Anda di halaman 1dari 24

Clinical Science Session

Katarak Senilis

Oleh :

Suci Ramadhani P 1840312452

Rayhan Muhammad Izzaturahman 1940312121

Hamdani Alfian 1940312117

Preseptor :

Dr. dr. Hendriati, Sp.M (K)

Bagian Ilmu Kesehatan Mata


RSUP Dr. M. Djamil Padang
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasilensa,
denaturasi protein lensa, ataupun keduanya. Kekeruhan ini dapatmengganggu jalannya
cahaya yang melewati lensa sehingga pandangan dapatmenjadi kabur hingga hilang
sama sekali. Penuaan merupakan penyebab katarak paling banyak, tetapi banyak juga
faktor lain yang mungkin terlibat, antara lainseperti trauma, toksin, penyakit sistemik,
merokok, dan herediter. Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam terbentuknya
katarak, antara lain kerusakan oksidatif (proses radikal bebas), sinar ultraviolet, dan
malnutrisi.1
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak 17 juta populasi
dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak danmenjelang tahun 2020,
angka ini akan meningkat menjadi 40 juta populasi. Katarak yang paling sering terjadi
adalah katarak senilis yaitu kekeruhanlensa yang terjadi pada usia diatas 40 tahun. Pada
berbagai studi dilaporkan prevalensi katarak pada individu berusia diatas 65-74 tahun
adalah sebanyak 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu diatas 75
tahun.1,2
Katarak dapat menyebabkan berbagai komplikasi bahkan sampaimenyebabkan
kebutaan, prevalensi kebutaan di dunia sebesar 0,7% dengan penyebab katarak
39%,kelainan refraksi 18% dan glaukoma 10%. Katarak merupakan masalah
penglihatan yang serius karena dapat menyebabkankebutaan.1,2
Pengobatan pada katarak adalah tindakan pembedahan.Setelah pembedahan, lensa
diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraokular. Dengan
peningkatan pengetahuan mengenai katarak, penatalaksanaansebelum, selama, dan post
operasi, diharapkan penanganan katarak dapat lebihdiperluas sehingga prevalensi
kebutaan di Indonesia dapat diturunkan.1,2
1.2 Batasan Masalah
Penulisan ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis,
manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana, prognosis, dan pencegahan pada katarak
senilis.

2
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk lebih memahami mengenai definisi, epidemiologi,
etiologi, patogenesis, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan,
komplikasi, prognosis dan pencegahan pada katarak senilis.
1.4 Metode Penulisan
Penulisan ini disusun dengan menggunakan metode tinjauan kepustakaan yang
merujuk kepada berbagai literatur, termasuk buku teks dan makalah ilmiah.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa


2.1.1 Anatomi lensa

Lensa mata berbentuk bikonveks dan transparan, dengan diameter 9 mm,


dan tebal sekitar 5 mm. Lensa terdiri dari kapsul, zonula Zinn, epitelium, korteks
dan nukleus. Anterior lensa berhubungan dengan humor aqueous, ke posterior
berhubungan dengan corpus vitreus.Di posterior iris, lensa digantung pada
prosesus siliaris oleh zonula Zinii (ligamentum suspensorium lentis), yang
melekat pada ekuator lensa, serta menghubungkannya dengan corpus
siliare.Zonula Zinii berasal dari lamina basal epitel tidak berpigmen prosesus
siliare. Zonula Zinii melekat pada bagian ekuator kapsul lensa, 1,5 mm pada
bagian anterior dan 1,25 pada bagian posterior.3 Lensa tidak memiliki perdarahan
dan inervasi setelah perkembangan fetal, kebutuhan metabolik dan hasil buangan
bahan sisa bergantung pada aquoes humour.4

Gambar 1. Anatomi mata

Permukaan lensa pada bagian posterior lebih cembung daripada permukaan


anterior. Lensa diliputi oleh kapsula lentis, yang bekerja sebagai membran
semipermeabel, yang dapat dilewati air dan elektrolit sebagai sumber nutrisi. Di
bagian anterior terdapat epitel subkapsuler sampai ekuator. Epitel subkapsuler ini

4
berperan dalam proses metabolisme dan menjaga sistem normal dari aktivitas sel,
termasuk biosintesa dari DNA, RNA, protein dan lipid.3,5

