanpa ada fisik

yang bagus, kehamilan kemungkinan tidak akan terwujud dan bahkan kalau

kehamilan itu terwujud, kemungkinan fisik yang tidak prima akan

memengaruhi janin. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus dilakukan,

antara lain:
a. Mulai menata pola hidup

Selain kondisi tubuh, gaya hidup dan lingkungan juga memengaruhi

keprimaan fisik. Akan lebih baik lagi, bila persiapan fisik ini dilakukan

secara optimal kira-kira 6 bulan menjelang konsepsi

b. Mencapai berat badan ideal

Berat badan sangat besar pengaruhnya pada kesuburan. Karena berat

badan kurang atau berlebihan, keseimbangan homon dalam tubuh akan

ikut-ikutan terganggu. Akibatnya siklus ovulasi terganggu. Berat badan

yang jauh dari ideal juga memicu terjadinya berbagai gangguan kesehatan

c. Menjaga pola makan


Disiplin membenahi pola makan bukannya tanpa alasan. Karena, zat-zat

gizi akan mengoptimalkan fungsi organ reproduksi, mempertahankan

kondisi kesehatan selama hamil, serta mempersiapkan cadangan energy

bagi tumbuh kembang janin

d. Olahraga secara teratur

Berolahraga secara rutin bisa pula memperbaiki mood karena

meningkatnya produksi hormon endoprin. Tubuh juga jadi sehat dan

bugar. Kalau ini yang terjadi, proses kehamilan, persalinan, serta

kembalinya bentuk tubuh ke keadaan semula jadi lebih mudah. Yang

cocok dilakukan yaitu, olahraga joging, jalan kaki, berenang, bersepeda

dan senam

e. Menghilangkan kebiasaan buruk


Kebiasaan buruk seperti merokok, minum minuman beralkohol, serta

mengkonsumsi kafein (kopi, minuman bersoda), sebaiknya dihentikan

saja. Sebab, zat yang terkandung didalamnya bisa memengaruhi

kesuburan. Akibatnya, peluang terjadinya pembuahan makin kecil. Sering

stress juga bukan kebiasaan yang baik. Apalagi, kalau sibuk kerja dan lupa

istirahat

f. Bebas dari penyakit

Bila mengidap penyakit tertentu, seperti cacar, herpes, campak jerman,

atau penyakit berbahaya lain, sebaiknya periksakan diri ke dokter. Sebab,

penyakit tersebut bisa membahayakan diri dan janin

g. Stop pakai kontrasepsi


Apabila memutuskan untuk hamil, hentikan penggunaan kotrasepsi.

Apabila belum berkeinginan untuk hamil maka harus memakai

kontrasepsi. Misalnya, pil, obat suntik, serta susuk KB mengandung

hormone yang brtugas terjadinya ovulasi

h. Meminimalkan bahaya lingkungan

Lingkungan, termasuk lingkungan kerja, bisa juga berdampak buruk

sebelum hamil. Misalnya, gangguan hormonal atau gagguan pada

pembentukan sel telur. Lingkungan yang sarat mikroorganisme (jamur,

bakteri, dan virus), bahan kimia beracun (timah hitam dan pestisida),

radiasi (sinar X, sinar ultraviolet, monitor komputer, dan lainnya), dan

banyak lagi

3. Kesiapan Finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan merencanakan kehamilan merupakan

suatu kebutuhan yang mutlak yang harus disiapkan, dimana kesiapan

finansial atau yang berkaitan dengan penghasilan atau keuangan yang dimiliki

untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai

persalinan (Kurniasih, 2015)

4. Persiapan Pengetahuan

Dalam merencanakan kehamilan yang sehat dan aman, maka setiap pasangan

suami istri harus mengetahui hal-hal yang berpengaruh dalam perencanaan

kehamilan atau dalam kehamilan. Diantaranya:

a. Masa subur

Masa subur adalah masa dimana tersedia sel telur yang siap untuk dibuahi.

Masa subur berkaitan erat dengan menstruasi dan siklus menstruasi.


