PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi persediaan pangan di masyarakat kita saat ini didominasi dengan beras
hayati yang menjadi ciri khas pangan pokok setiap daerah. Provinsi Sulawesi Utara
terdiri dari 11 Kabupaten dan 4 Kota dengan jumlah penduduk kurang lebih 2.270.596
jiwa (Perda No 4/2011) dimana 3 dari Kabupaten tersebut merupakan Daerah Kepulauan
yang berada wilayah perbatasan pulau-pulau terluar paling utara dari NKRI dengan
kondisi geografis yang unik yaitu langsung berhadapan dengan samudera pasifik. Hal
tersebut membuat konektifitas untuk pelayaran antar pulau dalam rangka distribusi
kebutuhan pokok seperti pangan dll sangat tergantung terhadap cuaca dan iklim setempat,
juga memerlukan biaya yang besar untuk transportasinya. Dengan demikian ketersediaan
ketersediaan infrastruktur dan situasi serta kondisi alam. Namun, kita sadari bahwa alam
telah menyediakan sumberdaya pangan lokal yang dapat menjadi andalan masyarakat di
daerah tersebut yaitu kepulauan Kabupaten Talaud, Sangihe dan Sitaro, tetapi
dengan modernisasi dan dinamika pembangunan yang bergulir sangat cepat saat ini.
Pangan Berkelanjutan, merumuskan bahwa pangan lokal adalah pangan yang diproduksi
setempat ( satu wilayah/daerah) untuk tujuan ekonomi dan konsumsi. Pangan lokal
tersebut dapat berupa bahan pangan baik komoditas primer maupun sekunder. Dibanyak
1
daerah keberadaan pangan lokal belum diusahakan dengan intensif, baik usaha budidaya
maupun pasca panennya. Hal ini tentu saja salah satunya tergantung pada kebijakan
komponen utama ketahanan pangan yaitu ketersediaan pangan, akses pangan dan
pemanfaatan pangan. Jadi sebuah rumah tangga dapat dikatakan memiliki ketahanan
pangan jika penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan, atau dihantui ancaman
kelaparan.
Sehubungan dengan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka perlu dilakukan
pangan daerah.
B. Rumusan Masalah
dan implementasinya?
mengelola pemanfaatan pangan lokal sebagai sumber daya alam yang perlu
dilestarikan?
2
C. Maksud dan Tujuan Penelitian
yang ada di kabupaten kepulauan di Sulawesi Utara dalam rangka menunjang ketahanan
pangan nasional. Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan ini adalah:
Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Sitaro sebagai sumber pangan lokal yang
dan implementasinya.
mengelola pemanfaatan pangan lokal sebagai sumber daya alam yang perlu
dilestarikan.
D. Sasaran
3
3. Adanya rekomendasi kepada Pemerintah Daerah untuk kebijakan penggunaan
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi, identifikasi pangan local dan analisa
komponen gizi pada beberapa pangan local yaitu sagu dan daluga di daerah-daerah
kepulauan yaitu Kabupaten Sangihe, Sitaro dan Talaud dengan data pembanding
identifikasi pangan local daerah kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan Minahasa
Utara.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pangan
Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esenial bagi manusia untuk
mempertahankan hidup dan kehidupan. Pangan sebagai sumber zat gizi yaitu karbohidrat,
lemak, protein, vitamin, mineral, dan air menjadi landasan utama bagi manusia untuk
sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, keutanan,
perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses
ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi Negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan.
produksi domestik dan melalui perdagangan (impor). Dari cakupan wilayah ketahanan
pangan dapat bersifat nasional, daerah atau wilayah termasuk di dalamnya rumah tangga,
individu baik di perkotaan maupun di pedesaan. Begitu juga akan pengendaliannya yang
5
dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, pedagang ataupun rumah tangga
Pangan dikelompokkan menjadi dua yakni pangan hewani dan pangan nabati.
Pangan hewani meliputi daging, ikan, kerang, telur, susu dan hasil susu. Sementara
pangan nabati meliputi 1) serelia/ biji dan famili Gramineae, 2) Kacang-kacangan/ biji
pucuk, labu dan sayur buah. 4) biji-bijian semua biji yang tidak termasuk serelia dan
Pangan lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarkata setempat sesuai
dengan potensi dan kearifan lokal. Sedangkan Pangan Pokok adalah Pangan yang
diperuntukkan sebagai makanan utama sehari-hari sesuai dengan potensi sumber daya
dan kearifan lokal. Pengembangan pemanfaatan sumber daya lokal ditujukan untuk
peningkatan mutu dan penganekaragaman pangan. Sasaran yang ingin dicapai adalah
tergalinya potensi pangan lokal dalam memenuhi kebutuhan konsumsi pangan yang
6
pula daerah di wilayah perbatasan pulau-pulau terluar paling utara dari NKRI seperti
Sulawesi Utara. Jumlah penduduknya adalah 91.067 jiwa. Kabupaten Kepulauan Talaud
merupakan daerah bahari dengan luas lautnya sekitar 37.800 Km (95,24%) dan luas
wilayah daratan 1.251,02. Terdapat tiga pulau utama di Kabupaten Kepulauan Talaud,
yaitu Pulau Karakelang, Pulau Salibabu, dan Pulau Kabaruan. Ibu kota kabupaten yaitu
Melonguane terletak di sisi selatan pulau Karakelang. Letak dari Kepulauan Talaud
40 LU dan 126 20 - 127 00 BT. Wilayah ini adalah kawasan paling utara di
Indonesia timur, berbatasan dengan daerah Davao del Sur, Filipina di sebelah utara.
