Disusun oleh:
Reynalda Anggriani Kresnawati Suta
1522317043
Pembimbing:
dr. H.L.M. Eddyanto, Sp.M
Salah satu gangguan penglihatan yang banyak terjadi adalah mata tua atau
presbiopia. Presbiopia akan memberikan keluhan setelah membaca berupa mata lelah,
perih dan berair.1 Gangguan presbiopia terjadi pada individu dengan usia diatas 40 tahun
yang merupakan usia produktif dalam mencari nafkah ataupun aktivitas sehari-hari.
Adanya gangguan penglihatan tersebut akan menghambat kemampuan individu dalam
mencari nafkah, kehidupan sosial dan aktivitas sehari-hari.2
Prevalensi gangguan penglihatan di seluruh dunia pada tahun 2010 adalah 285
juta orang atau 4,24% populasi, sebesar 0,58% atau 39 juta orang menderita kebutaan dan
3,65% atau 246 juta orang mengalami low vision. 65% orang dengan gangguan penglihatan
dan 82% dari penyandang kebutaan berusia 50 tahun atau lebih. Penyebab gangguan
penglihatan terbanyak di seluruh dunia adalah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi
termasuk presbiopia, diikuti oleh katarak dan glaukoma. Sedangkan penyebab kebutaan
terbanyak di seluruh dunia adalah katarak, diikuti oleh glaukoma dan Age related Macular
Degeneration (AMD).2 Pada tahun 2005, presbiopia diperkirakan menyerang 1.04 miliar
orang dari 6.5 miliar orang penduduk di seluruh dunia, dengan 410 juta orang
diklasifikasikan sebagai gangguan penglihatan akibat kurangnya koreksi dekat yang
adekuat. Insiden presbiopia sendiri cukup sulit ditentukan karena onsetnya yang lambat,
tetapi bisa dilihat bahwa insiden tertinggi presbiopia terjadi pada usia 42 hingga 44 tahun.
Studi di Amerika pada tahun 2006 menunjukkan 112 juta orang di Amerika mempunyai
kelainan presbiopia. Berdasarkan data Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 Badan
Pusat Statistik (BPS) menunjukkan peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) tahun 2017
mengalami peningkatan menjadi 70,9 tahun. Meningkatnya UHH ini menyebabkan
prevalensi kejadian presbiopia akan semakin meningkat.3
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi keadaan presbiopia yang dapat
terjadi pada siapa saja seiring bertambahnya usia adalah dengan koreksi kacamata.
Kacamata yang dapat digunakan berupa kacamata plus yang membantu membaca dengan
jarak dekat. Tersedianya sarana kesehatan yang merata diseluruh daerah dapat membantu
mengatasi masalah presbiopia. Pentingnya edukasi untuk menghindari beberapa faktor
risiko seperti penyakit sistemik, menjaga life style, mengenali tanda-tanda terjadinya
2
gannguan penglihatan presbiopia dan melakukan pemeriksaan mata sangat penting
dilakukan.2
Penulis tertarik dengan topik ini karena prevalensi presbiopia yang cukup tinggi
dan dapat terjadi pada kelompok usia di atas 40 tahun, dimana merupakan usia produktif
dapat mengganggu aktivitas seseorang, termasuk pekerjaan dan aktivitas sosialnya,
sehingga akan berdampak buruk pada kualitas hidup. Penanganan terhadap keadaan
presbiopia dapat dilakukan dengan menggunakan koreksi kacamata atau lensa kontak, kaca
pembesar dan operasi PresbyLASIK. Namun tidak semua orang dengan keadaan
presbiopia menggunakan kacamata karena beberapa faktor yaitu tidak tersedianya sarana
kesehatan yang memadai sehingga sulit untuk mendapatkan kacamata ataupun kurangnya
edukasi mengenai penanganan terhadap gangguan penglihatan presbiopia ini. Oleh karena
itu, dokter umum sebagai lini terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat perlu
mengetahui dengan baik mengenai apa tanda presbiopia, penanganan dan pentingnya
memberikan edukasi kepada masyarakat.1
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI LENSA
III. PRESBIOPIA
a. Definisi
Presbiopia merupakan keadaan dimana semakin berkurangnya kemampuan