Adanya hasrat antara suami dan istri adalah sesuatu yang wajar,

penyaluran hasrat tersebut akan memulai hasil yang baik jika pertemuan

antara suami dan istri diatur waktunya.

b. Kecenderungan memilih jenis kelamin anak

Setiap pasangan yang menikah pastilah mendambakan anak di tengah

kehidupan keluarganya. Bagi yang telah mempunyai anak berjenis kelamin

tertentu, pastilah menginginkan anak dengan jenis kelamin yang belum

mereka miliki, sehingga lengkap yaitu laki-laki dan perempuan (Nurul,

2013)

5. Kesiapan aspek usia

Pada usia dibawah 20 tahun merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perencanaan kehamilan, karena pada usia dibawah 20 tahun apabila terjadi


kehamilan maka akan beresiko mengalami tekanan darah tinggi, kejang-

kejang, perdarahan bahkan kematian pada ibu atau bayinya, dan beresiko

terkena kanker serviks (Kurniasih, 2015).

2.3.3 Resiko Tinggi Kehamilan Usia Kurang dari 20 tahun

1. Resiko Bagi Ibu

a. Mengalami perdarahan

Perdarahan pada saat melahirkn antara lain disebabkan karena otot rahim

yang terlalu lemah dalam proses involusi. Selain itu juga dosebabkan

selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam rahim).

Kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi

oleh adanya sobekan pada jalan lahir

b. Kemungkinan keguguran / abortus

Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran.

Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang

disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai alat

c. Persalinan yang lama dan sulit

Persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebab dari

persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan


panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan serta pimpinan persalinan

yang salah dapat mengakibatkan kematian ibu

d. Mudah terjadi infeksi

Keadaan gizi buruk, tingkat social ekonomi rendah, dan stress

memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas

e. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi

Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang

pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda. Karena

pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. Tambahan zat

besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah,

membentuk sel darah merahjanin dan plasenta. Lama kelamaan seorang

yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.

f. Kanker leher rahim

Yaitu kanker yang terdapat dalam rahim, hal ini erat kaitannya dngan

belum sempurnanya perkembangan dinding rahim. Pada usia remaja (12-

20 tahun) organ reproduksi wanita sedang aktif berkembang. Rangsangan

penis/sperma dapat memicu perubahan sifat sel mnjadi tidak normal,

apalagi bila terjadi luka saat berhubungan seksual dan kemudian infeksi

virus HPV. Sel abnormal yang berpotensi tinggi menyebabkan kanker

servik. Wanita yang hamil pertama pada usia dibawah 17 tahun hampir

selalu 2x lebih mungkin terkena kanker servik di usia tuanya, daripada

wanita yang menunda kehamilan hingga usia 25 tahun atau lebih tua
(BKKBN, 2012). Berhubungan seksual sebelum umur 20 tahun, akan

meningkatkan risiko kanker leher rahim (Dedeh dkk, 2015)

2. Resiko Bagi Bayi

a. Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan

Kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). Hal ini

terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan

berkurang.

b. Berat badan lahir rendah

Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram.

Kebanyakan hal ini dipengaruhi kurang gizi saat hamil, umur ibu saat

hamil kurang dari 20 tahun dapat juga dipengaruhi penyakit menahun

yang diderita oleh ibu hamil

c. Cacat bawaan

Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat

pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya


kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubella serta faktor gizi

dan kelainan hormone.

d. Keracunan kehamilan (Gestosis)

Kombinasi keadaan alat reproduksi yang Tidak Siap hamil dan anemia

makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-

eklampsia atau eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius

karena dapat menyebabkan kematian.

e. Kematian bayi

Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau

kematian perinatal yang disebabkan berat badan kurang dai 2.500 gram,

kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran congenital serta

lahir dengan asfiksia (Manuaba, 2012)


2.4 Kehamilan

2.4.1 Defenisi

Menurut federasi obstetri internasional, kehamilan didefinisikan sebagai

fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan

nidasi atau impalntasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi sampai lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar

atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester

dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15

minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan dan trimester ke tiga 13 minggu

( minggu ke-28 hingga ke-40) (Saiffullah, 2015)

Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya

janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari).

Kehamilan ini dibagi atas 3 semester yaitu; kehamilan trimester pertama mulai 0-

14 minggu, kehamilan trimester kedua mulai mulai 14-28 minggu, dan kehamilan

trimester ketiga mulai 28-42 minggu (Yuli, 2017).