7
Kepulauan Talaud memiliki luas lahan pertanian sawah 984 Ha dan lahan
pertanian bukan sawah 20.481 Ha, dengan jumlah rumah tangga yang berusaha di
sektor pertanian sebanyak 16.819. Sebagian besar lahan pertanian bukan sawah
kegiatan ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud. Pala, kopi, kakao, vanili, lada dan
cengkeh masih bisa diandalkan. Namun dari keenam komoditas tersebut, pala yang
mencapai 11.863,58 km2 yang terdiri dari daratan seluas 736,98 km 2 atau 6,2 % dan
berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Talaud dan Laut Maluku, di sebelah barat
berbatasan dengan Laut Sulawesi, di sebelah utara berbatasan dengan Mindanau, dan
terbagi atas 15 Kecamatan dan 167 Desa. Kabupaten Kepulauan Sangihe dapat dilihat
pada Gambar 2.
8
Gambar 2. Peta Kabupaten Kepulauan Sangihe
Perkebunan dan jasa. Sektor pertanian komoditi unggulannya adalah Jagung dan Ubi
kayu, Sub sektor perkebunan komoditi yang diunggulkan berupa kakao, pala, Kopi,
Kelapa dan cengkeh. Pariwisatanya yaitu wisata alam, wisata adat dan budaya (BPS
63.533 jiwa dengan 17.374 Kepala Keluarga. Penduduk pada umumnya bermata
pencaharian sebagai Nelayan dan Petani. Terdapat setidaknya 3 etnis yakni: Etnis
9
Siau dan Tagulandang yang dipengaruhi budaya dan adat Etnis Sangihe; serta Etnis
Biaro yang terletak di bagian utara Propinsi Sulawesi Utara yang terdiri dari 47 buah
pulau besar dan kecil dimana 10 buah pulau diantaranya berpenghuni dan 37 buah
pulau tidak berpenghuni. 80% wilayahnya merupakan lautan dengan panjang garis
pantai 98,6 km dengan luas wilayah 275,96 km2. Terletak pada koordinat: 02 4
Keadaan tanah sangat subur dan cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan
berbagai jenis tanaman terutama tanaman pertanian dan perkebunan. Hal ini terkait
10
dengan jalur Sirkum Pasifik yang melintasi wilayah ini yang ditandai dengan
dan Gunung Api Ruang di Pulau Tagulandang) yang hingga saat ini masih aktif
Sulawesi Utara dan manfaat dari jenis tanaman pangan tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Ketela pohon, ubi kayu, atau singkong (Manihot utilissima) adalah tanaman
perdu tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae, memiliki akar tunggang
dan sejumlah akar cabang yang membesar menjadi umbi akar. Singkong yang dimakan
bagian dalam umbinya yang berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong
karbohidrat, namun miskin protein. Kandungan gizi singkong dapat dilihat pada tabel 1.
11
Tabel 1. Komposisi Kimia Singkong/Ubi kayu per 100 gram
Sementara daunnya sumber zat besi yang sangat berguna dalam pembentukan sel-
sel darah merah, maka daun singkong yang masih muda dimakan sebagai lalap atau
dibuat sayur daun singkong. Daun singkong mengandung Protein 6.8 gram, Kalsium 165
mg, Fosfor 54 mg, Besi 2.0 mg, Vitamin A 11000 IU, dan Vitamin C 275 mg.
Terdapat tiga jenis ubi jalar yang populer dibudidayakan di Indonesia yaitu ubi
jalar berwarna putih kecoklatan, merah dan ungu. Ketiga jenis ubi jalar tersebut memiliki
varietas unggul dengan produktivitas tinggi. Beberapa varietas ubi jalar yang populer
antara lain cilembu, ibaraki, lampeneng, georgia, borobudur, prambanan, mendut, dan
kalasan. Bagian yang dimanfaatkan dari ubi jalar adalah akarnya yang membentuk umbi.
12
Ubi jalar merupakan salah satu bahan makanan yang sangat sehat dan sangat baik.
Hal ini karena ubi jalar memiliki kandungan gizi karbohidrat kompleks yang tinggi,
sehingga membuat energi tidak sekaligus terlepas, melainkan secara bertahap. Ubi jalar
juga mengandung vitamin C tinggi berguna untuk merawat elastisitas kulit, serta vitamin
A dan beta carotene dari warna ungu, oranye dan merah ubi untuk melindungi paru dan
mencegah kanker paru dan kanker mulut. Kandungan gizi ubi jalar dapat dilihat pada
Tabel 2.
Ubi Putih 123,0 1,80 0,70 27,90 30,0 33,0 49,0 60,0 22,0
Ubi Merah 123,0 1,80 0,70 27,90 30,0 30,0 49,0 7.700,0 22,0
Ubi Kuning 126,0 1,10 0,40 32,30 57,0 26,0 52,0 900,0 35,0
Ubi jalar merupakan makanan yang memiliki rasa manis yang bebas lemak
(indeks glikemiknya rendah), sehingga cocok bagi penderita diabetes karena dapat
mengontrol kadar gula darah. Selain itu, juga mengandung vitamin B6 yang dapat
mencegah serangan jantung dan kalium yang berfungsi menstabilkan tekanan darah dan
dapat mengurangi stres. Serat tinggi dan kandungan zat besi, folat, tembaga, dan mangan
13
Gambar 5. Beberapa Jenis Ubi Jalar
Dibeberapa daerah di Indonesia dan di sejumlah daerah tropis, umbi talas ini
dijadikan sebagai makanan pokok. Karena umbi talas sebagai sumber karbohidrat
pengganti beras yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Kandungan gizi talas
Talas 120,0 1,50 0,30 28,20 31,0 67,0 0.70 0,05 2,0
Salah satu daerah yang makanan pokoknya umbi talas adalah kabupaten
Kepulauan Sitaro, Sangihe dan Talaud. Talas merupakan tumbuhan yang 90% bagiannya
dapat dimanfaatkan. Bagian tanaman talas yang dapat dimakan yaitu umbi, tunas muda
dan tangkai daun. Sedangkan pelepah dan daun talas dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pangan, obat, maupun pembungkus makanan. Dalam talas terdapat kandungan gizi
14
karbohidrat yang tinggi pada umbinya, mengandung rendah lemak, dan protein.
