Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PELAKSANAAN PKL

DI PUSKESMAS BALOWERTI
KOTA KEDIRI
TANGGAL 09-28 JANUARI 2023

GAMBARAN KEBERHASILAN EDUKASI FAKTOR RESIKO BALITA


DENGAN BERAT BADAN BERLEBIH DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BALOWERTI

Oleh :
Fransisca Nindy Wardany (10319025)

BIDANG MINAT GIZI MASYARAKAT


PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN
MASYARAKAT
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PELAKSANAAN PKL
DI PUSKESMAS BALOWERTI
KOTA KEDIRI
TANGGAL 09-28 JANUARI 2023

GAMBARAN KEBERHASILAN EDUKASI FAKTOR RESIKO BALITA


DENGAN BERAT BADAN BERLEBIH DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BALOWERTI

Disusun Oleh :
FRANSISCA NINDY WARDANY (10319025)
Telah disahkan dan diterima dengan baik oleh
: Kediri, 28 Februari 2023

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

Hesti Restu Kartika, SKM. M.Kes Yoanita Indra Kumala Dewi, S.KM.,
M.Kes. NIP : 19730816 200605 2 002 NIK. 2015.0773

Mengetahui,
Institut Ilmu Kesehata Bhakti Wiyata
Fakultas Teknologi dan Manajemen Kesehatan
Prodi S1-Kesehatan Masyarakat

Endah Retnani Wismaningsih, S.KM., M.Kes.


Ketua Program Studi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan Praktik Kerja Lapangan

(PKL). Penulisan laporan ini merupakan hasil identifikasi masalah selama PKL di

Puskesmas Balowerti selama 3 minggu yang dilaksanakan pada tanggal 09-28 Januari

2023. Penulisan laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari

program praktik kerja lapangan (PKL). Hasil analisa yang didapatkan disusun

menjadi laporan akhir kegiatan PKL untuk mengatasi masalah yang ada. Proposal

yang saya buat ini tidak lepas atas bantuan dan dukungan dari semua pihak, untuk itu

saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dra. Ec. Lianawati MBA., selaku Ketua Yayasan Bhakti Wiyata Kediri.

2. Prof. Dr. apt. Muhamad Zainuddin selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan

Bhakti Wiyata Kediri.

3. Tri Ana Mulyati, Msi., selaku Dekan Fakultas Teknologi dan Manajemen

Kesehatan.

4. Endah Retnani Wismaningsih, S.KM., M.Kes. selaku Ketua Prodi S1

Kesehatan Masyarakat.

5. Yoanita Indra Kumala Dewi, S.KM., M.Kes. selaku Pembimbing yang telah

memberikan pengarahan, petunjuk dan nasehat dalam penyusunan Proposal.


6. Seluruh pegawai di Puskesmas Balowerti yang telah mengizinkan kami

mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di Puskesmas dan membantu dalam

melengkapi data yang kami butuhkan.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberikan

kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan Proposal ini. Penulis sadar

bahwa Proposal ini masih jauh dari kata sempurna, tetapi penulis berharap bahwa

Proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca.


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Balita dengan berat badan berlebih saat ini merupakan masalah yang

actual. Masalah balita dengan berat badan berlebih bukan hanya terjadi pada

negara barat saja seperti Amerika tetapi juga sudah banyak ditemukan di

Negara-negara berkembang misalnya di Indonesia. Peningkatan kemakmuran

di Indonesia juga diikuti oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan.

Pola makan terutama di kota besar, bergeser dari pola makan tradisional ke

pola makan barat yang dapat menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang.

Pola makan tersebut merupakan jenis-jenis makanan yang bermanfaat, akan

tetapi secara potensial mudah menyebabkan kelebihan masukan kalori jika

dikonsumsi secara irrasional.

Banyak faktor penyebab balita dengan berat badan berlebih pada anak,

antara lain pemberian ASI, pemberian MP-ASI terlalu dini dan asupan nutrisi

yang berasal dari jenis makanan olahan serba instan, minuman soft drink,

makanan jajanan seperti makanan cepat saji/ fast food yang tersedia di gerai

makanan. Selain itu, balita dengan berat badan berlebih dapat terjadi pada

anak yang ketika masih bayi tidak dibiasakan mengkonsumsi ASI, tetapi

menggunakan susu formula dengan jumlah asupan yang melebihi porsi yang
dibutuhkan bayi akibatnya akan mengalami kelebihan berat badan saat berusia

4-5 tahun (Sari, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO, 2016), anak-anak yang

balita dengan berat badan berlebih berisiko tinggi mengalami berbagai

masalah kesehatan, dan juga cenderung menjadi orang dewasa gemuk. Jumlah

anak- anak yang kelebihan berat badan atau obesitas hampir dua kali lipat dari

5,4 juta pada tahun 1990 menjadi 10,6 juta pada tahun 2014. Hampir setengah

dari anak- anak di bawah usia 5 tahun yang kelebihan berat badan atau

obesitas pada tahun 2014 tinggal di Asia. Pada 2015 diprediksi kasus balita

dengan berat badan berlebih akan meningkat dua kali lipat dari angka

tersebut.

