Anda di halaman 1dari 51

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG TRIPLE ELIMINASI

TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DI


PUSKESMAS PASAR USANG KABUPATEN
PADANG PARIAMAN

PROPOSAL

Oleh:
NURVIANI DEWI
NIM: 211015201175

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT


UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEBIDANAN

i
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG TRIPLE ELIMINASI
TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DI
PUSKESMAS PASAR USANG KABUPATEN
PADANG PARIAMAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan


Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Sumatera Barat

Oleh:
NURVIANI DEWI
NIM: 211015201175

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT


UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEBIDANAN

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Penelitian : PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG TRIPLE


ELIMINASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU
HAMIL DI PUSKESMAS PASAR USANG KABUPATEN
PADANG PARIAMAN

Nama : NURVIANI DEWI


NIM : 211015201175

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan di hadapan tim penguji

Proposal Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera

Barat

Lubuk Alung, Februari 2023


Komisi Pembimbing

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Yohana Suganda, S.ST, M.Keb Gusmadewi, AMd. SKM, M.Kes


NIDN: 1003079001 NIDN: 1012087501

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Ns. Dini Qurrata Ayuni, SKM, M.Kep


NIDN : 1010078001

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat, kemudahan dan kesehatan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan Proposal ini.

Proposal ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam penyelesaian Program

Studi Kebidanan Program Sarjana. Dalam penulisan Proposal ini penulis banyak

mendapat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini

penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dr. Puthi Dwi Untari, MKM selaku ketua Yayasan Pendidikan Sumatera

Barat.

2. Ibu DR. Hj. Nurtati, SE., MM selaku Rektor Universitas Sumatera Barat yang

telah memberikan izin dan fasilitas dalam penyusunan Proposal ini

3. Ibu Ns. Dini Qurrata Ayuni, SKM, M.Kep selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Sumatera Barat yang telah memberikan izin dalam penyusunan

Proposal ini

4. Ibu Rahmatul Ulya, M.Keb selaku Ketua Program Studi Kebidanan Program

Sarjana Universitas Sumatera Barat yang telah memberikan izin dan kemudahan

dalam pembuatan Proposal ini

5. Ibu Yohana Suganda, S.ST, M.Keb sebagai pembimbing satu yang telah

memberikan bimbingan, semangat dan dorongan dalam pembuatan Proposal ini

6. Ibu Gusmadewi, SKM, M.Kes sebagai pembimbing dua yang telah memberikan

bimbingan, semangat dan dorongan dalam pembuatan Proposal ini

7. Segenap Dosen Program Studi Sarjana Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Sumatera Barat yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada

penulis

iii
8. Teristimewa kepada keluarga tercinta yang selalu memberikan perhatian ,

mendoakan dan memberikan dorongan baik moril maupun materil selama dalam

penyusunan Proposal ini, serta orang-orang yang ikut berpartisipasi dalam

penyelesaian Proposal ini.

Semoga bantuan yang telah diberikan akan mendapat balasan dari Tuhan Yang

Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa Proposal ini masih jauh dari sempurna karena itu

penulis bersedia menerima kritikan dan saran dari semua pihak dem kesempurnaan

Proposal ini.

Lubuk Alung, Februari 2023

Penulis

Nurviani Dewi

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang..................................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah................................................................................................ 7
C.Tujuan Penelitian................................................................................................. 8
D.Manfaat Penelitian............................................................................................... 9
E.Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................11

BAB III KERANGKA KONSEP


A.Kerangka Konsep.................................................................................................32
B.Defenisi Operasional............................................................................................34
C.Hipotesis..............................................................................................................34

BAB IV METODE PENELITIAN


A.Jenis Penelitian....................................................................................................36
B.Lokasi Penelitian..................................................................................................36
C.Populasi dan Sampel............................................................................................36
D.Metode.................................................................................................................36

DFATAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian

Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Makin tinggi angka kematian ibu dan

bayi di suatu negara maka dapat dipastikan bahwa derajat kesehatan negara tersebut

buruk (Kemenkes RI, 2018). Menurut data yang bersumber dari WHO, pada tahun

2021, angka kematian ibu secara global mencapai 211 per 100.000 kelahiran

hidup (WHO, 2022).

Indonesia juga menghadapi permasalahan dengan tingginya Angka

Kematian Ibu (AKI). Keadaan ini mencerminkan kualitas pelayanan kesehatan ibu

masih rendah (Tumaji, 2014). Tren tingginya angka kematian ibu (AKI) di

Indonesia masih terjadi hingga saat ini. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan

terdapat 6.856 jumlah kematian ibu tahun 2021, meningkat dari sebelumnya 4.197

kematian ibu tahun 2019 (Kemenkes, 2022). Perlu kerja keras dan sungguh-

sungguh untuk menurunkan angka tersebut sehingga tercapai target SDG’s

(Sustainable Development Goal’s) ke 3 pada tahun 2030 menjadi 70 kematian per

100.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan, 2015).

Sejalan dengan tujuan pembangunan yang berkesinambungan atau

Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya SDGs 3, harus dilakukan

promosi hidup sehat dan kesejahteraan bagi semua orang dari segala usia

dengan memperhatikan prioritas kesehatan sebagai wawasan pembangunan,

termasuk kesehatan reproduksi, kesehatan ibu dan anak, dan penanggulangan

penyakit menular. Beberapa penyakit menular seperti infeksi HIV, Sifilis, dan

Hepatitis B adalah penyakit yang dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi ke

anaknya selama kehamilan, persalinan, dan menyusui, serta

1
menyebabkankesakitan, kecacatan dan kematian, sehingga berdampak buruk

pada kelangsungan dan kualitas hidup anak. (Kementerian Kesehatan RI,

2019).

Menurut data yang diperoleh dari WHO ada 38,4 juta (33,9 juta-43,8 juta)

orang di dunia yang hidup dengan HIV pada tahun 2022 (WHO, 2022). Di

Indonesia, Jumlah kasus HIV yang dilaporkan dari tahun 2005 sampai dengan

tahun 2022 mengalami kenaikan tiap tahunnya. Jumlah kumulatif kasus HIV

yang dilaporkan sampai dengan September 2022 sebanyak 409.857 (75% dari

target 90% estimasi ODHA tahun 2022 sebesar 543.100) sedangkan jumlah

kasus PIMS (Penyakit Infeksi Menular Seksual) berdasarkan pendekatan

pemeriksaan laboratorium yang dilaporkan yaitu untuk penyakit sifilis dini

sebanyak 3.202 kasus dan untuk sifilis lanjut sebanyak 1.110 kasus (Kementerian

Kesehatan RI, 2019).

Di Indonesia berdasarkan laporan (Pusat Data dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI, 2022), Jumlah ibu hamil di periksa HIV sebanyak

1.725.760 orang. Jumlah ibu hamil HIV positif sebanyak 5.828 orang. Jumlah ibu

hamil HIV positif mendapat ART (Terapi Antiretroviral) sebanyak 1.311 orang.

Jumlah ibu hamil diperiksa Sifilis sebanyak 498.927 orang. Jumlah ibu hamil

yang positif sifilis sebanyak 3.021 orang. Jumlah ibu hamil sifilis yang diobati

sebanyak 1.540 orang. Sedangkan untuk ibu hamil yang periksa Hepatitis B

sebanyak 1.545.302 orang dan yang reaktif HBsAg sebanyak 26.743 orang. Target

nasional triple eliminasi yang ditetapkan pada tahun 2022 untuk ibu hamil diperiksa

HIV, Sifilis dan Hepatitis B adalah 80%. Capaian nasional pada tahun 2022 untuk

HIV 20,04%, untuk Sifilis 12,07% dan untuk Hepatitis B adalah 29,59%

(Pusdatin, 2022).

2
Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan September 2022,

kasus temuan HIV telah dilaporkan oleh 484 (94,2%) kabupaten/kota di seluruh

provinsi di Indonesia. Provinsi Sumatera Barat termasuk lima Provinsi dengan

jumlah kasus temuan HIV cukup banyak dengan total kasus 7.631. (Pusat Data dan

Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2022)

Capaian triple eliminasi di Kabupaten Padang Pariaman pada tahun

2021 adalah untuk HIV 67,97%, Sifilis 73,70% dan Hepatitis B 68,83%.