Kandungan protein pada daun talas lebih tinggi dari umbinya. Selain itu, dalam umbi
talas juga mengandung vitamin, diantaranya vitamin C, vitamin E, vitamin B6, dan
betakaroten (nutrisi setara vitamin A), serta terdapat kandungan serat yang cukup baik.
Pohon sagu adalah pohon yang hidup secara berumpun diareal rawa-rawa dengan
akar rimpang yang panjang dan bercabang-cabang. Menurut Bintoro, dkk (2010), sagu
dapat digolongkan dua golongan besar, yaitu pertama sagu yang berbunga atau berbuah
dua kali (Pleonanthic) dengan kandungan pati rendah dan kedua, sagu yang berbunga
Potensi produksi sagu dapat mencapai 20-40 ton pati kering per Ha per tahun,
apabila dibudidayakan dengan baik. Tepung sagu yang didapat dari batang sagu
merupakan sumber karbohidrat yang tinggi sehingga dapat di konsumsi sebagai makanan
pokok. Selain itu pati sagu dapat dijadikan bahan baku industri, misalnya bahan baku
15
penyedap makanan (monosodium glutamate), asam laktat, gula cair (high fructo syrup)
Seratus gram sagu kering setara dengan 355 kalori. Di dalamnya rata-rata
terkandung 94 gram karbohidrat, 0,2 gram protein, 0,5 gram serat, 10 mg kalsium,
1,2 mg besi, dan lemak, karoten, tiamin, dan asam askorbat dalam jumlah sangat kecil.
Komposisi kimia sagu tergantung dari jenis sagu tersebut. Pada Tabel 4. dapat dilihat
5. Umbi daluga
sempurna, tangkai dari pelepah daun, kulit umbi berwarna coklat kelabu, bersisik dan
kasar. Daging umbi berwarna putih kekuningan dengan tekstur daging padat dengan rasa
16
umbi agak manis dan pulen. Tanaman ini dapat dipanen setelah berumur 10 bulan sampai
3 tahun, dengan berat umbi 2-5 kg/umbi. Tanaman daluga dapat hidup di daerah yang
cukup berair dan agak terlindung dari sinar matahari, dan dapat berkembang biak dengan
Sangihe dan Talaud, namun sejak masyarakat mengenal beras, umbi daluga telah menjadi
makanan selingan yang diolah menjadi kue ketang-ketang dan olahan kue lainnya.
Bahkan tanaman ini tidak lagi dibudidayakan namun hanya tumbuh secara liar dan tidak
dirawat. Umbi daluga dan hasil olahannya dapat dilihat pada Gambar 7.
memvariasikan makanan pokok yang dikonsumsinya sehingga tidak terfokus pada satu
17
jenis. Di Indonesia, diversifikasi pangan dimaksudkan untuk memvariasikan konsumsi
masyarakat Indonesia agar tidak terfokus pada nasi. Indonesia memiliki beragam hasil
seperti sukun, ubi, talas, sagu dan sebagainya yang dapat menjadi faktor pendukung
salah satu cara untuk menuju swasembada beras dengan minimalisasi konsumsi beras
sehingga total konsumsi tidak melebihi produksi. Definisi diversifikasi pangan tertuang
dalam Peraturan Pemerintah No 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan (Ariani, 2005).
sehingga nutrisi yang diterima oleh tubuh dapat bervariasi dan seimbang. diversifikasi
merupakan salah satu pilar ketahanan pangan yang dapat membantu terwujudnya
pola pangan harapan yang maksimal. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1960-an
telah merintis upaya perbaikan kualitas makanan dan gizi keluarga melalui berbagai
program atau kegiatan perbaikan menu makanan rakyat. Upaya tersebut diawali
bakal program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Kemudian sejak tahun
Beberapa jenis komoditi pangan lokal yang dapat digunakan untuk diversifikasi
pangan adalah jagung, talas, ubi kayu, ubi jalar, sagu, kentang dan tanaman pangan
lainnya. Dari komoditi pangan lokal tersebut dapat dihasilkan produk pangan siap
konsumsi, antara lain beras jagung instan, donat talas, criping talas, mie basah ubi jalar,
18
dan berbagai aneka olahan lainnya yang diolah dari tepung jagung, tepung talas, tepung
umbi-umbian lainnya. Berbagai jenis produk pangan hasil diversifikasi pangan dari ubi
Gambar 8. Berbagai jenis produk pangan hasil diversifikasi pangan dari ubi talas yaitu
Daya saing daerah adalah kemampuan suatu daerah untuk menghasilkan barang
dengan standar mutu barang yang diakui dan diberlakukan secara bersama-sama atau
lebih dikenal dengan standar international, dengan harga bersaing dan memberikan
19
Daerah Kepulauan Talaud, Sangihe dan SITARO sebagai bagian terluar dari
Negara Indonesia akan terdampak langsung oleh pemberlakukan pasar tunggal akibat
berlakunya MEA sehingga akan mempengaruhi pola hidup utamanya pola makan sesuai
dengan ketersediaan pangan yang ada di pasaraan, dan hal ini akan menggeser budaya
konsumi pangan local jika tidak diantisipasi dengan ketersediaan teknologi pengolahan
pangan untuk diversifikasi produk. Produk pangan olahan dari Negara tetangga dan
akan menggilas produk pangan lokal didaerah ini jika tidak didukung dengan kebijakan
dan regulasi serta teknologi pengolahan pangan dalam bentuk diversifikasi produk yang
bernilai gizi serta memenuhi standar keamanan pangan yang berlaku. Untuk hal ini kita
Mengapa harus berubah, harus ada diversifikasi pangan lokal? Karena adanya
tekanan dunia global ( meningkatnya persyaratam mutu di pasar global akibatnya makin
susah untuk akses ke pasar dan meningkatnya biaya untuk melakukan bisnis) , regional
mutu) dan domestic (perubahan teknologi, mengakibatkan permintaan produk baru yang
memenuhi standar layanan konsumen semakin tinggi). Hal hal inilah antara lain yang
akan menjadi tantangan baru dalam kita melindungi produk pangan local, namun jika kita
local akan menjadi lokomotif penggerak ekonomi daerah untuk tumbuh lebit baik
20
III. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada 3 ( tiga) dari Kabupaten yaitu kabupaten Kepulauan
Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 3 bulan mulai bulan Oktober sampai dengan
Desember 2015.
