Katarak Senilis
Oleh :
Preseptor :
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk lebih memahami mengenai definisi, epidemiologi,
etiologi, patogenesis, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan,
komplikasi, prognosis dan pencegahan pada katarak senilis.
1.4 Metode Penulisan
Penulisan ini disusun dengan menggunakan metode tinjauan kepustakaan yang
merujuk kepada berbagai literatur, termasuk buku teks dan makalah ilmiah.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
berperan dalam proses metabolisme dan menjaga sistem normal dari aktivitas sel,
termasuk biosintesa dari DNA, RNA, protein dan lipid.3,5
Substansi lensa terdiri dari nukleus dan korteks, yang terdiri dari lamel-
lamel panjang yang konsentris.Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya.
Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi,
sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus
dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang.Tiap serat
mengandung inti yang pipih dan terdapat di bagian pinggir lensa dekat ekuator,
yang berhubungan dengan epitel subkapsuler.Serat-serat ini saling berhubungan di
bagian anterior.Garis-garis persambungan yang terbentuk dengan persambungan
lamellae ini ujung-ke-ujung berbentuk {Y} bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk
{Y} ini tegak di anterior dan terbalik di posterior (huruf Y yang terbalik).3
Gambar 3. Sutura Y
5
Lensa manusia normal terdiri dari sekitar 66% air, sekitar 33% protein
(kandungan protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit
mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Protein lensa terdiri dari water
soluble dan water insoluble.Water soluble merupakan protein intraseluler yang
terdiri dari alfa (α), beta (β) dan delta (δ) kristalin, sedang yang termasuk dalam
water insoluble adalah urea soluble. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa
daripada di kebanyakan jaringan lain.4
Fungsi lain lensa adalah menjaga kejernihan lensa itu sendiri. Hal ini diatur
melalui keseimbangan air dan elektrolit. Karena transparansi lensa sngat
6
tergantung kepada komponen structural dan makromolekular lensa, gangguan
dalam hidrasi sel dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa.6
2.2.2 Epidemiologi
Kurang lebih 300.000 - 400.000 katarak terjadi setiap tahun di Amerika
Serikat, Dalam studi Framingham Eye 1973-1975, katarak senilis terlihat pada
15,5% dari 2477 pasien yang diperiksa. Pada kelompok usia 75 tahun dan lebih
tua, katarak inti, korteks, dan katarak posterior subkapsular ditemukan di 65,5%.
Katarak senilis terus menjadi penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan
di dunia.Setidaknya 5-10.000.000 kejadian katarak ditemukan setiap tahun.
Menurut data diperkirakan bahwa 1,2% dari seluruh penduduk Afrika mengalami
kebutaan, dan 36% nya disebabkan oleh katarak.2,3
Tahun 2002 WHO memprediksi bahwa katarak sebagai penyebab kebutaan
yang dapat disembuhkan pada 17 juta (47,8%) dari 37 juta kebutaan di seluruh
dunia, yang diprediksi meningkat mencapai 40 juta pada tahun 2020.2
2.2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya katarak bermacam - macam. Umumnya adalah
disebabkan oleh usia lanjut (katarak senil), tetapi dapat terjadi secara kongenital
akibat infeksi virus di masa pertumbuhan janin, genetik, dan gangguan
perkembangan. Dapat juga terjadi karena traumatik, dan kelainan sistemik atau
metabolik, seperti diabetes mellitus, galaktosemia.3
Penyebab katarak senilis belum diketahu secara pasti namun ada beberapa
teori yang menyebabkan terjadi katarak senilis yaitu:4
7
1. Teori putaran bologik ( Umur)
Dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yang
mengakibatkan kerusakan sel. Efek akumulasi dari berbagai macam faktor
lingkungan (sinar cahaya matahari, radiasi sinar X, toksin, metal, steroid,
obat-obatan) menyebabkan katarak senilis. Perubahan ekspresi gen
menghasilkan perubahan enzim, faktor pertumbuhan dan level protein.
Protein modifikasi, oksidasi, agregasi dan fase pemisahan, pembentukan
barier nukleus, peningkatan proteolytik metabolisme kalsium yang
tergangu merupakan faktor yang penting dalam timbulnya katarak.
