Anda di halaman 1dari 6

A.

Klasifikasi AMD3
Klasifikasi AMD bersifat kontroversial. Yang paling sederhana

AMD terbagi atass dini dan lanjut, AMD lanjut terbagi lagi menjadi

atrofi geografik dan penyakit neovaskuler.


1. Degenerasi makula terkait usia dini
Degenerasi makula terkait usia dini ditandai oleh drusen

minimal, perubahan pigmentasi, atau atrofi epitel pigmen retina.

Derajat kerusakan penglihatan bervariasi dan mungkin minimal.

Angiografi fluoresin menunjukan pada hiperplasia dan atrofi epitel

pigmen retina yang tak teratur.


Drusen secara klinis digambarkan sebagai endapn kuning,

yang terletak dalam membran bruch bervariasi dalam ukuran dan

bentuk bisa diskret atau menggumpal. Secara histopatologis,

drusen juga dapat ditemukan sebagai endapan subretina difus, baik

sebagai endapan laminar basal- terutama dibentuk oleh materi

berdasar-kolagen dan terletak diantara plasma dan membran basal

epitel pigmen retina maupun retina sebagai endapan linear basal,

yang terdiri atas materi granular kaya-lipid dalam membran bruch.


Perubahan pigmentasi mungkin disebabkan oleh adanya gumpalan

sel-sel berpigmen setempat diruang sub retina dan retina bagian

luar atau daerah-daerah tipis epitel pigmen retina hipopigmentasi

yang berkembang menjadi atrofi.

2. Degenerasi makula terkait usia lanjut


Atrofi geografik ( “degenerasi makula terkait usia kering” )

tampak sebagai daerah-daerah atrofi epitel pigmen retina dan sel-

sel fotoreseptor yang berbatas tegas, lebih besar dari dua diameter
diskus, yang memungkinkan pembuluh-pembuluh koroid

dibawahnya terlihat secara langsung. Kehilangan penglihatan

terjadi bila fovea sudah terkena.


Degenerasi makula terkait-usia neovaskular (“basah”)

ditandai oleh adanya neovaskularisasi koroid atau lepasan epitel

pigmen retina serosa. Pembuluh-pembuluh baru ini tumbuh dalam

konfigurasi roda pedati datar atau sea-fan, jauh dari tempat

masuknya kedalam ruang subretina untuk membentuk membran

neovaskuler koroid. Pelepasan retina hemoragik dapat berkembang

menjadi metaplasia fibrosa, menghasilkan suatu masa subretina

menonjol, yang disebut parut disciformis. Terjadi kehilangan

penglihatan sentral yang permanen. Pencitraan OcT menampakan

cairan subretina dan intraretina, serta membran neovaskular koroid.

Angiografi fluoresin harus dikerjakan pada semua pasien

degenerasi makula terkait usia yang baru mengalami penurunan

penglihatan atau distorsi karena angiografi merupakan pemeriksaan

paling sensitif untuk mendeteksi neovaskularisasi koroid.

Angiografi juga dapat memandu pemilihan tatalaksana.

Neovaskularisasi dapat digolongkan secara angiografis kedalam

klasik atau occult, sesuai dengan pola pertumbuhan pembuluh-

pembuluh baru. Neovaskularisasi ditandai oleh hiperfluoresensi

dini, yang biasanya berbatas tegas dan mungkin mempunyai pola

berenda. Yang occult ditandai oleh fluoresens lambat dan berbatas

kabur. Untuk kepentingan penelitian neovaskularisasi koroid dibagi


lagi menjadi klasik predominan, yaitu kurang dari 50% lesi

memiliki ciri neovaskularisasi koroid klasik ; dan occult murni,

yaitu tidak tampak satupun ciri klasik.


Pelepasan epitel pigmen retina termasuk dalam kategori

degenerasi makula terkait usia neovaskular karena hubunganya

yang kuat, walaupun tidak absolut, dengan neovaskularisasi koroid.

Oleh karena itu, neovaskularisasi koroid harus selalu dianggap ada

samapi pemeriksaan atau anamnesis menyingkirkanya. Pelepasan

epitel pigmen retina serosa dapat menyebabkan influks materi

proteinaseosa melalui bidang yang terpecah pada lokasi drusen.

Pelepasan epitel pigmen retina setempat juga dapat terjadi akibat

bocornya cairan serosa koroid melalui defek-defek kecil

dimembran bruch. Epitel pigmen retina yang terlepas dapat rata

kembali secara spontan, dengan kondisi penglihatan yang

bervariasi, tetapi pelepasan ini biasanya akan menyisakan suatu

daerah atrofi geografi.