Substansi lensa terdiri dari nukleus dan korteks, yang terdiri dari lamel-
lamel panjang yang konsentris.Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya.
Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi,
sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus
dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang.Tiap serat
mengandung inti yang pipih dan terdapat di bagian pinggir lensa dekat ekuator,
yang berhubungan dengan epitel subkapsuler.Serat-serat ini saling berhubungan di
bagian anterior.Garis-garis persambungan yang terbentuk dengan persambungan
lamellae ini ujung-ke-ujung berbentuk {Y} bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk
{Y} ini tegak di anterior dan terbalik di posterior (huruf Y yang terbalik).3

Gambar 2. Struktur lensa

Gambar 3. Sutura Y

5
Lensa manusia normal terdiri dari sekitar 66% air, sekitar 33% protein
(kandungan protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit
mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Protein lensa terdiri dari water
soluble dan water insoluble.Water soluble merupakan protein intraseluler yang
terdiri dari alfa (α), beta (β) dan delta (δ) kristalin, sedang yang termasuk dalam
water insoluble adalah urea soluble. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa
daripada di kebanyakan jaringan lain.4

Gambar 4. Biokimia lensa

2.1.2 Fisiologi Lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.Agar


dapat memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris berelaksasi,
menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa.Daya
refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya terfokus ke retina.Untuk
memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga
tegangan zonula berkurang.Kapsul lensa yang elastik kemudian membuat lensa
menjadi lebih sferis.Integrasi fisiologis antara korpus siliaris, zonula, dan lensa
untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring
dengan pertambahan usia, kemampuan akomodasi lensa perlahan-lahan
berkurang.5

Fungsi lain lensa adalah menjaga kejernihan lensa itu sendiri. Hal ini diatur
melalui keseimbangan air dan elektrolit. Karena transparansi lensa sngat

6
tergantung kepada komponen structural dan makromolekular lensa, gangguan
dalam hidrasi sel dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa.6

2.2 Katarak Senilis


2.2.1 Definisi Katarak
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa menjadi keruh
akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa. Katarak menyebabkan
penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena cahaya sulit mencapai retina dan
akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Biasanya kekeruhan
mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama

2.2.2 Epidemiologi
Kurang lebih 300.000 - 400.000 katarak terjadi setiap tahun di Amerika
Serikat, Dalam studi Framingham Eye 1973-1975, katarak senilis terlihat pada
15,5% dari 2477 pasien yang diperiksa. Pada kelompok usia 75 tahun dan lebih
tua, katarak inti, korteks, dan katarak posterior subkapsular ditemukan di 65,5%.
Katarak senilis terus menjadi penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan
di dunia.Setidaknya 5-10.000.000 kejadian katarak ditemukan setiap tahun.
Menurut data diperkirakan bahwa 1,2% dari seluruh penduduk Afrika mengalami
kebutaan, dan 36% nya disebabkan oleh katarak.2,3
Tahun 2002 WHO memprediksi bahwa katarak sebagai penyebab kebutaan
yang dapat disembuhkan pada 17 juta (47,8%) dari 37 juta kebutaan di seluruh
dunia, yang diprediksi meningkat mencapai 40 juta pada tahun 2020.2

2.2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya katarak bermacam - macam. Umumnya adalah
disebabkan oleh usia lanjut (katarak senil), tetapi dapat terjadi secara kongenital
akibat infeksi virus di masa pertumbuhan janin, genetik, dan gangguan
perkembangan. Dapat juga terjadi karena traumatik, dan kelainan sistemik atau
metabolik, seperti diabetes mellitus, galaktosemia.3
Penyebab katarak senilis belum diketahu secara pasti namun ada beberapa
teori yang menyebabkan terjadi katarak senilis yaitu:4

7
1. Teori putaran bologik ( Umur)
Dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yang
mengakibatkan kerusakan sel. Efek akumulasi dari berbagai macam faktor
lingkungan (sinar cahaya matahari, radiasi sinar X, toksin, metal, steroid,
obat-obatan) menyebabkan katarak senilis. Perubahan ekspresi gen
menghasilkan perubahan enzim, faktor pertumbuhan dan level protein.
Protein modifikasi, oksidasi, agregasi dan fase pemisahan, pembentukan
barier nukleus, peningkatan proteolytik metabolisme kalsium yang
tergangu merupakan faktor yang penting dalam timbulnya katarak.
2. Teori “A free radical”
a. Free radical dengan molekul normal mengakibatkan degenerasi
b. Free radical dapat dinetralisir oleh antioksidan dan vitamin E
3. Teori “A Cross-Link”
Ahli biokimia mengatakan terjadi peningkatan bersilang asam nukleat dan
molekul protein sehingga menggangu fungsi.
Pada usia lanjut akan terjadi perubahan pada lensa yaitu:4
a. Kapsul
- Menebal dan kurang elastis
- Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
- Terlihat bahan granular