2. Teori “A free radical”
a. Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi
b. Free radical dapat dinetralisir oleh antioksidan dan vitamin E
3. Teori “A Cross-Link”
Ahli biokimia mengatakan terjadi peningkatan bersilang asam nukleat dan
molekul protein sehingga menggangu fungsi.
Pada usia lanjut akan terjadi perubahan pada lensa yaitu:4
a. Kapsul
- Menebal dan kurang elastis
- Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
- Terlihat bahan granular
b. Epitel
- Makin tipis
- Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
- Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
c. Serat lensa
- Lebih irregular
- Pada korteks jelas kerusakan serat lensa
- Nuklues makin besar dan sklerotik.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya katarak antara lain faktor
genetik, nutrisi, antioksidan, sinar matahari dan irradiasi, merokok dan alkohol
dan faktro lainnya.6,7
8
2.2.3 Patogenesis dan Patofisiologi
Katarak senilis memiliki patofisiologi yang rumit dan tak sepenuhnya dapat
dimengerti. Patogonesis katarak bersifat multifaktorial, melibatkan interaksi yang
kompleks antara bermacam – macam proses fisiologis, disertai dengan faktor
lingkungan, genetic, sistemik serta gizi.5
Seiring dengan bertambahnya usia, maka terjadi perubahan pada lensa.
Berat dan ketebalan lensa bertambah, namun daya akomodasinya berkurang.
Seiring bertambahnya lapisan korteks dengan pola yang konsentris, nukleus
sentral tertekan dan mengeras dalam sebuah proses yang dikenal dengan nuclear
sclerosis.5
Berbagai mekanisme memiliki andil dalam penurunan transparansi lensa
secara progresif.Epitel lensa mengalami apoptosis dalam laju yang rendah, namun
mengganggu homeostasis dan pembentukan sel serat pada lensa, sehingga
mengurangai transparansi lensa.Kerusakan oksidatif juga terjadi pada lensa secara
progresif disebabkan oleh penuaan. Banyak studi menunjukkan peningkatan
produk oksidasi dan penurunan antioksidan yang menunjukkan pentingnya peran
proses oksidatif dalam pembentukan katarak.7
Mekanisme lain yang terlibat adalah terjadinya penurunan suplai air,
metabolit, nutrisi dan antioksidan ke dalam sel – sel epitel lensa mata. Perubahan
molekuler juga terjadi pada protein sitoplasma sel lensa, dari protein larut air
dengan berat molekul rendah menjadi protein larut air dengan berat molekul
tinggi, fase insoluble hingga pembentukan matriks membrane-protein. Perubahan
pada protein ini menimbulkan fluktuasi pada indeks bias lensa, menyebarkan
cahaya yang masuk, dan mengurangi transparansi. Faktor lain yang perlu diteliti
lagi dalam proses pembentukan katarak adalah faktor nutrisi, terutama
keterlibatan glukosa, mineral dan vitamin.7,8
9
2.2.4 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis
Katarak memiliki manifestasi klinis yang berbeda berdasarkan
karakteristiknya masing – masing.
1. Katarak Nuklear
Katarak nuclear memiliki karakteristik berupa pengerasan nukleus
lensa (sklerosis nuklear).Karena nukleus lensa mengeras, seringkali terjadi
peningkatan daya refraksi lensa pada pasien dengan katarak nuklear. Hal ini
menjelaskan kenapa pasien yang memerlukan kacamata untuk membaca,
merasa tidak memerlukannya lagi ketika katarak sclerosis nuclear terbentuk
(second sight phenomenon).5
Gejala :
Second sight phenomenon
Perburukan myopia
Buruknya penglihatan dalam gelap
Berkurangnya kemampuan untuk membedakan warna
Silau (tidak begitu menonjol)
Diplopia monokuler
10
2. Katarak Kortikal
Katarak kortikal terjadi apabila bagian dari serat lensa yang
mengelilingi nukleus (korteks) mengalami kerusakan.Pengaruhnya terhadap
penglihatan berhubungan dengan jarak pengaburan dengan aksis
penglihatan.5
Gejala :
Silau (terutama pada malam hari saat berkendara)
Pengurangan visus untuk jarak dekat dan jauh
Pengurangan sensitivitas kontras
11
Gambar 7. Katarak subkapsuler posterior
1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-
bercak yang membentuk gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih di
antaranya.Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan
posterior.Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang
menetap untuk waktu yang lama.7
Pasien mengeluhkan keluhan penglihatan, namun memiliki
pemeriksaan visus menunjukkan pasien masih dapat membaca di 5/5.