B. Metode Penelitian
Tahap kedua, analisis kandungan gizi pangan pokok daerah dan potensi
pengembangan pengolahan
1. Sumber data
Sumber data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
laboratorium produk pangan lokal. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil
21
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer (sumber pangan lokal) dengan metode Rapid Assesment
kandungan gizi pangan pokok lokal yang diperoleh dianalisis di laboratorium yang
terakreditasi .
E. Prosedur analisis
1. Kadar air
Sampel sebanyak 2 gram ditimbang kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu
105C selama 3 jam. Setelah itu sampel didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
2. Kadar abu
Sampel sebanyak 2 gram ditimbang dan diletakkan di atas bunsen, setelah itu
dipanaskan (sampai tidak ada asap yang keluar). Porselin dan bahan yang telah
menjadi abu dimasukkan ke dalam tanur selama 3 jam dengan suhu 600C sampai abu
3. Kadar Protein
campuran selen dan 30 ml H2SO4 pekat. Kemudian didestruksikan dalam ruang asam
22
Setelah didinginkan, diencerkan dengan air suling 250 ml dan dipindahkan ke
dalam labu didih 500 ml serta ditambahkan beberapa butir batu didih. Tambahkan 120
ml NaOH 30 % dan hubungkan dengan alat penyuling. Sulingkan hingga 200 ml dari
cairan tersulingkan. Hasil sulingan atau destilat ditampung dengan Larutan H2SO4
0,25 N berlebihan. Titar kelebihan H2SO4 dengan NaOH 0,5 N (a ml) dengan
(b a) x N x 0,014 x 5,95
% Protein = x 100%
Berat Sampel
Keterangan :
N = normalitas NaOH
4. Kadar lemak
Selanjutnya dimasukkan dalam alat soxhlet dan ekstrak dengan pelarut heksan
selama 6 jam. Sebagai penampung adalah labu lemak yang bobotnya diketahui.
Kemudian timble diambil, pelarut heksan disuling sampai habis dan lemak dalam
labu dipanaskan dalam oven pengering pada suhu 103-1050C kira-kira 1 jam.
Berat akhir
% Kadar lemak = x 100%
Berat awal
23
5. Kadar karbohidrat (by difference)
% Karbohidrat = 100% - A
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sesuai Kerangka Acuan Kerja ( KAK) yang telah disususn, maka survey maka
survey akan dilakukan di lokasi terpilih yaitu 3 ( tiga) Kabupaten terluar Provinsi
Sulawesi Utara yaitu Kabupaten Taluad, Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang dan Biaro ( SITARO). Namun demikian karena satu dan
lain hal, maka data hanya dapat diperoleh dari Kabupaten Kepulauan SITARO serta
contoh pangan lokal untuk dianalisis komposisi kimianya diperoleh dari pasar tradisional
di Sitaro dan Manado. Sebagai pembanding tim juga melakukan survey potensi pangan
lokal di 2 ( dua) Kabupaten yaitu Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur.
Masalah pangan bukan merupakan masalah sekarang saja tetapi sudah merupakan
masalah di masa lampau dan juga akan menjadi masalah di masa akan datang. Pengertian
umum swasembada untuk suatu produk di suatu negara akan tercapai apabila secara netto
jumlah produk dalam negeri minimal mencapai 90% dari jumlah konsumsi domestiknya,
baik untuk memenuhi konsumsi rumah tangga, industri, maupun neraca perdagangan
Berdasarkan data Badan Pangan Dunia (FAO), bahwa dari seluruh beras yang
beredar di pasar dunia, 80%-nya diserap oleh Indonesia (Louhenapessy, 2010:114). Dari
data tersebut jelas bahwa ketahanan pangan Indoensia terus bermasalah apabila terus
25
akan bertumpu pada swasembada beras, oleh karena itu konsep diversifikasi pangan
kepulauan Sitaro, Kepulauan Sangihe, dan Kepukauaan Talaud, provinsi Sulawesi Utara.
Berdasarkan UU No. 18 tahun 2012, Pangan lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh
masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal. Sedangkan pangan pokok
adalah pangan yang diperuntukkan sebagai makanan utama sehari-hari sesuai dengan
sumber pangan lokal di wilayah pulau-pulau terluar paling utara dari NKRI provinsi
pertumbuhan ekonomi masyarakat adalah tanaman pala, kelapa dan cengkih. Penghasil
buah pala terbanyak adalah pulau Siau, yang memiliki kualitas yang baik dan aroma yang
26
Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, terdapat makanan lokal hasil
pertanian di daerah tersebut yang menjadi makanan pokok sebagai sumber pangan lokal.