Sedangkan pada tahun 2022, Capaian triple eliminasi di Kabupaten Padang

Pariaman adalah untuk HIV 74,99%, Sifilis 74,99% dan Hepatitis B 74,99%.

Capaian triple eliminasi di Puskesmas Pasar Usang sudah memenuhi target yaitu

untuk HIV 93,04%, Sifilis 93,04% dan Hepatitis B 93,04%. (Triple Eliminasi Kab

Padang Pariaman, 2022).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas

Pasar Usang didapatkan data pada tahun 2022 dengan jumlah ibu hamil sebanyak

675, sudah 628 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan triple eliminasi. Dari

628 ibu hamil didapatkan 3 kasus ibu hamil reaktif hepatitis B dan 1 kasus pada

HIV dan 3 kasus pada Sifilis.

Ibu hamil merupakan salah satu dari populasi yang berisiko tertular

penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B dan Sifilis. Infeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B

pada anak lebih dari 90% tertular dari ibunya. Berdasarkan data literatur,

Infeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B memiliki jalur penularan yang sama yaitu

melalui seksual, darah dan vertikal dari ibu ke anak. Penularan tersebut dapat

terjadi selama masa kehamilan, masa persalinan dan masa menyusui. Pada ibu

hamil yang terinfeksi HIV, tanpa pengobatan yang tepat, separuh anak yang

dilahirkan akan terinfeksi HIV dan separuh anak yang terinfeksi HIV akan

3
meninggal sebelum ulang tahun kedua.

Pada ibu hamil yang terinfeksi sifilis, tanpa pengobatan yang adekuat maka

67% bayi akan terinfeksi, sebagian kehamilan akan berakhir dengan abortus,

lahir mati atau mengalami sifilis kongenital. Demikian pula dengan ibu hamil

yang terinfeksi dengan Hepatitis B, 95% bayi akan terinfeksi dan apabila

bayi tidak mendapat penanganan standar lengkap dengan vaksinasi

imunisasiaktif dan imunisasi pasif segera setelah lahir maka bayi tidak akan

mendapat perlindungan. Sekitar 90% bayi yang terinfeksi Hepatitis B pada saat

dilahirkan atau pada saat masa perinatal berpotensi menjadi kronis dengan

risikoyang tinggi. Kejadian penularan ibu ke anak menempati urutan tertinggi

kejadian penularan pada ketiga penyakit ini. (Kementerian Kesehatan RI,

2019). Pemeriksaan skrining yang digunakan dalam pemeriksaan triple

eliminasi adalah HIV rapid test, RPR (Rapid Plasma Reagin)-Tp rapid

(Treponema pallidum rapid) dan HBsAg (Hepatitis B surface Antigen) rapid

tes. (Kementerian Kesehatan RI, 2017)

Pengetahuan yang baik sangat mempengaruhi pola pikir seseorang,

karena semakin tinggi pengetahuan seseorang semakin tinggi pula kemampuan

dan kesadaran mereka dalam menerima informasi. Maka pada tahun 2017 secara

programatik, telah diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

nomor 52 tahun 2017 tentang Eliminasi Penularan Human Immunodeficiency

Virus, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibuke Anak. Kemudian dalam

perkembangannya ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

nomor 4 tahun 2019 yang mengatur tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu

Pelayanan Dasar pada Standar Minimal Pelayanan Kesehatan, dimana

pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan bayi baru lahir dan

4
pelayanan kesehatan orang dengan risikoterinfeksi virus yang melemahkan daya

tahan tubuh manusia (HIV) merupakan jenis pelayanan dasar pada SPM Kesehatan

Daerah Kabupaten/Kota. (KementerianKesehatan RI, 2019).

Pada tahun 2017 dibentuklah kegiatan deteksi dini yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan di setiap pelayanan kesehatan melalui pemeriksaan darah pada

ibu hamil paling sedikit satu kali pada masa kehamilan sebagai upaya eliminasi

penularan dari ibu ke janin yang disebut dengan pemeriksaan triple eliminasi.

(Kemenkes, 2017). Triple eliminasi adalah program yang bertujuan mencapai

dan mempertahankan eliminasi ibu ke bayi dari HIV/AIDS , Hepatitis B, dan

Sifilis agar mencapai kesehatan yang lebih baik bagi perempuan, anak-anak, dan

keluarga mereka melalui pendekatan terkoordinasi (Young, 2018).

Kepatuhan ibu hamil dalam menjalankan pemeriksaan triple eliminasi

mengurangi penyebab meningkatnya angka risiko tinggi pada ibu hamil. Hal

ini sering disebabkan karena peningkatan pengetahuan dan sikap ibu melalui

edukasi-edukasi yang diberikan baik langsung atau pun berkelompok melalui kelas

ibu hamil. Pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang

penting untuk perilaku kesehatan. Apabila seorang ibu hamil memiliki

pengetahuan yang lebih tentang risikotinggi kehamilan maka kemungkinan besar

ibu akan berpikir untuk mencegah, menghindari atau mengatasi masalah

risikokehamilan tersebut, dan ibu memiliki kesadaran untuk memeriksakan

kehamilannya, sehingga apabila terjadi risikopada masa kehamilan tersebut

dapat ditangani secara dini dan tepat oleh tenaga kesehatan,

Hal ini juga dimaksudkan untuk dapat membantu menurunkan angka

kematian ibu yang cukup tinggi di Indonesia. (Damayanti & A., 2010). Hal ini

diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Titik Nuraeni dan Nuke Devi

5
Indrawati, 2010 bahwa rendahnya tingkat kunjungan ibu hamil untuk

melakukan pemeriksaan triple eliminasi berhubungan dengan tingkat

pengetahuan ibu hamil.

Selain itu juga terkait dengan penelitian Yuni Aristadewi dan Ni

Ketut (2022) yang menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu

hamil dengan pemeriksaan triple eliminasi di puskesmas manggis Denpasar (Yuni,

2022). Sedangkan menurut Vebriyani dkk (2022) tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara persepsi dan perilaku ibu hamil dengan pemeriksaan tripel

eliminasi dan terdapat hubungan yang signifikan sumber informasi dari tenaga

kesehatan dengan pemeriksaan tripel eliminasi.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “pengaruh pemberian edukasi tentang triple eliminasi terhadap

pengetahuan dan sikap ibu hamil di puskesmas pasar usang kabupaten padang

pariaman” sehingga dapat meningkatkan edukasi tentang triple eliminasi pada ibu

hamil.

B. Rumusan Masalah

Pengetahuan yang baik sangat mempengaruhi pola pikir seseorang,

karena semakin tinggi pengetahuan seseorang semakin tinggi pula kemampuan

dan kesadaran mereka dalam menerima informasi.Berdasarkan hasil studi

pendahuluan yang peneliti lakukan di Puskesmas Pasar Usang didapatkan data pada

tahun 2022 dengan jumlah ibu hamil sebanyak 675, sudah 628 ibu hamil yang

melakukan pemeriksaan triple eliminasi. Dari 628 ibu hamil didapatkan 3 kasus

ibu hamil reaktif hepatitis B dan 1 kasus pada HIV dan 3 kasus pada Sifilis.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

6
tentang pengaruh pemberian edukasi tentang triple eliminasi terhadap pengetahuan

dan sikap ibu hamil di puskesmas pasar usang kabupaten padang pariaman tahun

2023 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang

triple eliminasi terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil di puskesmas pasar usang

kabupaten padang pariaman tahun 2023

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil sebelum

diberikan edukasi tentang triple eliminasi di Puskesmas Pasar Usang

Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2023.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi sikap ibu hamil sebelum diberikan

edukasi tentang triple eliminasi di Puskesmas Pasar Usang Kabupaten Padang

Pariaman Tahun 2023.

c. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu hamil sesudah

diberikan edukasi tentang triple eliminasi di Puskesmas Pasar Usang

Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2023.

d. Diketahuinya distribusi frekuensi sikap ibu hamil sesudah diberikan

edukasi tentang triple eliminasi di Puskesmas Pasar Usang Kabupaten Padang

Pariaman Tahun 2023.

e. Diketahuinya pengaruh pengetahuan ibu hamil sebelum dan sesudah

diberikan edukasi tentang triple eliminasi di Puskesmas Pasar Usang

Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2023.