Kekeruhan lensa dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan slit lamp.7
2. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum
mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang
jernih pada lensa.Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya
tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke
12
depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma
sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahdow test, maka akan
terlihat bayangan iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).
Pemeriksaan visus menunjukkan pasien dapat membaca di atas 5/50.8
3. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses
degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama
hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal.
Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat
bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negatif.Visus pasien lebih buruk dari 5/50.8,9
4. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang
mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa
menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut
disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak
dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan
nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak
Morgagni.Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif.Cairan /
protein lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi
dalam bola mata karena di anggap sebagai benda asing.Akibatnya dapat
timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran melalui COA kembali
terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan cairan / protein lensa itu
sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.Pasien sulit melihat
hitungan jari atau lambaian tangan dalam pemeriksaan visus.8,9
13
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Komplit Masif
lensa
Cairan Lensa Normal Bertambah (air Normal Berkurang (air+masa lensa
masuk) keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Visus (+) < << <<<
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaucoma
2.2.5 Diagnosis
a. Anamnesis
Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:
1. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang
progresif atau berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak
mengalami kemajuan dengan pin-hole.5,6
14
2. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau,
dimana tigkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas
kontras yang menurun dengan latar belakang yang terang hingga
merasa silau di siang hari atau merasa silau terhadap lampu mobil
yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang mirip pada
malam hari. Keluhan ini sering kali muncul pada penderita katarak
kortikal.5,6
3. Sensitifitas terhadap kontras
Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam
mengetahui perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang
berbeda warna, penerangan dan tempat. Cara ini akan lebih
menjelaskan fungsi mata sebagai optik dan uji ini diketahui lebih
bagus daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui
kepastuian fungsi penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator
spesifik hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh adanya
katarak.5,7
4. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan
dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan
hingga sedang. Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata
bacanya akan berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan
kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya
kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti
dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi
yang asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia
yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan
ekstraksi katarak.6,8
5. Variasi Diurnal Penglihatan
Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan
penglihatan menurun pada siang hari atau keadaan terang dan
membaik pada senja hari, sebaliknya paenderita katarak kortikal
15
perifer kadang-kadang mengeluhkan pengelihatan lebih baik pada
sinar terang dibanding pada sinar redup.6,8
6. Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi
tampak tumpul atau bergelombang.5,7
7. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang
terlihat disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan
dengan halo pada penderita glaukoma.6,7
8. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler
dari lensa yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang
dibedakan dengan diplopia binocular dengan cover test dan pin-
hole.6,7
9. Perubahan persepsi warna
Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan
perubahan persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih
kekuningan atau kecoklatan dibanding warna sebenarnya.6,7
10. Bintik hitam
Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak
bergerak-gerak pada lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan
pada retina atau badan vitreous yang sering bergerak-gerak.6,7
b. Pemeriksaan Fisik
16
2. Miopisasi
2.2.6 Tatalaksana
17
Gambar 9 Teknik ICCE
b. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
ECCE adalah tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior
sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan.