Produktivitas tanaman pangan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro tahun 2015
7
7
6
6
2 1.2
0.7
1
0
Padi ladang Jagung Kacang tanah Ubi kayu
Tanaman pangan tetap diusahakan secara optimal untuk memenuhi kebutuhan pangan
di daerah ini. Dari beberapa jenis tanaman pangan yang ada di Kabupaten Kepulauan
Sitaro, ubi kayu merupakan tanaman pangan dengan tingkat produktivitas tertinggi yaitu
7 ton per hektar. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai produktivitas ini
penurunan yang sangat curam, dimana produktivitas tahun sebelumnya mencapai 30 ton
per hektar. Disisi lain, tanaman pangan yang tingkat produktivitasnya paling kecil adalah
kacang tanah, yaitu 0,7 ton per hektar. Meski demikian, produktivitas ini melambung
27
hampir enam kali lipat dari tahun sebelumnya. Disamping itu juga terdapat buah salak
pertanian unggulan yaitu kelapa, cengkeh, pala, kakao, vanili, kopi, kacang tanah, dan
jambu mete, akan tetapi sebagai sumber pangan lokal untuk makanan pokok masyarakat
kabupaten Sangihe memiliki hasil tanaman seperti, sagu, sagu baruk, daluga, talas, ubi
kayu, ubi jalar dan pisang. Berdasarkan hasil wawancara, pola konsumsi bahan pokok
telah bergeser dari umbi-umbian dan sagu pada beras, Padahal produksi padi di daerah ini
lebih rendah dari produksi umbi-umbian. Rincian Data di Bidang Pertanian Penggunaan
28
Sagu Baruk asal Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara memiliki keunggulan, yaitu
potensi produksi pati basah 70-90 kg/batang atau 30-45 kg pati kering/batang. Sagu
baruk merupakan salah satu sumber karbohidrat berpotensi diolah menjadi berbagai
produk pangan
Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki jenis tanaman sebagai sumber pangan lokal
tersebut, antara lain yaitu umbi-umbian dan sagu yang merupakan sumber karbohidrat
Sebagai pembanding tim juga melakukan survey potensi pangan lokal di 2 ( dua)
Timur.
pertanian antara lain jagung, kedele, nenas, pisang, ubi jalar dan ubi kayu serta tanaman
29
horti lainnya. hasil produksi tanaman pangan local di kabupaten Minahasa Tenggara
Dari tabel ini dapat dilihat jagung memiliki hasil produksi yang terbanyak dan terus
meningkat dari tahun ke tahun, diikuti hasil produksi ubi kayu, namun mengalami
penurunan produksi pada tahun 2013. Kemudian produksi ubi jalar juga mengalami
kenaikan dari tahun 2011, berbanding terbalik dengan produksi kedele yang terus
menurun. Nanas dan pisang, walaupun dalam jumlah kecil mengalami kenaikan.
padi dan palawija serta hortikultura.Padi dan palawija meliputi tanaman padi (padi sawah
dan padi ladang), jagung,ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, dan kacang kedelai. Produksi
kenaikan.Pada tahun 2012 produksi sebanyak 20.332 ton naik menjadi 20.964 ton
padatahun 2013. Kenaikan ini di indikasikan karena bertambahnya luas panen yang ada.
30
Kenaikan produksi ini juga terjadi pada tanaman jagung .produksi jagungmengalami
kenaikan dibanding dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2012sebanyak 11.179 ton naik
menjadi 11.704 ton pada tahun 2013. Tanaman lainyang mengalami penurunan produksi
Modayag dengan komoditi dengan produksi terbesar di tahun 2013 adalah kentang
mencapai 36.193,6 ton, bawang daun 11064 ton, kubis 882,7 ton,petsai 6.325 ton dan
Timurdidominasi oleh kelapa, cengkih, kakao. Berikut ini dalam tabel 9, menggambarkan
Dari tabel tersebut, terlihat bahwa kelapa merupakan komoditi perkebunan dengan
hasil terbanyak dengan produksi 8.993,24 ton, dimana kecamatan- kecamatan yang
31
produksi kelapa. Komoditi terbanyak selanjutnya adalah cengkih. produksi cengkih
dengan produksi terbanyak adalah Kecamatan modayag dengan 371,47 ton. Produksi
kopi di kabupaten Bolaang Mongondow Timur 584,6 Ton dan terpusat di Kecamatan
Modayag dan Modayag Barat dengan produksi berturut- turut 431,81dan 142,67 hal ini di
Arabika yang hanya cocok di tanam di daerah dengan ketinggian tertentu sebagai syarat
tumbuh kembang tanaman kopi. Sedangkan tanaman Kakao dengan produksi 470,78 ton
Hasil analisis pangan lokal yang menjadi pangan pokok sebagai sumber energy
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa sagu baruk basah memiliki kandungan
karbohidrat yang tinggi yaitu 57,65% dengan kadar air 41,73% dan rendahnya kandungan
protein dan lemak berturut-turut 0,11% dan 0,35% serta kadar abu 0,12%. Sedangkan
untuk daluga, kandungan karbohidratnya lebih rendah dari sagu baruk yaitu 29,75%,
32
dengan kadar air yang cukup tinggi yaitu 67,08%. Namun kadar protein daluga cukup
tinggi dari sagu baruk yaitu 0,90% serta lemak 0,33% dan kadar abu 1,06%.