7
f. Diketahuinya pengaruh sikap ibu hamil sebelum dan sesudah diberikan

edukasi tentang triple eliminasi di Puskesmas Pasar Usang Kabupaten Padang

Pariaman Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam

melakukan penelitian ilmiah serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan

yang penulis peroleh selama dibangku perkuliahan.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat digunakan sebagai

bahan referensi atau perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat secara teoritis

a. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

pengambilan kebijakan terkait pelaksanaan triple eliminasi di wilayah kerja

puskesmas Pasar Usang Kabupaten Padang Pariaman.

b. Bagi Ibu/ Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai literasi/ bahan bacaan bagi

ibu/responden tentang triple eliminasi dalam rangka meningkatkan pemberian

imunisasi di wilayah kerja puskesmas Pasar Usang Kabupaten Padang Pariaman.

8
E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian

edukasi tentang triple eliminasi terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil

di puskesmas pasar usang kabupaten padang pariaman tahun 2023. Jenis

penelitian adalah semi-eksperimental dengan desain cross sectional.

Variabel independen adalah edukasi tentang triple eliminasi, sedangkan

variabel dependennya Pengetahuan dan Sikap ibu hamil. Populasi adalah

ibu hamil pada kelas ibu hamil yang dilaksanakan di bulan Maret 2023,

sebanyak 30 ibu hamil. Teknik pengambilan sampel adalah purposive

sampling. Instrument yang digunakan berupa kuesioner. Analisis pada

penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi-

Square.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Triple Eliminasi

1. Pengertian

Triple Eliminasi adalah program upaya untuk mengeliminasi infeksi tiga penyakit

menular langsung dari ibu ke anak yaitu infeksi HIV/AIDS, Sifilis dan Hepatitis B

yang terintegrasi langsung dalam program Kesehatan ibu dan anak ( Kemenkes RI,

2019). Infeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B memiliki cara penularan yang hampir

sama yaitu melalui hubungan seksual, darah dan mampu menularkan secara

vertical dari ibu yang positif ke anak. Infeksi ketiga penyakit menular tersebut pada

ibu hamil dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan dapat menyebabkan

morbiditas, kecacatan dan kematian, sehingga merugikan dan mempengaruhi

kelangsungan hidup serta kualitas hidup anak (Fatimah et al, 2020)

Program Triple Eliminasi bertujuan untuk deteksi dini infeksi penyakit

HIV, sifilis dan Hepatitis B pada ibu hamil dan sangat penting dilakukan oleh

semua ibu hamil karena dapat menyelamatkan nyawa ibu dan anak. Pemeriksaan

dapat dilakukan di Puskesmas terdekat pada kunjungan perawatan antenatal

pertama, idealnya sebelum usia kehamilan 20 minggu dan untuk ibu hamil yang

datang setelah 20 minggu tes skrining dan pengobatan harus dilakukan secepat

mungkin (WHO, 2018). Cara pemeriksaan dilakukan dengan pengambilan sampel

darah ibu hamil oleh tenaga laboratorium yang telah terlatih, pemeriksaan tes yang

digunakan adalah HIV rapid test, RPR (Rapid Plasma Reagin)-Tp rapid

(Treponema pallidum rapid) dan HBsAg (Hepatitis B surface Antigen) rapid test

(Widhyasih, dkk, 2020) Triple eliminasi ibu hamil telah menjadi salah satu

program prioritas dalam program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dengan mengacu

10
pada jumlah cakupan target indikator program (WHO, 2018).

Tabel. 1
Indikator Program Triple Eliminasi

No Indikator Program Target (%)

1 Cakupan ibu hamil yang melakukan ANC ≥ 95%

2 Cakupan ibu hamil yang melakukan tes HIV, ≥ 95%

sifilis, hepatitis B

3 Cakupan ibu hamil positif HIV, sifilis, hepatitis ≥ 95%

B yang mendapatkan pengobatan

4 Persalinan ibu hamil positif HIV, sifilis, ≥ 95%

hepatitis B ditolong tenaga kesehatan

5 Cakupan bayi baru lahir yang mendapat ≥ 95%

imunisasi Hepatitis B

Sumber : Regional Framework WHO (2018)

2. Penyakit Infeksi Terdeteksi melalui Triple Eliminasi

a. Human Immunodeficiency Virus ( HIV)

HIV adalah retrovirus golongan RNA yang spesifik menyerang sistem

imun/kekebalan tubuh manusia. Infeksi HIV mengakibatkan penurunan sistem

imunitas/kekebalan tubuh yang membuat tubuh sangat lemah dan kesulitan hingga

gagal melawan infeksi tumpangan (oportunistik) seperti virus, jamur, bakteri dan

parasit. Jika penderita HIV tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat akan

mengarah pada kondisi AIDS. AIDS adalah sekumpulan gejala/tanda klinis yang

timbul akibat dari infeksi tumpangan (oportunistik) karena penurunan kekebalan

tubuh ( Kemenkes RI, 2019).

11
HIV yang masuk ke dalam tubuh dengan menghancurkan sel CD4. Sel CD4

adalah bagian dari sel darah putih yang melawan infeksi. Jumlah CD4 normal

berada dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik darah. Semakin sedikit sel

CD4 dalam tubuh, maka semakin lemah pula sistem kekebalan tubuh seseorang.

Hal yang berpengaruh besar pada perubahan kondisi tubuh penderita HIV menjadi

AIDS adalah jenis virus dan virulensi virus, cara penularan, status gizi (Kemenkes

RI, 2019)..

1). Cara Penularan HIV

Penularan dapat terjadi bila darah ataupun duh tubuh ( sperma, cairan vagina)

penderita HIV masuk kedalam tubuh orang lain. Proses penularan ini terjadi

melalui

a). Hubungan Seksual

Infeksi HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual tanpa pelindung

baik melalui vagina ataupun dubur (anal) dengan penderita HIV.

b). Berbagi jarum suntik.

c). Tranfusi darah

d). Ibu ke bayi/Perinatal

Ibu penderita HIV sangat berpotensi menularkan secara langsung/vertical kepada

anak. Risiko penularan perinatal memiliki potensi penularan yang sangat tingi

yaitu 20-50% bila tidak mendapat pencegahan dan penanganan yang adekuat yaitu

pada ibu hamil HIV risiko menularkan pada janin selama masa kehamilan melalui

plasenta yang terinfeksi 2-5%, risiko penularan kepada bayinya saat proses saat

persalinan akibat kontak darah atau cairan vagina sebesar 10-20% dan risiko

penularan melalui ASI selama masa menyusui sebesar 2-5% (Kemenkes RI, 2019).

12
2). Fase Tahapan HIV

Fase I : masa jendela ( window period), tubuh telah terinfeksi namun pada pemeriksaan

darah belum menunjukkan adanya antibody. Fase ini berlangsung selama dua

minggu sampai tiga bulan dan telah mampu menularkan kepada orang lain. Gejala

yang timbul antara lain : demam, ruam kulit, nyeri tenggorokan, pembengkakan

kelenjar getah bening, batuk atau seperti gejala flu biasa.

Fase II : pada fase ini biasanya tanpa gejala/ asimptomatik namun pada pemeriksaan darah

tes HIV telah menunjukkan hasil positif. Fase ini dapat berlangsung selama 2-3

tahun atau pada gejala ringan dapat berlangsung 5-8 tahun. Fase III : masa AIDS,

masa terminal/akhir dimana kekebalan tubuh telah menurun drastis sehingga

berbagai infeksi penyakit opourtunistik muncul seperti peradangan mukosa atau

selaput lender yang diatandai infeksi jamur di mulut. (Kemenkes RI, 2019).

