BAB I
PENDAHULUAN
Katarak adalah gambaran berawan atau kekeruhan pada lensa mata yang jernih
atau pada kapsulnya (membran transparan yang mengelilinginya) yang
menghalangi masuknya cahaya melalui lensa ke retina mata. Kebutaan ini dapat
menyerang bayi, orang dewasa, dan orang tua, tetapi mendominasi kelompok
yang terakhir. Ini bisa bilateral dan bervariasi dalam tingkat keparahan. Proses
penyakit berkembang secara bertahap tanpa mempengaruhi aktivitas sehari-hari
sejak dini, tetapi seiring waktu, terutama setelah dekade keempat atau kelima,
katarak pada akhirnya akan matang, membuat lensa menjadi buram sepenuhnya
terhadap cahaya yang mengganggu aktivitas rutin. Katarak merupakan penyebab
signifikan kebutaan di seluruh dunia. Pilihan pengobatan termasuk koreksi dengan
kacamata bias hanya pada tahap awal, dan jika katarak cukup matang untuk
mengganggu aktivitas rutin, operasi mungkin disarankan, yang sangat
bermanfaat.1
Katarak yang mengacu pada kekeruhan lensa kristal mata, menonjol sebagai
prioritas pertama di antara penyebab utama kebutaan. Saat ini, diperkirakan 20
juta orang mengalami kebutaan akibat kondisi ini. Katarak umumnya tidak dapat
dicegah tetapi operasi yang tersedia saat ini dapat memulihkan penglihatan
mendekati normal pada sebagian besar orang buta katarak. Katarak merupakan
salah satu penyebab penting baik di negara maju maupun berkembang.2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Definisi
C. Epidemiologi
D. Patofisiologi
E. Faktor Risiko
F. Klasifikasi Katarak
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah tedihat pada usia di bawah 1 tahun
Bila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sistemik maka hal ini biasanya
terdapat pada hampir semua katarak senil, katarak herediter dan kongenital. 8
a. Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak congenital
merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganannya yang kurang tepat. 8
Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian
primer atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal atau umum. 8
Hampir 50% dari katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui
penyebabnya. 8
Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak
putih atau suatu leukokoria. Pada setiap leukokoria diperlukan pemeriksaan yang
7
Pada katarak kongenital total penyulit yang dapat terjadi adalah makula lutea
yang tidak cukup mendapat rangsangan. Makula ini tidak akan berkembang
sempurna hingga walaupun dilakukan ekstraksi katarak maka visus biasanya
tidak akan mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris (ambyopia ex
anopsia). Katarak kongenital dapat menimbulkan komplikasi lain berupa
nistagmus dan strabismus. 8
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu
yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, diabetes Melitus,
hipoparatiroidism, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusisitomegalik, dan
histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya
merupakan penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma
iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo
kornea. 8
- Biasanya bila katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan
atau lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan. 8
Tindakan bedah pada katarak kongenital yang umum dikenal adalah disisio
lensa, ekstraksi liniar, ekstraksi dengan aspirasi. 8
b. Katarak rubela
Rubela pada ibu dapat mengakibatkan katarak pada lensa fetus. Terdapat 2
bentuk kekeruhan yaitu kekeruhan sentral dengan perifer jernih seperti mutiara
atau kekeruhan di luar nuklear yaitu korteks anterior dan posterior atau total.
Mekanisme terjadinya tidak jelas, akan tetapi diketahui bahwa rubel dapat
dengan mudah melalui barier plasenta. Visus ini dapat masuk atau terjepit di
dalam vesikel lensa dan bertahan di dalam lensa sampai 3 tahun. 8
c. Katarak juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak
juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. 8
1. Katarak metabolik
- Katarak diabetik dan galaktosemik (gula)
- Katarak hipokalsemik (tetanik)
9
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia di atas 50 tahun. 8
Konsep penuaan :
1. Kapsul
- menebaldan kurang elastis (1/4 dibanding anak)
- mulai presbiopia
- bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
- terlihat bahan granular
2. Epitel- makin tipis
- sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
- bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa :
- lebih irregular
- pada korteks jelas kerusakan serat sel
- brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah
protein nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin) lensa,
sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan
triptofan dibanding normal.