Berdasarkan Data dari Global Nutrition Report (2020) menyampaikan

bahwa kejadian balita dengan berat badan berlebih pada anak kurang dari 5

tahun di Indonesia menunjukkan data yang signifikan. Pada tahun 2000

terdapat 15 % anak mengalami balita dengan berat badan berlebih, 11,5%

pada tahun 2013, dan 8% di tahun 2018. Data Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) Tahun 2018 (Kementrian Kesehatan RI, Laporan Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2018) menyebutkan bahwa prevalensi balita

gemuk atau obesitas menurut BB/TB pada anak usia 0-59 bulan sebesar

13,6%.

Jumlah balita dengan status gizi balita dengan berat badan berlebih di

Kota Kediri hampir sebesar 8 % dan sudah mengalami penurunan

dibandingkan tahun 2013 yaitu hampir 15%. Meskipun jumlah tersebut di

bawah angka Jawa Timur, akan tetapi jumlah tersebut tergolong cukup besar

(Riskesdas, 2018).
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab balita dengan berat badan

berlebih seperti ketidakseimbangan pola makan, perilaku makan, aktivitas

fisik, riwayat pemberian Air Susu Ibu maupun genetik. Oleh karena itu untuk

mencegah peningkatan jumlah balita dengan gizi gemuk diperlukan upaya

mulai dari keluarga untuk berperilaku hidup sehat.

Kejadian Faktor resiko balita dengan berat badan berlebih di wilayah

kerja puskesmas balowerti pada tahun 2020 jumlah balita dengan sebanyak

2402 balita dan jumlah balita yang datang ke posyandu sejumlah 875 balita.

Data tahun 2021 jumlah balita dengan sebanyak 2409 balita dan jumlah balita

yang datang ke posyandu sejumlah 300 balita dan balita yang naik berat

badannya sejumlah 1 balita. Data tahun 2022 jumlah balita dengan sebanyak

2395 balita, jumlah balita yang datang ke posyandu sejumlah 1128 balita dan

balita yang naik berat badannya 36 balita. Dari uraian latar belakang di atas,

maka peneliti mengambil judul “Gambaran Edukasi Faktor Resiko Balita

Dengan Berat Badan Berlebih Di Wilayah Kerja Puskesmas Balowerti”.


B. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui gambaran keberhasilan edukasi faktor resiko balita

dengan berat badan berlebih di wilayah kerja Puskesmas Balowerti.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran keberhasilan edukasi faktor resiko balita

dengan berat badan berlebih di wilayah kerja Puskesmas Balowerti.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden.

b. Mengetahui karakteristik keluarga responden.

c. Mengetahui jenis edukasi yang diberikan.

d. Mengetahui keberhasilan edukasi faktor resiko balita dengan berat

badan berlebih di wilayah kerja Puskesmas Balowerti.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa

a. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang masalah

gizi serta penyelesaiannya khususnya dalam bidang gizi

masyarakat.

b. Mengembangkan pola pikir mahasiswa dalam menelaah dan

memberikan alternatif pemecahan masalah yang ada di

lapangan.
c. Menumbuhkan sikap kepedulian serta tanggungjawab terhadap

kesehatan masyarakat di sekitarnya.

2. Bagi Tempat Praktik Kerja Lapangan

a. Mendapatkan gambaran mengenai masyarakat dan masalah di

masyarakat dalam bidang kesehatan sehingga dapat melakukan

perencanaan intervensi kesehatan yang diperlukan.

b. Mengembangkan program yang diinisiasi oleh mahasiswa

untuk dapat terus berkelanjutan dan sember manfaat yang lebih

besar bagi masyarakat.

3. Bagi Fakultas Teknologi dan Manajemen Kesehatan IIK Bhakti

Wiyata

a. Dapat mengembangkan ilmu dan pengetahuan kepada

mahasiswa dengan adanya umpan balik sebagai hasil integrasi

dalam program PKL ini.

b. Dapat menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah atau

lembaga terkait lainnya dalam pengupayakan status derajat

kesehatan masyarakat yang lebih baik.

c. Ikut berperan serta dalam mengembangkan IPTEKS di bidang

kesehatan masyarakat yang lebih bermanfaat dalam

pengelolaan dan penyelesaian masalah kesehatan masyarakat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Balita Dengan Berat Badan Berlebih

Obesitas merupakan salah satu masalah gizi yang terjadi pada Balita

dengan berat badan berlebih. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor.

Apabila tidak mendapatkan penanganan yang benar maka akan mangalami

penyakit degenerative di masa mendatang. Obesitas merupakan salah satu

kategori dalam penglompokan status gizi. Berdasarkan Peraturan Mentri

Kesehatan No. 2 tahun 2020 pada umur 5-18 tahun kategori obesitas pada

pengukuran IMT/U masuk ke dalam tingkat keempat (Peraturan Mentri

Kesehatan No. 2 tahun, 2020).