Dengan teknik ini diperlukan sayatan kornea cukup panjang (10-11 mm),
agar dapat mengeluarkan inti lensa secara utuh, kemudian sisa lensa
dilakukan aspirasi. Lensa mata yang telah diambil, digantikan dengan
lensa tanam permanen. Diakhiri dengan menutup luka dengan beberapa
jahitan.7,9
18
Gambar 10 Teknik ECCE
c. Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi adalah teknik dengan membongkar dan
memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat
kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Teknik fakoemulsifikasi memakan waktu
20 - 30 menit dan hanya memerlukan pembiusan topikal/tetes mata selama
operasi. Getaran ultrasonic (antara 27.000 Hz dan 60.000 Hz) akan
digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phaco akan
menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa
intra okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena
insisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan serta akan pulih dengan
sendirinya. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongengital, traumatik, dan
19
kebanyakan katarak senilis. Namun kurang efektif untuk katarak senilis
padat.7,9
2.2.7 Komplikasi
Meskipun operasi merupakan tindakan yang efektif untuk mengatasi
kebutaan akibat katarak, hal ini tidak membuatnya terbebas dari komplikasi pasca
operasi. Oleh karena itu, perlu untuk mengamati pasien katarak pasca operasi
secara berkala. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi:9,10,11
1. Edema Kornea
Udem pada lapisan stromar atau epitelial mungkin terjadi segera seralah
operasi. Isiden ini lebih sering terjadi pada mata yang sudah memiliki
kelainan endotelial seperti Fuch Dystropi. Edema kornea sering terjadi
akibat kombinasi dari trauma mekanik, operasi yang lama dan peningkatan
tekanan intar okular.
Edema pasca operasi biasanya sembuh sempurna selama 4-6 minggu setelah
operasi. Jika terjadi edema kornea aibat peningkatan tekanan intar okular
maka dilakuakan parasintesis.10
2. Sindrom Brown McLean
Sindrom Brown McLean mungkin terjadi setelah operasi katarak yang
terdiri dari adanya edema pada perifer kornea dengan bagian sentral kornea
yang bersih. Keadaan ini sering terjadi pada Intra Capsular Cataract
Extraction (ICCE), namun juga pernah dilaporkan terjadi pada kasus Extra
Capsular Cataract Extraction (ECCE) dan fakoemulsifikasi.10
20
3. Lepasnya membran descement
Terlepasnya membran descement terjadi akibat pembengkakan stromal dan
epitel yang terletak didaerah detachment atau perlengkatan. Komplikasi ini
terjadi ketia alat operasi atau IOL dimasukkan secara kasar atau ketika
cairan masuk diantara stroma kornea dan membran descment.10
4. Glaukoma
Glaukoma yang dapat terjadi karena proses fakolitik, fakotopik,
9,10
fakotoksik.
Fakolitik
Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa akan keluar
yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul
lensa. Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior
akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi
merabsorbsi substansi lensa tersebut. Tumpukan akan menutup sudut
kamera okuli anterior sehingga timbul glaukoma.
Fakotopik
Fakotoksik
Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata
sendiri (auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul
uveitis, yang kemudian akan menjadi glaukoma.
2.2.8 Prognosis
Sebuah penelitian mendapatkan hasil bahwa semakin tua usia terjadi katarak
maka hasil ketajaman penglihatan yang didapatkan juga semakin berkurang
setelah ekstraksi katarak baik intrakapsular maupun ekstrakapsular. Penurunan
ketajaman penglihatan seiring dengan bertambahnya usia setelah ICE dan ECCE
21
mungkin berhubungan dengan perubahan secara anatomi maupun neural ocular
yang menyertai penuaan. Hal ini termasuk penebalan kornea dengan penyebaran
jumlah dari cahaya ekstra yang terpecah yang masuk ke dalam mata yang
mengalami penuaan, yang ditandai dengan mengecilnya pupil yang mengurangi
jumlah cahaya yang masuk yang diterima mata pada lanjut usia, meningkatnya
detachment vitreous posterior yang mengakibatkan penglihatan menjadi kabur dan
mengalami distorsi gambar, yang juga diakibatkan oleh berkurangnya sel retina,
berkurangnya sel neuron pada jaras penglihatan dan berkurangnya waktu reaksi
terhadap stimulasi cahaya pada neuron yang mengalami penuaan. Kombinasi
perubahan secara anatomi dan neural inilah yang mempengaruhi kurangnya tajam
penglihatan seiring bertambahnya usia8,9.
2.2.9 Pencegahan
22
BAB 3
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
24