Tabel 11. Kandungan Gizi Tepung Sagu dan Tepung Umbi Daluga
Dari Tabel 11 dapat dilihat kandungan gizi dari tepung sagu baruk dan tepung
daluga, dimana kandungan karbohidrat tepung sagu baruk dan tepung daluga yang tinggi
yaitu berturut-turut 85,37% dan 83,85%, dengan kadar airnya berturut-turut 14,39% dan
11,60%. Tepung sagu baruk juga mengandung protein 0,11%, lemak 0,04% dan kadar
abu 0,07%. Demikian dengan tepung daluga memiliki kandungan protein 1,18%, lemak
0,87% dan kadar abu 2,50%. Hasil analisis laboratorium ini menunjukkan bahwa pangan
lokal berupa sagu dan daluga memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi sehingga
pertanian perlu mendapat perhatian untuk meningkatkan nilai tambah sumber pangan
lokal dan menjadikan desa sebagai pusat perekonomian masyarakat pedesaan. Pada
umumnya, berbagai produk makanan seperti roti, biskuit, dan mie menggunakan tepung
terigu sebagai bahan bakunya. Untuk keperluan tersebut, Indonesia harus mengimpor
33
terigu dengan nilai yang terus meningkat. Ketergantungan terhadap terigu menyebabkan
tingginya devisa yang disediakan dan hal ini sangat membebani keuangan pemerintah.
dikembangkan menjadi bahan pangan dan sumber energi. Beraneka umbi-umbian lokal
seperti ubi kayu, ubi jalar, talas, daluga, dan sagu merupakan sumber bahan pati dan
tepung yang dapat dikembangkan sebagai sumber karbohidrat dan subsitusi tepung
terigu.
dalam lahan yang terbatas, upaya pengendalian faktor-faktor pengganggu produksi dan
dalam peningkatan nilai tambah dari produk menjadi produk siap dikonsumsi (jadi) atau
untuk proses pengolahan yang lebih lanjut (bahan untuk diolah kembali) Ada banyak
peluang pengembangan sektor ini, antara lain pembuatan sirop pala, buah kemasan atau
kaleng, makanan kue atau jajanan (pala manis, kue kelapa, dll.), sirup, anggur buah dan
lain-lain. Untuk pengembangan hortikultra ini perlu juga memperhatikan beberapa jenis
komoditi unggulan andalan di kabupaten kepulauan Talaud, Sangihe, dan Sitaro, seperti
sagu, sagu baruk, daluga, pala, cengkih, salak dll. Dari komoditi unggulan ini maka dapat
masyarakat.
34
2. Keseimbangan dalam Pengembangan Pangan, Energi dan Pariwisata
Potensi secara sekilas dapat terlihat juga di daerah lokasi lahan yang sudah
perbatasan pulau-pulau terluar paling utara dari NKRI. Dengan adanya beberapa jenis
tanaman yang cukup banyak. Berdasarkan hasil identifikasi tanaman lokal daerah
tersebut, maka potensi tanaman unggulan lokal seperti pala, cengkih, sagu, daluga, dan
buah salak, layak untuk dikaji sehingga menghasilkan rekomendasi yang menyeluruh
Untuk itu pabrik skala kecil untuk industri hilir, misalnya tepung sagu baruk,
tepung dalugu, sirup pala, atau selai salak akan menjadi perhatian, termasuk juga untuk
menghasilkan panganan khas Sangihe. Dengan adanya pabrik skala kecil ini, maka
sistem agroindustri ini akan dapat menjadi contoh pengembangan teknologi klaster
terpadu yang diharapkan dapat menjadi andalan kabupaten kepulauan Talaud, Sangihe,
dan Sitaro di Tingkat Nasional. Diharapkan juga dapat dimanfaatkan untuk kawasan
wisata kuliner.
itu dalam pengembangan sistem ini, maka pengembangan tanaman atau buah yang segar
diupayakan yang ramah lingkungan (minimized waste industry) dari industri hilir
35
komoditas lokal dan akan juga dikaji untuk menghasilkan rekomendasi jenis teknologi
yang sesuai untuk industri hilir produk unggulan dan potensial yang ada.
faktor lingkungan, maka untuk keberlanjutan perlu diperhatikan faktor daya dukung
usaha untuk keberlanjutan. Oleh karena itu orientasi pada profit dengan memperhatikan
potensi lokal (SDM dan SDA) yang ada akan direkomendasikan dengan
Potensi daerah untuk pengembangan produk tanaman lokal dari aspek sumberdaya
baik alam, manusia, finansial dan infrastruktur sebenarnya bukanlah masalah, sehingga
memudahkan upaya pengembangan yang nanti diharapkan akan dapat dirancang sesuai
potensi dan prospek komoditi ini baik skala lokal, nasional maupun internasional.
36
Komponen agriservis sebagai penyedia layanan jasa terdiri dari layanan saprodi,
agrikonsumen .
Alokasi sumberdaya diusahakan efektif untuk mencapai produktivitas optimal dan siap
industrialisasi. Proses produksi komoditi lokal harus disertai dengan petunjuk praktek
Procedure (SOP) yang tersedia dalam bentuk dokumen yang dapat dengan mudah
diakses. Alih teknologi dari sumber pengembangan dan informasi teknologi diberdayakan
melalui hubungan kerja. Model pengembangan kelembagaan dapat dilihat pada Gambar
11.
37
PERANGKAT PERANGKAT
PERANGKAT ORGANISASI
PERANGKAT KERAS MANUSIA INFORMASI
ORGAWARE
TECHNOWARE HUMANWARE INFORWARE
PEMERINTAH
produksi perlu untuk dipertimbangkan menjadi sistem pertanian yang berorientasi pada
pasar. Pendekatan ini tentunya berbasis pada sistem dan agribisnis, sehingga diharapkan
akan meningkatkan nilai tambah produk, supply-demand yang stabil serta berorientasi
keuntungan. Untuk mencapai keadaan tersebut peranan ilmu dan teknologi (IPTEK) yang
Peranan IPTEK di tingkat petani selama ini masih relatif terbatas, yang
disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya masih rendahnya tingkat pendidikan petani,
akses informasi tentang IPTEK yang terbatas, sempitnya kepemilikan lahan dan akses
pasar. Salah satu alternatif untuk mengubah sistem pertanian konvensional ke sistem
pertanian terpadu dan atau sistem klaster. Dalam pengembangan sistem klaster. Klaster
industri adalah:
38
Kumpulan/kelompok bisnis dan industri yang terkait melalui suatu rantai produk
komplementer, atau saling terkait, yang melakukan bisnis satu dengan lainnya
Jadi, klaster industri pada dasarnya merupakan jaringan dari sehimpunan industri
yang saling terkait (industri inti / core industries yang menjadi fokus perhatian,
berdasarkan pada keadaan kini, potensi pengembangan, peluang di tingkat daerah dan
peluang di tingkat Nasional untuk kemudian dilakukan studi kebijakan dan perencanaan.