akomodasi mata seiring dengan bertambahnya usia. Kelainan ini terjadi pada mata normal
berupa gangguan perubahan kecembungan lensa yang dapat berkurang akibat
berkurangnya elastisitas lensa sehingga terjadi gangguan akomodasi. Pada presbiopia
terjadi kekakuan lensa seiring dengan bertambahnya usia, sehingga kemampuan lensa
untuk memfokuskan bayangan saat melihat dekat. Hal tersebut menyebabkan pandangan
kabur saat melihat dekat.1
7
Gambar 3: Presbiopi
Sumber: Oftalmologi UI, 2017
b. Epidemiologi
Prevalensi presbiopi lebih tinggi pada populasi dengan usia harapan hidup yang
tinggi. Karena presbiopi berhubungan dengan usia, prevalensinya berhubungan langsung
dengan orang-orang lanjut usia dalam populsinya. Walaupun sulit untuk melakukan
perkiraan insiden presbiopi karena onsetnya yang lambat, tetapi bisa dilihat bahwa insiden
tertinggi presbiopi terjadi pada usia 42 hingga 44 tahun. Studi di Amerika pada tahun 1955
menunjukkan 106 juta orang di Amerika mempunyai kelainan presbiopi. Faktor resiko
utama bagi presbiopi adalah usia, walaupun kondisi lain seperti trauma, penyakit sistemik,
penyakit kardiovaskular, dan efek samping obat juga bisa menyebabkan presbiopi dini.3
c. Etiologi
Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat:7
- Kelemahan otot akomodasi
- Lensa mata yang tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa
d. Patofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata
karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul
sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa menjadi lebih
8
keras (sklerotik) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung, dengan demikian
kemampuan melihat dekat makin berkurang.7
e. Klasifikasi
- Presbiopi insipient yaitu tahap awal perkembangan presbiopi, dari anamnesa
didapatkan pasien memerlukan kacamata untuk membaca dekat, tapi tidak tampak
kelainan bila dilakukan tes, dan pada pasien biasanya akan menolak preskripsi
kacamata baca.
- Presbiopi fungsional yaitu amplitudo akomodasi yang semakin menurun dan akan
didapatkan kelainan ketika diperiksa.
- Presbiopi absolut yaitu peningkatan derajat presbiopi dari presbiopi fungsional, dimana
proses akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali.
- Presbiopi premature atau presbiopi praecox yaitu presbiopi yang terjadi dini sebelum
usia 40 tahun dan biasanya berhubungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, obat-
obatan.
- Presbiopi nocturnal yaitu kesulitan untuk membaca jarak dekat pada kondisi gelap
disebabkan dengan peningkatan diameter pupil.7
f. Gejala Klinis
- Setelah membaca, mata menjadi merah, berair dan sering terasa pedih. Bisa juga
disertai kelelahan mata dan sakit kepala jika membaca terlalu lama.
- Membaca dengan cara menjauhkan kertas yang dibaca karena tulisan tampak kabur
pada jarak baca yang biasa
- Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di pada kondisi cahaya
yang redup yang merupakan salah satu dari trias N. III.
- Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca karena pupil miosis saat keadaan
terang sehingga pupil lebih fokus.7
g. Diagnosis
1. Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda presbiopi
2. Pemeriksaan oftalmologi
- Visus, yaitu pemeriksaan dasar untuk mengevaluasi presbiopi dengan
menggunakan snellen chart.
- Refraksi, memeriksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan. Pasien diminta
9
untuk memperhatikan kartu Jaeger dan menentukan kalimat terkecil yang bisa
dibaca pada kartu.
- Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi termasuk pemeriksaan
duksi dan versi, cover dan uncover, tes Hirschberg.
- Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum untuk mendiagnosa
penyakit-penyakit yang bisa menyebabkan presbiopi.