B. Gejala Balita Dengan Berat Dadan Derlebih

Secara umum balita dengan berat badan berlebih dapat ditandai

dengan gangguan pernafasan yang disebabkan oleh adanya penimbunan

lemak di bawah diafragma dan di dalam dinding dada yang dapat menekan

paru-paru. Gangguan pernafasan dapat terjadi walaupun melakukan aktivitas

ringan dan terjadi pada saat tidur yang menyebabkan terhentinya pernafasan

untuk sementara waktu (tidur apneu) sehingga pada siang hari sering

mengantuk.
Menurut Irwan (2016) obesitas dapat dikenali dengan tanda dan gejala sebagai

berikut :

 Dagu rangkap

 Leher relatif pendek

 Dada yang mengembung dengan payudara yang membesar

mengandung lemak

 Perut membuncit dan dinding perut berlipat-lipat

 Kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal paha

bagian dalam saling menempel sehingga menyebabkan laserasi dan

ulserasi yang dapat menimbulkan bau tidak sedap.

C. Faktor-faktor penyebab Balita Dengan Berat Dadan Derlebih

Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan obesitas yaitu : (Pakar

Gizi Indonesia, 2017)

a. Genetik

Umumnya obesitas cenderung disebabkan oleh faktor keturunan atau

diduga sebagai penyebab genetik. Peran faktor genetik terhadap berat

badan dan komposisi tubuh dilakukan dengan cara mempengaruhi nafsu

makan, asupan energi, resting energy expenditure (REE), thermogenesis

makanan dan aktivitas thermogenesis tanpa latihan fisik serta efisiensi

penyimpanan energi dalam tubuh.

b. Lingkungan
Lingkungan memegang peran yang cukup penting terhadap

peningkatan obesitas. Hal ini disebabkan adanya perubahan gaya hidup

dan perilaku makan masyarakat sekitar yang mengarah pada pola barat

(western food) dimana makanannya mengandung tinggi lemak, tinggi

kalori, dan rendah serat.

c. Aktivitas Fisik

Berkembangnya kemajuan teknologi dan informasi memberikan

fasilitas yang memanjakan masyarakat sehingga mengurangi aktifitas fisik

dalam melaksanakan kegiatan. Tersedianya aplikasi pengantar makanan

menjadi salah satu contoh kemajuan teknologi yang menyebabkan

masyarakat semakin malas bergerak dan jika membutuhkan sesuatu diluar

rumah tersedianya alat transportasi kendaraan seperti sepeda motor dan

mobil. Kondisi ini sangat mengurangi pengeluaran energi dan aktivitas

fisik. Rendahnya aktivitas fisik menyebabkan pemakaian energi sedikit

sehingga banyak energi yang tersisa dan disimpan berupa tumpukan

lemak.

d. Pengetahuan

Semakin baik pengetahuan seseorang terhadap pentingnya serat untuk

kesehatan maka semakin tepat pula pilihan dalam menentukan jenis dan

jumlah makanan yang diperlukan bagi tubuhnya, sehingga terpenuhinya

kebutuhan nutrisi dapat mengurangi resiko mengalami gizi buruk ataupun

gizi lebih (Sumartini, 2019).

e. Ketidak seimbangan energi


Keseimbangan energi yaitu kondisi energi yang masuk kedalam tubuh

sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pemenuhan energi di

dalam tubuh dapat diperoleh dengan mengonsumsi makanan. Terjadinya

obesitas disebabkan karena ketidakseimbangan energi yang masuk

kedalam tubuh artinya energi yang masuk kedalam tubuh melebihi

kebutuhan. Hal inilah yang menyebabkan berat badan terus bertambah.

Ketidakseimbangan energi dapat terjadi karena asupan makan berlebih

dan kurangnya aktifitas fisik (Kusumastuty, 2016).

D. Cara pengukuran Balita Dengan Berat Dadan Derlebih

Cara mengukur seseorang obesitas atau tidak dapat dilakukan dengan

pengukuran berat badan dan tinggi badan dibandingkan dengan standar

antropometri anak mengacu pada penilaian status gizi menurut Peraturan

Mentri Kesehatan No. 2 Tahun 2020. Klasifikasi penilaian status gizi

berdasarkan indeks antropometri untuk anak usia 5-18 tahun sesuai dengan

kategori status gizi pada The WHO Reference 2007.

Dalam mengukur gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, beresiko gizi lebih, gizi

lebih dan obesitas digunakan indeks IMT/U. Anak dengan IMT/U >+1 SD

beresiko gizi lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk mencegah gizi

lebih dan obesitas (Peraturan Mentri Kesehatan No. 2 tahun 2020).


E. Penanganan dan Pengendalian Balita Dengan Berat Dadan Derlebih

Penanganan dan pengendalian Obesitas di Indonesia Penilaian status

gizi anak baru dalam buku Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan

Kegemukan dan Obesitas pada Anak yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal

Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan 2012

disebutkan bahwa langkah penemuan kasus obesitas. Bila ditemukan anak

dengan status gizi gemuk atau obesitas, maka dia dirujuk ke Puskesmas untuk

pemeriksaan lebih lanjut.

