TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Keratokonus
Keratokonus berasal dari bahasa Yunani (kerato: kornea, konos: cone).
Keratokonus pertama kali dijelaskan oleh seorang dokter Inggris bernama John
Nottingham di naskahnya yang berjudul Pengamatan praktis di kornea
berbentuk kerucut dan penglihatan pendek serta cacat lain pada mata pada
tahun 1854. 5
Keratokonus adalah gangguan non-inflamasi dimana terjadi penipisan
kornea yang menghasilkan tonjolan berbentuk kerucut dari kornea. Keratokonus
merupakan penyakit yang bersifat kronis dan menyerang kornea bagian sentral
dan parasentral. Keratokonus adalah kondisi progresif dan bisa memburuk
secara bertahap dari waktu ke waktu.6,10
2.2 Klasifikasi
Secara keratometri, keratokonus di bagi menjadi 3 yaitu ringan (<48 D),
sedang (48-54 D) dan berat (>54 D). Secara morfologi di bagi sebagai
berikut:
1. Nipple Cones
Ditandai dengan ukuran yang kecil (<5mm). Pusat dari apeks
kornea terletak pada sentral atau parasentral dan berpindah ke arah infero
nasal.7
2. Oval Cones
mekanik pada epitel dan juga trauma mekanikpada keratosit dan peningkatan
hidrostatik tekanan dalam mata. Memakai lensa kontak adalah bentuk lain dari
microtrauma kornea terkait dengan keratokonus. Teori ini didukung oleh fakta
bahwa pasien dengan keratokonus sering memiliki mata gatal dan iritasi pada
mata. Warisan autosomal dominan dilaporkan pada sekitar 10% kasus. 6,8
2.4 Histopatologi Keratokonus
Keratokonus adalah suatu kelainan yang umum terjadi pada kornea dengan
prevalensi sebesar 50-230 dari 100.000 kasus gangguan pada kornea, kirakira satu per 2000 populasi.Insiden keratokonus relatif lebih tinggi pada
daerah Mediterania dan Timur Tengah, dan keratokonus relatif rendah terjadi
di Jepang, Taiwan dan Singapura.6,9
Keratokonus dapat terjadi pada semua ras dan tidak ada perbedaan angka
kejadian pada laki-laki maupun perempuan. Namun beberapa penelitian
menyatakan bahwa laki-laki lebih berisiko daripada perempuan. 8,9
Angka kejadian keratokonus meningkat pada usia pubertas hingga awal
dekade kedua kehidupan. Berdasarkan penelitian 6-15% kasus, keratokonus
terjadi pada keluarga dengan riwayat keratokonus. Prevalensi di keluarga
tingkat pertama adalah 15-67-kali lebih tinggi daripada populasi umum.
Prevalensi kejadian pada pasien dengan Down Syndrom terjadi sekitar 7%. 7,8,12
2.6 Gejala dan Tanda Keratokonus
Pasien dengan keratokonus sering mengeluh dari penurunan penglihatan ,
fotofobia, diplopia monokuler , distorsi visual, asthenopia dan silau jika
melihat cahaya. Pasien usia dewasa muda dengan astigmatisma ireguler atau
astigmatisma miopia yang sering mengalami perubahan pada kacamata perlu
dicurigai keratokonus dan pada pasien dengan visus tidak dapat dikoreksi
hingga 6/6 tanpa ada gangguan organik lain.11
Pada pemeriksaan slit lamp ditemukan Fleischers ring, Vogts striae,
penipisan kornea dan Mnsons sign. Ditemukan penonjolan saraf kornea,
apeks kornea menipis, garis pada stroma anterior, garis yang terbentuk dari
fibril pada subepitel kornea.11
Fleischers ring adalah garis berwarna kuning kecokelatan yang
membatasi tepi perifer dari apeks kerucut kornea. Voght Striae adalah garisgaris halus sejajar dengan aksis dari kerucut pada stroma bagian dalam yang
hilang sementara pada penekanan bola mata dengan jari. Mnsons sign
ditandai dengan adanya bentuk seperti huruf V pada kelopak mata bawah saat
pasien melihat ke bawah.11