Daftar Isi...................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Lensa................................................................ 3
2.1.1 Struktur Anatomi Lensa.............................................................. 3
2.1.2 Komposisi Kimia Lensa.............................................................. 4
2.1.3 Fisiologi Lensa............................................................................ 5
2.2 Katarak Senilis...................................................................................... 5
2.2.1 Definisi Katarak Senilis............................................................... 5
2.2.2 Epidemiologi Katarak Senilis...................................................... 6
2.2.3 Etiologi Katarak Senilis............................................................... 6
2.2.4 Patogenesis Katarak Senilis......................................................... 7
2.2.5 Klasifikasi Katarak Senilis.......................................................... 7
2.2.6 Manifestasi Klinis Katarak Senilis.............................................. 10
2.2.7 Diagnosis Katarak Senilis............................................................ 11
2.2.8 Diagnosis Banding Katarak Senilis............................................. 11
2.2.9 Pengobatan Katarak Senilis......................................................... 12
2.2.10 Komplikasi Katarak Senilis......................................................... 13
2.2.11 Prognosis..................................................................................... 13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................... 14
3.2 Saran .....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Tulisan ini membahas tentang definisi, etiologi, klasifikasi, faktor risiko
patogenesis, gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis
dari katarak senilis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 2.1 Anatomi Lensa
4
2.1.3 Fisiologi Lensa
Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:1
1. Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi
untuk menjadi cembung
2. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,
3. Terletak ditempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous
body dan berada di sumbu mata.
5
lensa baik di korteks, nuklearis tanpa diketahui penyebabnya dengan jelas, dan
muncul mulai usia 50 tahun.1
6
Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian,
pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang
menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan
protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau
coklat.6
Berdasarkan usia lensa, terjadi peningkatan berat dan ketebalan serta
menurunnya kemampuan akomodasi. Sebagai lapisan baru serat kortical
berbentuk konsentris, akibatnya nucleus dari lensa mengalami penekanan dan
pergeseran (nucleus sclerosis). Cristalisasi (protein lensa) adalah perubahan yang
terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-molecular-
weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba mengalami fluktuasi
refraktif index pada lensa, cahaya yang menyebar, penurunan pandangan.
Modifikasi kimia dari protein nucleus lensa juga menghasilkan progressive
pigmentasi. Perubahan lain pada katarak terkait usia pada lensa termasuk
menggambarkan konsentrasi glutatin dan potassium dan meningkatnya
konsentrasi sodium dan calcium. Temuan tambahan mungkin berupa vesikel di
antara serat-serat lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang
menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga turut berperan dalam terbentuknya
katarak antara lain, kerusakan oksidatif (dari proses radikal bebas), sinar
ultraviolet dan malnutrisi.6,12
7
refraksi lensa, katarak nuclear menyebabkan myopia lentikular dan kadang-
kadang menimbulkan fokal point kedua di dalam lensa yang menyebabkan
diplopia monocular.
b. Kortical katarak
Pada katarak kortikal terjadi penyerapan air sehingga lensa menjadi
cembung dan terjadi miopisasi akibat perubahan indeks refraksi lensa. Pada
keadaan ini penderita seakan-akan mendapatkan kekuatan baru untuk melihat
dekat pada usia yang bertambah.
Katarak nuclear sering dihubungkan dengan perubahan pada kortek lensa.
Ini penting untuk dicatat bahwa pasien dengan katarak kortikal cenderung untuk
hyperopia dibandingkan dengan pasien dengan katarak nuclear.
Beberapa perubahan morfologi yang akan terlihat pada pemeriksaan slip-
lamp dengan midriasis maksimum:
Vacuoles: akumulasi cairan akan terlihat sebagai bentuk vesicle cortical
sempit yang kecil. Sisa vacuoles kecil dan meningkat jumlahnya.
Water fissure: pola rarial dari fissure yang terisi cairan yang akan terlihat
diantara fiber.
Lamella yang terpisah: tidak sesering water fissureI, ini berisi suatu zona
cairan diantara lamella (biasanya antara lamella clear dan fiber kortikal).
Cuneiform cataract: ini sering ditemukan dengan opaksitas radier dari
lensa peripheral seperti jari-jari roda.
8
antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (beda morgagni)
pada katarak insipien.
2. Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat
lensa yang degeneratif menyerap air. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya bertambah, yang
akan memberikan miopisasi
3. Katarak imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Merupakan katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Volume lensa bertambah akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan degeneratif lensa. Pada keadaan
lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga
terjadi glaukoma sekunder
4. Katarak matur
Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Kekeruhan
ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur tidak dikeluarkan, maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa
kembali pada ukuran normal dan terjadi kekeruhan lensa yang lama
kelamaan akan mengakibatkan kalsifikasi lensa pada katarak matur. Bilik
mata depan berukuran dengan kedalaman normal kembali, tidak terdapat
bayangan iris pada shadow test, atau disebut negatif.