F. Media Komunikasi, Informasi dan Edukasi

Media Komunikasi, Informasi dan Edukasi merupakan berbagai

wadah penyampaian pesan obesitas secara sistematis untuk mempengaruhi

perilaku positif masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian obesitas

berisi informasi baik berupa gagasan maupun kenyataan yang perlu diketahui

masyarakat agar terjadi perubahan perilaku kearah yang positif. Dengan

demikian diharapkan adanya peningkatan pengetahuan, mendorong perubahan

sikap dan peningkatan penerapan pengendalian obesitas di masyarakat yaitu

melalui Pos Pembinaan Terpadu PTM (POSBINDU PTM) dimasyarakat dan

CERDIK di sekolah terintegrasi dengan UKS/M serta di fasilitas kesehatan

lainnya. Pada akhirnya akan menumbuhkan komunitas peduli obesitas sebagai

gerakan yang menuntut partisipasi dari seluruh masyarakat.


Seiring dengan hal tersebut dituntut pula peningkatan kualitas

pelayanan oleh pengelola program dan pengembangan isi pesan yang

berkaitan dengan obesitas.

G. Pesan Untuk Pencegahan Balita Dengan Berat Dadan Derlebih

Tips untuk anak yaitu :

1. Bayi :

a. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

b. ASI eksklusif sampai umur 6 bulan

c. Melanjutkan ASI sampai usia 2 tahun

d. MP-ASI dimulai pada usia 6 bulan

e. Pemberian Makanan Bayi Anak (PMBA) sesuai kelompok umur.

f. Tummy time untuk bayi yang belum bisa merangkak sebagai usaha

aktivitas fisik

2. Balita :

a. Aneka ragam pangan, makan lebih banyak yang bergizi (anak usia 2–

5 tahun)

b. Jangan terlalu banyak digendong, biarkan anak bergerak bebas

H. Edukasi Faktor Penyebab Balita Kelebihan Berat Badan Berlebih

Penyebab kelebihan berat badan pada balita Banyak faktor penyebab

obesitas pada anak, antara lain pemberian ASI, pemberian MP-ASI terlalu

dini dan asupan nutrisi yang berasal dari jenis makanan olahan serba instan,

minuman soft drink, makanan jajanan seperti makanan cepat saji/ fast food
yang tersedia di gerai makanan. Selain itu, berat badan berlebih dapat terjadi

pada anak yang ketika masih bayi tidak dibiasakan mengkonsumsi ASI, tetapi

menggunakan susu formula dengan jumlah asupan yang melebihi porsi yang

dibutuhkan bayi/anak akibatnya anak akan mengalami kelebihan berat badan

saat berusia 4-5 tahun (Sari, 2012). Prenatal fatness juga menjadi factor

genetik yang berperan besar.

Bila kedua orang tua obesitas maka anak juga akan beresiko

mengalami obesitas. Obesitas yang terjadi pada masa anak-anak dapat

beresiko tinggi untuk menjadi obesitas pada masa dewasanya nanti. Menurut

World Health Organization (WHO, 2016), anak-anak yang obesitas berisiko

tinggi mengalami berbagai masalah kesehatan, dan juga cenderung menjadi

orang dewasa gemuk. Jumlah anak-anak yang kelebihan berat badan atau

obesitas hampir dua kali lipat dari 5,4 juta pada tahun 1990 menjadi 10,6 juta

pada tahun 2014. Hampir setengah dari anak- anak di bawah usia 5 tahun yang

kelebihan berat badan atau obesitas pada tahun 2014 tinggal di Asia.

Pada 2015 diprediksi kasus obesitas akan meningkat dua kali lipat dari

angka tersebut. Berdasarkan laporan gizi global atau Global Nutrition Report

(2020), Kejadian obesitas pada anak usia kurang dari 5 tahun pada tahun 2018

sebesar 5,9% dan tahun 2019 sebesar 5,6 %. Indonesia termasuk ke dalam 17

negara yang memiliki 3 permasalahan gizi sekaligus, yaitu stunting (pendek),

wasting (kurus), dan overweight (obesitas). Berdasarkan Data dari Global


Nutrition Report (2020) menyampaikan bahwa kejadian obesitas pada anak

kurang dari 5 tahun di Indonesia menunjukkan data yang signifikan.


BAB III

METODE KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Metode Pelaksanaan PKL

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan selama 3

(tiga) minggu pada tanggal 09 – 28 Januari 2022. Pelaksanaan kegiatan PKL

ini berpusat di UPTD Puskesmas Balowerti Kota Kediri dengan mengikuti

jam operasional Puskesmas Balowerti. Metode pelaksanaan PKL ini

menggunakan metode turun lapangan dengan bimbingan, diskusi, dan

observasi partisipatif.

B. Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL

1. Lokasi Kegiatan PKL

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di UPTD

Puskesmas Balowerti Kota Kediri.

2. Waktu Kegiatan PKL

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan selama 3

minggu dimulai pada tanggal 09 – 28 Januari 2023. Jam kerja di UPTD

Puskesmas Balowerti untuk hari Senin sampai Kamis yaitu pukul 07.15 –

14.25 WIB, hari Jum’at pukul 07.00 – 11.00 WIB, dan hari Sabtu pukul

07.15 – 13.00 WIB.