b. Epitel
- Makin tipis
- Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
- Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
c. Serat lensa
- Lebih irregular
- Pada korteks jelas kerusakan serat lensa
- Nuklues makin besar dan sklerotik.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya katarak antara lain faktor
genetik, nutrisi, antioksidan, sinar matahari dan irradiasi, merokok dan alkohol
dan faktro lainnya.6,7

8
2.2.3 Patogenesis dan Patofisiologi
Katarak senilis memiliki patofisiologi yang rumit dan tak sepenuhnya dapat
dimengerti. Patogonesis katarak bersifat multifaktorial, melibatkan interaksi yang
kompleks antara bermacam – macam proses fisiologis, disertai dengan faktor
lingkungan, genetic, sistemik serta gizi.5
Seiring dengan bertambahnya usia, maka terjadi perubahan pada lensa.
Berat dan ketebalan lensa bertambah, namun daya akomodasinya berkurang.
Seiring bertambahnya lapisan korteks dengan pola yang konsentris, nukleus
sentral tertekan dan mengeras dalam sebuah proses yang dikenal dengan nuclear
sclerosis.5
Berbagai mekanisme memiliki andil dalam penurunan transparansi lensa
secara progresif.Epitel lensa mengalami apoptosis dalam laju yang rendah, namun
mengganggu homeostasis dan pembentukan sel serat pada lensa, sehingga
mengurangai transparansi lensa.Kerusakan oksidatif juga terjadi pada lensa secara
progresif disebabkan oleh penuaan. Banyak studi menunjukkan peningkatan
produk oksidasi dan penurunan antioksidan yang menunjukkan pentingnya peran
proses oksidatif dalam pembentukan katarak.7
Mekanisme lain yang terlibat adalah terjadinya penurunan suplai air,
metabolit, nutrisi dan antioksidan ke dalam sel – sel epitel lensa mata. Perubahan
molekuler juga terjadi pada protein sitoplasma sel lensa, dari protein larut air
dengan berat molekul rendah menjadi protein larut air dengan berat molekul
tinggi, fase insoluble hingga pembentukan matriks membrane-protein. Perubahan
pada protein ini menimbulkan fluktuasi pada indeks bias lensa, menyebarkan
cahaya yang masuk, dan mengurangi transparansi. Faktor lain yang perlu diteliti
lagi dalam proses pembentukan katarak adalah faktor nutrisi, terutama
keterlibatan glukosa, mineral dan vitamin.7,8

9
2.2.4 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis
Katarak memiliki manifestasi klinis yang berbeda berdasarkan
karakteristiknya masing – masing.
1. Katarak Nuklear
Katarak nuclear memiliki karakteristik berupa pengerasan nukleus
lensa (sklerosis nuklear).Karena nukleus lensa mengeras, seringkali terjadi
peningkatan daya refraksi lensa pada pasien dengan katarak nuklear. Hal ini
menjelaskan kenapa pasien yang memerlukan kacamata untuk membaca,
merasa tidak memerlukannya lagi ketika katarak sclerosis nuclear terbentuk
(second sight phenomenon).5
Gejala :
 Second sight phenomenon
 Perburukan myopia
 Buruknya penglihatan dalam gelap
 Berkurangnya kemampuan untuk membedakan warna
 Silau (tidak begitu menonjol)
 Diplopia monokuler

Gambar 5. Katarak nuclear

10
2. Katarak Kortikal
Katarak kortikal terjadi apabila bagian dari serat lensa yang
mengelilingi nukleus (korteks) mengalami kerusakan.Pengaruhnya terhadap
penglihatan berhubungan dengan jarak pengaburan dengan aksis
penglihatan.5
Gejala :
 Silau (terutama pada malam hari saat berkendara)
 Pengurangan visus untuk jarak dekat dan jauh
 Pengurangan sensitivitas kontras

Gambar 6. Katarak kortikal

3. Katarak Subkapsular Posterior


Pengaburan pada katarak subkapsular posterior terletak pada lapisan
korteks yang paling posterior, tepat dibawah kapsul lensa.Katarak ini lebih
sering terjadi pada pasien yang lebih muda dibandingkan katarak nuclear
ataupun kortikal. Progresivitas bervariasi, namun seringkali lebih cepat
dibandingkan katarak lain.4,6
Gejala :
 Penurunan penglihatan secara tiba – tiba
 Silau
 Kesulitan melihat jarak dekat daripada melihat jauh