- Pemeriksaan ini termasuk refleks cahaya pupil, tes konfrontasi, penglihatan warna,
tekanan intraokular, dan pemeriksaan menyeluruh tentang kesehatan segmen
anterior dan posterior dari mata dan adneksanya. Biasanya pemeriksaan dengan
ophtalmoskopi indirect untuk mengevaluasi segmen media dan posterior.1
h. Tatalaksana
- Digunakan lensa positif untuk koreksi presbiopi. Tujuan koreksi adalah untuk
mengompensasi ketidakmampuan mata untuk memfokuskan objek-objek yang dekat.
- Kekuatan lensa mata yang berkurang ditambahkan dengan lensa positif sesuai usia dan
hasil pemeriksaan subyektif sehingga pasien mampu membaca tulisan pada kartu
Jaeger 20/30
- Karena jarak biasanya 33 cm, maka adisi +3,00 D adalah lensa positif terkuat yang
dapat diberikan pada pasien. Pada kekuatan ini, mata tidak melakukan akomodasi bila
membaca pada jarak 33 cm, karena tulisan yang dibaca terletak pada titik fokus lensa
+3,00 D.1
Usia (tahun) Kekuatan Lensa Positif yang dibutuhkan
40 Tahun +1,00 D
45 Tahun +1,50 D
50 Tahun +2,00 D
55 Tahun +2,50 D
60 Tahun +3,00 D
- Selain kacamata untuk kelainan presbiopi saja, ada beberapa jenis lensa lain yang
digunakan untuk mengoreksi berbagai kelainan refraksi yang ada bersamaan dengan
presbiopi, ini termasuk:1
1. Bifokal, untuk mengoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bisa yang mempunyai garis
horizontal atau yang progresif
2. Trifokal, untuk mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh. Bisa yang
10
mempunyai garis horizontal atau yang progresif.
3. Bifokal kontak, untuk mengoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bagian bawah
adalah untuk membaca. Sulit dipasang dan kurang memuaskan hasil koreksinya
4. Monovision kontak, lensa kontak untuk melihat jauh di mata dominan, dan lensa
kontak untuk melihat dekat pada mata non-dominan. Mata yang dominan umumnya
adalah mata yang digunakan untuk fokus pada kamera untuk mengambil foto.
5. Monovision modified, lensa kontak bifokal pada mata non-dominan dan lensa
kontak untuk melihat jauh pada mata dominan. Kedua mata digunakan untuk
melihat jauh dan satu mata digunakan untuk membaca.
6. Pembedahan. Metode statis untuk koreksinya berupaya meningkatkan kedalaman
fokus, yang meliputi: monovision, inlays kornea, presbyLASIK, teknik penyusutan
kornea (conductive keratoplasty, laser thermal keratoplasty and intrastromal
femtosecond laser-based procedures), multifokal IOL. Metode dinamis seperti
implan scleral dan IOL akomodatif berupaya memulihkan akomodasi.
PresbyLASIK
Indikasi: Pasien dengan persbiopia dini (usia 40-55 tahun) merupakan pasien
yang ideal untuk PresbyLASIK, hal ini karena lensanya masih transparan dan karena
pembedahan intraokularnya mungkin akan lebih beresiko daripada pembedahan
refraksi kornea. Pasien lain yang mungkin bisa menjadi objek yang baik untuk
dilakukan PresbyLASIK adalah pasien pseudofakia yang sebelumnya diimplantasikan
dengan IOL monofokal.8
Kontraindikasi: (1) kornea tipis atau tanda-tanda keratokonus yang tidak
memenuhi syarat untuk opersi laser excimer, (2) pembedahan kornea insisional
sebelumnya, menghasilkan tingkat penyimpangan kornea yang tinggi karena
astigmatisme yang tidak teratur (3) komorbiditas okular, seperti glaukoma atau
makulopati, karena berpotensi menyebabkan sensitivitas kontras atau kehilangan
penglihatan (4) pasien berusia di atas 60 tahun (lebih baik untuk bedah refraktif
intraokular).8