suatu proses yang ditempuh guna meneliti dan mengkaji berbagai aspek yang terkait
dengan suatu rencana pengembangan kawasan apakah dapat dilaksanakan secara berhasil
39
atau tidak. Tingkat keberhasilan harus bermanfaat bagi semua pihak, baik bagi pihak
sistemik, sehingga dapat memberikan informasi yang komprehensif bagi semua pihak
b) Pendekatan Partisipatif
c) Pendekatan Benchmarking
d) Pendekatan Sistem
study) terhadap faktor-faktor yang sangat kuat relevansinya dengan studi kelayakan ini,
sektoral yang pernah dilaksanakan, (ii) review atau kajian terhadap pengembangan sektor
yang sudah pernah dibuat dan berlaku untuk menjadi pedoman pada pengembangan
ada pada ketetapan legalitas yang lebih tinggi. Sedangkan apabila legalitas lebih rinci
berbeda dengan apa yang akan dikembangkan, dapat diabaikan dan dapat dibuat
menimbulkan kerugian bagi pihak-pihak tertentu yang menjadi obyek bagi legalitas yang
Karena yang dipakai dasar dalam pendekatan ini adalah aspek legalitas, maka
urutan tingkat kekuatan hukum yang digunakan juga mengikuti ketentuan legal yang ada.
Dalam kaitannya dengan penyusunan pedoman, pendekatan ini digunakan agar apa yang
akan dilakukan/direncanakan tidak melanggar ketentuan yang lebih tinggi yang sudah
ada, dan dapat mengakomodasikan ketentuan transisi jika diperlukan karena kebijakan
detail sebelumnya. Oleh karena itu, kebijakan mulai dari Undang-Undang, Peraturan
berikutnya.
b. Pendekatan Partisipatif
melengkapi data potensi kawasan yang sudah dihasilkan. Selain melalui penyebaran
kuesioner dan wawancara, pendekatan partisipatif ini juga dilakukan dengan melalui
reformasi ini perlu melibatkan berbagai pihak dalam setiap kegiatan pembangunan.
kepentingan yang berarti juga mendapatkan hasil akhir yang menguntungkan untuk
semua pihak. Keuntungan lainnya yang akan diperoleh adalah jaminan kelancaran
pendekatan partisipatif
Masyarakat Swasta
Pemerintah
Masalah ini akan dicoba diminimalkan melalui persiapan materi dan pelaksanaan diskusi
pemilihan stakeholders yang akan dilibatkan. Ada dua pilihan solusi untuk masalah ini:
Pertama, menyebarkan undangan secara terbuka melalui media masa dan yang
lainnya, dan membebaskan setiap yang berminat untuk berurun rembug. Persoalannya
42
disebabkan oleh kemungkinan terlalu banyaknya pihak yang datang, tetapi belum
tentu kepentingan secara langsung. Dengan sendirinya akan sulit memperoleh suatu
kesepakatan.
Kedua, melalui undangan terbatas. Kesulitan solusi kedua ini adalah dalam penentuan
masalah dan kendala tersebut, solusi pelaksanaan participatory approach yang mana
yang akan dipilih, akan tetapi dalam proses pelaksanaan studi optimalisasi, antara tim
c. Pendekatan Benchmarking
hasil pengamatan dan pembelajaran atas apa yang sudah dilakukan oleh pihak lain / di
berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pihak lain yang sudah lebih
dulu melakukan hal yang serupa. Pendekatan Benchmarking ini banyak dilakukan oleh
para peneliti dan perancang teknologi di Jepang dalam membuat produk teknologinya.
Bahkan seringkali benchmarking ini dilakukan dengan melakukan delivery time atas
produk hasil benchmarking tersebut lebih cepat daripada produk basis benchmarking.
Pada pendekatan ini perlu dilakukan pengamatan atau investigasi atas apa yang
sudah dilakukan oleh pihak lain untuk hal yang serupa. Dalam hal ini, apa yang sudah
kawasan pertambangan di dalam maupun di luar negeri perlu dilakukan sebagai basis
d. Pendekatan Sistem
Pada dasarnya semua makhluk ciptaan Tuhan dibuat dalam kerangka sistem.
Begitu juga dengan apa yang sudah dibangun oleh manusia, juga langsung berinteraksi
sebagai salah satu subsistem dalam alam yang luas dan dapat saling mempengaruhi
terhadap alam yang telah diciptakan oleh Tuhan. Oleh karena itu, segala macam yang
dibuat manusia, harus diusahakan untuk tidak memberikan efek yang negatif terhadap
alam yang telah diciptakan oleh Tuhan termasuk manusia di dalamnya. Apabila efek
negatif ini terjadi, maka manusia yang merupakan salah satu subsistem di dalamnya juga
Pada dasarnya pendekatan ini mendasarkan pemahaman bahwa setiap apa yang
ada di alam semesta adalah merupakan sistem yang terdiri dari subsistem-subsistem /
komponen/elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan sistem, yaitu menuju
keseimbangan sistem (steady state). Apabila sistem mengalami gangguan, maka sistem
Keseimbangan baru ini dapat merupakan kondisi yang berbeda dengan kondisi semula
atau dapat menuju kondisi sementara dan kemudian kembali pada kondisi semula.