3) Penanganan ibu hamil dengan HIV

Ibu hamil terinfeksi HIV dilakukan tindak lanjut pengobatan dengan meminum

obat ARV sejak diketahui kehamilan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan

kekebalan tubuh ibu hamil menjadi lebih kuat dan mengurangi resiko penularan

pada janin Semakin cepat diketahui dan ditegakkan diagnosa HIV melalui

pemeriksaan triple eliminasi, semakin cepat pananganan dan pengobatan ARV

yang didapat ibu hamil dengan HIV, sehingga kekebalan tubuh ibu akan kuat dan

mengurangi resiko penularan pada janin (Kemenkes RI, 2019). Kemungkinan

penularan vertikal dalam masa persalinan dapat diturunkan sampai 2-4% dengan

menggunakan cara pencegahan seperti pemberian antiretrovirus (ARV), persalinan

secara seksio sesaria, maka sebaiknya bayi tidak diberikan ASI (Liazmi dkk, 2020)

13
4). Dampak Infeksi HIV pada Anak

Anak yang sejak bayi mengidap HIV, umumnya mengalami perkembangan yang

lambat bila dibandingkan dengan anak lain seusianya sebagai akibat system

kekebalan tubuh yang lemah. Anak pengidap HIV mudah terserang penyakit dan

lebih lama menguasai kemampuan motorik kasar seperti duduk, tengkurap,

merangkak, atau berdiri. Hal ini mengakibatkan gangguan pertumbuhan yang

membuatnya sulit menambahkan berat badan sehingga menyebabkan otot anak

cenderung lebih kecil.

b. Sifilis

Sifilis adalah salah satu penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan

infeksi bakteri Treponem Pallidum (Liazmi dan Mubina, 2020). IMS merupakan

faktor yang berpengaruh pada penularan HIV, keberadaan luka/ulcerasi pada

penderita IMS akan meningkatkan resiko masuknya infeksi HIV saat melakukan

hubungan seksual tanpa pelindung antara orang terinfeksi IMS dengan

pasangannya yang sehat. Berbagai penelitian di banyak negara melaporkan bahwa

infeksi sifilis dapat meningkatkan risiko penularan HIV sebesar 3-5 kali

( Kemenkes RI, 2015). Sifilis mempunyai sifat perjalanan penyakit yang kronik,

dapat menyerang semua organ tubuh, menyerupai berbagai penyakit (great imitator

disease), memiliki masa laten yang asimtomatik, dapat kambuh kembali dan dapat

ditularkan dari ibu ke janin (Rinandari et al., 2020). Ibu hamil yang terinfeksi sifilis

dan tidak diobati dengan adekuat mengakibatkan 67% kehamilan akan berakhir

dengan abortus, lahir mati atau sifilis kongenital pada neonatus. Infeksi sifilis pada

ibu hamil yang tidak diobati dapat mengakibatkan keguguran, prematuritas, berat

bayi lahir rendah dan sifilis kongenital (Kemenkes RI, 2019)

14
1). Faktor risiko penularan sifilis dari ibu ke anak ada dua yaitu :

a) Faktor ibu

Dapat terjadi bila adanya infeksi penyakit menular seksual selama

kehamilan seperti misalnya HIV, gonorre dan lainnya. Risiko penularan

infeksi sifilis dari ibu ke anak selama kehamilan lebih besar karena melalui

barier plasenta sehingga mengakibatkan sifilis kongenital.

b) Faktor tindakan Obstetrik

Risiko penularan dapat terjadi bila terdapat luka lesi pada persalinan

pervaginam.

c) Tranfusi darah

d) Ibu hamil ke bayi

2). Stadium Perjalanan Infeksi Sifilis

Masa inkubasi bakteri treponema pallidum yang masuk ke dalam tubuh dan

membentuk antibodi sekitar 10-45 hari. Gejala awal akan tampak sekitar hari ke-21

berupa luka/lesi yang kenyal keras, bulat dan dasar bersih yang dapat bertahanan

hingga 3-6 minggu. Lesi dapat sembuh sendiri tanpa dilakukan pengobatan. Jika

penderita mendapat pengobatan maka stadium tidak akan menjadi stadium

sekunder. Stadium sekunder akan menimbulkan gejala : ruam kulit pada beberapa

bagian tubuh atau seluruhnya, kerontokan rambut, gatal – gatal, bercak merak dan

kotor pada telapak tangan dan kaki, demam, sakit tenggorokan, pembengkakan

getah bening. Bila penderita mendapat pengobatan akan sembuh , namun jika tidak

dilakukan pengobatan yang adekuat akan berlanjut ke stadium akhir. Sifilis

stadium akhir dapat terjadi 10-30 tahun sejak awal terinfeksi, gejala yang muncul

antara lain kesulitan koordinasi gerak tubuh, kelumpuhan, mati rasa dan rasa kebal,

15
kebutaan bertahap dan demensia (Kemenkes RI, 2019).

3) Sifilis Kongenital

Bayi yang dilahirkan dengan ibu sifilis kongenital pada awalnya akan terlihat baik-

baik saja, namun akan memperlihatkan gejala saat usia 2 tahun seperti: berat badan

sulit naik, tangan dan kaki sulit digerakkan, kulit pecah sekitar mulut, anus dan

genital, sering keluar cairan dari hidung, sering rewel, anemia, meningitis. Pada

anak balita kelainan sifilis kongenital menunjukkan tanda gejala : kelainan

pertumbuhan gigi, gangguan pada tulang, kebutaan, gangguan pendengaran hingga

tuli, gangguan pertumbuhan tulang hidung (Kemenkes RI, 2019)

c. Infeksi Hepatitis B

Hepatitis B adalah peradangan hepar disebabkan virus hepatitis B. Hepatitis akut

apabila inflamasi hepar akibat infeksi virus hepatitis setelah masa inkubasi virus

30- 180 hari (rata-rata 60-90 hari) disebut hepatitis kronik apabila telah lebih dari 6

bulan. Hepatitis B merupakan penyakit kronis yang asimptomatik (tanpa gelaja)

mampu mengakibatkan kematian sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium

untuk menegakkan diagnose dan pengobatan yang adekuat

1). Penularan Hepatituis B terjadi melalui 2 cara :

a. Horizontal

Penularan terjadi melalui kontak perkutan bisa melalui selaput lendir/mukosa

b. Vertikal

Penularan yang terjadi dari ibu ke bayi yang dapat berlangsung pada masa

kehamilan, saat persalinan dan saat masa laktasi. Hepatitis B pada kehamilan

beresiko mengakibatkan abortus, kelahiran BBLR dan prematuritas sampai pada

kematian maternal akibat perdarahan. Akibat jangka panjang yang buruk, ibu

16
dengan hepatitis B disaran untuk transplantasi hepar, abortus atau sterilisasi

(Gozali, 2020) Infeksi hepatitis B pada bayi bisa menyebabkan kerusakan hati, dan

pada kasus terparah, dapat berujung hingga kematian. Pada bayi, infeksi ini juga

sulit dihilangkan, dan akan berkembang menjadi infeksi kronis, dimana bayi

berpotensi menularkan pada orang lain (Nugroho, 2019)

B. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, kepandaian ( KBBI, 2020).

Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang ketika melakukan penginderaan terhadap

suatu objek dari indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).

Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan

sikap semakin positif terhadap objek tertentu (Notoatmojo, 2014). Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu

praktik atau tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari oleh oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Gani dkk, 2014).

2. Sumber pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014), sumber pengetahuan terdiri dari :

a. Pengetahuan wahyu (revealed knowledge)

Pengetahuan wahyu diperoleh manusia atas dasar wahyu yang diberikan oleh tuhan

kepadanya, bersifat eksternal, artinya pengetahuan tersebut berasal dari luar

manusia. Pengetahuan wahyu lebih banyak menekankan pada kepercayaan.

17
b. Pengetahuan intuitif (intuitive knowledge)

Intuitif secara umum merupakan metode untuk memperoleh pengetahuan tidak

berdasarkan penalaran rasio, pengalaman, dan pengamatan indera. Untuk

memperoleh intuitif yang tinggi, manusia harus berusaha melalui pemikiran dan

perenungan yang konsisten terhadap suatu objek tertentu.

c. Pengetahuan rasional (rational knowledge)

Pengetahuan rasional merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan latihan rasio

atau akal semata, tidak disertai dengan observasi terhadap peristiwa- peristiwa

faktual.

d. Pengetahuan empiris (empirical knowledge)

Pengetahuan empiris diperoleh melalui sebuah pengalamannya sendiri.