C. Kerangka Operasional
Perumusan Masalah Gizi

Identifikasi Masalah Gizi

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Wawancara kepada pemegang Meminta data tentang balita dengan


program gizi di Puskesmas Balowerti
berat badan berlebih pada ibu hamil di
Puskesmas Balowerti

Pengolahan Data

Analisis Data

Interpretasi Hasil
D. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan secara sekunder. Data sekunder

diperoleh dari data di Puskesmas Balowerti yang dijadikan sebagai bahan

dalam identifikasi masalah. Data sekunder merupakan sumber data yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang

lain atau lewat dokumen (Sugiyono,2016).

E. Jadwal Kegiatan

1. Jadwal Kegiatan Minggu Pertama

Tabel III. 1 Jadwal Kegiatan Minggu Pertama

No. Tanggal Kegiatan

1. 09 Januari 2023 Orientasi Manajemen PKM Balowerti

2. 10 Januari 2023 Orientasi dan penyusunan kelompok semen

3. 11 Januari 2023 Posyandu di pocanan

4. 12 Januari 2023 Menganalisis hasil observasi posyandu dan

menentukan judul dengan Ci

5. 13 Januari 2023 Penentuan judul penelitian dan identifikasi

masalah

6. 14 Januari 2023 Menganalisis data dan menyusun BAB I


2. Jadwal Kegiatan Minggu Kedua

Tabel III. 2 Jadwal Kegiatan Minggu Pertama

No. Tanggal Kegiatan

1. 16 Januari 2023 Revisi Laporan PKL

2. 17 Januari 2023 Mengikuti Posyandu di Kelurahan

Balowerti dan menyusun BAB II

3. 18 Januari 2023 Menyusun BAB II dan Konsultasi dengan

CI Puskesmas Balowerti

4. 19 Januari 2023 Mengikuti Posyandu di kelurahan

Balowerti dan menyusun BAB II

5. 20 Januari 2023 Mengikuti kegiatan Prolanis dan konsultasi

laporan PKL dengan PJ Gizi

6. 21 Januari 2023 Konsultasi laporan PKL, dengan Dosen

Pembimbing

3. Jadwal Kegiatan Minggu Ketiga

Tabel III. 3 Jadwal Kegiatan Minggu Pertama

No. Tanggal Kegiatan

1. 23 Januari 2023 Cuti bersama tahun baru Imlek.


2. 24 Januari 2023 Menyusus BAB IV laporan PKL

3. 25 Januari 2023 Sosialisasi ASI esklusif Ibu

4. 26 Januari 2023 Pemeriksaan darah di SMP, MA dan SMK

Al Huda

5. 27 Januari 2023 Pemeriksaan darah di SMP, SMK Taman

Siswa dan pemberiaan tablet Fe di SMP,

MA, SMK Al Huda

6. 28 Januari 2023 Konsultasi laporan PKL dengan CI

Puskesmas Balowerti dan penutupan PKL


BAB IV

HASIL KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Gambaran Umum UPTD Puskesmas Balowerti

1. Sejarah UPTD Puskesmas Balowerti

Puskesmas Poned Balowerti mempunyai perjalanan evolusi cukup

panjang. Berawal pada bulan Juni 1986 sebagai Puskesmas Pembantu

dibawah Puskesmas Kota Wilayah Utara sebagai induknya, Puskesmas

Pembantu Balowerti sudah memberikan layanan kesehatan kepada

masyarakat Kelurahan Balowerti dan sekitarnya. Dengan dukungan sarana

yang minimal dan petugas 3 orang (bidan, perawat dan tenaga

administrasi) namun cukup optimal melayani masyarakat.

Seiring kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang

berkualitas dan untuk lebih mendekatkan layanan kesehatan kepada

masyarakat maka Puskesmas diwilayah Kecamatan Kota yang semula ada

2 Puskesmas yaitu Puskesmas Kota Wilayah Selatan dan Puskesmas Kota

Wilayah Utara dilakukan pemekaran wilayah menjadi 3 Puskesmas

dengan menambahkan Puskesmas Kota Wilayah Tengah atau lebih

dikenal dengan Puskesmas Balowerti. Dengan SK Walikota, pada tanggal

6 Juni 2006 Puskesmas Pembantu Balowerti resmi beralih menjadi

Puskesmas
Balowerti dengan 5 kelurahan sebagai wilayah kerjanya; Kelurahan

Semampir, Kelurahan Balowerti, Kelurahan Dandangan, Kelurahan

Ngadirejo dan Kelurahan Pocanan. Sebagai Kepala Puskesmas yang

pertama adalah drg. Arief Hendrotomo dibantu 36 orang staf medis dan

non medis. Untuk mendukung sebagai Puskesmas Induk, Puskesmas

Balowerti berpindah dari bangunan yang sempit menuju bangunan lebih

besar dengan memanfaatkan bangunan SDN Balowerti II/IV yang sudah

tidak digunakan serta melengkapi dengan fasilitas kesehatan yang lebih

representatif.