44
Jumlah sistem yang ada di alam semesta tidak terbatas, karena sistem yang satu
dapat menjadi subsistem lainnya yang lebih besar. Demikian seterusnya sampai jumlah
tak hingga. Demikian juga suatu sistem besar memiliki subsistem yang lebih kecil, dan
seterusnya subsistem yang lebih kecil tersebut juga memiliki subsistem lagi yang lebih
keseimbangan baru yang memberikan efek positif bagi manusia dari berbagai aspek
SISTEM X
SubSistem X-1 SubSistem X-2
R S K N
L J
T N
SubSistem X-3
SubSistem X-N
A B D E
F N
C
akan terjadi penghamburan sumber daya yang sia-sia. Jika hal ini terus dilakukan, maka
suatu saat sumber daya yang tersedia akan habis. Jika sumber daya habis, maka manusia
juga akan punah dan kehidupan manusia akan tidak berlanjut. Untuk menghindari hal
45
Development). Pada pendekatan ini sangat memperhatikan prinsip berkelanjutan kawasan
dan sumber daya harus betul-betul dipahami dan dilaksanakan. Tetapi secara lengkap
pendekatan ini berupaya untuk meningkatkan keberlanjutan dari berbagai aspek, yaitu
meliputi :
secara ekonomi,
serta didasarkan pada potensi pada permasalahan yang ada, baik dalam wilayah
wilayah/kawasan dalam arti sempit, tetapi ditinjau dan dikaji pula kepentingan yang lebih
luas, baik antar wilayah dengan daerah hinterland-nya yang terdekat maupun yang lebih
jauh lagi. Secara terpadu mengartikan bahwa dalam penyelesaian permasalahan tidak
hanya dipecahkan sektor per sektor, dimana dalam perwujudannya dapat berbentuk
46
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sangihe dan Sitaro sesuai keaneka-ragmanan hayati yang ada dan pola konsumsi
sp.), Talas (Colocasia esculenta L.), Ketela Pohon (Manihot utilissima) dan yang
bersumber dari jenis palma adalah Sagu Baruk. Untuk hal ini telah dilakukan
Talaud dan Sagu Baruk dari Kabupaten Sangihe dan SITARO seperti yang
85,37% tepung daluga 83,85%, sedangkan kadar airnya berturut-turut 14,39% dan
11,60%. Tepung sagu baruk juga mengandung protein 0,11%, lemak 0,04% dan
kadar abu 0,07%. Demikian dengan tepung daluga memiliki kandungan protein
Pangan Lokal melalui berbagai kebijakan yang tertuang didalam rencana kerja,
program dan kegiatan SKPD terkait seperti Badan ketahanan Pangan, Dinas
3. Berdasarkan komposisi kimia yang terkandung didakam tepung Daluga dan Sagu
Baruk diatas, dan untuk menggerakkan ekonomi masyarakat local, maka kami
47
Sangihe dan SITARO agar melakukan diversifikasi produk Pangan lokal
berdasarkan potensi Sumberdaya Alam yang ada yaitu produk turunan hasil
olahan dari Daluga, Talas, Ketela Pohon dan Sagu menjadi produk baru yang
mempunyai cita rasa yang unggul dan menarik, memiliki daya saing sehingga
mampu bersanding dengan produk pangan sejenis yang masuk dari luar daerah
namun beredar dipasar local dan bahkan mulai menggeser keberadaan pangan
masyarakat.
B. Saran
SITARO
mendapatkan data yang akurat, valid dan dapat dipertanggung jawabkan maka tim
peneliti masih memerlukan waktu dan dana untuk survey langsung kelapangan yang
menjadi objek penelitian yaitu Daerah Kepulauan Talaud, Sangihe dan SITARO.
pangan sesuai kebutuhan dalam meningkatkan daya saing produk pangan local
48
berbasis keaneka ragaman hayati yang ada seperti Daluga, Talas (Colerea) ,Ketela
B.2). Untuk UPTB LitBang BAPPEDA SULUT sebagai penyedia jasa penelitian .
dilapangan / fokus penelitian yang berada di luar daerah, perlu disiapkan dana untuk
2. Dalam pelaksanaan penelitian maka kebutuhan ATK seperti kertas, tinta untuk printer
dan kebutuhan lainnya agar dapat disiapkan sehingga kebutuhan tim peneliti dapat
terpenuhi.
49
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2010. Membuka Aksi Klaster Idaman. Buletin Perencana no.4:2. Balai
Penelitian
Anonym.2011.http://www.academia.edu/9968706/jenis_karakteristik_pemanfaatan_dan_
penanganan_umbi-umbian (jenis, karakteristik, pemanfaatan,dan penanganan umbi-
umbian. Diakses 29 Desember 2015
Anonym. 2013. Angka sementara hasil sensus pertanian 2013. Badan pusat statistic
kabupaten kepulauan talaud.
Anonym. 2013. Pedoman Budidaya Sagu (Metroxylon spp) Yang Baik. Lampiran
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
134/Permentan/OT.140/12/2013.
Anonym. 2015. Statistik Daerah Kepulauan Siau Tagulandag Biaro. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.
Corrie Buata. 2013. Tradisi upacara manee pada masyarakat pesisir pulau kakorotan di
kepulauan talaud sulawesi utara. Universitas pendidikan indonesia.
Repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Sumilat, C.A.J. 2009. Kemitraan Usaha Besar, Menengah, Kecil dan Koperasi. Buletin
Ilmia Penelitian dan Pengembangan Industri dan Perdagangan. ISSN: 1410-2412 No.
09.1.02.60 p:46-57
Syakir M. 2011. Potensi tanaman sagu sebagai bahan baku energy. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Bogor. Perspektif Vol 12 No. 2. Desember 2013. Hal
57-64. ISSN: 1412-8004.
Tutuka, R., Siregar R.B dan R. Yanita. 2009. Kajian Sistem Insentif dalam Pengalihan
Teknologi. Buletin Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Industri dan Perdagangan.
No.09.199.52, p. 40-49
Lampiran 1
TIM PENELITIAN
51
Tim Penelitian terdiri dari:
52