- Korteks tidak berwarna karena :
- Kadar a.askorbat !inggi dan menghalangi fotooksidasi
- Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda
11
Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang
biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. 8
Pada katarak senil sebaiknya disingkirkan penyakit mata lokal dan penyakit
sistemik seperti diabetes melitus yang dapat menimbulkan katarak komplikata. 8
Katarak senil secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur,
intumesen, maiur, hipermatur dan morgagni. 8
G. Maturitas Katarak
a. Iminens/insipiens
Pada stadium ini, lensa bengkak karena termasuki air, kekeruhan lensa masih
ringan, visus biasanya > 6/60. Pada pemeriksaan dapat ditemukan iris normal,
bilik mata depan normal, sudut bilik mata normal, serta shadow test negatif. 9
b. Imatur
Pada tahap berikutnya, opasitas lensa bertambah dan visus mulai menurun
menjadi 5/60 sampai 1/60. Cairan lensa bertambah akibatnya iris terdorong dan
bilik mata depan menjadi dangkal, sudut bilik mata sempit, dan sering terjadi
glaukoma. Pada pemeriksaan didapatkan shadow test positif. 9
c. Matur
Jika katarak dibiarkan, lensa akan menjadi keruh seluruhnya dan visus
menurun drastis menjadi 1/300 atau hanya dapat melihat lambaian tangan dalam
jarak 1 meter. Pada pemeriksaan didapatkan shadow test negatif. 9
d. Hipermatur
Pada tahap akhir, korteks mencair sehingga nukleus jatuh dan lensa jadi turun
dari kapsulnya (Morgagni). Lensa terlihat keruh seluruhnya, visus sudah sangat
menurun hingga bisa mencapai 0, dan dapat terjadi komplikasi berupa uveitis
dan glaukoma. Pada pemeriksaan didapatkan iris tremulans, bilik mata depan
dalam, sudut bilik mata terbuka, serta shadow test positif palsu. 9
12
H. Gejala-gejala Katarak
a. Kabur
Penderita pada umumnya datang saat kekeruhan lensa terjadi pada kedua
mata meski derajat katarak kedua mata berbeda. Kekaburan yang dirasa bersifat
perlahan dan penderita merasa melihat melalui kaca yang buram. Pada tahap
awal kekeruhan lensa penderita dapat melihat bentuk akan tetapi tidak dapat
melihat detil.10
b. Silau
I. Penatalaksanaan Katarak
a. Pembedahan Intrakapsular
Dalam waktu relatif singkat, materi benang yang halus, mikroskop operasi
binokuler, dan teknik sterilisasi modern meningkatkan keberhasilan pembedahan
dan menurunkan jumlah serta derajat keparahan dari komplikasi. Untuk pertama
kalinya dilaporkan oleh Joaquin Barraquer (1957) suatu bahan kimia yang
berfungsi melisiskan serat zonular dengan suatu enzim a-chymotrypsin, dan
dengan bantuan forceps kapsul lensa tradisional dan erysiphake telah
memberikan cara untuk ekstraksi lensa dengan cryoprobe. Cryoprobe adalah a
hollow metal-tipped yang didinginkan oleh nitrous oxide terkompresi yang
kemudian ditempelkan pada permukaan lensa. Pada saat suhu logam turun di
bawah titik beku, akan terbentuk suatu bola es, dan lensa mata akan melekat
pada probe (Gambar 3). Gerakan bolak-balik yang lembut selama proses
pengangkatan lensa akan membantu melepaskan perlekatan antara membran
vitreus anterior dengan lensa, melepas perlekatan serat zonular yang masih
tersisa dan mengurangi kehilangan vitreus (vitreous loss). 10
14
ICCE berkembang menjadi operasi yang sangat sukses. ICCE modern masih
berperan dalam belahan dunia tertentu dengan fasilitas yang terbatas seperti
sebagai berikut,
b. Pembedahan Ekstrakapsular
Semua teknik termasuk implantasi IOL primer dan sekunder, operasi filtrasi,
transplantasi kornea, dan perbaikan luka lebih mudah dan aman dikerjakan bila
kapsul posterior lensa tetap utuh. 10
c. Fakoemulsifikasi
Satu masalah bagi ahli bedah fako awal terkait dengan kedekatan probe fako
dengan endotel kornea. Perkembangan OVD menyelesaikan masalah ini.
Penggunaan OVD memungkinkan mempertahankan ke dalaman ruang bilik
mata depan yang akan menjaga jarak probe fako dan endotelium. Risiko edema
kornea menurun dengan penggunaan OVD. 10
Batu sandungan yang lain adalah bahwa setelah inti diemulsikan dan korteks
diaspirari, sayatan harus dibuka untuk mengakomodasi IOL polimetilmetakrilat
(PMMA) yang kaku dan mengharuskan pembukaan luka sayatan sedikit lebih
besar daripada optik. Pada 1980-an, Thomas Mazzocco, mengembangkan dan
mengimplantasi IOL lipat untuk pertama kali yang dibuat dari silikon, kemudian
diikuti desain IOL yang lain baik dengan bahan silikon atau akrilik.