Pengetahuan empiris diperoleh atas bukti penginderaan yakni, indera pengelihatan,

pendengaran, dan sentuhan-sentuhan indera lainnya, sehingga memiliki konsep

dunia disekitar kita. Pemberian KIE, penyuluhan dan penggunaan media cetak,

elektronik atau sosial akan membantu meningkatkan pengetahuan ibu hamil

tentang triple eliminasi.

e. Pengetahuan otoritas (authoritative knowledge)

Pengetahuan otoritas diperoleh dengan mencari jawaban pertanyaan dari orang lain

yang telah mempunyai pengalaman dalam bidang tersebut. Apa yang dikerjakan

oleh orang yang kita ketahui mempunyai wewenang, kita terima sebagai suatu

kebenaran. Dalam hal ini petugas kesehatan khususnya bidan memiliki wewenang

dalam memberikan pengetahuan kepada ibu hamil untuk pemberian edukasi

dengan cara KIE atau penyuluhan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu :

18
a. Umur

Seseorang memiliki umur yang cukup maka akan memiliki pola pikir dan

pengalaman yang matang pula. Umur akan sangat berpengaruh terhadap daya

tangkap sehingga pengetahuan diperolehnya akan semakin baik (Lumy dkk, 2018)

b. Pendidikan

Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan kepada seseorang dari orang lain

tentang suatu hal agar dapat meningkatkan pemahaman dan dapat memahami

materi. pendidikan memiliki pengaruh terhadap pengetahuan, semakin tinggi

pendidikan seseorang maka makin mudah orang tersebut menerima informasi.

Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk

mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun media massa (Lumy dkk,

2018)

c. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan uang,

namun dengan bekerja seseorang juga dapat memperoleh informasi terkait suatu

informasi kesehatan (Wijhati, 2020)

d. Sosial Budaya

Kebudayaan beserta kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan,

presepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu .

e. Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap

proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan

tersebut. Hal ini terjadi karena ada interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan

direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu (Petralina, 2020)

19
f. Media /Sumber Informasi.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau

peningkatan pengetahuan. Petugas kesehatan khususnya bidan juga berperan

sebagai sumber informasi bagi ibu hamil melalui pemberian KIE atau role model.

Berbagai bentuk media seperti leaflet, booklet, flip chart, poster, video animasi dan

media massa seperti televisi, radio, surat kabar, dan lain-lain dapat dijadikan

sumber informasi juga dan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan

opini dan kepercayaan orang serta memberikan pengaruh pada pengetahuan atau

kemampuan kognitif seseorang (Gani dkk, 2014).

4. Tingkat Pengetahuan

Salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap seseorang adalah

pengetahuan. Tercakup dalam domain kognitif, pengetahuan mempunyai 6

tingkat :

a. Tahu ( Know )

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali ( recall) suatu terhadap suatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

b. Memahami ( comprehension )

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan dengan benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek

yang dipahami.

c. Aplikasi ( application)
20
Kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi

yang riil (sebenarnya). Aplikasi dapat diartikan penggunaan hukum – hukum,

rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis ( analysis )

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau satu objek

kedalam komponen - komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis ( synthesis )

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian - bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain

sintesis itu merupakan suatu kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari

formulasi yang ada.

f. Evaluasi ( evaluation )

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan jusfikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian - penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria – kriteria yang telah ada.

5. Cara Pengukuran Pengetahuan

Menurut Nursalam (2016) pengetahuan seseorang dapat diinterpretasikan dengan

skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1. Pengetahuan Baik : 76 % - 100 %

2. Pengetahuan Cukup : 56 % - 75 %

3. Pengetahuan Kurang : < 56 %

Pengetahuan ibu hamil tentang program triple eliminasi merupakan aspek penting terhadap

21
keikutsertaan ibu dalam program triple eliminasi dan memiliki pengaruh besar terhadap

penegakkan diagnosa, deteksi dini resiko tinggi serta pencapaian cakupan program.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan wanita hamil dengan kecukupan pengetahuan

mampu mengalahkan stigma yang terkait dengan HIV, sifilis dan hepatitis B dan

kesalahpahaman tentang risiko dan tingkat keparahan penyakit. Demikian pula sebaliknya

bahwa ada kemungkinan ibu tidak menyadari manfaat dari pemeriksaan yang akan mereka

lakukan, akan meningkatkan kemungkinan ibu untuk menolak dan tidak melanjutkan

pemeriksaan (Fatimah et al, 2020). Penelitian dilakukan oleh Petralina (2020)

menunjukkan bahwa masih banyak ibu hamil dengan pengetahuan yang rendah sebesar

tentang triple eliminasi. Kurangnya pengetahuan,, informasi dan kurangnya dukungan ibu

hamil dalam melaksanakan triple eliminasi menghasilkan tingkat penularan yang tinggi

infeksi HIV, sifilis dan Hepatitis B dari ibu. pada bayi (Mehta et al,2015)

C. Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap (Attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang, atau

perasaan biasa-biasa saja dari seseorang terhadap sesuatu. Sesuatu itu bisa benda, kejadian,

situasi, orang-orang atau kelompok, kalau yang timbul terhadap sesuatu itu adalah

perasaan senang, maka disebut sikap positif. Sedangkan, perasaan tidak senang disebut

sikap negatif.

2. Struktur Sikap

Dilihat dari strukturnya, sikap terdiri atas tiga komponen, ketiga komponen sikap terdiri

dari:

1) Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan yang dimiliki individu mengenai

sesuatu. Sering kali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini),

terutama apabila menyangkut isu atau problem yang kontroversial.

22
2) Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut

masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai

komponen sikap dan merupakan aspek paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang

mungkin akan merubah sikap seseorang.

3) Komponen konatif adalah komponen sikap yang berupa kesiapan seseorang untuk

berperilaku yang berhubungan dengan objek sikap.

Sikap terdiri atas empat tingkatan, mulai dari terendah sampai tertinggi yakni : 1)

Menerima yakni berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan/ objek. 2)

Merespons yaitu memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan. 3) Menghargai yaitu individu mengajak orang lain untuk mengerjakan

atau mendiskusikan suatu masalah. 4) Bertanggungjawab merupakan sikap yang paling

tinggi, dengan segala risiko bertanggungjawab terhadap sesuatu yang telah dipilih.

3. Skala Pengukuran Sikap

Ada dua macam jenis pernyataan dalam kuesioner yaitu favourable dan unfavourable.

Favourable artinya pernyataan sikap yang berisi hal-hal positif mengenai objek sikap yaitu

kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap.

Unfavourable artinya pernyataan sikap yang berisi hal-hal yang negatif menenai objek

sikap, yaitu bersikap tidak mendukung ataupun kontra terhadap objek sikap yang hendak

diungkap. Untuk mengklasifikasikan salah satunya dapat menggunakan skala likert. Skala

likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok

tentang kejadian atau gejala sosial. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan

atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata. Pernyataan

favourable/mendukung, maka pendapat sangat setuju (SS) mendapat skor 4, setuju (S)

mendapat skor 3, tidak setuju (TS) mendapat skor 2, sangat tidak setuju (STS) mendapat

skor 1. Jika pernyataan unfavourable/tidak mendukung, maka pendapat sangat setuju (SS)

mendapat skor 1, setuju (S) mendapat skor 2, tidak setuju (TS) mendapat skor 3, sangat

tidak setuju (STS) mendapat skor 4

23
D. Edukasi dengan Leaflet

1. Pengertian

Edukasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti ”perihal/

pendidikan”. Edukasi dapat diartikan dengan pendidikan yang bertujuan

mengenalkan dan memberikan informasi yang tepat sehingga dapat berpengaruh

pada pengetahuan atau pendapat seseorang, maka dari itu sering disebut dengan

promosi kesehatan.