11
Gambar 7. Katarak subkapsuler posterior

Manifestasi klinis juga berbeda dalam tiap stadium katarak senilis:4,6

1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-
bercak yang membentuk gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih di
antaranya.Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan
posterior.Kekeruhan ini pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang
menetap untuk waktu yang lama.7
Pasien mengeluhkan keluhan penglihatan, namun memiliki
pemeriksaan visus menunjukkan pasien masih dapat membaca di 5/5.
Kekeruhan lensa dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan slit lamp.7
2. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum
mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang
jernih pada lensa.Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya
tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang
mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke

12
depan, mengakibatkan bilik mata dangkal sehingga terjadi glaukoma
sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahdow test, maka akan
terlihat bayangan iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).
Pemeriksaan visus menunjukkan pasien dapat membaca di atas 5/50.8
3. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses
degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama
hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal.
Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat
bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negatif.Visus pasien lebih buruk dari 5/50.8,9
4. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang
mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa
menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut
disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak
dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan sekantong susu dengan
nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak
Morgagni.Uji bayangan iris memberikan gambaran pseudopositif.Cairan /
protein lensa yang keluar dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi
dalam bola mata karena di anggap sebagai benda asing.Akibatnya dapat
timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena aliran melalui COA kembali
terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan cairan / protein lensa itu
sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.Pasien sulit melihat
hitungan jari atau lambaian tangan dalam pemeriksaan visus.8,9

13
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Komplit Masif
lensa
Cairan Lensa Normal Bertambah (air Normal Berkurang (air+masa lensa
masuk) keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Visus (+) < << <<<
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaucoma

Gambar 8. Stadium katarak

2.2.5 Diagnosis

Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


penunjang yang lengkap.

a. Anamnesis
Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:
1. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang
progresif atau berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak
mengalami kemajuan dengan pin-hole.5,6

14
2. Penglihatan silau
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau,
dimana tigkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas
kontras yang menurun dengan latar belakang yang terang hingga
merasa silau di siang hari atau merasa silau terhadap lampu mobil
yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang mirip pada
malam hari. Keluhan ini sering kali muncul pada penderita katarak
kortikal.5,6
3. Sensitifitas terhadap kontras
Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam
mengetahui perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang
berbeda warna, penerangan dan tempat. Cara ini akan lebih
menjelaskan fungsi mata sebagai optik dan uji ini diketahui lebih
bagus daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui
kepastuian fungsi penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator
spesifik hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh adanya
katarak.5,7
4. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan
dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan
hingga sedang. Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata
bacanya akan berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan
kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya
kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti
dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi
yang asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia
yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan
ekstraksi katarak.6,8
5. Variasi Diurnal Penglihatan
Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan
penglihatan menurun pada siang hari atau keadaan terang dan
membaik pada senja hari, sebaliknya paenderita katarak kortikal

15
perifer kadang-kadang mengeluhkan pengelihatan lebih baik pada
sinar terang dibanding pada sinar redup.6,8
6. Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi
tampak tumpul atau bergelombang.5,7
7. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang
terlihat disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan
dengan halo pada penderita glaukoma.6,7
8. Diplopia monokuler
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler
dari lensa yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang
dibedakan dengan diplopia binocular dengan cover test dan pin-
hole.6,7
9. Perubahan persepsi warna
Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan
perubahan persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih
kekuningan atau kecoklatan dibanding warna sebenarnya.6,7
10. Bintik hitam
Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak
bergerak-gerak pada lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan
pada retina atau badan vitreous yang sering bergerak-gerak.6,7

b. Pemeriksaan Fisik

1. Penurunan ketajaman penglihatan

Katarak sering kali berkaitan dengan terjadinya penurunan


ketajaman penglihatan, baik untuk melihat jauh maupun dekat. Ketajaman
penglihatan dekat lebih sering menurun jika dibandingkan dengan
ketajaman pengihatan jauh, hal ini mungkin disebabkan adanya daya
konstriksi pupil yang kuat. Penglihatan menurun tergantung pada derajat
katarak. Katarak imatur dari sekitar 6/9-1/60; pada katarak matur hanya
1/300-1/~.5,6