Masih belum jelas apakah proliferasi angiomatosa retina

(RAP) merupakan suatu manifestasi degenerasi makula terkait

usia, tetapi RAP biasanya timbul pada kondisi klinis yang sama.

Penyebabnya belum diketahui. RAP muncul sebagai

perdarahansuperfisial ( retina bagian dalam) dengan pelepasan

epitel pigmen retina dan eksudasi luas , serta ditandai gambar

anatomis antara sirkulasi retina dan koroid.3

B. Gejala dan Pemeriksaan Klinis AMD1,3


1. Gejala Subyektif
- Penurunan penglihatan
- Gangguan penglihatan warna
- Gangguan penglihatan sentral
2. Gejala Obyektif
- Drusen
- Neovaskularisasi subretina
- Adanya cairan atau darah di bawah makula lutea
- Degenerasi membran Brunch di makula
3. Pemeriksaan klinis :
Pemeriksaan fundus okuli dengan cara pemberian tetes mata untuk

dilatasi pupil menggunakan obat :


- Tropicamide 0,5%, 1% ditetesi 1-2 kali ditunggu 30 menit
- Phenileprine 10%
Setelah pupil midriasis, kemudian diperiksa dengan :
a. Oftalmoskop direk
Bayangan tegak diperbesar 14 kali, tampak gambar satu

bidang (tidak stereoskopis)


b. Biomikroskop dan lensa kontak 3 cermin goldman
Disini digunakan bahan lubrikasi CMC2% atau methocel

2% untuk memasang lensa kontak pada kornea


- Bayangan tegak 3 dimensi, diperbesar 10-16 kali
- Sebelum lensa kontak dipasang, ditetesi tetracain

0,5%
c. Angiografi fluoresin
Akan terlihat jelas gambaran neovaskularisasi koroid, dan

dapat menentukan tindakan/pengobatan dan prognosis

paska pengobatan.

C. Diagnosis Banding AMD1


1. Korioretinitis.
2. Retinopati Diabetik
D. Penatalaksanaan AMD 3
1. Fotokoagulasi Laser Retina: digunakan untuk membran

neovaskular koroid yang berjarak lebih dari 200 micron dari pusat

zona avaskuler fovea,


2. Terapi Fotodinamik
3. Anti-VEGF: untuk mengobati neovaskular koroid
4. Pegaptanib: untuk mengikat isiform patogenik utama VEGF
5. Ranibizumab: fragmen Fab antibodi anti-VEGF
6. Bevacizumab: suatu antibodi monoklonal utuh terhadap VEGF
7. Tindakan Bedah: pengangkatan membran neovaskular dan

transplantasi epitel pigmen retina

E. Komplikasi AMD1
Pada AMD dapat menyebabkan komplikasi yaitu kebutaan.

F. Prognosis AMD
Prognosis pada AMD tergantung pada derajat dari AMD, pada AMD

tipe eksudat lebih buruk karena tidak dapat menghasilkan visus yang

baik walaupun dengan pengobatan.

BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Makula degenerasi sering disebut sebagai age-related macular

degenaration (AMD), merupakan kelainan mata yang berhubungan

dengan usia yang mengakibatkan gangguan penglihatan. Degenerasi

makula mengakibatkan perlahan-lahan berkurangnya tajam penglihatan

atau penglihatan sentral. Secara garis besar AMD dibagi menjadi AMD
tipe kering (Dry Type) dan AMD tipe basah (Wet Type). Penatalaksannan

dan terapi AMD dapat dilakukan dengan penyuntikan intravitreal

berulang, fotokoagulasi laser retina, dan tindakan pembedahan.

Komplikasi yang dapat tibul akibat dari AMD yaitu kebutaan. Prognosis

pada AMD tergantung pada derajat dari AMD, pada AMD tipe eksudat

lebih buruk karena tidak dapat menghasilkan visus yang baik walaupun

dengan pengobatan.

1. PDT RS Soetomo. 2006. pedoman diagnosis dan terapi bag/smf ilmu


penyakit mata. Surabaya.
2. IIyas, Sidarta. Prof, dr. Ilmu penyakit mata. Jakarta, balai penerbit FKUI.
Jakarta, 2010.
3. Vaughan, dale. Absury, taylor. Oftalmogi umum . jakarta, widya medika,
2000.

Anda mungkin juga menyukai