Salah satu tujuan dari promosi kesehatan yaitu mengubah sasaran (individu dan

keluarga, kelompok dan masyarakat) dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu

menjadi mau, dan dari mau menjadi mampu melaksanakan atau melakukan dalam

wujud perilaku mencegah atau mengatasi masalah kesehatan yang menyangkut diri

sendiri maupun lingkungannya. (Lumy dkk, 2018). Dalam menyebarluaskan

informasi yang tepat dan benar peran media amat penting seperti misalnya leaflet

(Gani dkk, 2014)

Media leaflet merupakan bentuk penyampaikan informasi atau pesan-pesan

kesehatan melalui lembaran yang lipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat

maupun gambar atau kombinasi (Gani dkk, 2014). Manfaat leaflet antara lain

sebagai penyebar informasi, alat promosi dan identifikasi suatu produk.

2. Keuntungan dan Kelemahan Leaflet

Leaflet memiliki keuntungan mudah dibawa dan dibagi-bagikan, penjelasan

singkat, menarik dan sederhana sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk

membacanya. Leaflet juga mudah disimpan dan dapat dibaca berulang kali.

Kelemahan leaflet adalah informasi dan penjelasan singkat dan terbatas, hanya

24
fokus pada informasi tertentu (Maydianasari dan Ratnaningsih, 2020).

Literatur sebelumnya membuktikan edukasi menggunakan leaflet cukup efektif

dalam meningkatkan pengetahuan dan prilaku pencegahan HIV/AIDS

(Maydianasari dan Ratnaningsih, 2020). Komisi Penanggulangan AIDS

membuktikan bahwa media leaflet lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan

pencegahan HIV/AIDS, oleh karena itu media lefalet mampu memberikan

landasan kognitif yang lebih baik, sehingga komponen afektif responden

menunjukkan arah sikap positif lebih tinggi daripada media poster (Gani dkk,

2014).

E. Peran dan Kompetensi Bidan dalam Program Triple Eliminasi dengan

Pemberian Edukasi Leaflet

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 320 tahun 2020 tentang

Standar Profesi Bidan menyebutkan Bidan adalah seorang perempuan yang telah

menyelesaikan program pendidikan kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar

negeri yang diakui secara sah oleh Pemerintah Pusat dan telah memenuhi

persyaratan untuk melakukan praktik kebidanan. Kompetensi Bidan juga telah

diatur dan terdiri dari 7 (tujuh) area kompetensi meliputi: (1) Etik legal dan

keselamatan klien, (2) Komunikasi efektif, (3) Pengembangan diri dan

profesionalisme, (4) Landasan ilmiah praktik kebidanan, (5) Keterampilan klinis

dalam praktik kebidanan, (6) Promosi kesehatan dan konseling, dan (7)

Manajemen dan kepemimpinan. Butir kompetensi keenam wajib dimiliki Bidan

yaitu kompetensi promosi kesehatan dan konseling seiring dengan UU No.4 tahun

2019 tentang tugas, peran dan kewenangan bidan.dalam memiliki kontribusi besar

dalam mendukung program triple eliminasi melalui pemberian edukasi

25
menggunakaan leaflet. Adapun peran, tugas serta wewenang bidan dalam upaya

program triple eliminasi (Kemenkes, 2019) antara lain:

1. Memberikan informasi dan edukasi terkait pencegahan penularan HIV, sifilis,

hepatitis B.

2. Memberikan konseling mengenai perencanaan kehamilan dan KB.

3. Melakukan deteksi dini terkait penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan

termasuk tes HIV, sifilis dan hepatitis B.

4. Menyiapkan persalinan sesuai standar yang bersih dan aman.

5. Persiapan dini dan antisipasi rencana rujukan jika terjadi komplikasi.

6. Penatalaksanaan kasus, stabilitas dan rujukan cepat dan tepat jika diperlukan.

7. Melibatkan keluarga dan suami siaga dalam menjaga kesehetan serta gizi ibu

hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi

26
D. Kerangka Teori

TRIPLE ELIMINASI: IBU HAMIL


Faktor-faktor yang
mempengaruhi HIV
pendidikan kesehatan:
Materi Hepatitis B
Lingkungan
Instrumental Siphilis
Subyek
- Edukasi/pendidikan
kesehatan

Media pendidikan
kesehatan:
Media grafis
Leaflet/pamflet
Booklet
Flyer
Billboard
Poster
Flannelgraph
Bulletin board
Lembar balik
Flashcard
2. Media berbasis Edukasi tentang triple eliminasi
leaflet

Peningkatan Pengetahu Penyakit menular


an dan sikap seksual

Keterangan:

= Diteliti

27
= Tidak diteliti

= Berpengaruh

= Mencegah

Gambar 2.1 Kerangka Teori

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Pengetahuan dan Edukasi triple Pengetahuan dan


Sikap Ibu hamil eliminasi Sikap Ibu hamil
sebelum edukasi triple setelah edukasi triple
eliminasi eliminasi

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Variabel penelitian merupakan suatu objek atau sifat atau atribut atau

nilai dari orang atau kegiatan yang mempunyai bermacam-macam variasi antara

satu dengan lainnya yang ditetapkan oleh peneliti dengan bertujuan untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sastroasmoro & Ismael, 2014). Adapun

macam-macam variabel penelitian yaitu sebagai berikut:

a. Variabel bebas adalah variabel yang keberadaannya mendahului variabel

terikat dan diyakini memengaruhi variabel terikat (Polit & Beck, 2017).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Edukasi triple

eliminasi.

b. Variabel terikat atau yang sering disebut dengan variabel dependen

adalah variabel yang menjadi akibat dan yang dipengaruhi oleh variabel

bebas. Variabel terikat merupakan hasil yang ingin dipahami, dijelaskan,

atau diprediksi oleh peneliti (Polit & Beck, 2018). Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel terikat adalah Pengetahuan dan sikap ibu hamil.

28
B. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala


Ukur Ukur
Edukasi pendidikan Kuesion Wawanca 0= Ordin
tentang yang er ra belum al
Triple bertujuan diberika
Eliminasi mengenalka n
n dan 1=
memberika sudah
n informasi diberika
yang tepat n
sehingga
dapat
berpengaru
h pada
pengetahua
n atau
pendapat
seseorang
tentang
triple
eliminasi
Pengetahua hasil tahu Kuesion Wawanca 0= Ordin
n seseorang er ra Kurang al
ketika <56%
melakukan 1=
penginderaa Cukup
n terhadap 56-76%
suatu objek
dari indra 2= Baik
yang 76-
dimilikinya 100%
(mata,
hidung,
telinga dan
29
sebagainya)
tentang
triple
eliminasi

Sikap istilah yang Kuesion Wawanca 0 = Ordin


mencermink er ra Negatif al
an rasa < mean
senang, tidak
1=
senang, atau
perasaan Positif
biasa-biasa ≥ mean
saja dari
seseorang
terhadap
pelaksanaan
triple
eliminasi

30
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunaan pada penelitian ini adalah jenis pre eksperimental

design dengan rancangan one group pretest posttest yang hanya melibatkan satu

kelompok subjek. Rancangan penelitian ini melibatkan satu kelompok yang diberi pre-

test (O), diberi perlakuan (X) dan diberi post-test. Keberhasilan perlakuan ditentukan

dengan membandingkan nilai pre-test dan nilai post-test. Pada rancangan ini tidak

menggunakan kelompok kontrol (Sugiyono, 2016).