16
2. Miopisasi

Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan


dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga
sedang. Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan
berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun setelah
sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman
ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik
nuklear. Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa
menyebabkan anisometropia yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan
cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.5,6

2.2.6 Tatalaksana

Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan


bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga menganggu
pekerjaan sehari-hari atau bila katarak ini menimbulkan penyulit seperti glaukoma
dan uveitis.7,8
Ada beberapa teknik dalam pembedahan katarak, yaitu:
a. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan sebuah lensa bersama
kapsulnya. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake
dan dipindahkan dari mata melaluin incise korneal superior yang lebar.
Sekarang metode ini hanya dilakukan pada keadaan lensa subluksatio dan
dislokasi.. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun yang msih mempunyai ligament hialoidea
kapsular. Penyulit yang dapat terjadi padapembedahan ini astigmatisme,
glaucoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.7,9

17
Gambar 9 Teknik ICCE
b. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
ECCE adalah tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior
sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan.
Dengan teknik ini diperlukan sayatan kornea cukup panjang (10-11 mm),
agar dapat mengeluarkan inti lensa secara utuh, kemudian sisa lensa
dilakukan aspirasi. Lensa mata yang telah diambil, digantikan dengan
lensa tanam permanen. Diakhiri dengan menutup luka dengan beberapa
jahitan.7,9

18
Gambar 10 Teknik ECCE

Pelaksanaan prosedur ini tergantung pada ketersediaan alat, kemampuan


ahli bedah, dan densitas nukleus. Kontraindikasi ECCE adalah adanya
subluksasi dan dislokasi lensa. Prosedur ECCE memerlukan keutuhan dari
zonular untuk pengeluaran nukleus dan materi kortikal lainnya. Oleh karena
itu, ketika zonular tidak utuh pelaksanaan prosedur ECCE harus difikirkan
lagi.9

c. Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi adalah teknik dengan membongkar dan
memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat
kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Teknik fakoemulsifikasi memakan waktu
20 - 30 menit dan hanya memerlukan pembiusan topikal/tetes mata selama
operasi. Getaran ultrasonic (antara 27.000 Hz dan 60.000 Hz) akan
digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phaco akan
menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa
intra okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena
insisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan serta akan pulih dengan
sendirinya. Teknik ini bermanfaat pada katarak kongengital, traumatik, dan

19
kebanyakan katarak senilis. Namun kurang efektif untuk katarak senilis
padat.7,9

Gambar 11 Teknik Fakoemulsifikasi

2.2.7 Komplikasi
Meskipun operasi merupakan tindakan yang efektif untuk mengatasi
kebutaan akibat katarak, hal ini tidak membuatnya terbebas dari komplikasi pasca
operasi. Oleh karena itu, perlu untuk mengamati pasien katarak pasca operasi
secara berkala. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi:9,10,11
1. Edema Kornea
Udem pada lapisan stromar atau epitelial mungkin terjadi segera seralah
operasi. Isiden ini lebih sering terjadi pada mata yang sudah memiliki
kelainan endotelial seperti Fuch Dystropi. Edema kornea sering terjadi
akibat kombinasi dari trauma mekanik, operasi yang lama dan peningkatan
tekanan intar okular.
Edema pasca operasi biasanya sembuh sempurna selama 4-6 minggu setelah
operasi. Jika terjadi edema kornea aibat peningkatan tekanan intar okular
maka dilakuakan parasintesis.10
2. Sindrom Brown McLean
Sindrom Brown McLean mungkin terjadi setelah operasi katarak yang
terdiri dari adanya edema pada perifer kornea dengan bagian sentral kornea
yang bersih. Keadaan ini sering terjadi pada Intra Capsular Cataract
Extraction (ICCE), namun juga pernah dilaporkan terjadi pada kasus Extra
Capsular Cataract Extraction (ECCE) dan fakoemulsifikasi.10

20
3. Lepasnya membran descement
Terlepasnya membran descement terjadi akibat pembengkakan stromal dan
epitel yang terletak didaerah detachment atau perlengkatan. Komplikasi ini
terjadi ketia alat operasi atau IOL dimasukkan secara kasar atau ketika
cairan masuk diantara stroma kornea dan membran descment.10
4. Glaukoma
Glaukoma yang dapat terjadi karena proses fakolitik, fakotopik,
9,10
fakotoksik.

