Anda di halaman 1dari 8

2.

4 Etiologi

1. Penelitian Biokimia

Terjadinya penipisan stroma pada keratokonus diduga disebabkan

meningkatnya enzim protease, yang disebabkan menurunya enzim

inhibitor protease. Pada pemeriksaan biokimia didapatkan penurunan

enzim alpha1- proteinase inhibitor, alpha2 macroglobulin dan TMP-1.1

2. Faktor Genetik

Pada penelitian silsilah keluarga didapatkan bahwa keratokonus

diturunkan secara autosomal dominan dengan penetrasi yang bervariasi.1

3. Penyakit Lain

Sindroma Down dilaporkan mempunyai angka kejadian keratokonus

yang lebih tinggi dibanding angka kejadian pada populasi umum, yaitu

sebesar 5-15% (100-300 kali lebih besar). Kebiasaan menggosok-gosok

mata (eye rubbing) juga dikaitkan dengan patogenensis terjadinya

keratokonus.

Beberapa literatur menyebutkan hubungan keratokonus dengan kelainan

jaringan penyangga (connective tissue disorders). Keratokonus juga

disebutkan terjadi pada osteogenesis imperfecta, sindroma Ehlers-Danlos

dan 58% dari pasien keratokonus yang dilakukan tindakan operatif ternya

mempunyai kelainan prolaps katup jantung. Pemakainan lensa kontak

juga diduga merupakan salah satu penyebab keratokonus. Namun sulit

1
dibuktikan mana yang lebih dahulu terjadi, pemakainan lensa kontak atau

keratokonus.1

2.7 Anamesis dan Pemeriksaan

2.7.1 Anamesis

Keratokonus adalah suatu kondisi dimana kornea terbentuk mirip kerucut

sebagai akibat dari proses penipisan stroma kornea. Penipisan kornea ini

menyebabkan astigmatisme irregular, miopia dan penonjolan yang pada akhirnya

menyebabkan menurunnya tajam penglihatan. Penyakit ini bersifat progresif dan

bilateral, walaupun pada awalnya hanya mengenai satu mata.2

Pada awalnya mungkin berupa penurunan tajam penglihatan yang ringan.

Pada stadium lanjut akan timbul gangguan penglihatan yang bermakna sejalan

dengan semakin progresifnya penyakit, namun pasien dengan keratokonus tidak

pernah sampai buta total akibat penyakit ini.2

Gambar 2.8. Visus penderita keratokonus

2
Tanda-tanda keratokonus antara lain penglihatan kabur, ada perubahan

persepsi terhadap benda yang dipandang, astigmatisme buruk, penglihatan ganda

pada satu mata, rabun malam, cahaya terlihat melebar, sensitif terhadap cahaya

dan mata gatal.2

2.7.2 Pemeriksaan

A. Pemeriksaan Luar

1. Tanda dari Munson

Adanya bentuk seperti huruf V pada kelopak mata bawah saat pasien

melirik ke bawah yang disebabkan kelainan bentuk dari kornea.3

Gambar 2.9. Tanda dari Munson pada Keratokonus

3
2. Tanda dari Rizzzuti

Bila lampu senter disinarkan dari arah temporal akan tampak reflek dari

kerucut di kornea sebelah nasal. Tanda ini merupakan tanda awal dari

keratokonus.3

Gambar 2.10. Tanda dari Rizzuti

B. Pemeriksaan Visus dan Refraksi

Pada stadium awal didapatkan kelainan refraksi berupa myopia dan

astigmatisme regular yang bisa dikoreksi dengan kaca mata. Pada stadium

lanjut berupa astigmatisme irregular yang sudah tidak dapat lagi dikoreksi

dengan kaca mata melainkan dengan lensa kontak keras.3

C. Pemeriksaan Lampu Celah Biomikroskop

Didapatkan:3

1. Penipisan stroma kornea, umumnya didaerah inferior atau infero-

temporal.

4
2. Garis dari Vogt, ditemukan garis-garis halus sejajar dengan aksis dari

kerucut di stroma bagian dalam yang hilang sementara pada penekanan

bola mata dengan jari.

3. Cincin dari Fleisher, merupakan deposit besi pada epitel yang

mengelilingi dasar kerucut.

D. Pemeriksaan Lain

Ditemukan reflek gunting atau terpotongnya reflek dari retinioskopi, adanya

refleks tetesan minyak (oil-droplet reflek) pada pemeriksaan dengan

oftalmoskop direk pada jari sekitar 30 cm.3

E. Pemeriksaan Topografi Kornea

Pada pemeriksaan dengan piring plasido dapat dideteksi perubahan kornea

pada keratokonus yang sub klinis. Rabinowitz menemukan adanya

pembelokan pada meridian horizontal.3

Gambar 2.11. Piring placido videografi –komputer pada keratokonus

5
2.8 Perjalanan Penyakit

Fase Awal

Tanda-tanda yang didapat pada fase ini meliputi:4

1. Reflek tetesan minyak dengan pemeriksaan oftalmoskop pada jarak

sekitar 30 cm.

2. Retinoskopi memperhatikan reflek gunting yang irreguler.

3. Pemeriksaan lampu celah memperlihatkan garis-garis Vogt yang hilang

dengan melakukan penekanan yang ringan pada bola mata.

4. Saraf-saraf kornea yang prominent mungkin tampak.

5. Keratometer memperlihatkan astigmatisme irregular.

Fase Lanjut

Fase ini ditandai dengan:4

1. Penipisan kornea yang progresif lebih dari sepertiga ketebalan kornea

2. Visus jelek karena miopia astigmat irreguler yang berat.

3. Adanya tanda dari Munson

4. Pemeriksaan lampu celah bisa didapatkan cincin dari Flischer

5. Jaringan parut pada stroma kornea pada kasus yang berat

Fase Hidrops Akut

6
1. Suatu keadaan akut dimana cairan aqueous masuk ke kornea karena

adanya robekan pada membran Descement. Hal ini menyebabkan

turunnya visus secara mendadak disertai tidak nyaman dan epifora.

2. Diterapi dengan pemberian tetes mata salin hipertonik, bebat mata atau

lensa kontak lunak, dan pemberian siklopegik untuk mengurangi nyeri

siliaris.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Basic and Clinical Science Course 2001-2002: Fundamentals dan principles


of opthalmology; American Academy of Oftalmology;156

2. Basic and Clinical Science Course 2003-2004: External Disease and Cornea;
American Academy of Oftalmology; hal.9-312

3. Bruce AS, Loughnan MS, 2003. Anterior eye disease and therapeutic A.Z.
Oxford: Butterworth-Heinemann: 184-189

4. Rabinowitz, 2009. Keratoconus: major review. Suerv of Opthalmology


42:297-319

Anda mungkin juga menyukai