2.4.2 Proses Kehamilan

1. Fertilisasi

Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum

dibuahi oleh sperma atau terjadi penyatuan ovum dan sperma. Penetrasi zona

pelusida memungkinkan terjadinya kontak antara spermatozoa dan membran

oosit. Membran sel germinal segera berfusi dan sel sperma berhenti bergerak.

Tiga peristiwa penting terjadi dalam oosit akibat peningkatan kadar kalsium

intraseluler yang terjadi pada oosit saat terjadi fusi antara membran sperma

dan sel telur. Ketiga peristiwa tersebut adalah blok primer terhadap

polispermia, reaksi kortikal dan blok sekunder terhadap polispermia. Setelah

masuk kedalam sel telur, sitoplasma sperma bercampur dengan sitoplasma sel

telur dan membran inti (nukleus) sperma pecah. Pronukleus laki-laki dan

perempuan terbentuk (zigot). Sekitar 24 jam setelah fertilisasi, kromosom

memisahkan diri dan pembelahan sel pertama terjadi (Heffner, 2018).

2. Nidasi
Umumnya nidasi terjadi di dinding depat atau belakang uterus, dekat pada

fundus uteri. Jika nidasi ini terjdi, barulah dapat disebut adanya kehamilan.

Bila nidasi telah terjadi, mulailah terjadi diferensiasi zigot menjadi morula

kemudian blastula (Sukarni dan Wahyu, 2013). Blastula akan membelah

menjadi glastula dan akhirnya menjadi embrio sampai menjadi janin yang

sempurna di trimester ketiga (Saiffullah, 2015)

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.

Hipotesis biasanya dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel

yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang berfungsi untuk menentukan

kearah pembuktian (Notoatmodjo, 2016).

Ho : Tidak ada pengaruh premarital education dengan kesiapan wanita

usia subur mengahadapi kehamilan pertama di Puskesmas Kluet Timur Tahun

2022.

Ha : Terdapat pengaruh premarital education terhadap kesiapan wanita

usia subur mengahadapi kehamilan pertama di Puskesmas Kluet Timur Tahun

2022.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Pra experimental dengan

menggunakan One Group Pre Test-Post Test Design untuk melihat Pengaruh

premarital education terhadap kesiapan menghadapi kehamilan pertama pada

wanita usia subur di Puskesmas Kluet Timur Tahun 2022.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Kluet Timur.

3.2.2 Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan Juli Tahun 2022.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

xv
Populasi adalah keseluruhan objek atau sekelompok manusia yang diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur belum menikah

yang terdapat diwilayah kerja Puskesmas Kluet Timur yaitu sebanyak 202 oraang.

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2016) bahwa sampel adalah bagian dari jumlah

karakteristik yang dimiliki populasi. Tekhnik pengambilan sampel dalam

penelitian ini yaitu purposive sampling dimana tekhnik pengambilan sampel

menggunakan sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Alasan menggunakan tekhnik purposive sampling adalah karena tidak

semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Oleh

karena itu, penulis memilih tekhnik purposive sampling yang menetapkan

pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu harus dipenuhi oleh

sampel-sampel yang digunakan dalam penelitian ini.

Sampel penelitian ini diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2016). Kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Belum menikah

2. Berusia 20-35 tahun

3. Bersedia menjadi responden dan mengikuti premarital education

xv
4. Dapat mendengar

5. Dapat menulis

b. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2016).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Tidak bersedia menjadi responden

2. Berusia < 18 tahun dan > 35 tahun

3. Tidak dapat mendengar

4. Tidak dapat membaca

5. Tidak dapat

Menurut Nursalam (2016) cara menentukan jumlah sampel dengan purposive

sampling adalah :

n= N

1+N(d)2

n= 202

1 + 202 (0,10)2

n = 66,8 = 67 orang

Keterangan :

n : sampel

N : jumlah populasi

d : persentase kelonggran yang diambil (10%)

xv
3.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variabel-

variabel yang mempengaruhi dan dipengaruhi atau dengan kata lain dalam

kerangka konsep akan terlihat faktor-faktor yang terdapat dalam variabel

penelitian.

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini tentang Pengaruh premarital

education terhadap kesiapan menghadapi kehamilan pertama pada wanita usia

subur di Puskesmas Kluet Timur Tahun 2022.