O1 X O2

Gambar 4.1: Desain one group pre-test post-test

Keterangan :

O1 : pre test

O2 : post test

X : perlakuan edukasi dengan leaflet

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pasar Usang pada bulan Maret

2023.
31
C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

hamil di wilayah Pasar Usang. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut ( Sugiyono, 2016). Sampel yang diambil adalah seluruh ibu

hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pasar Usang bulan Maret 2022 dengan kriteria

sampel sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

1) Ibu hamil bersedia menjadi responden

2) Ibu hamil pada TW 1 dan TW 2

3) Ibu hamil bisa baca tulis

b. Kriteria eksklusi

1). Ibu hamil yang tidak dapat mengikuti kegiatan penelitian sampai selesai

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Lameshow, yaitu :

𝒏 = {Z₁.ₐ√Pₒ (1 − Pₒ) + Z₁. ᵦ√Pₐ (1 − Pₐ)}²

(Pₐ − Pₒ)²

Keterangan :

n = besar sampel

Z₁.ₐ = standar deviasi pada tingkat kesalahan 5% (1, 96)

Z₁.ᵦ = power yang ditetapkan peneliti yaitu sebesar 80% (0, 84)

Pₒ = prevalensi standar berdasarkan literature review 60 % (0,60)

Pₐ = prevalensi populasi berdasarkan literature review 76,7% (0,76) Berdasarkan perhitungan

besar sampel dengan menggunakan rumus Lameshow, didapatkan hasil sebesar 57 ibu hamil,

untuk menghindari drop out ditambah presisi 10% dari besar sampel yaitu sebanyak 5,7

dibulatkan menjadi 6. Jadi jumlah besar dalam penelitian ini adalah 63 ibu hamil

32
D. Metode

1. Cara Penelitian
a. Tahap Persiapan
Pengumpulan data dalam penelitian merupakan prosedur yang
sistematis untuk memperoleh data yang dibutuhkan (Satori, 2014).
Adapun jalanya penelitian melalui beberapa tahap:
1. Tahap awal yaitu dengan pengajuan judul penelitian kepada dosen
pembimbing I dan pembimbing II.
2. Pengurusan surat ijin studi pendahuluan dari Program Studi
Unisbar.
3. Pengajuan Surat studi pendahuluan ke Puskesmas Pasar Usang
4. Pengolahan data hasil studi pendahuluan
5. Melakukan seminar proposal yang telah disetujui oleh dosen
pembimbing 1 dan pembimbing II dan mengajukan ethical
clearance

b. Tahap Pengumpulan Data


Pengumpulan data melalui instansi yaitu Puskesmas Pasar Usang dan
kemudian menyebarkan kuisioner pada responden yang sesuai dengan
kriteria. Saat pengisian kuisioner, responden tertentu yaitu responden
yang tidak bisa baca tulis dapat dibantu oleh peneliti. Tahap
pengumpulan data dilakukan dengan langkah- langkah sebagai
berikut:
1. Peneliti melakukan pemilihan responden sesuai dengan kriteria inklusi
dan eksklusi.

2. Setelah mendapatkan responden yang sesui dengan kriteria yang


ditentukan peneliti melakukan Informed Consent terhadap calon
responden. Jika calon responden bersedia menjadi responden mereka
dapat membaca lembar persetujuan kemudian menandatanganinya.
3. Setelah responden menyetujui responden dapat mengisi kuisioner
yang telah disediakan dengan didampingi oleh peneliti. Apabila
responden bingung terhadap pernyataan di kuesioner, responden bisa

33
bertanya pada peneliti.
4. Kuesioner kemudian dikembalikan kepada peneliti setelah terisi
dengan lengkap
5. Setelah data terkumpul peneliti akan mengolah data dan
menyelesaikan laporan akhir.

c. Tahap Penyelesaian
Tahap Penyelesaian Peneliti mengumpulkan kuisioner yang telah
diisi oleh responden dan kemudian dikoreksi kelengkapannya untuk
dilakukan tabulasi data
d. Penarikan kesimpulan
Terakhir setelah tabulasi data telah selesai dilaksanakan dan sudah
diolah, maka peneliti dapat menarik kesimpulannya.

2. Teknik Pengolahan Data


Setelah semua data berhasil dikumpulkan, diolah sesuai tujuan dan
kerangka konsep penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan langkah-
langkah:
a. Editing atau penyuntingan data adalah tahapan dimana peneliti
memeriksa kelengkapan jawaban responden. Jika pada tahapan
penyuntingan ternyata ditemukan ketidak lengkapan dalam lembar
kuesioner, maka peneliti harus melakukan pengumpulan data
ulang.

b. Coding adalah kegiatan merubah data dalam bentuk huruf menjadi


data dalam bentuk angka/bilangan. Kode adalah lambang berupa
huruf atau angka yang digunakan untuk memberikan data
identifikasi.
c. Data entry adalah memasukkan jawaban dari responden dan
mengisi kolom dengan kode yang sesuai dengan jawaban masing-
masing pertanyaan.
d. Processing adalah proses setelah semua kuesioner terisi penuh dan
benar serta telah dikode jawaban responden pada kuesioner ke
dalam aplikasi pengolahan data di komputer, aplikasi yang

34
digunakan pada penelitian ini adalah SPSS (Statistical Package for
Social Sciences).
e. Cleaning data adalah pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan apakah sudah benar atau ada kesalahan pada saat
memasukan data. Cleaning data digunakan untuk mengetahui
adanya missing data, mengetahui variasi data dan konsistensi data
(Masturoh, 2018).

8. Analisis Data
Jenis analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis
bivariate. Analiisi univariat yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi
dari data demografi yaitu pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah
edukasi. Sedangkan analisis bivariat adalah untuk mengetahui
pengaruruh edukasi trple eliminasi terhadap pengetahuan dan sikap ibu
hamil

9. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak dan kewajiban
responden dan peneliti. Peneliti akan merahasiakan data responden
pada saat pengumpulan data dan hasil penelitian.

Peneliti menggunakan prinsip prinsip dasar etika penelitian:


a. Autonomy
Autonomy adalah memberikan hak kebebasan bagi partisipan untuk
menentukan keikut sertaan dalam penelitian tanpa paksaan. Pada
penelitian ini, informan diberi pilihan untuk keikutsertaan dalam
penelitian tanpa adanya paksaan.
b. Confidentiality
Confidentiality yaitu menjaga kerahasiaan obyek penelitian. Pada
penelitian ini semua data responden menggunakan inisial dan hasilnya
tidak digunakan selain untuk keperluan penelitian ini.
c. Informed Consent
Informed Consent yaitu informasi secara jelas terkait penelitian yang

35
diberikan kepada responden, mampu memahami informasi, memiliki
pilihan untuk bebas memilih dan setuju untuk berpartisipasi tanpa
paksaan. Sementara persetujuan tertulis mungkin dalam beberapa
situasi membuat takut partisipan, di awal penelitian setidaknya harus
mendapatkan persetujuan verbal (Bricki & Green, 2007). Pada
penelitian ini dilakukan informed consent secara verbal dan tertulis.

DAFTAR PUSTAKA

Abrori. (2014). Di Simpang Jalan Aborsi: Sebuah Studi Kasus terhadap remaja yang mengalami
kehamilan tidak diinginkan. Semarang: Gigih Pustaka Mandiri Semarang.
Agustini, A. (2019). Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Deepublish. Ajzen, I. (2017). TPB with
Background Factors. Retrieved December 5, 2018, from
http://people.umass.edu/aizen/tpb.background.html
Bappenas. (2018). Penguatan Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas. Jakarta. Retrieved July
20, 2021, from
https://www.bappenas.go.id/files/1715/3974/8326/Buku_Penguatan_Pelayan
an_Kesehatan_Dasar_di_PuskesmasDirektorat_Kesehatan_dan_Gizi_Masyarakat_Bappen
as.pdf Bappenas. (2019). Fungsi Kesehatan Masyarakat dan Health Security. Jakarta:
Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat. Retrieved July 20, 2021, from
https://www.bappenas.go.id/files/6115/9339/1933/FA_Preview_HSR_Book0 2.pdf
Breekveldt, N. (2018). Career interrupted : how 14 successful women navigate career breaks.
Australia: Melbourne Books.
Bungin, B. (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.
Burhanuddin, N. (2018). Filsafat Ilmu. Jakarta: Kencana. Centers for Disease Control and
Prevention. (2019). HBV. Pregnancy Home. Retrieved August 7, 2021, from
https://www.cdc.gov/nchhstp/pregnancy/effects/hbv.html
Centers for Disease Control and Prevention. (2020). Screening Recommendations. Pregnancy
Home. Retrieved August 7, 2021, from
https://www.cdc.gov/nchhstp/pregnancy/screening/index.html
Centers for Disease Control and Prevention. (2021). Syphilis. Sexually Transmitted Diseases
(STDs). Retrieved August 7, 2021, from https://www.cdc.gov/std/syphilis/stdfact-syphilis-

36
detailed.htm
Chan, E. Y. L., Smullin, C., Clavijo, S., Papp-Green, M., Park, E., Nelson, M., Giarratano, G., et
al. (2021). A qualitative assessment of structural barriers to prenatal care and congenital
syphilis prevention in Kern County, California. PLOS ONE, 16(4), e0249419. Public
Library of Science. Retrieved February 3, 2022, from
https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0249419
Chandra, M., & Mishra, V. (2017). Clinical approach to infections in pregnancy. India: Jaypee
Medical .
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Vol.3. Jakarta : EGC
Tjockronegoro, Arjatmo. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2 Edisi 3. Jakarta :
Gaya Baru

Austen, K.F, : Systemic Anaphylaxix in Man JAMA, 192 : 2 .1965.


