Anda di halaman 1dari 10

MANIFESTASI KLINIS DAN PATOFISIOLOGI PTERYGIUM

DISEDIAKAN OLEH, SHALINI A/P SHANMUGALINGAM 080100402

KELOMPOK B-9

MANIFESTASI KLINIS
Photophobia
Terasa ada benda asing Mata merah Visus menurun Lesi elevasi pada konjungtiva sampai kornea berbentuk segi tiga.

Bagaimana terjadi photophobia ?


Kornea menyebabkan terjadi refraksi cahaya sehingga dapat menyebabkan terjadi fokusnya cahaya ke mata dan memungkinkan transmisi cahaya ke mata disebabkan transparansinya.

Terjadi pterygum yaitu penebalan fibrovaskuler di konjungtiva sampai kornea dan merusakkan permukaan superfisial stroma dan membran Bowman pada kornea.

Kornea disyarafi oleh divisi syaraf trigeminal sehingga kerusakan pada kornea menyebabkan iritasi dari nervus ciliary (percabangan dari syaraf trigeminal).

Iritasi serabut syaraf pada syaraf trigeminal di kornea menyebabkan terjadi refleks dilatasi vaskuler iris dan pengeluaran substansi P sehingga ini menyebabkan serabut syaraf C pada nervus ciliary ke ventroposterior medial talamus.

Impuls dibawa ke somatosensori sehingga menyebabkan hipersensitivitas terhadap cahaya.

Kenapa terasa ada benda asing ?


Permukaan superfisial dan Bowman pada kornea yang rusak dan kornea banyak disyarafi .

Sehingga kerusakan lapisan pada kornea menyebabkan syaraf menjadi hipersensitivitas. Selain itu adanya epnebalan fibrovaskuler di konjungtiva sampai ke kornea.

Ini akan merangsang serabut syaraf C untuk membawa impuls ke ventroposterior medial.

Kemudian impuls dibawa ke somatosensori.

Sehingga menyebabkan terasa seperti ada benda asing dimata.

Bagaimana terjadi mata merah ?


Terjadi kondisi degenerasi jaringan subkonjungtiva dan proliferasi fibrovaskuler yang mengivasi sehingga kornea.

Jaringan yang degenerasi dan berpoliferasi ini menyebabkan konjungtiva dan kornea mudah diiritasi.

Iritasi akan menyebabkan terjadi dilatasi pembuluh darah dan hyperemia.

Sehingga menyebabkan mata menjadi merah apabila terkena angin.

Kenapa terjadi penurunan visus ?


Terjadi penebalan kornea akibat granulasi jaringan yang menyebabkan kornea kurang melengkung.

Ini menyebabkan peningkatan dari indeks refraksi.

Sehingga apabila cahaya masuk melalui kornea dan diakodomasi oleh lensa supaya jatuh tepat pada retina.

Namun karena terjadi peningkatan dari indeks refraksi ini menyebabkan titik fokus dari cahaya tidak jatuh tepat pada di retina tetapi dihadapan dari retina.

Keadaan ini menyebabkan terjadinya myopia (rabun jauh).

Kenapa tumbuh selaput pada kedua mata ?


Selaput pada kedua mata adalah fibrovaskuler.

Pertumbuhan fibrovaskuler ini disebabkan oleh disregulasi TGF- dan kelebihan ekspresi MMP-1 dan MMP-3 serta supresi dari p53.

Disregulasi dan kelebihan ekspresi ini disebabkan defisiensi sel limbus ( boleh karena acquired dan inherited) dan UV-B (280nm-315nm).

Sinar UV-B ini dapat merusakan sel sehingga terjadi penggantian oleh fibrovaskuler.

Sehingga menyebabkan tumbuh selaput pada kedua mata Tn.P.

DAFTAR PUSTAKA
1. V Scorcia1, G Scorcia2, F Scarinci2, M Fratto2, G Carnovale-Scalzo2, V Piccirillo2, D Richichi2 and J Feher2 . Photophobia: A Light induced Ocular Pain . Is it the Third Pathway for Light Perception. Invest Ophthalmol Vis Sci 2002;43: E-Abstract 2644.
2. Joel S. Glaser. Neuro-ophthalmologic examination: General Consideration and Special Technique in Joel S. Glaser. Neuro-ophthalmology 3rd edition. United States of America: Lippincott Williams & Wilkins. 1999; 59-67

3. Disease of the conjunctiva in Ramanjit Sinota, Radhika Tandon. Parsons Disease of the Eye 20th edition.New Dehli: Elsevier Saunders.2007.:175176 4. Ocular Symptomatology in Ramanjit Sinota, Radhika Tandon. Parsons Disease of the Eye 20th edition.New Dehli: Elsevier Saunders.2007.:87-95
5. Roderisk Biswell, MD. Kornea dalam Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum. Jakarta. EGC. 2008:125

6. Gurinder Singh. Pterygium and its Surgery in Giblert Smolin, Charles Stephen Foster, Dimitri T. Azar, Claes H. Dohlman. Smolin and Thofts The Cornea : Scientific Foundations and Clinical Practice 4th edition. Philadelphia. Lippincott Williams & Wilkins.2005; 999-1015 7. J. Daniel Twelker and Ian L. Bailey. Clinical Evaluation of Pterygium in Hugh. R Taylor. Pterygium. Netherlands. Kugler Publication, The Hague, The Netherlands.2000; 57-64

8. Scheffer C.G. Tseng, Sao-Bing Lee and De-Quan Li. Limbal cell defiency in pathogenesis of pterygium. in Hugh. R Taylor. Pterygium. Netherlands. Kugler Publication, The Hague, The Netherlands.2000; 41-51 9. D.H Sinley. The Focusing of Ultraviolet Radiation in the Eye and Ocular Exposure in Hugh. R Taylor. Pterygium. Netherlands. Kugler Publication, The Hague, The Netherlands.2000; 29-40 10. Efstathios T. Detorakis1 and Demetrios A. Spandidos2. Pathogenetic Mechanisms and Treatment Options for Opthalmic Pterygium: Trends and Perspectives (Review). International Journal of Molecular Medicine

11. Peter Seifer and Walter Sekundo. Capillaries in the epithelium of pterygium. Br J Ophthalmol 1998 82: 77-81. doi: 10.1136/bjo.82.1.77 . 12. Kunimoto DY, Kanitkar KD, Makar M. The Wills Eye Manual: Office and Emergency Room Diagnosis and Treatment of Eye Disease. 2008.

13. Aslam TM, Tan SZ, Dhillon B. Iris recognition in the presence of ocular disease. J R Soc Interface. May 6 2009;6(34):489-93
14. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 5th ed. 2003. 15. Leonard P.K. Anga,b,c, Jocelyn L.L. Chuaa,c and Donald T.H. Tana,b,c .Current concept and Techniques in Pterygium treatment. Curr Opin Ophthalmol 18:308313. 2007 Lippincott Williams & Wilkins.

Anda mungkin juga menyukai