Dalam perkembangannya, untuk memenuhi harapan masyarakat

sekitar yang menginginkan adanya Puskesmas yang melayani rawat inap

khususnya pasien bersalin maka pada akhir tahun 2010. Puskesmas

Balowerti beralih menjadi Puskesmas Rawat Inap Balowerti. Pada 1

Agustus 2010 terjadi pergantian Kepala Puskesmas dari drg. Arief

Hendrotomo kepada

dr. Rizal Amin. Dalam kepemimpinan Kepala Puskesmas yang baru

Puskesmas Rawat Inap Balowerti terus melanjutkan proses berbenah guna

memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat.

Penambahan tenaga-tenaga baru dan peralatan menjadikan Puskesmas

Rawat Inap Balowerti semakin bisa bersaing ditengah tuntutan layanan

kesehatan.

Berdasar Surat Keputusan Walikota Kediri Nomor

188.45/107/419.16/2011 Puskesmas Rawat Inap Balowerti berubah lagi


menjadi Puskesmas Poned Balowerti yang memberikan pelayanan

kebidanan dan mampu memberikan pelayanan kegawatdaruratan pada ibu

bersalin dan bayi baru lahir. Terhitung mulai tanggal 1 Agustus 2011

terjadi pergantian Kepala Puskesmas dari dr. Rizal Amin kepada dr. Henry

Mulyono hingga sekarang dan terus melanjutkan membentuk Puskesmas

Poned Balowerti yang lebih berkualitas menyehatkan masyarakat selaras

dengan Visi Puskesmas Poned Balowerti.

2. Identifikasi Puskesmas

a) Nama Puskesmas : Puskesmas Balowerti

b) No. Kode Puskesmas : 1033231

c) Alamat : Jl. Balowerti Gang V No 68, Kel. Balowerti

Kec. Kota Kediri

d) No Tlp/Fax : 03454-689746

e) Pimpinan : dr. Henry Mulyono

f) Jenis Puskesmas : Rawat Inap

3. Denah UPTD Puskesmas Balowerti


Gambar IV. Denah UPTD Puskesmas Balowerti

4. Data Geografis

a) Batas Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Balowerti

1) Sebelah Timur: Keluraha Banjaran

2) Sebelah Barat : Sungai Brantas

3) Sebelah Selatan : Kelurahan Kemasan Dan Setono Gedong

4) Sebelah Utara : Kabupaten Kediri (Desa Jong Biru)

b) Posisi Geografis Wilayah Kerja Puskesmas Balowerti

Lokasi Puskesmas Balowerti tepatnya berada pada wilayah Kota

Kediri bagian utara.

c) Luas Wilayah Kerja Puskesmas Balowerti

Luas wilayah Puskesmas Balowerti adalah 5,345 km2 yang terbagi

menjadi 5 wilayah kelurahan meliputi kelurahan balowerti, kelurahan

dandangan, kelurahan ngadirejo, kelurahan semampir, dan kelurahan

pocanan.

d) Kondisi Wilayah Kerja

Wilayah puskesmas poned balowerti merupakan dataran rendah

yang terletak pada titik lintang : 7° 48’ 31.0”S dan titik bujur : 112°00’

48.4”E.

5. Data Demografis

Jumlah penduduk yang ada ada wilayah kerja puskesmas balowerti ada

33.371 penduduk, dengan jumlah penduduk laki-laki 16.625 orang dan


pendudukperempuan 16.746 orang. Dengan penduduk terbanyak ada pada

kelurahan ngadirejo dengan jumlah penduduk 10.653 orang.

6. Visi, Misi, Motto, Dan Tata Nilai Puskesmas Balowerti

a) Visi Puskesmas Balowerti

Terwujudnya masyarakat sehat dalam harmoni di wilayah kerja

puskesmas balowerti.

b) Misi Puskesmas Balowerti

1) Meningkatkan kualitas dan profesionalisme dalam pelayanan

Kesehatan.

2) Meningkatkan peran masyarakat dalam mewujudkan masyarakat

sehat dan madiri.

c) Motto Puskesmas Balowerti

Kami siap melayani dengan NURANI (nyaman, ungul, ramah, sopan,

dan ikhlas)

d) Tata Nilai Puskesmas Balowerti

BerAKHLAK

1) Berorientasi pelayanan

a) Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

b) Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan, melakukan

perbaikan tanpa henti.

2) Akuntabel
a) Melaksanakan tugas dengan jujur, bertangung jawab, cermat

serta disiplin dan berintegritas tinggi.

b) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara

bertanggung jawab, efektif dan efisien.

c) Tidak menyalagunakan kewenangan jabatan.

3) Kompeten

a) Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan

yang selalu berubah.

b) Membantu orang lain belajar.

c) Melakanakan tugas dengan kualitas terbaik

4) Harmonis

a) Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya.

b) Suka menolong orang lain.

c) Membangun lingkungan kerja yang kondusif.

5) Loyal

a) Memegang teguh ideologi Pancasila dan UUD negara republic

Indonesia tahun 1945.

b) Setia kepada NKRI serta pemerintah yang sah.

c) Menjaga nama baik sesame staf, pimpinan dan instansi.