Baratawidjaja, Karnen G. 2006. Imunologi Dasar Edisi Ke Tujuh. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Baskoro, Ari. Soegiarto, Gatot. Effendi, Chairul. Konthen, P.G. 2007. Urtikaria dan
Angiodema dalam Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata
K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Brooks, Geo F. Butel, Janet S. Morse, Stephen A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran Edisi
21. Jakarta: Salemba Medika.
Cook, D.R. Acute Hypersensitivity Reaction to Penicillin During general Anesthesia :
Case Report. Anesthesia and Analgesia 50 : 1, 1971.
Currie, TT. Et al, Severe Anaphylactic Reaction to Thiopentone : Case report,British
Medical Journal June 1966.
HauptMT ,Fujii TK et al (2000) Anaphylactic Reactions. In :Text Book ofCritical care.
Eds : Ake Grenvvik,Stephen M.Ayres,Peter R,William C.Shoemaker 4th edWB
Saunders companyPhiladelpia-Tokyo.pp246-56
Kern R,A. Anphylactic Drug Reaction JAMA 6 :1962.
Koury SI, Herfel LU . (2000) Anaphylaxis and acute allergic reactions. In :International
edition Emergency Medicine.Eds :Tintinalli,Kellen,Stapczynski 5th ed McGrraw-
Hill New York-Toronto.pp 242-6
Kresno, Siti Boedina. 2001. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta:
FKUI
Martin (2000) In: Fundamentals Anatomy and Physiology,5th ed pp.788-9
Petterson,R and Arbor A. Allergic Energencies. The Journal of the American Medical
37
Association 172 : 4,1960.
Rehatta MN.(2000). Syok anafilaktik patofisiologi dan penanganan. In : Update on
Shock.Pertemuan Ilmiah Terpadu.Fakultas Kedoketran Universitas Airlangga
Surabaya.
Rengganis, Iris. Yunihastuti, Evy. 2007. Alergi Makanan dalam Sudoyo, Aru W.
Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Sanders,J.H, Anaphylactic Reaction Handbook of Medical Emergencies, Med.Exam.
Publ.Co,2 nd Ed.154 : 1978.
Shepard, D.A. and Vandam.L,D. Anaphylaxis Assiciated with the use of Dextran
Anesthesiology 25: 2, 1964.
Tanjung, Azhar. Yunihastuti, Evy. 2007. Prosedur Diagnostik Penyakit Alergi dalam
Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus.
Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Van-Arsdel,P,P ,: Allergic Reaction to Penicillin, JAMA 191 : 3, 1965.
Wahab, A Samik. Julia, Madarina. 2002. Sistem Imun, Imunisasi, & Penyakit Imun.
Jakarta: Widya Medika

38
39
KUESIONER

Petunjuk :

1. Isilah identitas ibu secara lengkap dan benar

2. Bacalah dengan teliti pernyataan dibawah sebelum ibu menjawab

3. Berilah jawaban yang benar dan sejujurnya menurut pendapat ibu

agar di peroleh data yang benar, akurat dan obyektif

4. Berilah tanda checklist (√) pada kotak di sebelah kanan pada

jawaban yang ibu anggap benar

A. Karakteristik Responden

1. Nama ibu :

2. Umur :

3. Umur kehamilan (saat cek lab ) :

4. Jumlah anak :

5. Pendidikan terakhir :

SMP

SMA

Akademi

Perguruan tinggi

Petunjuk pengisian

Berilah tanda checklist (√) pada setiap item pernyataan yang paling tepat

40
PENGETAHUAN

No Pernyataan Benar Salah

1 Triple eliminasi merupakan program kesehatan untuk


ibu hamil guna mendeteksi virus HIV, Sifilis dan Hepatitis B

2 HIV dan Sifilis disebabkan oleh perilaku seksual yang beresiko


seperti berganti-ganti pasangan seksual serta
tidak menggunakan kondom

3 Hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri


4 Pemeriksaan triple eliminasi dapat dilakukan pada
kehamilan 20 minggu atau trimester II
5 Pemeriksaan triple eliminasi wajib dilakukan 1 kali
pada masa kehamilan untuk deteksi dini HIV, Sfilis, Hepatitis B
6 Pemeriksaan HIV di ulang 3 bulan lagi setelah
pemeriksaan pertama jika hasil meragukan
7 Pemeriksaan ulang triple eliminasi dilakukan
menjelang persalinan/melahirkan
8 Pemeriksaan triple eliminasi saat hamil dilakukan
untuk mencegah penularan virus dari ibu ke bayi
9 Persalinan operasi (SC) dilakukan untuk mencegah
penularan virus HIV dan Sifilis dari ibu ke bayi
10 Pencegahan penularan virus HIV dan sifilis dari ibu ke bayi dapat
dicegah dengan tidak menyusui langsung
setelah persalinan

11 Resiko penularan sifilis pada kehamilan semakin besar


terjadi pada kehamilan trimester II
12 Hepatitis B dapat berdampak pada kelahiran mati
karena vrius dapat menembus ari-ari
13 Ibu hamil dengan sifilis yang tidak dapat pengobatan
akan berisiko menularkan pada bayinya
14 Ibu hamil dengan HIV positif wajib rutin
mengkonsumsi ARV ( Anti Retro Viral )
15 Ibu dengan sifilis mendapat pengobatan suntikan
Benzatin Penicillin sebanyak satu kali selama hamil

41
SIKAP

Keterangan :

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

KS = Kurang Setuju

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S R KS STS
1 Ibu hamil seharusnya melakukan pemeriksaan triple
eliminasi di awal kehamilan atau tidak
2 Ibu hamil melakukan pemeriksaan triple eliminasi
kehamilan dari awal akan lebih mudah mengetahui
adanya resiko penyakit menular seksual bagi bayi dan
ibunya atau tidak
3 Ibu hamil dapat melakukan pemeriksaan triple eliminasi di
Puskesmas yang ada di wilayah tempat tinggal ibu
4 Program Triple Eliminasi bertujuan untuk deteksi dini
infeksi penyakit HIV, sifilis dan Hepatitis B pada ibu
hamil dan sangat penting dilakukan oleh semua ibu hamil
karena dapat menyelamatkan nyawa ibu dan anak.
5 Pemeriksaan dapat dilakukan idealnya sebelum usia
kehamilan 20 minggu dan untuk ibu hamil yang datang
setelah 20 minggu tes skrining dan pengobatan harus
dilakukan secepat mungkin
6 Penularsan HIV AIDS kepada bayi tidak dapat
ditanggulangi walaupun sudah di lakukan pemeriksaan
triple eliminasi

7 Penularsan Sipilis kepada bayi tidak dapat ditanggulangi


walaupun sudah di lakukan pemeriksaan triple eliminasi

8 Penularsan Hepatitis kepada bayi tidak dapat


ditanggulangi walaupun sudah di lakukan pemeriksaan
triple eliminasi

42
9 Ibu memerlukan biaya yang mahal untuk melakukan
pemeriksaan triple eliminasi

10 Pemeriksaan triple eliminasi tidak begitu dibutuhkan bagi


ibu yang merasa tidak berisiko terhadap penyakit HIV,
Sipilis dan Hepatitis

43

Anda mungkin juga menyukai