 Fakolitik

Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa akan keluar
yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul
lensa. Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior
akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi
merabsorbsi substansi lensa tersebut. Tumpukan akan menutup sudut
kamera okuli anterior sehingga timbul glaukoma.

 Fakotopik

Berdasarkan posisi lensa. Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke


depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor
aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan
intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma

 Fakotoksik

Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata
sendiri (auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul
uveitis, yang kemudian akan menjadi glaukoma.

2.2.8 Prognosis

Sebuah penelitian mendapatkan hasil bahwa semakin tua usia terjadi katarak
maka hasil ketajaman penglihatan yang didapatkan juga semakin berkurang
setelah ekstraksi katarak baik intrakapsular maupun ekstrakapsular. Penurunan
ketajaman penglihatan seiring dengan bertambahnya usia setelah ICE dan ECCE

21
mungkin berhubungan dengan perubahan secara anatomi maupun neural ocular
yang menyertai penuaan. Hal ini termasuk penebalan kornea dengan penyebaran
jumlah dari cahaya ekstra yang terpecah yang masuk ke dalam mata yang
mengalami penuaan, yang ditandai dengan mengecilnya pupil yang mengurangi
jumlah cahaya yang masuk yang diterima mata pada lanjut usia, meningkatnya
detachment vitreous posterior yang mengakibatkan penglihatan menjadi kabur dan
mengalami distorsi gambar, yang juga diakibatkan oleh berkurangnya sel retina,
berkurangnya sel neuron pada jaras penglihatan dan berkurangnya waktu reaksi
terhadap stimulasi cahaya pada neuron yang mengalami penuaan. Kombinasi
perubahan secara anatomi dan neural inilah yang mempengaruhi kurangnya tajam
penglihatan seiring bertambahnya usia8,9.

2.2.9 Pencegahan

Katarak senilis dapat dicegah dengan menghindari berbagai macam faktor


resiko sepereti mengontrol penyakit metabolik, tidak terpapar sinar matahari
langsung, tidak merokok karena merokok meningkatkan radikal bebas dalam
tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah, pola makan yang sehat,
memperbanyak konsumsi buah dan sayur, vitamin. C, vitamin E, serta vitamin
A.10

22
BAB 3
KESIMPULAN

1. Diagnosis katarak senilis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan


oftalmologis. Pemeriksaan oftalmologis yang dapat dilakukan di
antaranya adalah pemeriksaan visus, lapangan pandang, tekanan
intraokular palpasi, shadow test, dan funduskopi.

2. Tatalaksana terhadap katarak senilis dibedakan menjadi tatalaksana non-


surgikal dan surgikal, namun ekstraksi lensa merupakan tatalaksana
definitif untuk katarak senilis dan tersebut dapat dicapai melalui prosedur
ekstraksi katarak intra kapsular (EKIK), ekstraksi katarak ekstra kapsular
(EKEK), fakoemulsifikasi, ataupun SICS, setelah itu dilakukan
implantasi lensa okular (IOL).

23
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophtalmology. 2008-2009. Lens and Cataract. San


Fransisco: AAO.
2. American Academy of Ophtalmology. 2011. Cataract in the Adult Eye. San
Fransisco: AAO
3. Ocampo VVD. 2016. Medscape Clinical Reference.
http://emedicine.medscape.com/ article/ 1210914-overview . Diakses April
2020
4. Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ke-3. Cetakan ke-8. Jakarta:Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010.
5. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Opthalmology: A Systemic Approach. Edisi ke-
7. Cina: Elsevier. 2011.
6. Vaughan DG, Asbury T, Riorda P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta : Idya
Medika. 2000; 175-184.
7. Skuta GL, Cantor LD, Cioffi GA. Lens and Cataract.American Academy of
Opthalmology.Sans Fransisco: 2013;5-38.
8. Wijana NSD. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6.Abadi Tegal. Jakarta: 1993;
190-196.
9. Vicente Victor D Ocampo, 2017. Senile Cataract (Age- Related Cataract).
Department of Opthalmology, Asian Hospital and Medical Center, Philiphines
10. Sreelakshmi V dan Abraham A. Age Related of Senilis Cataract : Pathology,
Mechanism and Management, Austin J Clin Opthalmol. 2016; 3(2): 1067
11. Idu F, K dan Ajati O, B. Prognosis of Senile Cataract Extraction With
Increasing Age.Vol 10. Departement of Optometry, University of Benin,
Benin City, Edo Stase, Nigeria. JNOA, 2003

24

Anda mungkin juga menyukai