6) Adaptif

a) Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan.

b) Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas.


c) Bertindak proaktif.

7) Kolaboratif

a) Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk

berkontribusi.

b) Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah.

c) Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk

tujuan bersama.

7. Struktur Organisasi Puskesmas Balowerti

Gambar IV. 2 Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Balowerti

B. Identifikasi Masalah

1. Data Balita Dengan Berat Badan Berlebih di wilayah kerja puskesmas

Balowerti 2020 dan 2022

Table IV.1 Data Balita Dengan Berat Badan Berlebih Di Wilayah

Kerja Puskesmas Balowerti 2020 Dan 2022


No. Tahun N D

1. 2020 875 1429

2. 2021 300 1745

3. 2022 1128 1510

C. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah berdasarkan diagram fishbone

Man Method

Gencarnya penyuluhan
Kurangnya Edukasi dan konseling mengenai
Pengetahuan ibu gizi seimbang dan PMT
mengenai gizi
seimbang dan PMT

Puskesmas Balowerti
wilayah Kerja
Menurut N/D di
penimbangan Balita
Capaian program
Tersedianya anggaran Kader gencar memberi Penimbangan PMT
untuk mendukung peringatan kepada para ibu
kepada balita
program penimbangan. untuk datang ke posyandu
setiap pelaksanaan
menimbang balitanya posyandu

Material Money Environment

Gambar IV. 3 Identifikasi Penyebab Masalah Berdasarkan Diagram Fishbone

D. Penentuan Prioritas Msalah


Penentuan prioritas penyebab masalah dengan menggunakan metode Scoring pada
balita berat badan berlebih di wilayah kerja UPT Puskesmas Balowerti sebagai
berikut:
No. Masalah
E. Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah mengenal capaian penimbangan

balita menurut N/D di Puskesmas Balowerti. Terdapat beberapa upaya

pemecahan masalah yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan edukasi penyuluhan kepada kader dan perwakilan

masyarakat mengenai pemberian KBM (Kenaikan Berat Minimal), PMT

(Pemberian Makanan Tambahan), gizi seimbang, dan penimbangan

balita.

2. Melakukan pemantauan dengan mendatangi setiap ada pelaksanaan

posyandu untuk memberikan penyuluhan dan konseling terkait gizi.

3. Membuat leaflet untuk dibagikan kepada ibu-ibu yang memiliki balita

yang berisi tentang gizi seimbang.

4. Memberikan edukasi penyuluhan kepada kader agar menggunakan

harian kacamata ketika melakukan plot apabila merasa penglihatannya

kurang jelas.

Serta menghimbau kepada ibu-ibu yang datang ke posyandu agar ketika

melakukan penimbangan atau konseling bergiliran atau diberikan nomor

antrian agar kader dan pihak puskesmas tidak kebingungan saat melakukan

plot di KMS dan melakukso konseling dikarenakan kegachil.


BAB V

PEMBAHASAN

A. Cara Mencegah obesitas pada Balita Dengan Berat Badan Berlebih

1. Menerapkan Hidup Sehat

Hidup sehat dimulai dari keluarga. Inilah yang harus diingat setiap kali

memberikan asupan pada anak. Masa tumbuh kembang anak dimulai dari

usia 0 – 13 tahun, sehingga usia ini menjadi penentu kesehatan mereka di

masa yang akan datang. Di usia ini pula mereka akan lebih cepat tumbuh

dibandingkan usia remaja dan faktor hormonalnya mudah berubah. Oleh

karena itu wajib menyediakan menu sayuran dan buah-buahan di rumah,

serta kurangi asupan makanan berlemak tinggi.

2. Atur Pola Makan

Pola makan yang teratur dapat menghindari obesitas pada anak.

Sebaiknya menerapkan pola makan 3 kali sehari dalam porsi yang cukup.

Porsi makan anak tidak bisa disamakan dengan orang dewasa. Kurangi

jumlah karbohidrat yang terlalu tinggi dan perbanyak asupan proteinnya.

“Children's portion sizes should be smaller than those for adults. Cutting

back on portion size will help you balance energy in and energy in,”

ungkap
sebuah penelitian dari National Heart, Lung, and Blood Institute, Four

Institutes from the National Institutes of Health.

3. Pintar Memilih Camilan

Jangan asal memilih camilan untukanak. Sebaiknya pilihlah snack

yang rendah MSG atau bahan pengawet lainnya, karena makanan ini tidak

sehat untuk perkembangan otak. Jatah makanan yang memiliki rasa manis

dan kadar lemak tinggi, seperti permen, minuman ringan bersoda, dan

cokelat. Bukan tidak boleh, namun batasi agar tak berlebihan. Sebagai

penyeimbang, ganti camilan dengan buah, sayuran yang telah diolah, roti

gandum, kentang, dan sebagainya. Buat kreasi makanan unik yang lezat

namun menyehatkan agar anak tidak bosan dengan menu yangsama.

4. Beraktivitas Bersama

Jangan biasakan anak ketergantungan dengan kemajuan teknologi

yang ada. Hal ini berpotensi besar membuat mereka malas, karena

dibiasakan fokus pada layar smartphone atau laptop saja di kesehariannya.