5. Katarak hipermatur
Merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi
keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning
dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan terlihat lipatan
kapsul lensa. Kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan
dengan zonula zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berlanjut disertai
dengan penebalan kapsul, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak
dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong
susu disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena
lebih berat, keadaan tersebut dinamakan katarak morgagni.1,6,12
9
Gambar 2.2 Nukleus yang berwarna coklat sudah turun di dalam kortek yang mencair
10
penggumpalan protein sehingga penderita mengeluh melihat terhalang
kabut atau bayangan seperti awan.
11
- Katarak Matur dengan Leukokoria
Pada Leukokoria melalui pemeriksaan slitlamp lensa terlihat bening
dengan refleks pantulan berwarna putih di belakang lensa dan pada
pemeriksaan USG ditemukan adanya pemadatan di vitreous.14
4. Phacoemulsification
Teknik ini menggunakan gelombang ultrasonik yang dipancarkan
untuk memecah nukleus yang mengalami katarak. Setelah dihancurkan,
dapat diekstraksi melalui insisi yang berukuran 3-5 mm sehingga kondisi
12
intraoperasi lebih terkendali dan menghindari penjahitan serta
penyembuhan pasca operasi lebih cepat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
13
- Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau
terjadi akibat kedua-duanya.
- Katarak yang terjadi akibat proses penuaan dan bertambahnya umur
disebut katarak senilis. Katarak senilis adalah kekeruhan lensa baik di
korteks, nuklearis tanpa diketahui penyebabnya dengan jelas, dan muncul
mulai usia 50 tahun.
- Faktor terpenting yang mempengaruhi terjadinya kekeruhan lensa pada
katarak senilis adalah usia
- Patogenesis dari katarak senilis yaitu adanya perubahan protein lensa yang
mengakibatkan fluktuasi refraktif index pada lensa, cahaya yang
menyebar, penurunan pandangan.
- Tiga jenis umum katarak yaitu nuleus, cortical, dan posterior subcapsular.
Berdasarkan stadiumnya katarak senilis dibagi menjadi insipien, imatur,
intumesen, matur, immatur, dan morgagni.
- Gejala klinis katarak senilis yaitu penurunan visus dan penderita mengeluh
melihat terhalang kabut atau bayangan seperti awan.
- Tatalaksana katarak senilis yaitu berupa tindakan pembedahan,
diantaranya ICCE, ECCE, SICS, dan Phacoemulsification
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. 2011. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai penerbit FKUI. p.9-10,
204-16.
2. American Academy of Ophthalmology Staff. 2011-2012a. Lens and
Cataract. United State of America: American Academy of Ophthalmology.
p. 5-74
3. Obstbaum S.A. 2006. Utilization, Appropriate Care, and Quality of Life
for Patient with Cataract. J Cataract Refract Surg, 32: 1748-51
4. Unknown. 2012. Penderita Katarak Di Indonesia Tertinggi Di Asia
Tenggara. Diunduh dari: http://www.sentulcity.co.id/press-det.php?id=23.
Pada tanggal 14 Februari 2015.
5. Zorab, A. R, Straus H, Dondrea L. C, Arturo C, Mordic R, Tanaka S, et
all. (2005-2006). Lens and Cataract. Chapter 5 Pathology page 45-69.
Section 11. American Academy of Oftalmology : San Francisco.
6. Vaugan G. D, Asbury T, Eva R.P., Whitcher JP. 2010. Oftalmologi umum.
Bab.8 lensa hal 169-77. Edisi 17. Widya medika : Jakarta.
7. American Academy of Ophthalmology Staff. 2011-2012b. Fundamental
and Principles of Ophthalmology. United State of America: American
Academy of Ophthalmology. p. 273-318
8. Beebe D.C., Shui Y.B., dan Holekamp N.M. 2010. Biochemical
Mechanism of Age-Related Cataract. In: Levin L.A., Albert D.M. editors.
Ocular Disease Mechanisms and Management. Philadelphia: Saunders.p.
231-7
9. Ilyas, S. 2003 Katarak (Lensa Mata Keruh). Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
10. Resnikoff S, pascolini D, moriotti P. S, pokharel P. P. (2008) global
magnitude of visual impartment cause by uncorrected refractive error in
2004. Bulletin of World Health Organization. Volume 86. Number 1.
U.S.A.
11. Sihota R. dan Tandan R. 2007. Parson’s Diseases of The Eye. Indian:
Elsevier. p. 247-69
12. Zorab, A. R, Straus H, Dondrea L. C, Arturo C, Mordic R, Tanaka S, et
all. (2005-2006). Lens and Cataract. Chapter 5 Pathology page 45-69.
Section 11. American Academy of Oftalmology : San Francisco.
13. Khalillulah SA. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak senilis.
14. Khurana AK, editor. Comprehensive Ophthalmology. In: Diseases of the
lens. 4th Edition. New Delhi: New Age International; 2007