myopia yang cepat berkembang. Tanda-tandanya meliputi kornea bentuk konus; lipatan
patognomonik; sebuah cincin besi di sekeliling dasar kerucut (cincin Fleisher); dan pada
kasus-kasus berat, indentasi palpebral inferior oleh kornea pada saat pasien melihat ke bawah
(tanda Munson). Reflek gunting atau ireguler pada retinoskopi dan distorsi pantulan kornea
pada cakram Placido atau keratoskop bahkan dijumpai pada awal penyakit. Topografi
bersandi warna memberikan informasi yang lebih akurat mengenai derajat distorsi kornea.
Dapat terjadi hidrops akut kornea, yang membuat penglihatan turun mendadak karena
edema kornea sentral. Ini terjadi akibat rupture membrane Descement dan dapat dipicu oleh
tindakan menggosok mata oleh pasien. Keadaan ini dapat disalahartikan sebagai penipisan
berat dengan ancaman perforasi. Hidrops akut umumnya berangsur membaik tanpa
pengobatan, tetapi sering meninggalkan parut membran Descement dan membrane apikal.
Diagnosis Klinis
Charleux diamati dalam pemeriksaan oftalmoskopik. Pada tahap sedang dan lanjut, tanda-
tanda yang diungkap oleh hiomikroskop mencakup tanda Munson yang lebih mencolok,
inferotemporal kornea, cincin Fleischer yang terletak di area kerucut, pecah di membran
Bovman, striae Vogt di membran Descemet yang sejajar dengan meridian kerucut dan, pada
kasus yang parah, mungkin disertai oleh hidrops kornea (tanda penting mengingat bahwa itu
melibatkan jeda kecil di membran Descemet), dan mungkin ada keresahan dalam apnea
konklusif, seperti topografi kornea. Metode ini tidak hanya memungkinkan diagnosis klinis,
bahkan pada nilai penyakit dini, tetapi juga memantau perkembangannya dan kuantifikasinya
berdasarkan berbagai indeks numerik. Yang terakhir ini sangat berkontribusi pada presisi
diagnostik dan pemantauan perkembangan penyakit kornea ini. Dystrophies kornea mata
lainnya, selain keratoconus, yang sering juga hadir dengan penipisan stroen progresif, dan
marjinal pellucum atau degenerasi marjinal Terrien. Diagnosis banding dengan ini sangat
mudah, dengan sedikit masalah saat ini berkat kemajuan teknologi diagnostik.
Mengenai manifestasi klinis, hal pertama yang kita temukan adalah refraksi yang tidak
stabil biasanya terdiri dari miopia dan astigmatisme dan penurunan ketajaman penglihatan
visual. Ketajaman penglihatan normal mungkin ada, tapi hanya pada tahap awal keratoconus.
Gejala mata dan tanda keratokonus bervariasi tergantung pada tingkat keparahan penyakit.
Pada tahap awal, juga disebut subklinis atau fruste form, keratokonus biasanya tidak
menghasilkan apapun gejala dan dengan demikian bisa luput diperhatikan oleh pasien dan
praktisi kecuali tes khusus (yaitu, topografi kornea) yang dilakukan untuk diagnosis.4,10
Seringkali penderita bebas gejala sampai stadium lanjut. Biasanya dimulai dengan
pasien mengeluh berkurangnya ketajaman visual pada semua jarak, yang tidak dapat
dikompensasikan dengan koreksi, serta distorsi gambar. Photophobia, silau dan iritasi mata
membuat lensa kontak tidak nyaman seringkali merupakan ciri khas gejala penyakit.10
okular dan sistem berbasis indeks telah terjadi diusulkan dalam literatur: 8,12
1. Morfologi
a. Nipple-Cones
Memiliki diameter ± 5mm, morfologi bulat dan terletak di sentral atau paracentral cornea,
lebih umum di kuadran kornea infero-nasal. Koreksi dengan lensa kontak biasanya relatif
mudah.
b. Oval-Cones
Memiliki diameter> 5mm dan terletak di paracentral ke perifer, lebih umum pada kornea
c. Globus-Cones
Terletak di seluruh 75% kornea. Koreksi lensa kontak merupakan tantangan yang sulit.
2. Evolusi Penyakit
Klasifikasi keratokonus pertama berdasarkan evolusi penyakit diusulkan oleh Amsler, yang
mengklasifikasikan penyakit ini dalam empat tingkat keparahan yang berbeda, mirip dengan