Keterbatasan: Kurangnya bukti ilmiah yang kuat, yaitu kurangnya laporan
dengan follow-up yang panjang. Masalah penting lainnya adalah meskipun dengan
hasil yang baik pada pasien presbiopia ringan, tetapi presbiopia ini terus berkembang
dan kemudian teknik ini akan kurang efektif. Selain itu, ketika pasien ini
dipertimbangkan untuk operasi lensa, akan membuat perhitungan daya IOL lebih sulit
11
dan kemungkinan menanamkan multifokal IOL akan terbatas karena adanya ablasi
kornea multifokal.8
- PresbyLASIK Central
Teknik ini pertama kali dijelaskan oleh Ruiz pada tahun 1996. Central
PresbyLASIK menghasilkan area optik pusat kecil dengan kelengkungan yang
lebih tinggi (area hiperpositif) untuk penglihatan dekat, dikelilingi oleh area yang
lebih datar untuk penglihatan jauh. Metode ini tergantung pada pupil dan dapat
diaplikasikan di pusat kornea pada pasien miopia dan hipermetropi. Metode ini juga
memungkinkan untuk digunakan setelah perawatan laser rabun jauh. Keterbatasan
utamanya adalah kurangnya keselarasan yang memadai antara garis pandang, pupil
sentral dan verteks kornea, yang menyebabkan penyimpangan kornea. Dengan
menggunakan PresbyLASIK central ini saat membaca atau melihat dengan jarak
dekat dapat melihat lurus, tetapi untuk melihat jauh harus sedikit memiringkan
pandangan ke perifer. 8
- PresbyLASIK Periferal
Pada perifer PresbyLASIK, bagian perifer kornea diangkat untuk menciptakan
aspherisitas negatif. Namun, ketika terjadi aberasi pada spheris positif dan jika
pupil menjadi miotik, pembiasan mata mengalami pergeseran kearah nilai spheris
positif akan mempengaruhi kinerja penglihatan dekat. Pada teknik ini pusat kornea
dibiarkan untuk penglihatan jauh dan tengah untuk penglihatan dekat. Salah satu
kelemahannya adalah ketika digunakan dalam kaitannya dengan koreksi miopi,
perlu untuk menghilangkan sejumlah besar jaringan kornea dan oleh karena itu
12
teknik ini terutama dilakukan pada keadaan hipermetropi. Teknik ini juga
membutuhkan efisiensi profil sinar laser excimer yang dapat mengkompensasi
hilangnya energi yang terjadi saat mengikis kornea perifer. Hal ini adalah salah satu
kesulitan utama terutama dalam menargetkan nilai-nilai aspherisitas negatif yang
tinggi dengan teknik ini. Dengan menggunakan PresbyLASIK periferal ini saat
membaca atau melihat dengan jarak dekat harus sedikit memiringkan pandangan ke
perifer, tetapi untuk melihat jauh dapat melihat lurus.8
13
BAB III
RINGKASAN
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. 2014. Ilmu Penyakit Mata Edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
2. Lubis, Rodiah Rahmawaty, et al. 2016. Identifikasi Kelainan Mata dan Koreksi Tajam
Penglihatan Presbiopia. Dikutip dari 15913-37797-1-PB-1.pdf. Diakses tanggal 10
Agustus 2019.
3. Infodatin: Situasi Gangguan Penglihatan dan Kebutaan. 2004.
4. Khurana A K. 2007. Chapter 3 Optics and Refraction,Comprehensive Ophtamology,
fourth edition. New Age international, New Delhi
5. Lang G. 2006. Ophthalmology: A Pocket Texbook Atlas. Second Edition. Stuttgut,
New York: Thieme. p. 169-189.
6. Vavvas D., Azar N.F., dan Azar D.T. 2002. Mechanism of disease: cataracts.
Ophthamol Clin N Am.
7. Sitorus, Rita S, et al. 2017. Buku Ajar Oftalmologi. Jakarta: FKUI Jakarta. Hal. 193-
196.
8. Vargas-Fragoso and Alió Eye and Vision (2017) 4:11. Corneal compensation of
presbyopia: PresbyLASIK: an updated review. Dikutip dari 10.1186/s40662-017-
0075-. Diakses tanggal 10 Agustus 2019.
15