Pengembangan IOL lipat yang bisa dimasukkan melalui luka sayatan 2,75-4,00
mm memungkinkan ahli bedah untuk menjaga sayatan kecil pada teknik
fakoemulsifikasi. Kemudian lebih banyak ahli bedah yang beralih ke
fakoemulsifikasi dan pembedahan katarak dengan sayatan kecil, dan bedah
katarak dengan teknik fakoemulsifikasi dan implantasi IOL lipat menjadi teknik
operasi katarak yang paling umum dikerjakan di negara maju. 10
Sebelum tahun 1949, hasil operasi katarak adalah mata afakia, dan pasien
setelah operasi memakai kacamata hyperopia tinggi yang berat dan
menyebabkan pembesaran dari obyek dan distorsi ke samping (kecuali pada
pasien dengan myopia tinggi). Lensa kontak sklera dan kornea digunakan bila
tersedia dan memungkinkan. 10
yang terluka saat perang dunia II. Ia mengimplantasi lensa berbentuk cakram
PMMA ke dalam ruang posterior seorang wanita tahun setelah ia melakukan
sebuah ECCE. 10
Operasi katarak ekstrakapsular pada tahun 1950 adalah standar dasar operasi
katarak modern dan umumnya terkait dengan sisa korteks lensa, yang
menyebabkan fibrosis dan adhesi antara iris dan kapsul. ICCE menghilangkan
sisa korteks dan menjadi pilihan prosedur operasi katarak kembali. Karena ICCE
lebih umum dilakukan pada periode awal implantasi IOL, maka IOL periode
tersebut berdesain optik dengan loop, struts, atau lubang untuk menjahit yang
diperlukan sebagai fiksasi IOL dengan iris (Gambar 4). 10
19
Sudut bilik mata depan adalah tempat alternatif untuk fiksasi IOL. ACIOL
yang pertama (Gambar 5) bersifat kaku, dan beberapa pasien mengeluh nyeri
pascaoperasi. Pemasangan diameter lensa yang sesuai dengan lebar ruangan
merupakan hal yang sulit. Pemilihan diameter IOL dengan memperkirakan lebar
bilik mata depan berdasarkan diameter horizontal kornea. Karena estimasi
tersebut sering tidak tepat bahkan dengan instrumen modern, komplikasi sering
muncul. Lensa yang terlalu besar dan IOL dengan loop tertutup menyebabkan
distorsi pupil dan memberikan kontribusi untuk terjadinya sindroma uveitis-
glaukoma-hifema. ACIOL yang terlalu pendek akan berputar, desentrasi, dan
kontak dengan endotelium kornea. 10
Sebagai hasil dari konversi ke ECCE modern, desain IOL diubah untuk
memungkinkan penempatan di ruang posterior dengan dukungan dari kapsul
lensa. ACIOL sebagian besar menjadi back-up ketika kantong kapsul lensa tidak
ada/tidak utuh atau ketika ada kondisi yang menghalangi pemasangan PCIOL.10
Keuntungan yang sudah nyata dari desain lensa foldable adalah dapat
diimplantasi melalui sayatan kecil. Ketersediaan lensa untuk luka sayatan kecil
adalah faktor yang mempengaruhi sebagian besar ahli bedah ECCE untuk
berpindah ke teknik fakoemulsifikasi. Meskipun berbagai macam bahan IOL
telah dievaluasi, sebagian besar lensa foldable saat ini diproduksi dari bahan
silikon atau akrilik.10
Meskipun baik silikon atau akrilik cocok untuk kebanyakan pasien, telah
dilaporkan terjadi masalah dengan IOL silikon pada pasien yang menjalani
vitrektomi dengan injeksi minyak silikon. Ketika melakukan operasi katarak
pada pasien yang cenderung memerlukan operasi vitreoretinal dimasa yang akan
datang (seperti pasien dengan miopia tinggi, ablasio retina, atau retinopati
proliferatif), bahan IOL yang dipilih sebaiknya selain silikon.10
22
BAB III
KESIMPULAN
Katarak adalah abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak merupakan
penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Hal ini didukung oleh factor usia,
radiasi dari sinar ultraviolet, kurangnya gizi dan vitamin serta factor tingkat
kesehatan dan penyakit yang diderita. Penderita katarak akan mengalami gejala-
gejala umum seperti penglihatan mulai kabur, kurang peka dalam menangkap
cahaya (fotofobia) sehingga cahaya yang dilihat hanya berbentuk lingkaran
semu, lambut laun akan terlihat seperti noda keruh berwarna putih di bagian
tengah lensa kemudian penderita katarak akan sulit menerima cahaya untuk
mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nizami AA, Gulani AC. Cataract. 2022 Jul 5. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan–. PMID: 30969521.
2. Singh D, dkk. 2019. An Epidemiological Study of Cataract Patients:
Findings From a Hospital-based Study. Department of Community
Medicine, Governement Medical College and Hospital, Rajnandgaon,
Chhattishgarh.
3. Ruan X, dkk. 2020. Structure of the lens and its associations with the visual
quality. BMJ Open Ophthalmology
4. Rumerung G,dkk. 2016. Perbandingan prevalensi katarak senilis di
daerah pantai dengan di daerah pegunungan. Volume 4, Nomor 1
5. Detty AU, Artini I, Yulian VR. 2021. Karakteristik Faktor Risiko
Penderita Katarak, Departemen Ilmu Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Malahayati
6. Alshamrani AZ. 2018. Cataracts Pathophysiology and Managements.
Volume 70
7. Erman I,dkk. 2014. Hubungan Umur Dan Jenis Kelamin Dengan Kejadian
Katarak Di instalasi Rawat Jalan (Poli Mata) Rumah Sakit dr. Sobirin
Kabupaten Musi Rawas Tahun 2014
8. Ilyas S, Yulianti SR, Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
9. Astari P. 2018. Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi
Operasi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
Indonesia
10. Budiono S, dkk. 2013. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Airlangga
University Press