Perlu memberikan aktivitas fisik padanya, seperti rutin mengajak mereka

berolahraga lari pagi keliling perumahan atau menemani belanja ke

swalayan. Saat weekend ajak mereka bermain sepeda, berenang, atau

bermain di playground intinya kegiatan di luar ruangan.

5. Edukasi Anak
Berikan pengertian dan teguran kepada anak. Jelaskan dengan gaya

bahasa yang mudah mereka mengerti tentang bahaya yang bisa terjadi jika

terus-menerus makan tanpa kontrol yang baik. Berikan contoh penyebab

serta penyakit yang bisa saja mereka alami tanpa terkesan menakut-nakuti.

Hal ini baik untuk meningkatkan kesadaran dari dalam dirinya dan

membuat mereka paham akan tujuan dari pola hidup sehat.

6. Batasi waktu bermain

Tanpa bermaksud melarang anak bermain, Glitzy Moms sebaiknya

membuatkannya jam khusus untuk waktu bermain termasuk jenis

permainan yang boleh dan tidak dilakukan. Ajak mereka melakukan

permainan yang mampu melatih motoriknya sekaligus membuatnya tetap

aktif bergerak. Hindari membiasakan anak untuk duduk manis di layar

kaca untuk menonton atau bermain games sepanjang hari.

7. Bersikap Lebih Tegas

Anak yang di usia 5 tahun ke atas semakin sulit dikontrol khususnya

saat memilih makanan di saat tidak ada di sampingnya. Sikap tegas perlu

diterapkan saat melihat adanya perubahan bentuk badan yang signikan

pada anak. apalagi jika dibandingkan dengan teman-teman seusianya.

Ajarkan agar lebih disiplin menjalani hidup sehat, jangan lupa berikan

edukasi yang baik.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berat badan berlebih merupakan salah satu masalah gizi yang sering

terjadi. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor. Apabila tidak

mendapatkan penanganan yang benar maka akan mangalami penyakit

degenerative di masa mendatang, Teknik pengumpulan data dilakukan secara

sekunder. Data sekunder diperoleh dari data di Puskesmas Balowerti yang

dijadikan sebagai bahan dalam identifikasi masalah. Kejadian Faktor resiko

balita dengan berat badan berlebih di wilayah kerja puskesmas balowerti pada

tahun 2022 jumlah balita dengan berat badan berlebih di Kota Kediri

sebanyak 2395.

B. Saran

1. Membentuk pertemuan kelas edukasi bagi masyarakat khususnya ibu-ibu

kader posyandu terkait faktor resiko balita dengan berat badan berlebih.

2. Menjalin kerjasama lintas sektor dengan pihak-pihak yang terkait untuk

lebih memonitoring secara intensif agar dapat memberikan intervensi

kesehatan mengenai status gizi pada setiap balita yang beresiko berat

badan berlebih.
DAFTAR PUSTAKA

Indanah, Indanah, et al. "OBESITAS PADA BALITA." Jurnal Ilmu

Keperawatan dan Kebidanan 12.2 (2021): 242-248.

Seo, Y. M. Y., & Ellina, A. D. (2022). Kajian Literatur Pengaruh Konsumsi

Makanan Jajan dan Obesitas pada Anak Usia Sekolah. Journal of Health Science

Community, 3(1), 34-40.

Nasution, N. H., & Pebrianthy, L. (2019). Faktor Penyebab dalam Pencegahan

Obesitas pada Balita di Kelurahan Bincar Kecamatan Padangsidimpuan Utara. Jurnal

Kesehatan Ilmiah Indonesia (Indonesian Health Scientific Journal), 4(2), 65-71.

Yudis, A. S. ANALISIS DETERMINAN OBESITAS PADA ANAK

BALITA USIA 12-59 BULAN DI KELURAHAN ROGOTRUNAN KABUPATEN

LUMAJANG.

Purnamaningsih, N. A. (2022). HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG

SERAT DAN KONSUMSI SERAT TERHADAP STATUS OBESITAS PADA

REMAJA DI SMA (SLUA) SARASWATI 1 DENPASAR (Doctoral dissertation,

Poltekkes Kemenkes Denpasar Jurusan Gizi 2021).

Alkautsar, A. (2022). Pencegahan Dan Tatalaksana Obesitas Pada Anak.

Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 4(1), 17-26.


Dewi, M. C. (2015). Faktor-faktor yang menyebabkan obesitas pada anak.

Jurnal Majority, 4(8), 53-56.

Banjarnahor, R. O., Banurea, F. F., Panjaitan, J. O., Pasaribu, R. S. P., & Hafni,

I. (2022). Faktor-faktor risiko penyebab kelebihan berat badan dan obesitas pada anak

dan remaja: Studi literatur. Tropical Public Health Journal, 2(1), 35-45.

Na, I. (2019). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN BERAT BADAN BERLEBIH PADA ANAK USIA SEKOLAH DI MI

AL-HIDAYAH BEKASI TAHUN 2018. Afiat, 5(01), 90-10.

Anda mungkin juga menyukai