Sebelum Sesudah
Kesiapan Kesiapan
menghadapi Premarital menghadapi
kehamilan education kehamilan
pertama pertama

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.5 Defenisi Operasional dan Aspek Pengukuran

Table 3.1 Defenisi Operasional

Alat Hasil Ukur


Variabel Definisi Skala Ukur
Ukur
Premarital Pendidikan SAP
Education kesehatan
tentang
persiapan
kehamilan
Kesiapan Kemampuan Kuesioner Ordinal 1. Siap (Skor
menghadapi menghadapi 20-40)
kehamilan kehamilan yang 2. Tidak Siap
akan datang (Skor 10-
20)

xv
3.6 Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini ada 2, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumbernya atau responden,

diamati dan dicatat oleh peneliti. Data primer didapat melalui teknik

pengumpulan data dengan kuesioner dan lembar checklist.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari badan/institusi yang

mengumpulkan data. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari

Puskesmas Kluet Timur.

xv
3.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

tertutup untuk mengetahui kesiapan wanita usia subur dalam menghadapi

kehamilan pertama. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawab. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang telah menyediakan

jawaban untuk dipilih oleh objek penelitian.

3.7 Metode Pengolahan Data

Data yang sudah dikumpulkan selanjutnya diolah melalui tahapan-tahapan

berikut ini (Notoadmodjo, 2016):

1. Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner, angket maupun observasi.

2. Checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar

observasidengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan

data memberikanhasil yang valid dan realiabel, dan terhindar dari bias.

3. Coding

Proses untuk memberikan kode pada jawaban responden dan atau

ukuranukuran yang diperoleh dari unit analisis sesuai dengan rancangan

awalnya. Kode-kode demikian untuk memudahkan pengolahan data.

4. Entering

xv
Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam aplikasi

SPSS

5. Processing

Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi lomputer akan diolah sesuai

dengan kebutuhan penelitian.

3.8 Analisis Data

Untuk menganalisa data yang diperoleh semua data yang ada diolah

menggunakan komputer dengan program SPSS, kemudian data disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi. Adapun teknikteknik dalam menganalisa data

dilakukan secara :

3.8.1 Analisis Univariat

Analisa Univariat adalah teknik analisa data dengan menyederhanakan

atau memudahkan interpretasi data kedalam bentuk penyajian baik

tekstular maupun tabular menurut variabel yang diteliti. Analisa data ini

dilakukan untuk memperoleh distribusi frekuensi dan presentase dari

setiap variabel yang diteliti.

3.8.2 Analisa Bivariat

Setelah diketahui variabel, maka dilakukan analisa lebih lanjut berupa

analisa bivariat. Data yang didapat dari kedua variabel merupakan data

untuk memperoleh distribusi frekuensi yang bertujuan untuk mengetahui

xv
Pengaruh premarital education terhadap kesiapan menghadapi kehamilan

pertama pada wanita usia subur di Puskesmas Kluet Timur Tahun 2022.

Untuk mengetahui Pengaruh premarital education terhadap kesiapan

menghadapi kehamilan pertama pada wanita usia subur dilakukan Uji

Statistik Paired T-Test.

xv
Daftar Pustaka

Anggraini, M. L., & Amir, A. N. (2021). Pengaruh Pendidikan Pranikah Terhadap

Kesiapan Menghadapi Kehamilan Pada Calon Pengantin Putri Di Kua

Kecamatan Pariaman Tengah. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 12, 52–57.

Fifiantyas Amalia, S.A. Nugraheni, A. K. (2018). Pengaruh Edukasi Gizi

Terhadap Pengetahuan dan Praktik Calon Ibu Dalam Pencegahan Kurang

Energi Kronik ibu hamil. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(5),

370–377.

Rokhanawati, D., Hani, U., & Nawangsih, E. (2016). Pada Calon Pengantin

Putri. 2014.

Sri, D. (2018). Peran Pendidikan Pra Nikah dalam Membangun Kesiapan

Menikah dan Membentuk Keluarga Sakinah. 19–56.

Stephenson, J. (2016). How do women prepare for pregnancy ? preconception

experiences of womwn attending antenatalservices and views of health

professionals.

Wardani, L. (2019). Motivasi Peserta Dalam Mengikuti Pendidikan Pra Nikah Di

Klinik Nikah (KLIK) Medan. 3.

xv

Anda mungkin juga menyukai